• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.3 Biaya Transaksi

2.3.2 Penyebab Timbulnya Biaya Transaksi

Berdasarkan definisi Allen (1991), maka biaya transaksi akan muncul pada tiga situasi. Pertama, biaya transaksi akan muncul pada situasi pertukaran yang dipaksakan (coerced exchange) seperti pencurian. Biaya atas kunci pengaman, anjing penjaga, dan senjata api yang digunakan untuk mencegah perampokan adalah biaya transaksi. Demikian juga halnya biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melakukan perampokan seperti alat pembuka kunci, tongkat, atau lainnya adalah juga biaya transaksi. Kedua, biaya transaksi akan muncul pada usaha-usaha untuk mencegah atau mengambil keuntungan melalui free riding pada barang- barang publik (public goods). Ketiga, dan yang terpenting, biaya transaksi muncul pada semua jenis transaksi lainnya. Pada setiap pertukaran yang bersifat sukarela (voluntary exchanges, sebagai lawan dari coerced exchange), biaya

transaksi muncul sebagai usaha yang dilakukan untuk menangkap kesejahteraan (wealth) orang lain sekaligus mencegah kesejahteraannya sendiri diambil orang lain. Melihat tiga situasi tersebut, maka biaya transaksi bersifat ada dimana- mana (ubiquitous) (Allen 1991).

Biaya transaksi memang tidak dapat dihilangkan. Biaya transaksi sebesar nol tidak dapat terjadi di dunia nyata (Allen 1991, 2005). Hal ini dikarenakan hak kepemilikan tidak pernah lengkap (incomplete) dan tidak pernah sempurna (imperfect) (Allen 2005). Hak kepemilikan dikatakan tidak lengkap jika sebagian hak atas suatu barang/sumber daya berada di tangan orang lain. Hak kepemilikan dikatakan tidak sempurna jika penegakan atas hak akan suatu barang/sumber daya terlalu mahal untuk dilakukan (Allen 2005).

Penyebabnya adalah eksternalitas dan pembatasan-pembatasan hak oleh peraturan-peraturan, baik formal maupun informal (Rodrik 1999; Alchian 2002). Sebagai contoh adalah polusi suara yang diderita oleh pemilik rumah di tepi jalan raya. Pada situasi well-established property rights, maka pemilik rumah dapat menagih para pengguna jalan sebagai kompensasi atas polusi suara yang melintasi hak kepemilikannya (rumah di tepi jalan). Akan tetapi hal ini akan menjadi terlalu mahal terutama untuk pengawasannya. Ini adalah contoh dari eksternalitas. Contoh lain adalah seseorang yang melintasi halaman rumah milik orang lain tanpa permisi bukan lantas menjadikan si pemilik berhak untuk menembaknya. Ada peraturan-peraturan lain dalam bentuk hukum tertulis maupun norma yang membatasi hak kepemilikan. Semua masyarakat di negara- negara di dunia mempraktekkan pembatasan dari penggunaan hak kepemilikan privat sepanjang pembatasan itu dilakukan demi kepentingan publik (Rodrik 1999).

Biaya transaksi juga terkait dengan informasi yang tidak gratis. Allen (1991) menyatakan:

”Information regarding the number and levels of each good’s attributes is not free”. Implikasi langsung dari pernyataan ini adalah bahwa biaya informasi adalah syarat perlu (necessary condition) bagi permasalahan biaya transaksi. Meskipun demikian, biaya informasi tidak selalu menjadi biaya transaksi. Biaya yang muncul atas pengumpulan informasi yang independen terhadap suatu pertukaran, dalam arti biaya ini ada meskipun tanpa terjadinya sebuah pertukaran, adalah biaya informasi dan bukan biaya transaksi. Termasuk juga di

dalam hal ini adalah kegiatan-kegiatan seperti mencari mitra dagang, memilih barang-barang yang diperlukan, atau membandingkan dan mencari harga terbaik adalah biaya informasi, dan bukan biaya transaksi (Allen 1991).

Tetapi asumsi informasi yang tidak gratis tidak cukup untuk menjelaskan munculnya biaya transaksi. Asumsi kedua diperlukan dan asumsi tersebut adalah bahwa barang (goods) merupakan vektor dari karakter variabilitas dan karakter kemungkinan untuk dimodifikasi (vectors of variable and alterable attributes)(Allen 1991).

