• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Program Revitalisasi Pasar Gading

2.4. Komunikasi Antar Organisasi dan Penguatan Aktivitas

Setelah ditetapkan kegiatan-kegiatan dari program revitalisasi pasar tradisional, sebagai langkah awal dari kegiatan implementasi program tentunya perlu dilaksanakan sosialisasi terebih dahulu. Tahap sosialisasi merupakan proses yang sangat penting sebelum Pemerintah Kota mengimplementasikan program revitalisasi pasar tradisional, karena melalui sosialisasi pedagang dan masyarakat mengetahui maksud dan tujuan program revitalisasi pasar tradisional, pengenalan program revitalisasi pasar kepada pedagang dan masyarakat dapat dikatakan dengan melalui sosialisasi. Keberhasilan sosialisasi akan sangat tergantung kepada kemampuan aparat pelaksana dalam menyampaikan sosialisasi tersebut kepada masyarakat. Proses komunikasi yang terjadi selama sosialisasi akan menentukan bagaimana proses sosialisasi tersebut berjalan. Komunikasi harus terus dibina oleh aparat pelaksana dengan sesama aparat pelaksana dan juga aparat pelaksana dengan pedagang, agar implementasi program revitalisasi pasar dapat berjalan dengan baik. Komunikasi perlu terus dilaksanakan agar terdapat koordinasi dan juga kerjasama antara aparat pelaksana dan para pedagang, bila koordinasi tersebut tidak dilaksanakan maka operasional yang berjalan di pasar dan petunjuk teknis dari Dinas Pengelolaan Pasar tidak dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu diperlukan komunikasi dan koordinasi yang baik dari aparat pelaksana agar program revitalisasi pasar dapat berjalan dengan baik.

Pada tahap sosialisasi dilakukan oleh Dinas Pengelolaan Pasar kepada para pedagang melalui pengurus paguyuban. Sosialisasi telah dilakukan oleh Dinas Pengelolaan Pasar sebelum program revitalisasi pasar tradisional diimplementasikan. Sosialisasi tersebut berkaitan dengan pemberitahuan akan diadakannya rehabilitasi pembangunan pada Pasar Gading, selain itu sosialisasi juga membahas masalah penataan dagangan dan pembinaan pedagang untuk penataan dagangan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Kepala Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan (Kasub Bag) Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta, Ibu Susi:

“ Sosialisasi selalu, diawal kita pasti sosialisasi sebelumnya, sebelum pembangunan.” (Wawancara 08 Desember 2011) Sosialisasi program revitalisasi pasar tradisional di Pasar Gading juga diakui oleh Staff Bidang Kebersihan dan Pemeliharaan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta, Bapak Suhardi:

“ Sudah ada terutama masalah tata dagangan jadi dagangan ditata agar rapi, jadi pembinaan dagangan tersebut dilakukan oleh petugas dari Dinas Pengelolaan Pasar.” (Wawancara 06 Desember 2011)

Sosialisasi program revitalisasi Pasar Gading sudah

dilaksanakan sejak tahun 2008 hingga tahun 2009 kepada pedagang melalui paguyuban. Sosialisasi yang pertama diadakan bagi perwakilan dari pengurus paguyuban yang diselenggarakan oleh Dinas Pengelolaan Pasar pada tahun 2008. Pada sosialisasi yang pertama ini dinas memberikan pengarahan kepada pedagang bahwa Pasar Gading akan

direvitalisasi dan untuk sementara waktu pedagang akan dipindahkan ke pasar darurat yang telah desediakan oleh Dinas Pengelolaan Pasar. Sementara sosialisasi yang kedua memberikan pengarahan terkait rencana penempatan kembali pedagang Pasar Gading dari pasar darurat untuk berjualan kembali di Pasar Gading. Berikut penjelasan dari Bapak Sumarno selaku Sekretaris Paguyuban Pasar Gading Surakarta:

