• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Nayla sebagai penulis novel

3. Keterjalinan Unsur Instrinsik

“Saya punya teman yang bekerja jadi sopir antar jemput karyawan untuk sebuah diskotik dan menawari saya pekerjaan.” (Nayla, hmn 53-54)

Semenjak Nayla bekerja di diskotik hidupnya menjadi sangat bebas dan di sana Nayla berkenalan dengan Juli yang menjadi kekasihnya. Karena Nayla bisa beradaptasi dengan lingkungannya membuat Nayla menjadi mengenal beberapa penulis senior seperti kutipan di bawah ini.

“ Bahkan ia tak ingin nongkrong untuk sekedar mendengarkan diskusi Broto, Gumelar, Tomboy dan Wawan, teman-teman barunya yang penulis senior.” ( Nayla, hlm 110)

Dalam hal ini Nayla memiliki dua dunia dalam pergaulan tetapi terlihat jelas pada kutipan di atas bila Nayla lebih membicarakan hal-hal yang menyenangkan. Nayla tidak membicarakan tentang pribadinya, Nayla hanya ingin bergaul tanpa melibatkan masa lalunya.

3. Keterjalinan Unsur Instrinsik

Pada novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu ini pembaca disuguhkan berbagai macam cerita. Mulai dari cerita kehidupan keseharian Nayla, cerita cinta, dari yang masuk akal sampai yang tidak masuk akal. Sehingga membuat pembaca selalu ingin mengetahui bagaimana akhir ceritanya. Pencerita sebagai tokoh Nayla merupakan tokoh utama dan kunci penceritaan dalam novel ini. Dalam

commit to user

lxxxvi

penceritaan novel Nayla ini dapat diambil keterkaitan antara tema, tokoh, alur, latar dan sudut pandang yang membentuk keterpaduan isi cerita dalam novel.

Alasan pemilihan tema, tokoh, alur, latar dan sudut pandang untuk dianalisis pada novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu adalah bahwa pada novel ini tokoh Nayla dinilai sebagai tokoh yang memiliki kehidupan yang begitu luar biasa.

A. Tema

Tema merupakan dasar cerita atau gagasan yang ingin disampaikan pengarang. Novel Nayla bertema perjuangan seorang tokoh yang bernama Nayla untuk menunjukkan keberadaan dirinya ditengah-tengah kehidupan dunia ini. Ia berjuang untuk tidak menangis setiap kali petini yang telah disiapka oleh ibunya itu menusuki selangkangannya jika ia masih ngompol. Ia berjuang untuk menunjukkan bahwa perempua tidak selamanya bisa di jajah oleh laki-laki. Walaupun dia perempuan dan lesbian dengan pasangannya yaitu Juli tetapi ia juga berhubungan dengan laki-laki bahkan sejak berumur sembilan tahun.

Perjuangan hidup Nayla memang sang berliku-liku. Ia pergi meninggalkan rumah karena takut kepada ibunya yang seperti monster; setiap kali Nayla berbuat kesalahan sedikit saja selalu disiksa. Ia mencari ayahnya dan akhirnya bertemu tetapi tidak lama ayahnya meninggal. Nayla kemudian tinggal bersama ibu tirinya tetapi nasibnmya sama saja. Ia dimasukkan ke panti rehabilitasi korban narkoba. Setelah keluar bekerja di bar dan akhirnya menjadi pengarang,

Secara garis besar, tema novel Nayla adalah novel yang berkisah tentang cinta yang terdistorsi antara manusia dalam setiap wujud relasinya. Antara sesama, antara laki-laki dan perempuan, antara ibu dan anak. Novel ini juga menceritakan tentang pengalaman hidup seseorang tokoh Nayla yang dibesarkan di dalam lingkungan keluarga yang keras. Dalam novel Nayla, pengarang menampilkan perjuangan hidup Nayla dalam menghadapi tekanan dan garis kehidupan yang keras. Tidak mengenal orang tua sebagaimana orang tua. Ia kejar apa yang ia mampu, ia atasi segala sesuatunya baik soal materi dan psikologis

commit to user

lxxxvii

dengan caranya sendiri untuk bertahan hidup. Semua menjadikannya ia tangguh sebagai perempuan, merasa hebat, hingga mampu menantang balik. Namun dari ketangguhannya yang hebat, tersimpan kesepian batin yang luar biasa. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Nayla butuh pilihan. Tapi apa yang bisa ia pilih ketika ia sama sekali tak punya pilihan ? hanya untuk semua inikah ia dilahirkan ? Terlahir, terluka, dan disia-siakan ? sampai matikah ia akan seperti ini ?” (Nayla, hlm 76) …..

