• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterkaitan antara Biaya Transaksi dengan Modal Sosial

2.3 Biaya Transaksi

2.3.7 Keterkaitan antara Biaya Transaksi dengan Modal Sosial

Konsep modal sosial adalah konsep yang masih diperdebatkan. Beberapa menyatakan bahwa konsep modal sosial adalah konsep yang lemah (Solow 1999; Hjerppe 2003, diacu dalam Poel 2005). Solow (1999, dalam Dasgupta &

Serageldin [ed.] 1999) menyoroti penggunaaan istilah modal (capital) dalam modal sosial, dan menyarakankan istilah behavioral patterns yang lebih tepat untuk menggantikan modal sosial.

Putnam dan beberapa akademisi terkemuka lainnya dalam hal modal sosial mendefinisikan modal sosial sebagai pengetahuan yang dimiliki bersama (shared knowledge), kesepahaman (understandings), norma, aturan, dan harapan (expectations) mengenai pola interaksi yang dilakukan oleh sekelompok individu pada aktivitas-aktivitas yang berulang (recurrent activities) (Coleman 1988, Ostrom 1990, 1992, Putnam et al. 1993, diacu dalam Ostrom 1999, dalam Dasgupta & Serageldin [ed.] 1999).

Uphoff (1999, dalam Dasgupta & Serageldin [ed.] 1999) menyatakan bahwa membangun definisi mengenai modal sosial tidaklah membantu memberikan pemahaman mengenai apa yang menyusun modal sosial. Uphoff (1999, dalam Dasgupta & Serageldin [ed.] 1999) menggolongkan modal sosial dalam dua kategori (i) kategori struktural, dan (ii) kategori kognitif. Uphoff (1999, dalam Dasgupta & Serageldin [ed.] 1999) berargumen bahwa penggolongan ini penting untuk memahami modal sosial, dan sama pentingnya seperti memahami

natural capital dengan menggunakan kategori sumber daya yang bisa diperbaharui dan tidak bisa diperbaharui.

Kategori struktural adalah berbagai elemen dari organisasi sosial, khususnya seperti peran (roles), aturan (rules), keteladanan (precedents), dan tata cara (procedures) sebagaimana juga berbagai jenis jaringan (networks) yang berkontribusi terhadap berlangsungnya kerjasama, dan lebih khususnya lagi adalah aksi bersama yang saling menguntungkan (MBCA: Mutually Beneficial Collective Action). MBCA adalah bentuk keuntungan yang dihasilkan oleh modal sosial.

Kategori kognitif berasal dari proses-proses mental dan berbagai gagasan, yang didukung oleh budaya dan ideologi, khususnya norma, nilai, sopan santun, dan keyakinan yang berkontribusi terhadap perilaku untuk bekerjasama dan MBCA. Kategori ini adalah kategori yang bersifat intrinsik dan tidak dapat diamati langsung, berbeda halnya dengan kategori struktural (Uphoff 1999, dalam Dasgupta & Serageldin [ed.] 1999).

Kategori struktural berasal dari proses-proses kognitif, artinya kedua kategori ini terkait satu sama lain. Kedua kategori ini dihubungkan oleh apa yang

disebut sebagai harapan (expectations) (Uphoff 1999, dalam Dasgupta & Serageldin [ed.] 1999).

Kategori struktural memfasilitasi (facilitate) berlangsungnya MBCA, sedangkan kategori kognitif mendorong orang (predispose) untuk menuju MBCA. Kategori struktural inilah, utamanya dalam bentuk jaringan, yang menurunkan biaya transaksi karena interaksi yang sudah terpola menyebabkan hasil yang didapatkan dari kerjasama dapat lebih diprediksikan dan menguntungkan. Stiglitz (1999, dalam Dasgupta & Serageldin [ed.] 1999) menambahkan orang yang berada dalam satu jaringan yang sama akan lebih saling mengenal satu sama lain berikut ekspektansinya. Kategori kognitif melatari (rationalize) perilaku untuk bekerjasama dan membuatnya menjadi perilaku yang dihargai/dihormati (Uphoff 1999, dalam Dasgupta & Serageldin [ed.] 1999).

Penelitian yang dilakukan oleh Gabre-Madhin (2001) mengenai kelembagaan pasar, biaya transaksi, dan modal sosial di pasar komoditas tanaman biji-bijian (grain market) di Etiopia mengangkat satu pertanyaan kunci: bagaimana pembeli dan penjual bertemu dan mengoordinasikan pertukaran barang? Dibuktikan di dalam penelitian tersebut bahwa usaha yang dikeluarkan oleh pedagang untuk mencari pasar dipengaruhi oleh modal sosial yang dimilikinya dalam bentuk jumlah mitra yang dipercayai (Gabre-Madhin 2001).