Pembeda utama antara kedua karakter tersebut adalah bahwa variabilitas ialah perubahan yang disebabkan oleh alam sedangkan karakter kemungkinan untuk dimodifikasi (untuk selanjutnya disebut karakter alterable) adalah perubahan yang disebabkan oleh manusia (Allen 1991). Selengkapnya mengenai contoh dari kedua karakter ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Contoh karakter variabilitas dan karakter alterable sebagai vektor terhadap barang (goods)

Karakter Alterable (dapat dimodifikasi oleh manusia)

Non-alterable (tidak dapat dimodifikasi oleh manusia)

Variable (dapat beragam

karena alam)

Kesemua yang lainnya Gempa bumi Topan badai

Non-variable (tidak dapat

beragam karena alam)

Mawar Tuhan

Sumber: Allen (1991)

Asumsi kedua ini menjadi penting karena karakter variabilitas dan karakter

alterable menentukan muncul tidaknya biaya transaksi. Jika sebuah barang memiliki variabilitas dan dapat dimodifikasi oleh manusia, maka biaya transaksi akan muncul. Jika hanya salah satu karakter saja yang melekat pada suatu barang, maka biaya transaksi akan sama dengan nol (Allen 1991).

Sebagai contoh adalah telur. Jika telur tidak dapat beragam karena alam, sedangkan telur tersebut dapat dimodifikasi oleh manusia, maka ketika misalnya kuning telurnya disedot dan cairannya diganti dengan zat lain tanpa memecahkan kulit telur lantas telur tersebut dijual, maka si penjual pasti tidak akan dapat lari dari tuduhan berperilaku curang. Hal ini dikarenakan telur tersebut tidak memiliki karakter variabilitas sehingga tidak mungkin berubah karena alam. Segala perubahan terhadap telur pastinya dipersalahkan kepada penjual yang berperilaku curang.

Demikian pula sebaliknya. Jika telur tersebut tidak dapat dimodifikasi oleh manusia tetapi memiliki karakter variabilitas, maka andaikan telur yang dijual tidak sesuai dengan seharusnya kesalahan akan ditimpakan kepada alam. Pada situasi seperti ini dimana hanya salah satu karakter saja yang melekat (variabilitas atau alterable), maka biaya transaksi sama dengan nol karena dapat diketahui secara langsung dan pasti penyebab dari perubahan kualitas barang.

Perilaku curang dapat dilakukan tanpa terdeteksi jika barang memiliki karakter variabilitas dan alterable. Pada situasi ini biaya transaksi akan muncul akibat ketidakmampuan untuk mengetahui penyebab dari perubahan kualitas barang, apakah disebabkan oleh peristiwa acak karena alam ataukah eksploitasi secara sengaja. Atau lebih singkatnya, biaya transaksi muncul ketika ada situasi informasi yang tidak lengkap (incomplete information) (Allen 1991).

Perlu dicatat bahwa asumsi tersebut berlaku untuk pertukaran yang bersifat sukarela (voluntary exchange). Pada situasi pertukaran yang tidak bersifat sukarela, maka biaya transaksi tetap akan muncul meskipun tidak ada karakter variabilitas dan alterable. Contoh pertukaran yang tidak bersifat sukarela misalnya adalah pencurian dan free riding pada barang-barang publik (public goods) (Allen 1991).

Cordella (2001) menyatakan bahwa biaya transaksi timbul dikarenakan kompleksitas (complexity) dan ketidakpastian (uncertainty) dari sistem ekonomi sehingga biaya transaksi didefinisikannya sebagai ukuran yang menunjukkan tingkat efisiensi dalam mengelola ketidakpastian. Knight (1971 dalam Allen 1991) menambahkan bahwa ketidakpastian adalah situasi dimana distribusi probabilitas tidak diketahui (unknown probability distributions) dan ini adalah

lawan dari risiko (risks) karena risiko adalah situasi ketika probabilitas diketahui. McManus (1975 dalam Allen 1991) menyatakan bahwa ketidakpastian yang disampaikan oleh Knight tersebut disebabkan oleh perilaku oportunistik. Senada dengan McManus, Cordella (2001) menyatakan bahwa kompleksitas dan ketidakpastian tersebut terkait dengan perilaku manusia atau lingkungan (human behaviour or environmental) dan hal-hal yang tidak dapat diprediksi (unpredictable events). Perilaku oportunistik tentunya hanya dapat terjadi pada kasus dimana barang yang ditransaksikan bersifat dapat berubah karena alam (variable) dan oleh manusia (alterable).

