• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil tabulasi silang pada konsumsi ikan laut per hari (Tabel 85) menun- jukkan bahwa rata-rata anak di kedua wilayah telah mengonsumsi 108 gram ikan laut/hari. Konsumsi ini telah melebihi pemenuhan angka kecukupan protein hewan yang berasal dari ikan, yaitu 9 gr protein/hari yang ekivalen dengan 72,7 gr ikan/hari. Namun bila dilihat di masing-masing wilayah, hasil analisis uji-t menunjukkan bahwa konsumsi ikan laut per hari secara signifikan jauh lebih banyak pada anak di wilayah pesisir (163 gr/hari) dibandingkan dengan konsumsi anak di wilayah pedalaman (46 gr/hari).

Model pembentukan konsumsi ikan laut memiliki nilai AGFI sebesar 0,86, berarti model ini moderate to fit, 86% konsumsi ikan laut pada anak dapat dijelaskan oleh peubah-peubah yang ada di dalam model. Berdasarkan analisis jalur (Gambar 16), terdapat lima peubah yang memberi pengaruh signifikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap konsumsi ikan laut pada anak, yaitu wilayah pesisir, kecenderungan anak makan ikan laut, sikap afektif ibu terhadap ikan laut, sikap kognitif ibu namun secara negatif dan kontrol perilaku yang anak rasakan. Peubah-peubah lainnya tidak memberikan pengaruh nyata pada konsumsi ikan laut pada anak, di antaranya pendidikan ibu, sikap dan

kontrol perilaku yang anak rasakan untuk makan ikan laut. Besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung dapat dilihat pada Tabel 91.

Wilayah pesisir memberikan kontribusi terbesar pada konsumsi ikan laut per hari sebesar β=0,50* yang berasal dari pengaruh langsung sebesar β=0,41* dan pengaruh tidak langsung sebesar β=0,10* melalui empat jalur, yaitu melalui 1) persepsi ibu - sikap afektif ibu - sikap anak - kecenderungan anak - perilaku konsumsi anak, 2) persepsi ibu - sikap kognitif ibu - perilaku konsumsi anak, 3) sikap afeksi ibu - sikap anak - kecenderungan anak - perilaku konsumsi anak, dan 4) sikap anak - kecenderungan anak - perilaku konsumsi anak.

Dalam pendekatan Theory of Planned Behavior, kecenderungan anak makan ikan laut membuktikan menjadi penentu utama konsumsi ikan laut pada anak dengan memberikan kontribusi nyata sebesar β= 0,13*. Peubah kontrol perilaku yang anak rasakan untuk makan ikan laut hanya memberi kontribusi nyata namun tidak langsung sebesar β=0,04*, yaitu melalui kecenderungan anak makan ikan laut. Tidak berpengaruhnya kontrol perilaku yang anak rasakan secara langsung menunjukkan bahwa perilaku makan ikan laut pada anak bukanlah perilaku yang sepenuhnya di bawah kontrol kemauan anak. Seba- gaimana ditunjukkan pada hasil penelitian Fila dan Smith (2006), bahwa perilaku makan sehat tidak berada di bawah kontrol kemauan individu secara lengkap. Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian Mahon et al. (2006) tentang konsumsi “ready meals” dan pembelian “takeaways” pada konsumen di Inggris yang menunjukkan bahwa kecenderungan konsumen merupakan penentu utama pada perilaku mengonsumsi makanan “ready meals” dan membeli “takeaways”. Hasil ini berbeda dengan penentu pada model frekuensi anak mengonsumsi ikan laut per minggu (Gambar 15), dimana pada model ini yang menentukan peubah terikat adalah sikap anak, sedang kontrol perilaku dan kecenderungan anak, sebagai komponen TPB, tidak memberi kontribusi nyata pada peubah terikat.

Penjelasan yang dapat diberikan adalah dengan mempertimbangkan bahwa data konsumsi ikan laut per hari adalah data kegiatan yang terjadi di sekitar waktu pengambilan data. Dengan demikian kecenderungan anak untuk makan ikan laut menjadi faktor penting pada waktu anak mengonsumsi ikan laut. Sebagai contoh salah satu item pada peubah kecenderungan anak mengon- sumsi ikan laut adalah “Saya berencana untuk lebih sering makan ikan laut di hari-hari mendatang” dengan pilihan jawaban “Sangat ingin”, “Sekali-sekali

ingin”, dan “Tidak ingin”. Hal ini berbeda dengan model frekuensi (Gambar 15) dimana anak mencatat konsumsi ikan laut selama satu bulan terakhir.