Salah satu bentuk biaya transaksi yang dikaji dalam penelitian ini adalah biaya tenaga kerja (labor) yang dibutuhkan dalam proses mencari pasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal sosial dapat memampukan pedagang untuk mencari mitra dagang secara lebih mudah (Gabre-Madhin 2001). Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Uphoff (1999, dalam Dasgupta & Serageldin [ed.] 1999) bahwa kategori struktural, salah satunya dalam bentuk jaringan (networks), adalah kategori modal sosial yang dapat mengurangi biaya transaksi. Meskipun demikian, penelitian ini tidak mengungkapkan secara lebih jauh mengenai tingkat minimalisasi biaya transaksi yang dipengaruhi oleh modal sosial.

Selain kategori struktural dari modal sosial dalam bentuk jaringan, ada aspek lain yang dapat meminimalkan biaya transaksi yaitu reputasi (Solow 1999, dalam Dasgupta & Serageldin [ed.] 1999; Stiglitz 1999, dalam Dasgupta & Serageldin [ed.] 1999). Stiglitz melihat bahwa reputasi adalah salah satu dari empat aspek modal sosial (tiga lainnya adalah tacit knowledge, collection of

networks, dan organizational capital) meskipun Solow tidak mengaitkan reputasi dengan modal sosial (karena Solow tidak setuju dengan penggunaan konsep

modal dalam modal sosial). Reputasi dapat meminimalkan biaya transaksi karena reputasi memunculkan kepercayaan (trust), dan dengan kepercayaan itulah maka tidak diperlukan lagi sumber daya untuk mencegah perilaku-perilaku eksploitatif (Solow 1999, dalam Dasgupta & Serageldin [ed.] 1999).

Melalui pengurangan biaya transaksi, maka modal sosial dapat mempengaruhi kinerja ekonomi. Tetapi tidak hanya itu saja, Omori (2003) mengidentifikasi 18 jalur (channels) modal sosial dapat mempengaruhi kinerja ekonomi. Delapan belas jalur tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu bisnis, rumah tangga, dan pemerintah.

Pada jalur bisnis, modal sosial mempengaruhi kinerja ekonomi diantaranya melalui (i) mengurangi biaya atas kontrak dan perbuatan hukum (legal actions), (ii) membuat negosiasi dapat lebih menghasilkan (fruitful) karena masing-masing pihak dapat mencapai Pareto-Optimal outcome, (iii) memfasilitasi pertukaran informasi sehingga alokasi sumber daya dapat dilakukan lebih efisien, (iv) memampukan komunitas lokal untuk membangun kekhasannya masing-masing sehingga menjadi pembeda dengan lainnya dan membuka peluang bisnis baru, (v) baiknya situasi keamanan sebagai wujud dari modal sosial membuat bisnis menjadi semakin menguntungkan (Omori 2003).

Pengaruh modal sosial pada jalur rumah tangga diantaranya adalah (i) mempengaruhi rasio tabungan (saving ratio) karena orang yang berorientasi pada kepentingan sosial akan menyisihkan dan menyimpan sebagian hartanya untuk kepentingan orang lain, (ii) mendorong konsumsi kolektif melalui kegiatan- kegiatan yang dilakukan bersama, (iii) mendorong investasi pada modal manusia (human capital) karena pada situasi modal sosial yang baik maka orang dapat memprediksi perilaku orang lain secara lebih tepat sehingga tidak ada ketakutan akan hasil yang mengecewakan nantinya dari investasi yang dilakukan (Omori 2003).

Pada jalur pemerintah, modal sosial mempengaruhi kinerja ekonomi melalui (i) manajemen fasilitas dan layanan publik berbasis masyarakat, hal ini semacam common property yang dikelola oleh komunitas setempat yang memiliki modal sosial yang baik sehingga dari sisi pembiayaan akan lebih efektif, (ii) aktivitas pemerintah akan lebih efisien karena didukung oleh masyarakat yang

bekerjasama dengan baik, (iii) keuntungan-keuntungan non-ekonomi dari modal sosial mempengaruhi keseimbangan fiskal, sebagai contoh adalah tingkat aktivitas sosial yang diketahui memiliki hubungan dengan kesehatan, umur panjang, dan kebahagiaan. Hal ini pada gilirannya dapat mengurangi belanja pemerintah untuk sektor kesehatan, (iv) membentuk harga lahan karena komunitas dengan modal sosial yang baik akan mengundang orang luar untuk turut tinggal dan menikmati kebersamaan dengan komunitas tersebut sehingga meningkatkan harga lahan, dan (v) meningkatkan kemandirian ekonomi suatu wilayah dengan cara mendorong rasa memiliki warga terhadap wilayahnya dan memfasilitasi berlangsungnya kerjasama yang saling menguntungkan (Omori 2003).