LANDASAN TEORI
F. Sudut Pandang atau Point of View
5) Tinjauan tentang Nilai Edukatif dalam Novel
Sastra dan pendidikan merupakan dua hal yang saling berkaitan. Nilai pendidikan dalam karya sastra tidak akan terlepas dari karya sastra itu sendiri. Nilai pendidikan dalam karya sastra tidak selalu berupa nasihat atau petuah bagi pembaca, namun juga dapat berupa kritikan pedas bagi seseorang, kelompok atau
commit to user
xlvii
sebuah struktur sosial yang sesuai dengan Nayla merupakan salah satu usaha mengungkap nilai-nilai didik di dalam karya sastra. Novel tersebut memiliki korelasi positif dengan nilai-nilai didik karena di dalamnya terdapat nilai-nilai yang mendidik dan mencerdaskan pembaca.
Nilai didik dalam karya sastra memang banyak diharapkan dapat memberi solusi atas sebagaian masalah dalam kehidupan bermasyarakat. Sastra merupakan alat penting bagi pemikir-pemikir untuk menggerakkan pembaca pada kenyataan dan menolongnya mengambil suatu keputusan apabila Ia menghadapi masalah (M. Atar Semi, 1993: 20). Lubis (dalam H. Nani Tuloli, 1999: 233-234) menambahkan bahwa dalam sastra (khususnya novel) akan melakukan berbagai hal untuk mengubah dan memperbaiki kehidupan masyarakat.
Novel memiliki tema tertentu yang menarik. Dendy Sugono (2003: 111) menyatakan bahwa dengan membaca novel, pembaca akan memperoleh sesuatu yang dapat memperkaya wawasan dan/atau meningkatkan harkat hidup. Dengan kata lain, dalam novel ada sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan. Karena itulah, karya sastra yang baik senantiasa mengandung nilai. Sastrowardoyo (dalam H. Nani Tuloli, 1999: 232) menjelaskan bahwa sebenarnya dalam masyarakat modern kesusastraan dapat berkembang dengan subur dan nilai-nilainya dapat dirasakan manfaatnya oleh umum. Kesusastraan sendiri mengandung potensi-potensi ke arah keluasan kemanusiaan dan semangat hidup serta mengandung ekspresi total pribadi manusia yang meliputi tingkat pengalaman biologi, sosial, intelektual, dan religius. Nilai-nilai seperti itu sangat dibutuhkan oleh masyarakat modern karena merupakan hasil observasi yang teliti dari pengarang yang dituangkan dalam karya sastra.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa novel yang merupakan salah satu genre sastra pasti mengandung nilai-nilai pendidikan yang sangat bermanfaat bagi pendidikan batin pembacanya atau penikmatnya. Dengan demikian, novel dapat memegang peran penting dalam meredam atau memberikan solusi terhadap krisis moral maupun menurunnya moral bangsa, khususnya generasi muda saat ini. Peneliti menyimpulkan bahwa secara umum nilai-nilai
commit to user
xlviii
edukatif yang terdapat dalam novel yaitu: a) nilai religius (agama); b) nilai estetis; c) nilai moral (etika); dan d) nilai ssosial.
a. Nilai Religius (Agama)
Nilai religius merupakan sudut pandang yang mengikat manusia dengan Tuhan pencipta alam dan seisinya. Berbicara tentang hubungan manusia dan Tuhan tidak terlepas dari pembahasan agama. Agama merupakan pegangan hidup bagi manusia. Agama dapat pula bertindak sebagai pemacu faktor kreatif, kedinamisan hidup, dan perangsang atau pemberi makna kehidupan. Melalui agama, manusia pun dapat mempertahankan keutuhan masyarakat agar hidup dalam pola kemasyarakatan yang telah tetap sekaligus menuntun untuk meraih masa depan yang lebih baik. Sebuah karya sastra yang mengangkat masalah kemanusiaan yang berdasarkan kebenaran akan menggugah hati nurani dan memberikan kemungkinan pertimbangan baru pada diri penikmatnya.
Hal itu tentu ada kaitannya dengan tiga wilayah fundamental yang menjadi sumber penciptaan karya sastra, yaitu kehidupan agama, sosial, dan individual. Oleh karena itu, cukup beralasan apabila sastra dapat berfungsi sebagai peneguh batin pembaca dalam menjalankan keyakinan agamanya (Dendy Sugono, 2003: 115). Senada dengan Dendy Sugono, Suyitno menjelaskan bahwa sastra bisa difungsikan sebagai pembina tata nilai dalam berbagai tradisi kehidupan intelektual, pendidikan rohani serta hal lain yang bersifat personal maupun sosial (1986:51).
