• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan tentang Pembelajaran Novel

LANDASAN TEORI

F. Sudut Pandang atau Point of View

6) Tinjauan tentang Pembelajaran Novel

Pembelajaran merupakan suatu usaha memberikan stimulus kepada siswa agar mereka memberikan respons yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan secara sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan motivasi dalam kegiatan belajar mengajar. Hal itu didasarkan pada Subroto (dalam Gino, dkk., 2000: 15) yang menjelaskan bahwa sebagai suatu usaha, pembelajaran memiliki tiga ciri, yaitu: 1) ada aktivitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri pembelajar, baik aktual maupun potensial; 2) perubahan itu berupa diperolehnya kemampuan baru dan berlaku untuk waktu yang lama; dan 3) perubahan itu terjadi karena suatu usaha yang dilakukan secara sadar.

Dalam pembelajaran sastra, setidaknya ada empat hal pokok yang harus ditekankan dan dijadikan pegangan oleh pembelajar, yaitu: 1) pembelajaran sastra harus memunyai hubungan langsung dengan fenomena kehidupan masyarakat; 2) pembelajaran sastra harus mampu mengembangkan keterbukaan berpikir, kemampuan untuk belajar dari pengalaman orang lain, dan mengembangkan kepercayaan diri peserta didik; 3) pembelajaran sastra harus dapat

commit to user

liii

mengembangkan kemampuan analisis atau kritik sastra; dan 4) metode pembelajaran harus dilakukan dengan pendekatan yang ko-operatif/interaktif.

Sehubungan dengan pembelajaran novel, Bambang Kaswanti Purwo (1991: 61) menyatakan bahwa pembelajaran novel ialah kegiatan memperkenalkan kepada siswa nilai-nilai yang dikandung karya sastra dan mengajak siswa ikut menghayati pengalaman-pengalaman yang disajikan itu. Secara khusus, pengajaran sastra bertujuan mengembangkan kepekaan siswa terhadap nilai-nilai indrawi, nilai akali, nilai afektif, nilai keagamaan, dan nilai sosial yang tercermin di dalam karya sastra. Dalam bentuknya yang paling sederhana, pembinaan apresiasi sastra merupakan upaya membekali siswa dengan keterampilan mendengarkan, membaca, menulis, dan berbicara. Porsi dan cara penyampaian bekal tersebut bergantung pada tingkatan pendidikan siswa. Tentu saja penyampaian tersebut tetap berpegang pada ketimbal-balikan proses belajar mengajar.

Lebih lanjut, B. Rahmanto (1988: 65) mengemukakan bahwa para guru sastra sebenarnya sangat beruntung karena mutu dan jenis prosa cerita ini cukup banyak jumlahnya. Guru dengan mudah dapat menemukan novel yang cocok untuk pembaca awam sesuai dengan tingkat kebahasaan yang dikuasainya. Novel memungkinkan siswa, dengan beragam kemampuan membacanya, hanyut dalam keasyikan. Para penerbit buku bermutu juga siap membantu dengan menerbitkan novel-novel baru dengan tema yang sesuai dengan minat dan kemampuan tingkat intelektual anak sekolah. Selain itu, dewasa ini banyak dijumpai novel anak-anak, novel remaja, dan novel populer yang cukup baik mutunya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran novel merupakan pembelajaran dengan metode yang ko-operatif dengan bahan ajar novel tertentu dan dalam upaya memperkenalkan kepada siswa/mahasiswa tentang nilai-nilai yang dikandung karya sastra terebut dan mengajak siswa ikut menghayati pengalaman-pengalaman yang disajikan di dalamnya. Novel yang dapat dijadikan sebagai bahan ajar adalah novel yang telah dipilih dengan pertimbangan mendalam dan mengandung banyak pengalaman yang bernilai pendidikan positif.

commit to user

liv

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian terhadap Nayla pernah dilakukan Peni Setiani (2007; Skripsi, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang). Pendekatan yang dia gunakan adalah Psikologi Sastra dengan judul penelitian Pengaruh Kepribadian Tokoh Ibu terhadap Nayla dalam Novel Karya Djenar Maesa Ayu. Penelitian tersebut berusaha mengungkapkan pengaruh kepribadian novel. Nayla merupakan novel pertama milik Djenar Maesa Ayu yang memiliki tema tentang seksualitas, kekerasan dalam rumah tangga, dan pelecehan seksual. Kekerasan dalam rumah tangga dalam novel Nayla ini dilakukan Tokoh Ibu terhadap anak kandungnya, saat Tokoh Ibu menghukum Nayla. Kekerasan membawa dampak pada kepribadian Nayla yang selalu terbayang tokoh Ibu saat dewasa. Perilaku tokoh Ibu yang tidak sesuai dengan norma-norma masyarakat dicontohkan di hadapan Nayla. Hal ini memberikan pendidikan yang negatif buat perkembangan kepribadian Nayla. Nayla pun menjadi seorang yang pemberontak karena tekanan dan hukuman yang diberikan Ibu.