“ Kurang dari 3 bulan sudah ada sosialisasi dari dinas terkait

dengan rencana pembangunan jadi pedagang melalui

pengurusnya itu di undang ke dinas untuk diberikan pengarahan bahwa pasar akan di bangun. Kerjanya dipasar darurat sudah diberikan semuanya. Sosialisasi diadakan sampai 2 kali. (Wawancara 13 Desember 2011)

Tabel VI. 3

Pelaksanaan Sosialisasi Revitalisasi Pasar Gading Kota Surakarta

Tanggal Tempat Peserta Agenda

21 Mei 2008 Ruang Rapat Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta Harto Suwarno Igrai Tugino Dwijo Winarno Rehabilitasi Pembangunan Pasar Gading Kota Surakarta 28 Januari 2009 Ruang Rapat Dinas

Pengelolaan Pasar Kota Surakarta Ketua Paguyuban Pengurus Paguyuban Koordinasi Rencana Penempatan Kembali Pedagang Pasar Gading

Sumber : data sekunder Paguyuban Pedagang Pasar Gading

Tabel diatas menunjukkan jadwal pelaksanaan sosialisasi program implementasi revitalisai Pasar Gading yang terjadwal. Sosialisasi selebihnya dilaksanakan secara manual dan tidak terjadwal sebanyak 2 kali oleh Dinas Pengelolaan Pasar sebelum akhirnya sosialisasi yang terakhir masalah penataan pedagang Pasar Gading setelah pasar selesai direvitalisasi.

Setelah diadakan sosialisasi selanjutnya aparat pelaksana mengadakan koordinasi dengan pedagang. Koordinasi dimulai dari

commit to user

tahapan perencanaan sampai kepada tahapan pelaksanaan selalu dilakukan oleh Dinas Pengelolaan Pasar melalui pengurus paguyuban pasar. Koordinasi tersebut biasanya menyangkut masalah luasan dasaran pedagang, letak kiosnya, penataan zoningnya, melalui pengurus Dinas Pengelolaan Pasar memberikan pengarahan setelah itu pengurus paguyuban menyampaikannya kepada para pedagang yang ada di Pasar Gading. Berikut ini penjelasan dari Bapak Suwarno sebagai Sekretaris Paguyuban Pasar Gading Surakarta:

“ Koordinasi tetap dijalin terus melalui pengurus paguyuban, mengenai luasan dasaran pedagang itu berapa, di kembalikan seperti apa kemudian letak kiosnya seperti apa kemudian penataan zoningnya seperti apa, itu sudah didesain dari sana. Sehingga kita dari pengurus paguyuban tinggal menyampaikan kepada pedagang.” (Wawancara 13 Desember 2011)

Hal yang senada juga diungkapkan oleh Bapak Agus selaku Kepala Pasar Gading Surakarta:

“ Ya selalu. koordinasi ya mulai dari tahapan perencanaan kemudian pelaksanaan bahkan kita selalu melibatkan paguyuban pasar yang bersangkutan itu selalu kita libatkan. (Wawancara 13 Desember 2011)

Hal ini juga dibenarkan oleh Kepala Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan (Kasub Bag) Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta, Ibu Susi:

“ Ada koordinasi, koordinasi tetep ada tapi pedagang diwakili oleh ketua paguyuban dari paguyuban pasar jadi mereka tidak seluruhnya datang namun melalui perwakilannya ketua paguyuban pasar.” (Wawancara 08 Desember 2011)

Tabel IV.4

Daftar Nama Pedagang yang Menempati Kios Seri E

No Nama Pedagang Nomor Kios

1. Nono Suparno 57 2. Nono Suparno 58 3. Sudirah 59 4. Sutinah 60 5. Sri Pardiningsih 61 6. Joko Suparno 62 7. Warinem 63 8. Wagiyem 64 9. Warno Wiyono 65 10. Sukini 66 11. Parinem 67 12. Jasmi Subekti 68 13. Sumarno 05 14. Siti Yarsih 51 15. Lasi Handayani 69 16. Sumarni 70 17. Drs. Bambang Waloyo 71 18. Nunuk Widyanti 72 19. Lilis Fatimah, S. Ag 53 20. Rusini 56