”Mendadak ia seperti mendapat kekuatan. Pada saat itu Nayla sadar kalau ia pasti bisa bertahan selama punya akal dan mental. Selama ia masih bisa peka terhadap hal-hal yang diangap tak berarti oleh kebanyakan orang dan menjadikannya sebuah nilai”. (Nayla, hlm 76)

Adapun tema mayor tersebut juga diikuti beberapa tema tambahan, yaitu tidak mendapat kasih sayang keluarga. Masa kanak-kanaknya dilalui Nayla dengan berbagai peristiwa tidak menyenangkan : perceraian orang tuanya, ibu yang otoriter dan kasar, diperkosa oleh pacar ibunya serta pernah dimasukkan paksa ke panti perawatan korban narkotika oleh ibu tirinya, meski ia bukan seorang pecandu. Ia hanya sempat mengecap bahagia sejenak ketika tinggal bersama ayah kandungnya.

Nayla mengalami tekanan fisik maupun batin sebab ia tidak bisa merealisasikan keinginannya untuk bisa hidup bahagia selayaknya anak-anak seusianya. Misalnya, pada kutipan berikut:

”Rasa sakit di hatinya pun masih kerap menusuk setiap kali melihat sosok ibu tak ubahnya monster. Padahal ia ingin melihat Ibu seperti Ibu-Ibu lain yang biasa dilihatnya di sekolah ataupun di ruang tunggu dokter. Ia ingin ibu seperti Ibu-Ibu lain yang terkejut ketika anak kandungnya jatuh hingga terluka dan mengeluarkan darah, bukan sebaliknya membuat berdarah. Nayla ingin punya Ibu, tapi bukan ibunya sendiri. Nayla ingin memilih tak punya Ibu, ketimbang punya Ibu yang mengaruskannya memilih peniti” (Nayla, hlm 3)

Selain itu novel ini juga menyajikan tema tambahan tentang persahabatan. Kesetiakawanan, tolong-menolong, kekompakan mewarnai kisah Nayla bersama sahabat-sahabatnya. Subtema ini dapat dilihat pada kutipan berikut:

“Tapi hari ini saya tak berjaan kaki menuju sekolah. Saya menunggu sahabat-sahabat disebuah restoran cepat saji” (Nayla, hlm 9)

…..

commit to user

lxxxviii

“Saat ini saya sementara tinggal di rumah kos Luna, salah satu anak bina yang sudah lebih dulu bebas. Besok Yanti dan Maya, anak bina yang bebas juga, akan datang kemari.” ( Nayla, hlm 22)

…..

“Nayla resah. Tapi ia tak punya pilihan selain berserah. Ia baru sehari menjalani hidup mandiri. Hidupnya bergantung pada ketiga temannya.” (Nayla, hlm 69)

…..

“Suara-suara yang ikut kesenangan, ikut bangga dan penasaran karena nereka pikir Nayla belum bangun dihari kebahagiaan. Di momentum yang layak untuk diperingati dan dirayakan. Nayla akan selamatan dengan teman-teman seniman. Dengan Broto, Tomboy, Gumelar dan Wawan. Nayla akan traktir mereka minuman sampai muntah-muntah.” ( Nayla, hlm 153)

B. Tokoh Utama

Nama tokoh utama cerita ini adalah Nayla. Nayla seorang perempuan muda, yang harus meninggalkan ibunya sejak berumur 13 tahun untuk belajar hidup mandiri. Nayla, demikian nama tokoh utama cerita, mengalami rasa kecewa ketika ia teringat dengan sosok ibunya yang selalu memberikannya hukuman dan bahkan menjebloskan dirinya ke rumah Perwawatan Anak Nakal dan Narkotika. Nayla merasa tertekan dengan perilaku Ibu padanya. Perhatikan kutipan fisik Nayla yang digambarkan oleh sosok ibunya.

“apalagi fisikmu pas-pasan, Anakku. Kenapa fisikmu menurun darinya. Kalau sifatya juga kamu pelihara, hendak jadi apa? Tak peka, pemalas tak cantik pula.” ( Nayla, hlm 8)

Deskripsi di atas memperlihatkan bahwa secara fisik Nayla pas-pasan dan tidak cantik. Akan tetapi, Nayla bukanlah gadis yang bisa diperlakukan seenaknya. Nayla tidak mau dikatakan gadis yang lemah dan ia ingin seperti ibunya yang dapat menaklukkan laki-laki.