Nilai religius akan menanamkan sikap pada manusia untuk tunduk dan taat kepada Tuhan atau dalam keseharian kita kenal dengan takwa. Penanaman nilai religius yang tinggi mampu menumbuhkan sikap sabar, tidak sombong, dan tidak angkuh kepada sesama. Manusia menjadi saling mencintai dan menghormati, dengan demikian manusia mampu mewujudkan hidup yang harmonis dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, maupun makhluk lain. Hubungan yang harmonis tersebut dapat menjadikan hidup manusia tentram dan bahagia. Hal ini ditegaskan oleh Dojosantoso (dalam Tirto Suwondo, dkk, 1994: 63) yang menyatakan bahwa religius merupakan keterkaitan antara manusia dengan Tuhan
commit to user
xlix
sebagai sumber ketentraman dan kebahagiaan. Manusia religius berarti memiliki keterkaitan dengan Tuhan baik jasmani maupun rohani secara sadar.
Nilai religius merupakan nilai yang menjunjung tinggi sifat-sifat manusiawi, hati nurani yang terdalam, harkat dan martabat serta kebebasan pribadi yang dimiliki oleh manusia. Nilai religius sifatnya mutlak untuk setiap saat dan keadaan. Semua manusia yang beragama yakin dan percaya karena ajaran agama merupakan petunjuk hidup yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Sudah menjadi kewajiban manusia sebagai hamba untuk selalu tunduk dan taat pada aturan-Nya. Bagi manusia yang beragama dan beriman, nilai ini dijadikan dasar atau pijakan utama dalam mencapai tujuan hidupnya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa nilai religius adalah nilai-nilai ajaran keimanan/keyakinan terhadap Tuhan yang tidak hanya bersifat ritual belaka tetapi secara menyeluruh hingga pada bagian yang terdalam.
b. Nilai Estetis
Horatius (penyair Romawi kuna) menyatakan manfaat karya sastra dengan ungkapan yang padat, yaitu 'dulce et utile' menyenangkan dan bermanfaat. Menyenangkan dapat dikaitkan dengan aspek hiburan yang ditawarkannya, sedangkan bermanfaat dapat dihubungkan dengan pengalaman hidup yang diberikan sastra (Dendy Sugono, 2003: 61). Keestetikan dalam karya sastra dapat ditengarai sebagai berikut.
1) Karya itu mampu menghidupkan atau memperbarui pengetahuan pembaca, menuntunnya melihat berbagai kenyataan kehidupan, dan memberikan orientasi baru terhadap hal yang dimiliki;
2) Karya itu mampu membangkitkan aspirasi pembaca untuk berpikir, berbuat lebih banyak, dan berkarya lebih baik bagi penyempurnaan kehidupan; dan 3) Karya itu mampu memperlihatkan peristiwa kebudayaan, sosial, keagamaan,
dan politik masa lalu yang berkaitan dengan peristiwa masa kini dan masa depan.
commit to user
l
c. Nilai Moral (Etika)
Nilai moral sering disamakan dengan nilai etika, yaitu suatu nilai yang menjadi ukuran patut tidaknya manusia bergaul dalam kehidupan bermasyarakat. Moral merupakan tingkah laku atau perbuatan manusia yang dipandang dari nilai-nilai baik dan buruk, benar dan salah, serta berdasarkan adat kebiasaan di mana individu itu berada. Pengembangan nilai moral sangat penting supaya manusia memahami dan menghayati etika ketika berinteraksi dan berkomunikasi dengan masyarakat. Pemahaman dan penghayatan terhadap nilai-nilai etika mampu menempatkan manusia sesuai kapasitasnya, dengan demikian akan terwujud perasaan saling hormat, saling sayang, dan tercipta suasana yang harmonis.