Sumber: Daftar Pembagian Penempatan Kios Tahap I 6 Februari 2009 Sedangkan daftar pedagang lama yang menempati Kios Seri F dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel IV.5

Daftar Nama Pedagang yang Menempati Kios Seri F

No Nama Pedagang Nomor Kios

1. Sutarjo Hadi Wijojo -

2. Sri Handayani -

3. Margito Wiryo Sudarmo -

4. Harto Suwarno -

5. Sri Mulyani 02

6. Sri Handayani -

7. Sri Mulyani 55

commit to user

Sedangkan penataan kembali pedagang berdasarkan pengundian penempatan pedagang Los/Pendasaran Pasar Gading pada tanggal 10-12 Februari 2009 dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel IV.6

Daftar Nama Pedagang yang Menempati Los

No Nama Pedagang Nomor Kios

1. Sudarmani A2.13 2. Disijen B2.23 3. Damiyah D1.N01 4. Joko Triwibowo B1.19 5. Joko Triwibowo B1.20 6. Supini A1.14 7. Suparni C20

8. Ovan Nur Anggraeni D1.24

9. Sri Suyatmi B11.28, B11.29, B11.21 10. Raharjani B3-2, B3-3 11. Ndari A11.10, B11.22 12. Sorini B1.6 13. Maryuni B2.4 14. Titi Pemiluwati B2.3 15. Titi Pemiluwati B2.3 16. Ngatmi Harjo S. B3.8, B3.7 17. Sri Rahayu D2.7 18. Parinem B3.5

19. Swi Wahyuni A2.4

20. Sutrisno A2.5

21. Saniyem D1.5

22. Yati B3.26A

23. Siti Lili Martina B2.02

24. Sutarti B1.2, B1.3, B1.4

25. Darmini C7

26. Kustati C6

27. Surani C8

28. Sidi harto Wiyono D1.3

29. Nuraeni Sunarti D1.28 30. Setyo D1.27 31. Narso Miharjo B1.10 32. Piji B2.1 33. Sri Winarsih C13 34. Sukadi B3.15 35. Iyem B3.3, B3. 16

37. Robiyem B1.26 38. Sarbini C23 39. Pariyem C15 40. Muji Rahayu C21 41. Sukandar C11 42. Sadikem Hartowiyono B1.13 43. Tukiyem Sartono B3.29 44. Sartono B10.14

45. Sinem Pawiro Rejo B1.15

46. Suyamti A2.2, A2.03, A2.8

47. Tatik Suwarni D1.23

48. Ndaru Sulistyo A2.7a,b

49. Purnomo B1.7 50. Rabinem B1.25 51. Sukinem C22 52. Suwarno B1.17 53. Sugiyanti B1.18 54. Sukiyem C16, C17 55. Sukini B11.27 56. Sukanti D1.7 57. Widodo B3.23 58. Aris A1.9 59. Syamsiyah A2.12