Selain itu, dengan pendekatan yang lain, Nayla juga pernah ditelaah oleh Nurul Hikmah (2006; Skripsi, Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang) Pendekatan yang dia gunakan adalah Psikologi Sastra dengan judul penelitian Analisis Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu Tinjauan Berdasarkan Psikologi Analitik C.G. Jung. Penelitian tersebut menggunakan Psikologi Sastra. Penelitiannya berkesimpulan bahwa untuk mengetahui kepribadian tokoh-tokohnya, terutama tokoh utama. Kepribadian merupakan perilaku seseorang yang disadarai maupun tidak disadari dan mempunyai ciri unik. Dari analisis yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa tokoh Nayla memiliki (1) kepribadian publik tokoh Nayla tergolong kurang adaptif karena bersikap ragu, gentar, takut, kurang percaya diri, dan pemalu; (2) naluri kebinatangan yang cukup kuat dengan munculnya naluri negatif seperti seks menyimpang, suka lingkungan kotor, pemarah, dan suka akan kekerasan; (3) sikap maskulin cukup kuat yang ditandai hilangnya sikap lemah lembut dan adanya penguasaan sikap laki-laki seperti merokok dan dorongan untuk mencintai

commit to user

lv

sesama perempuan; dan (4) jati diri dengan motivasi tinggi karena adanya dorongan yang kuat untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi kepribadian tokoh Nayla adalah keluarga, lingkungan sosial, kondisi psikologi, pendidikan, dan agama. Jati diri merupakan aspek yang paling dominan dalam tokoh Nayla.

C. Kerangka Berpikir

Novel mampu memotret kehidupan, meskipun dipandang sebagai karya yang fiksional. Dalam konteks itu, novel menggambarkan banyak aspek kehidupan utamanya aspek sosial dan budaya manusia. Novel juga mampu memengaruhi cara pandang atau persepsi pembaca terhadap kehidupan. Dengan begitu, pengetahuan pembaca akan dipertajam dan diperluas dengan membacanya. Mengkaji novel dapat juga berarti belajar dari pengalaman orang lain.

Nayla memiliki keniscayaan untuk diuji sebagai bahan bacaan yang bersifat kritis dan mencerdaskan, baik dalam konteks hubungan kemanusiaan antarsesama dan dalam konteks relasi kultural antara laki-laki dan perempuan. Nayla juga memiliki orientasi yang jelas perihal peran dan kedudukan kaum perempuan. Karena itulah, novel tersebut dianalisis dengan pendekatan feminisme dengan tujuan mendeskripsikan peran dan kedudukan tokoh utamanya yang kebetulan perempuan. Pendekatan itu digunakan karena novel itu menggambarkan tokoh perempuan yang berjuang menentang ketidaksetaraan peran dan kedudukan laki-laki dan perempuan.

Pendekatan lain yang peneliti gunakan, yaitu pendekatan struktural. Pendekatan tersebut menitikberatkan pada kajian unsur intrinsik novel, yang dalam konteks ini berupa latar dan tokoh utama. Kedua unsur tersebut apabila dikaji dengan pendekatan feminisme akan dikatahui peran dan kedudukan tokoh utama dalam berbagi latar. Analisis struktural terhadap tokoh juga akan mengungkap nilai-nilai pendidikan dalam novel Nayla. Hasil akhir dari analisis berupa simpulan. Berikut peneliti gambarkan kerangka berpikir penelitian ini.

commit to user

lvi

Gambar 1. Kerangka Berpikir Novel Nayla Pendekatan Feminisme Nilai-nilai Pendidikan Peran dan Kedudukan Perempuan Simpulan Pendekatan Struktural Unsur Intrinsik Novel: a. Latar Novel b.Tokoh Utama 42

commit to user

lvii

BAB III