Perilaku manusia atau lingkungan (human behaviour or environmental) dan hal-hal yang tidak dapat diprediksi (unpredictable events) adalah hasil dari distribusi informasi yang timpang (unequal distribution of information) diantara para aktor yang terlibat di dalam transaksi. Ackerlof (1970 dalam Allen 1991) menyatakannya dengan istilah lain yaitu informasi asimetris (asymmetric information). Adanya informasi yang asimetris menyebabkan informasi bukan hanya tidak gratis, melainkan juga lebih mahal (more costly) bagi satu pihak untuk mendapatkannya dibandingkan pihak yang lain. Usaha-usaha yang dilakukan untuk memanfaatkan keuntungan dari informasi yang timpang akan mengakibatkan biaya transaksi. Dan sekali lagi, agar konsep informasi asimetris ini dapat menjelaskan biaya transaksi maka asumsi yang harus digunakan adalah bahwa barang yang ditransaksikan bersifat dapat berubah karena alam (variable) dan oleh manusia (alterable) (Allen 1991).

Biaya transaksi juga terkait dengan spesifisitas aset (asset specificity). Spesifisitas aset adalah keterbatasan aset untuk dialihkan (lack of transferability) penggunaannya ke penggunaan lain yang berbeda dari yang dimaksudkan pada awalnya (http://faculty.washington.edu/krumme/gloss/a.html, diakses 7 September 2006). Menard (2004, diacu dalam Poel 2005) mendefinisikan spesifisitas aset sebagai nilai dari investasi yang akan hilang jika aset digunakan secara berbeda dibanding penggunaan yang dimaksudkan di awal. Spesifisitas aset menyebabkan ketergantungan (Williamson 1998, diacu dalam Poel 2005). Aset dengan spesifisitas yang tinggi membutuhkan kontrak yang kuat atau internalisasi untuk mengantisipasi ancaman perilaku oportunistik (http://faculty.washington.edu/krumme/gloss/a.html, diakses 7 September 2006). Potensi untuk mengundang perilaku oportunistik inilah yang mengaitkan antara spesifisitas aset dan biaya transaksi. Biaya transaksi terkandung di dalam ketidakpastian, konsentrasi, dan spesifisitas aset (Klein et al. 1978; Williamson 1985; Frank & Henderson 1992, diacu dalam Temu & Winter-Nelson 2001).

Spesifisitas aset dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis dan jenis-jenis yang sering dikaji dalam penelitian mengenai biaya transaksi adalah (Poel 2005): (i) physical asset specificity, misalnya adalah mesin yang khusus dibeli oleh

suatu perusahaan untuk satu konsumen atau bahkan satu jenis transaksi (Hobbs 1999);

(ii) human asset specificity, misalnya adalah pengetahuan dan keterampilan khusus yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan untuk melayani konsumen tertentu (Afuah 2001);

(iii) site asset specificity, misalnya adalah aset dari dua pihak yang dibangun berdekatan untuk mempermudah pertukaran dan mengurangi biaya transaksi (Hobbs 1999); dan

(iv) dedicated asset specificity, adalah kasus dimana suatu perusahaan butuh untuk berinvestasi pada peralatan/perlengkapan (equipment) yang dapat memenuhi permintaan khusus dari konsumen tertentu (Afuah 2001).

Investasi pada aset yang spesifik untuk satu jenis penggunaan menyebabkan munculnya biaya yang disebut sunk cost. Begitu investasi dilakukan, maka aset tidak dapat lagi dijual karena aset tersebut tidak dapat digunakan untuk jenis-jenis penggunaan lainnya (Allen 2005).

Tabel 3 menunjukkan asumsi-asumsi yang mendasari munculnya biaya transaksi sekaligus juga bentuk-bentuk situasi yang memunculkan biaya transaksi. Perlu diperhatikan bahwa Tabel 3 hanya memuat hak kepemilikan pada sumber daya fisik dan manusia dan tidak memuat hak kepemilikan pada sumber daya alam dan sosial. Hal ini dikarenakan kelembagaan pemuda yang menjadi subyek dari penelitian ini tidak mengatur penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam, sedangkan hak kepemilikan pada sumber daya sosial menjadi satu topik besar tersendiri yang dipisahkan dari penelitian ini.

Tabel 3 Asumsi yang mendasari dan situasi-situasi yang memunculkan biaya transaksi pada hak kepemilikan sumber daya fisik dan manusia

Hak kepemilikan pada

Sumber daya fisik (mengandung asset specificity) Sumber daya manusia (mengandung asset specificity) Asumsi dasar Asumsi selanjutnya (akibat dari asumsi dasar) Situasi yang memunculkan biaya transaksi

Privat Publik Common Publik Common

Coerced exchange v v v Free riding v v v v Privatization v v v v Information is costly Variable and alterable attributes of goods Incomplete information (or bounded rationality) Oportunistic behavior (or maximization with guile) Asymmetric information Voluntary exchange v v v v v