60. Sri Pardini A2.11

61. Setiatun C9

62. Hartini A1.19

63. Surani A1.5

64. Aminah A1.17

65. Tri Wiyono A2.18

66. Suyamti B1.30

67. Yulianto B3.20

68. Sri Dadi B3.21

69. Tentrem D2.6, A2.17a, A2.16

70. Sri Lestari B3.22

71. Suripah B3.17, B3.18

72. Waliyem A2.9

73. Sumarni A2.17b, D2.4

74. Sri Hastuti A2.19

75. Sri Lestari D1.19

76. Sumarno D2.10

77. Karmi D1.17

78. Mursito B.5

81. Lasiyem D1.20 82. Hanik B1.6 83. Pariyem D1.11 84. Hartanto D1.8 85. Supriyanti D1.10 86. Partinah D1.18 87. Warsinem B1.8 88. Farida C4 89. Okvanto C3 90. Sri handayani C12 91. Sumiyem D1.21, A2.1 92. Tukimah A1.8 93. Lilis Fatimah B1.5 94. Pakinem B1.2b, B1.2a 95. Paini B2.31 96. Dwi Astuti D1.26 97. Asrodia C19 98. Ponimin B1.28 99. Partinah B1.16 100. Mulyani B3.24, B3.25 101. Sukimin B2.13 102. Wagiyem B3.11 103. Sri Lasmi D1.15, D1.16 104. Sukiyem C2 105. Siyem Karno D2.5 106. Sri Muryani B1.1 107. Suparmi B1.14 108. Tumiyati B1.9 109. Srinem B3.9, B3.10a 110. Kasi D1.13, D1.25 111. Tubagus A1.2 112. Witami D2.4 113. Hamid A1.11

Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar

Sedangkan koordinasi terkait dengan penataan operasional pasar hampir dilakukan setiap hari, paguyuban biasanya memiliki sebuah program yang nantinya akan didiskusikan bersama dengan Dinas Pengelolaan Pasar, disitu paguyuban membackground ke badannya. Sedangkan untuk hal-hal yang sifatnya operasional sehari-hari biasanya

commit to user

langsung dengan aparat dengan pedagang, misalnya saja masalah retribusi maupun penataan dagangan yang kurang tertib. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Kepala Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan (Kasub Bag) Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta, Ibu Susi:

“ Koordinasi antara aparat dengan pedagang hampir setiap hari. Koordinasinya terkait: penataan, dulu karena aktivitas di situ murni pedagang biasanya kalau kita pakai suatu program itu

paguyuban kita ajak diskusi, nanti paguyuban yang

membackground ke badannya, tapi kalau untuk hal-hal yang sifatnya operasional sehari-hari itu bisa langsung aparat dengan pedagang, aparat pedagang entah kaitannya itu retribusi, entah kaitannya dia menata dagangannya kurang tertib itu secara langsung, tapi yang sifatnya kebijakan atau ada satu laporan yang baru itu yang mensosialisasikan itu paguyuban.” (Wawancara 08 Desember 2011)

Sementara itu koordinasi yang dilakukan aparat pelaksana dengan instansi yang lain selama implementasi revitalisasi pasar. Koordinasi ini dilakukan dengan SKDP yang lain karena Dinas Pengelolaan Pasar tidak dapat bekerja sendiri dengan tim-tim terpadu. SKPD yang lain selalu dilibatkan mulai dari perencanaan hingga sosialisasi karena saling terkait. SKPD tersebut diantaranya Dinas Perhubungan yang dilibatkan dalam penataan perparkiran, Satpol PP menangani penataan PKL, DPU menangani masalah pembangunanya dan Dinas Tata Ruang Kota menangani masalah tata ruang. Berikut ini penjelasan Kepala Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan (Kasub Bag) Pasar Dinas Pengelolaan Surakarta, Ibu Susi:

commit to user

Misalkan perpakiran penataan perpakiran. Instansi lain itu yang terkait itu di perpakirannya dishub itu untuk penataan parkirnya, kemudian kalau kaitannya dengan penataan PKL-PKLnya satpol pp, kemudian untuk pembangunannya itu dengan DPU, kalau kaitannya dengan tata ruang itu DTRK.” (Wawancara 08 Desember 2011)

Hal yang serupa juga disampaikan oleh Kepala Seksi Pemberdayaan dan Pembinaan Pedagang Dinas Pengelolaan Pasar, Ibu Tendra:

“ Koordinasi dilakukan dengan SKPD-SKPD karena kita tidak bisa bekerja sendiri dengan tim terpadu-terpadu.” (Wawancara 08 Desember 2011)