Tokoh Nayla sendiri berkepribadian keras. Kepribadian yang keras ini karena Nayla dipengaruhi oleh masa lalunya. Pengalaman pahit itulah memegang prinsip dan selalu memandang hidup sesuai dengan realitas. Nayla saat berumur belasan sudah dipengaruhi oleh kekecewaan karena dia diusir dari rumah Ibu setelah keluar dari Panti Rehabilitasi. Hal ini merupakan penolakan orang tua

commit to user

lxxxix

terhadap anak yang akan mengakibatkan anak menjadi seorang pemberontak, ingin melarikan diri dari rumah, dan bersikap agresif.

”Tapi bagi saya, lupa tetaplah nestapa. Bahkan ketika pengaruh alkohol sudah melewati kapasitas otak juga tubuh saya dan mengocok perut hingga seluruh isinya berpindah ke dalam jamban, karpet di bawah sofa, atau lantai dansa, isi kepala saya tetaplah dipenuhi pertanyaan yang sama. Kenapa saya harus terdampar di tempat sunyi ini ketika anak-anak sebaya yang lain sedang tertidur di balik kehangatan selimut dan bermimpi? Kenapa saya harus mencari rasa aman lewat alkohol ketika anak-anak sebaya yang lain sudah merasa nyaman oleh segelas susu dan sekerat roti?” (Nayla, hlm 3)

Nayla juga memandang kehidupannya telah mempermainkannya. Pelariannya dari kehidupan yang tidak enak dengan mabok-mabokkan. Sejak kecil Nayla dipengaruhi oleh ibu untuk menjadi seorang perempuan yang kuat agar tidak dapat dipermainkan laki-laki.

”Saya juga punya pacar. Bukan laki-laki, tapi perempuan. Yang laki-laki Cuma untuk hit and run. Mereka benar-benar makhluk yang menyebalkan, sekaligus menggiurkan. Tapi untuk urusan perasaan, saya lebih merasa nyaman dengan perempuan. Entah salah atau benar, saya menemukan ibu dalam dirinya. Saya rindu ibu. Tapi saya tahu, pasti ini bukan saatnya cenggeng-cengengan. Seperti ibu bilang kita harus kuat jika ingin bertahan. Tak ada waktu untuk meratapi keadaaan.” (Nayla, hlm 55)

Pada kutipan di atas Nayla menganggap laki-laki hanya sebuah kesenangan tanpa ada cinta. Akhirnya, peneliti menyimpulkan bahwa tokoh utama dalam novel Nayla bernama Nayla. Dia merupakan sosok yang biasa saja, keras dan kasar namun juga tangguh dan mandiri. Dia juga bercita-cita ingin menyetarakan peran dan kedudukan laki-laki dan perempuan dalam tatanan masyarakat patriarkhi.

C. Alur

Dari penceritaan pemikiran tokoh Nayla disetiap alurnya dapat membuat pembaca mengimajinasikan sebagai tokoh Nayla, dan dalam novel ini pembaca dapat memasuki kehidupan yang dialami tokoh Nayla.

Dalam alur penulis menyuguhkan alur yang cukup menarik, yaitu pertama menggunakan alur mundur yang menceritakan kehidupan tokoh Nayla dimasa

commit to user

xc

lalu, kemudian alur maju yang disisipi dengan alur mundur yang menceritakan kehidupan tokoh Nayla dimasa ini dan dimasa sebelumnya, dan di dalam novel ini juga menggunakan alur maju- alur mundur- alur maju sampai pada akhir cerita.

Alur yang pertama diceritakan dalam novel ini adalah alur mundur. Dimana tokoh Nayla menceritakan kembali apa yang dialaminya ketika masih kecil. Masa kecil dari tokoh Nayla ini sangatlah menarik. Nayla merupakan seorang anak yang pemalas, sehingga dia di tusuk oleh ibunya divaginanya dengan peniti, padahal jarang sekali dalam kehidupan sehari-hari seorang ibu menusuk vagina anaknya dengan peniti. Hal ini dapat terlihat pada kutipan berikut:

“ Pertanyaan-pertanyaan masih kerap hadir di kepalanya walaupun fisiknya sudah terbiasa. Ia masih saja heran kenapa setiap malam ngompol di celana padahal sudah menjelang sepuluh tahun usianya. Ia masih saja heran kenapa Ibu tak percaya kalau ia sama sekali tidak malas. Ia benar-benar taak tahu kenapa tak pernah terbangun untuk membuang urine yang sudah memenuhi kantung kemihnya. Ia juga masih heran, kenapa Ibu tak bisa berfikir bahwa tak akan ada satu orang anak pun yang memilih ditusuki vaginanya dengan peniti hanya karena ingin mempertahankan rasa malas.”( Nayla, hlm2)

Pada kutipan ini menceritakan kehidupan kesehariaan dari tokoh Nayla, yang seringkali ditusuk dengan peniti pada vaginanya. Hal inilah yang kemudian membuat novel ini menarik untuk dianalisis.