Gambar 16 Analisis jalur model konsumsi ikan laut pada anak per hari.

Sikap afektif ibu pada model konsumsi ikan laut tidak memberi kontribusi nyata baik secara langsung maupun tidak langsung namun secara total sikap afektif ibu memberi kontribusi sebesar β=0,13*. Sikap kognitif ibu yang pada model-model sebelumnya tidak memberi kontribusi nyata pada peubah-peubah terikat, namun pada model konsumsi ikan laut per hari sikap kognitif ibu memberi kontribusi nyata dan secara langsung namun negatif sebesar β=-0,13*. Kontribusi nyata yang negatif menunjukkan bahwa semakin banyak konsumsi ikan laut pada anak semakin kecil keyakinan ibu atas pengetahuan tentang gizi ikan laut. Hasil ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Madaniyah (2003) yang menyatakan bahwa pendidikan Gi-Psi Sehat pada ibu berdampak positif terhadap konsumsi pangan anaknya. Kemungkinan perbedaan pangan yang dikonsumsi pada kedua penelitian ini membuat terjadinya perbedaan pengaruh sikap kognitif ibu pada konsumsi pangan anaknya. Konsumsi pangan yang digunakan dalam penelitian Madaniyah (2003) adalah konsumsi pangan secara keseluruhan, sedang dalam penelitian ini adalah konsumsi ikan laut.

Pendidikan ibu tidak memberikan kontribusi nyata dan langsung kepada konsumsi ikan laut pada anak (Gambar 15 dan Gambar 16). Hasil ini berbeda

λ2 = 117,43 Df= 50 P-value= 0,00 RMSEA= 0,075 GFI= 0,94 AGFI= 0,86

dengan hasil penelitian Loppies (1998) yang justru membuktikan bahwa perilaku anak makan jajanan berkorelasi negatif dengan tingkat pendidikan ibu. Dalam penelitian ini, pendidikan ibu memberikan kontribusi nyata secara langsung ke peubah ketidakpercayaan ibu terhadap mitos. Ketidakpercayaan ibu terhadap mitos kemudian memberikan kontribusi nyata, langsung dan positif terhadap sikap anak untuk nantinya mempengaruhi secara nyata konsumsi ikan laut pada anak. Disini terlihat bahwa pendidikan ibu lebih memiliki makna bagi sikap- perilaku anak mengonsumsi ikan laut, dibandingkan dengan sikap kognitif ibu atau keyakinan ibu atas pengetahuannya tentang gizi ikan laut. Dilihat dari jalur yang dilalui untuk menghantarkan pengaruh peubah-peubah ke konsumsi ikan laut pada anak per hari, dapat disimpulkan bahwa selain wilayah pesisir dapat dikatakan sikap anak terhadap makan ikan laut mempunyai peran penting dalam menghantarkan pengaruh berbagai peubah ke peubah terikat.

Tabel 91 Peubah penentu konsumsi ikan laut pada anak per hari

Peubah bebas Pengaruh

langsung Pengaruh tak langsung Pengaruh total R 2 Wilayah Pendidikan ibu Besar keluarga Pendapatan kel./kapita/bulan Persepsi ibu tentang ikan laut Ketidakpercayaan ibu thd mitos makan ikan laut

Sikap kognitif ibu thd ikan laut Sikap afektif ibu thd ikan laut

Perilaku ibu menyediakan ikan Sikap anak thd makan ikan laut Norma subyektif yg anak rasakan Kontrol perilaku yg anak rasakan

Kecenderungan anak makan ikan

Pola makan keluarga

-0.41* 0.0056 0.027 ---- 0.063 0.028 -0.13* 0.11 -0.014 0.070 0.048 -0.037 0.13* -0.022 -0.10* -0.01 0.01 0.00 0.01 -0.01 0.00 0.02 ---- 0.03 0.01 0.04* ---- 0.02 -0.50* -0.01 0.04 0.00 0.07 0.02 -0.13* 0.13* -0.01 0.10 0.06 0.01 0.13* 0.00 0,34