Nilai moral juga terkandung dalam karya sastra. Burhan Nurgiyantoro (2005:322) mengungkapkan bahwa moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, yaitu pandangan yang berisi nilai-nilai kebenaran. Nilai inilah yang akan disampaikan kepada pembaca melalui karya sastra. Lebih lanjut Burhan Nurgiyantoro menambahkan bahwa:
Moral dalam karya sastra, atau hikmah yang diperoleh pembaca lewat sastra, selalu dalam pengertian yang baik. Dengan demikian, jika dalam sebuah karya ditampilkan sikap dan tingkah laku tokoh –tokoh yang kurang terpuji, baik mereka berlaku sebagai tokoh antagonis maupun protagonis, tidaklah berarti bahwa pengarang menyarankan kepada pembaca untuk bersikap secara demikian. Sikap dan tingkah laku tokoh tersebut hanyalah model, model kurang baik, yang sengaja ditampilkan justru agar tidak diikuti, atau minimal tidak dicenderungi pembaca. (2005:323)
Adapun nilai moral yang dimaksud dalam konteks ini menyangkut baik dan buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, dan kewajiban. Moral juga dapat dikatakan sebagai ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu rangkaian cerita. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Dendy Sugono (2003: 182) yang menjelaskan bahwa karya sastra dikatakan mempunyai nilai moral apabila karya sastra itu menyajikan, mendukung, dan menghargai nilai-nilai kehidupan yang berlaku.
commit to user
li
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa nilai didik moral adalah nilai ajaran tentang bagaimana cara bersikap dan bertingkah laku di dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan norma moral yang sesuai hati nuraninya sebagai manusia, tanggung jawab, serta pemenuhan kewajiban-kewajiban atas hak-hak orang lain.
d. Nilai Sosial
Nilai sosial merupakan hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial dan tata cara hidup sosial. Arifin L. Bertrand (dalam Munandar Soelaeman, 1987: 9) mengemukakan bahwa nilai sosial adalah suatu kesadaran dan emosi yang relatif lestari terhadap suatu objek, gagasan, atau orang. Karya sastra berkaitan erat dengan nilai sosial, karena karya sastra dapat pula bersumber dari kenyataan-kenyataan yang terjadi di dalam masyarakat. Sementara itu, Atar Semi (1993: 55) mengatakan bahwa kesusastraan mencerminkan sistem sosial yang ada dalam masyarakat, termasuk di dalamnya adalah sistem kekerabatan, ekonomi, politik, pendidikan, kepercayaan, dan hal-hal lain yang terdapat dalam masyarakat. Yant Mujiyanto (1988: 8) menyatakan bahwa dengan menekuni karya sastra yang ada, manusia dapat membina kepekaan sosialnya. Pada dasarnya, karya sastra bersumber dari kenyataan yang terjadi dalam masyarakat serta mencerminkan sistem sosial dalam masyarakat tersebut. Manusia dapat melatih kepekaan sosialnya dengan menekuni karya sastra.
Berkaitan dengan nilai sosial, Allport, Vernon, dan Lindzey (dalam Jujun S. Suriasumantri, 2001:263) menyatakan bahwa nilai sosial berorientasi kepada hubungan antarmanusia dan penekanan segi-segi kemanusiaan yang luhur.
Nilai sosial mencakup kebutuhan hidup bersama, seperti kasih sayang, kepercayaan, pengakuan, dan penghargaan. Nilai sosial yang dimaksud adalah kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Kepedulian tersebut dapat berupa perhatian maupun berupa kritik. Kritik tersebut dilatarbelakangi oleh dorongan untuk memprotes ketidakadilan yang dilihat, didengar, maupun dialaminya.
Nilai sosial berkenaan dengan kemanusiaan dan mengembangkan kehidupan bersama, seperti kasih sayang, penghargaan, kerja sama, perlindungan,
commit to user
lii
dan sifat-sifat yang ditujukan untuk kepentingan kemanusiaan lainnya dan merupakan kebiasaan yang diwariskan secara turun-temurun.
Nilai sosial juga merupakan hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial dan tata cara hidup sosial. Nilai dalam karya sastra, nilai sosial dapat dilihat dari cerminan kehidupan masyarakat yang diinterpretasikan sehingga diharapkan mampu memberikan peningkatan kepekaan rasa kemanusiaan, lebih mendalami penghayatan sosialisasi diri, dan lebih mencintai keadilan dan kebenaran dalm hidup dan kehidupan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan nilai sosial adalah nilai-nilai ajaran tentang cara hidup bersosialisasi dalam masyarakat dalam hubungannya dengan kepedulian terhadap sesama manusia dan kepentingan umum.