Alur yang kedua digunakan adalah alur maju dan alur mundur. Alur maju dapat menggambarkan tokoh Nayla, seolah kontras dengan apa yang dialami oleh tokoh Nayla saat ini.hal yang tidak kalah menarik ketika kita sampai pada alur maju- alur mundur- alur maju. Dikatakan alur maju karena pada bagian ini tokoh Nayla menemukan orang yang benar-benar mencintainya yaitu Juli, dimana dia belum pernah mencintai satu pun laki-laki, tidak sebagai ayah, tidak sebagai kekasih. Hal ini dapat terlihat pada data berikut ini:

“Tak pernah saya mencintai satupun laki-laki. Tidak sebagai ayah, tidak sebagai kekasih. Saya pernah belajar mencintai perempuan. Mencintai ibu. Tapi sayangnya, ibu tak pernah belajar mencintai saya. Ia lebih senang belajar mencintai kekasih-kekasihnya. Bersama Juli, saya merasakan kehangatan kasih yang pernah ingin saya berikan kepada ibu.” ( Nayla, hlm 5)

commit to user

xci

Kutipan di atas menggambarkan bahwa sebelum bertemu dengan Juli dia tidak pernah mencintai laki-laki. Hal tersebut menunjukkan alur maju dan mundur karena Nayla mengingat kembali masa lalunya kemudian kembali ke masa kini.

D. Latar

1. Latar Tempat

Latar tempat menggambarkan tempat terjadinya cerita. Secara keseluruhan, latar tempat atau setting dalam novel Nayla berada di Jakarta antara lain, rumah ayah, rumah perawatan anak nakal dan narkotika, diskotik, kamar kos, hotel, polsek, terminal dan sebagainya.

“Dan tiba-tiba saja, taksi berbelok kiri secara mendadak. Berhenti di depan Polsek Jakarta Barat.” ( Nayla, hlm 71)

a) Rumah Ayah

Tempat ini merupakan tempat yang ingin di datangi Nayla. Sejak kecil Nayla berumur 2 tahun Nayla tak pernah bertemu ayahnya karena perceraian kedua orang tuanya. Namun, diam-diam Nayla menyelidiki dan mencari siapa ayahnya.

“Berjalan beriringan mencari satu alamat. Mengetuk di depan satu pintu rumah. Mencari ayah.” ( Nayla, hlm 10)

Pada suatu saat ia bertemu dengan ayahnya, Nayla merasa sangat bahagia. Namun, pertemuan Nayla dengan ayah hanya sebentar. Ayahnya meninggal dunia.

b) Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika

Tempat ini merupakan tempat untuk merawat anak-anak yang nakal dan terlibat dalam kasus narkotika. Nayla dituduh pengguna narkoba kemudian Nayla dijebloskan ke rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika.

“Nayla tak mempercayai apa yang dilihatnya ketika gerombolan anak perempuan memakai kaos seragam berlabel Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika meyeruak masuk dalam ruangan.” (Nayla, hlm 12)

commit to user

xcii

Nayla dikirim ke rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika oleh ibu tirinya dan meminta izin dengan ibu kandungnya. Hal ini membuat Nayla sangat kecewa dengan sikap ibu tiri dan ibu kandungnya. Hal ini dapat terlihat pada data berikut ini:

“Saya benci ibu tiri saya yang sudah menjebloskan saya di sana hanya karena saya tak mau melanjutkan sekolah. Saya benci usaha kerasnya meminta ibu menandatangani surat persetujuan.” (Nayla, hlm 22)

c) Diskotik

Tempat ini merupakan tempat dimana Nayla bekerja sebagai juru lampu dan di tempat ini Nayla bertemu dengan Juli. Ia mulai belajar hidup mandiri.

“Saya mempunyai teman yang bekerja jadi sopir antar jemput karyawan untuk sebuah diskotik dan menawari saya pekerjaan. Diskotik itu kebetulan butuh juru lampu.” ( Nayla, hlm 54)

…..

“Pengunjung bersorak-sorak riuh dan meniru gerakan mereka. Juli bergoyang sambil berjalan mendekati Nayla.” (Nayla,hlm 61)

Di tempat itu (diskotek) ia mulai mengenal rokok dan minuman. Hidupnya semakin bebas, mulai dari cara berpakaian, berdandan, dan bergaul.

d) Kamar Kos

Tempat ini merupakan rumah yang disewa Nayla semenjak ia memutuskan untuk meninggalkan rumah dan memenuhi sendiri keperluan sehari-hari. Nayla menyewa sebuah tempat yang kecil dan kumuh namun bisa membuat Nayla merasa nyaman.