Keterangan: *Signifikan pada α=5%

Pengaruh Ibu pada Perilaku Anak Mengonsumsi Ikan Laut

Di dalam penelitian ini, karakteristik ibu yang diperkirakan memberikan kontribusi pada perilaku anak mengonsumsi ikan laut adalah usia, pendidikan, persepsi tentang ikan laut, ketidakpercayaan terhadap mitos makan ikan laut, sikap kognitif dan sikap afektif terhadap ikan laut dan perilaku menyediakan ikan laut dalam menu keluarga. Karakteristik-karakteristik ibu menunjukkan:

2. Ketidakpercayaan ibu terhadap mitos makan ikan laut di kedua wilayah tidak berbeda nyata dengan rata-rata termasuk kurang percaya terhadap mitos makan ikan laut

3. Tingkat pendidikan ibu di kedua wilayah berbeda nyata, rata-rata di pesisir mendekati tingkat pendidikan SLTP dan di pedalaman mendekati SLTA. 4. Persepsi ibu tentang ikan laut di kedua wilayah berbeda nyata, di wilayah

pesisir termasuk cukup bagus (skor rata-rata 65) dan di wilayah pedalaman termasuk kurang bagus (skor rataan 55)

5. Sikap afektif ibu terhadap ikan laut di kedua wilayah berbeda nyata, di wilayah pesisir termasuk bagus (skor rataan 83) dan di wilayah pedalaman termasuk cukup bagus (skor rataan 72)

6. Sikap kognitif ibu terhadap ikan laut di kedua wilayah termasuk cukup bagus (skor rataan 69) dan tidak berbeda nyata

7. Sikap ibu terhadap ikan laut di masing-masing wilayah termasuk cukup baik dan berbeda nyata di kedua wilayah

8. Perilaku ibu menyediakan ikan laut dalam menu keluarga di kedua wilayah berbeda nyata, di pesisir termasuk cukup banyak dan di wilayah pedalaman termasuk kurang

9. Secara umum alasan ibu sering menyediakan masakan ikan laut adalah agar keluarga sehat, anak-anak suka, agar anak-anak cerdas dan pintar, sedang alasan ibu tidak suka menyediakan masakan ikan laut adalah bau anyir, banyak duri dan sulit mengolahnya. Namun bila dilihat per wilayah, alasan ibu di wilayah pesisir menyediakan masakan ikan laut lebih banyak karena anak- anak suka dan di wilayah pedalaman lebih banyak agar keluarga sehat dan anak-anak cerdas.

Pengaruh ibu pada model sikap ibu terhadap ikan laut meliputi:

• Persepsi ibu tentang ikan laut yang berpengaruh nyata sebesar β=0,299* • Usia ibu yang berpengaruh nyata dan negatif sebesar β=-0,119*

• Pendidikan ibu yang berpengaruh nyata sebesar β=0,281*

• Ketidakpercayaan ibu terhadap mitos makan ikan laut berpengaruh nyata sebesar β= 0,208**

• Status kerja ibu yang tidak berpengaruh nyata.

Pengaruh ibu pada model perilaku ibu menyediakan ikan laut dalam menu keluarga meliputi:

• Pendidikan ibu yang berpengaruh nyata sebesar β=0,24* • Sikap afektif ibu yang berpengaruh nyata sebesar β=0,24*

• Persepsi ibu tentang ikan laut yang berpengaruh nyata sebesar β=0,04* • Ketidakpercayaan ibu terhadap mitos, sikap kognitif ibu dan status kerja

ibu yang tidak berpengaruh nyata.

Pengaruh ibu pada model sikap anak terhadap makan ikan laut meliputi: • Pendidikan ibu, ketidakpercayaan ibu terhadap mitos dan sikap afektif ibu

yang berpengaruh nyata masing-masing sebesar β=0,19*

• Persepsi ibu tentang ikan laut, sikap kognitif ibu, usia ibu dan perilaku ibu menyediakan ikan laut yang tidak berpengaruh nyata.

Pengaruh ibu pada model kecenderungan anak makan ikan laut meliputi: • Sikap afektif ibu terhadap ikan laut yang berpengaruh nyata secara tidak

langsung sebesar β=0,04*

• Pendidikan dan sikap kognitif ibu yang tidak berpengaruh nyata.