“Tidak dimana keberadaan keluarga. Tidak betapa kumuhnya kamar kos yang ditinggalinya. Tidak juga kamar mandi yang dipenuhi kecoa.” (Nayla, hlm 63)

…..

“Mungkin terlalu banyak hal yang mengganggu pikiran Juli ketika ia melihat kondisi kos Nayla sehingga malam itu nafunya surut.”

(Nayla, hlm 64) e) Hotel

Tempat ini merupakan tempat dimana Nayla dan Juli merayakan hari jadi mereka setelah satu minggu keintiman mereka terjalin.

commit to user

xciii

“Lantas mereka berjalan bergandengan menuju lobby. Tamu-tamu dan karyawan hotel yang berpapasan dengan mereka langsung melirik dan berbisik.” (Nayla, hlm 65)

……

“Maka ketika Nayla menuntunnya menuju pintu keluar hotel, Juli menghentikannya. Juli menarik Nayla masuk ke dalam lift yang kebetulan sudah terbuka.” (Nayla, hlm 66)

f) Polsek

Tempat ini adalah tempat dimana Nayla bersama teman-teman ditangkap saat berencana merampok taksi. Usaha mereka gagal karena sopir taksi curiga dengan sikap mereka dan menghentikan taksinya di polsek.

“Dan tiba-tiba saja, taksi berbelok kiri secara mendadak. Berhenti di depan Polsek Jakarta Barat.” ( Nayla, hlm 71)

…..

“Polisi dan sopir taksi diam saja. Polisi menghalau Luna dari balik pintu dan memeriksa taksi. Di bawah karpet taksi ia menemukan belati.” (Nayla,hlm 72)

g) Terminal

Kehidupan Nayla setelah melarikan diri dari pusat rehabilitasi menjadi tak menentu bahkan ia sempat tidur di terminal karena tak punya tempat untuk ditinggalinya.

“Betul saja, begitu Nayla berdiri Pak Tua merebahkan tubuhnya di atas bangku terminal itu.” ( Nayla, hlm 75)

…….

“Tak bisa selamanya ia begini. Ia butuh pekerjaan. Butuh tempat tinggal.” ( Nayla, hlm 76)

2. Latar waktu

Latar waktu menceritakan tentang terjadinya peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh-tokohnya. Latar waktu yang diungkapkan pengarang tidak terlalu mendetail. Pengarang hanya menyebutkan pagi, siang, sore, dan malam hari, serta penggunaan nama hari dalam menjelaskan waktu kejadian. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

“Subuh dini hari, masing-masing pintu kamar diketuk oleh Pembina dengan cara yang tak manusiawi.” ( Nayla, hlm 14)

commit to user

xciv ….

“Maka pagi itu, Nayla hanya pasrah mengikuti peraturan.” (Nayla, hlm 15) …..

“Dan malam itu, Nayla bermaksud menyerahkan tiap inci tubuhnya kepada Juli.” (Nayla, hlm 61)

….

Hari itu bukan hari minggu. Bukan pula hari sabtu. Dua hari di mana Nayla dan ibu melakukan rituall keluarga.” (Nayla, hlm 93)

…..

“Hari itu hari rabu. Tapi Nayla sedang berjalan disebuah pertokoan menemani ibu.” (Nayla, hlm 93)

3. Latar Sosial

Latar sosial dalam novel Nayla adalah masyarakat Jakarta, khususnya remaja yang ada di sana. Dalam novel ini digambarkan kehidupan Nayla yang masih remaja namun sudah mendapat pengalaman yang pahit ketika maih kanak-kanak. Masa kanak-kanaknya dilalui dengan berbagai peristiwa tidak menyenangkan. Fenomena yang diangkat masih mengusung masalah kehidupan masyarakat kota metropolitan, dunia yang akrab dan sangat dikenalnya. Latar sosial ditunjukkan secara konkret melalui deskripsi bahasa yang dipergunakannya, tempat nongkrong, atau makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh tokoh.

Penggunaan berbagai atribut kehidupan masyarakat kota modern dalam novelnya ini - email, internet, sms, diskotek, minuman keras - menandai kelas sosial tokoh-tokoh yang diceritakannya. Kehidupan metropolitan yang ditengarai dengan adanya mal, butik, kafe malam ataupun tempat gaul yang lain yang memicu munculnya kehidupan hedonis yang tinggi dan pergaulan malam yang bebas.