Pengaruh ibu pada model frekuensi anak mengonsumsi ikan laut per minggu meliputi:

• Sikap afektif ibu yang berpengaruh nyata sebesar β=0,26*

• Persepsi ibu tentang ikan laut yang berpengaruh nyata sebesar β=0,15* • Pendidikan ibu yang yang berpengaruh nyata secara tidak langsung • Ketidakpercayaan ibu terhadap mitos, sikap kognitif ibu dan perilaku ibu

menyediakan ikan laut yang tidak berpengaruh nyata.

Pengaruh ibu pada model konsumsi ikan laut per hari meliputi: • Sikap afektif ibu yang berpengaruh nyata sebesar β=0,13*

• Sikap kognitif ibu yang berpengaruh nyata dan negatif sebesar β=-0,13* • Pendidikan, persepsi, ketidakpercayaan ibu dan perilaku menyediakan

ikan laut yang tidak berpengaruh nyata.

Ringkasan berbagai pengaruh ibu pada model-model di atas adalah: 1. Pendidikan ibu memberi kontribusi nyata pada:

• Sikap ibu, khususnya pada sikap kognitif ibu terhadap ikan laut • Tersedianya ikan laut dalam menu keluarga.

2. Sikap afektif atau kesukaan ibu terhadap ikan laut memberi kontribusi nyata pada:

• Tersedianya ikan laut dalam menu keluarga. • Sikap anak terhadap makan ikan laut

• Kecenderungan anak mengonsumsi ikan laut secara tidak langsung • Frekuensi anak mengonsumsi ikan laut per minggu

• Konsumsi ikan laut per hari pada anak.

3. Persepsi ibu tentang ikan laut memberi kontribusi nyata pada: • Sikap ibu, khususnya sikap afektif ibu terhadap ikan laut • Sikap anak terhadap makan ikan laut

• Tersedianya ikan laut dalam menu keluarga

• Frekuensi anak mengonsumsi ikan laut per minggu

4. Ketidakpercayaan ibu terhadap mitos memberi kontribusi nyata pada: • Sikap ibu terhadap ikan laut

• Perilaku ibu menyediakan ikan laut dalam menu keluarga • Sikap anak terhadap makan ikan laut

5. Usia ibu memberi kontribusi nyata pada: • Sikap ibu terhadap ikan laut

Dari berbagai karakteristik ibu yang berpengaruh pada sikap dan perilaku anak mengonsumsi ikan laut dapat disimpulkan bahwa sikap afektif ibu pada ikan laut merupakan karakteristik ibu yang paling mempengaruhi sikap dan perilaku makan ikan laut pada anak di usia transisi, dari usia masa sekolah ke masa remaja. Sikap afektif ibu merupakan kesukaan ibu pada ikan laut. Bila penelitian Skinner et al. (2002) membuktikan bahwa preferensi ibu sebagai penentu preferensi pangan anaknya hingga anak berusia 8 tahun, hasil penelitian ini membuktikan bahwa sikap afektif atau kesukaan ibu terhadap ikan laut memberikan kontribusi nyata pada sikap dan perilaku anak makan ikan laut hingga rata-rata usia anak 136 bulan atau 11 tahun 4 bulan.

Namun perlu disadari bahwa dilihat dari pendapatan keluarga per kapita per bulan (Tabel 26), sebagian besar keluarga responden (77%) memiliki pendapatan per kapita per bulan di bawah Rp.450.000.-. Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian besar keluarga responden termasuk ke dalam golongan ekonomi menengah ke bawah. Sehingga dimungkinkan bahwa sikap kognitif ibu dan pendidikan ibu kurang berpengaruh pada peubah-peubah terikat, sikap- perilaku anak makan ikan laut, karena dari pendapatan per kapita per bulan, sebagian besar keluarga responden digolongkan ke dalam ekonomi menengah bawah yang akan memiliki kendala dalam hal daya beli keluarga sekaligus membatasi pilihan bahan pangan untuk lauk.

Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah karakteristik ikan laut yang banyak dikeluhkan baik oleh ibu yang jarang atau tidak pernah menyediakan masakan ikan laut maupun ibu yang sering menyediakan, yaitu adanya bau anyir, banyak duri dan sulit mengolah ikan laut. Karakteristik khas bahan pangan ini yang mungkin sekali sangat menuntut adanya kesukaan ibu untuk mengha- dirkan ikan laut dalam menu keluarga sehingga meniadakan pengaruh sikap kognitif dan pendidikan ibu.