Komunikasi perlu dijalin dengan baik, baik antara aparat pelaksana dengan aparat pelaksana dan juga antara aparat pelaksana dengan pedagang. Tanpa adanya komunikasi yang baik maka implementasi program revitalisasi pasar akan mengalami kesulitan. Sedangkan kesulitan yang dihadapi aparat pelaksana dengan aparat pelaksana terkait jumlah pegawai dalam Dinas Pengelolaan Pasar sebanyak ±700 orang maka komunikasi harus dilakukan dengan pendelegasian tugas melalui kepala bagian ataupun juga kepala seksi pada masing-masing bidang, sedangkan komunikasi yang dibentuk dengan pasar dapat melalui kepala Pasar Gading yang kemudian menyampaikan apa yang diperolehnya kepada staff-staffnya. Sedangkan komunikasi yang dilakukan antara aparat pelaksana dan juga pedagang, karena dilakukan melalui pengurus-pengurus paguyuban, akhirnya kesulitan komunikasi itu muncul ketika pengurus paguyuban

commit to user

pengurus paguyuban maupun dengan pedagang yang lain, maka dari itu Dinas Pengelolaan Pasar mencoba menyatukan pemahaman pada setiap pedagang dengan cara menempuh banyak diskusi dengan banyak koordinasi sehingga pada saat implementasi tidak banyak kendala. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Kepala Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan (Kasub Bag) Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta, Ibu Susi:

“ Konflik muncul karena adanya konflik kepentingan, kepentingan entah itu paguyuban maupun yang lain, itu yang perlu kita satukan pemahamannya, tapi selama ini kita bisa satu pemahaman satu komitmen, meskipun ditempuh dengan banyak diskusi banyak koordinasi tapikan akhirnya dibangunnya itu tidak banyak kendala.” (Wawancara 08 Desember 2011)

Hal ini juga diungkapkan oleh Ibu Tendra selaku Kepala Seksi Pemberdayaan dan Pembinaan Pedagang Dinas Pengelolaan Pasar, yang memberikan pendapat dari sudut pandang aparat pelaksana dengan aparat pelaksana yang lain:

“ DPP kan banyak karyawannya sekitar 700an dengan pegawai yang sedemikian banyak itu pendelegasian aparat-aparatnya melalui Kepala Bagian, dengan berkomunikasi kepada kepala

pasarnya, kepala pasar menyampaikan ke staffnya.”

(Wawancara 08 Desember 2011)

Intepretasi selama proses komunikasi sudah berjalan dengan cukup konsisten, hal ini dikarenakan setiap aparat pelaksana sudah memiliki komitmen untuk mengimplementasikan program revitalisasi pasar tradisional agar dapat berjalan dengan baik. Kekonsistenan komunikasi itu didukung oleh aparat pelaksana yang lain sehingga bila

commit to user

mengingatkan sehingga tidak terjadi miscommunication dan aparat pelaksana tetap memiliki pandangan yang sama. Hal ini seperti yang dituturkan oleh Kepala Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan (Kasub Bag) Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta, Ibu Susi:

“ Kalau konsistensi sudah komitmen, jadi saling mengingatkan.” (Wawancara 08 Desember 2011)

Hal ini juga dibenarkan oleh Staff Bidang Kebersihan dan Pemeliharaan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta, Bapak Suhardi:

“ Kalau ada ketidakcocokan masalah dapat dilakukan diskusi untuk dapat memecakan masalah tersebut, selama ini sudah menerima semuanya jadi tidak ada masalah.” (Wawancara 08 Desember 2011)

Sosialisasi dan komunikasi yang baik yang dilakukan oleh aparat pelaksana juga dipengaruhi oleh pemimpin dalam memberi petunjuk, perintah dan teguran kepada bawahan. Petunjuk dan perintah yang diberikan kepada staff dapat dilakukan secar lisan dan tertulis. Apabila perintah dan petunjuk itu dari Pemerintah maka sudah ada ketentuan tertulisnya dan juga meeting staff, sedangkan untuk perintah yang intens dapat langung ke bidang bersangkutan yang menangani tidak hanya itu setiap bulannya juga dilakukan rapat pleno dengan pasar hingga berkunjung dan terjun langsung ke lapangan, namun apabila hanya perintah personal bisa langsung juga dengan secara administrasi sehingga ada disposisinya. Sementara itu apabila terdapat kesalahan dalam pelaksanaan program revitalisasi pasar apabila masih dalam

aparat pelaksana berat kewenangannya bisa langsung ke BKD. Berikut ini penuturan Kepala Seksi Pemberdayaan dan Pembinaan Pedagang Dinas Pengelolaan Pasar, Ibu Tendra:

“ Sanksi yang diberikan tergantung tingkat kesalahannya, kalau masih golongan ringan kita tegur dengan teguran kalau kesalahan yang berat bisa kewenangannya langsung BKD, tapi juga melalui tingkatan tidak langsung ke BKD masih ada prosesnya. Sedangkan untuk petunjuk dan perintah kalau skupnya luas di buat forum tapi kalau cuma perintah personal bisa secara langsung juga dengan secara administrasi ada disposisi.” (Wawancara 08 Desember 2011)

Hal ini juga diungkapkan oleh Kepala Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan (Kasub Bag) Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta, Ibu Susi:

“ Secara lisan dan tertulis, dari segi pemerintah tertulis itu sudah ada ketentuannya kemudian ada meeting staff. Kalau yang intens langsung ke bidang yang bersangkutan yang menangani. Kemudian setiap bulan kita lakukan rapat pleno dengan Pasar Gading, sampai kunjungan lapangan jadi langsung terjun lapangan memberikan arahan.” (Wawancara 08 Desember 2011) Selama implementasi program revitalisasi Pasar Gading tidak pernah terjadi konflik yang cukup besar, kalaupun terjadi konflik itu terkait dengan masalah penempatan. Adanya ketidakpuasan itu muncul ketika pedagang menginginkan tempat yang strategis karena pembagian tempat yang dilakukan oleh Dinas Pengelolaan Pasar akhirnya mereka harus berebut dengan pedagang yang lain. Konflik tersebut dapat diatasi setelah diadakannya musyawarah antara pengurus paguyuban dengan Dinas Pengelolaan Pasar. Karena munculnya perbedaan pendapat antara pedagang terkait mekanisme penempatan, untuk itu pengurus

paguyuban membuat edaran (angket) pilihan penempatan agar para pedagang dapat menyampaikan aspirasi untuk memilih salah satu sistem penempatan, yaitu dengan sistem undian dan sistem nomor urut. Angket tersebut diberikan kepada ±400 pedagang, setelah angket dibagikan kepada pedagang, akhirnya diperoleh hasil 250 orang pedagang memilih nomor urut dan 150 orang pedagang memilih undian, akhirnya pembagian tersebut disesuaikan dengan nomor urut sesuai dengan hasil angket. Nomor urut tersebut berdasarkan atas Surat Hak penempatan (SHP) yang berlaku selama 3 tahun. Berikut ini penuturan Kepala Pasar Gading Surakarta, Bapak Agus:

“ Selama pemerintahan Pak Jokowi ini belum ada konflik antara pedagang dan pengelola DPP terutama dalam rangka merevitalisasi pasar, paling hanya ketidakpuasan hanya segelintir orang ketika pasar direvitalisasi mungkin karena pembagian tempat keinginan dia ingin menempati tempat yang strategis namun hanya segelintir orang tapi semuanya itu sudah dimusyawarahkan dengan paguyuban sehingga pedagang mau menerima.” (Wawancara 13 Desember 2011)

Hal ini juga diungkapkan oleh Sekretaris Paguyuban Pasar Gading Surakarta, Bapak Sumarno:

“ Pernah antar pedagang dulu terkait masalah penempatan dulu ada sedikit pro dan kontra.” (Wawancara 13 Desember 2011)

Implementasi program revitalisasi Pasar Gading memang tidak banyak menimbulkan konflik namun demikian tidak menutup kemungkinan terdapat keluhan dari pedagang, dapat menerima kritik dan saran dari pedagang biasanya disampaikan kepada pengurus paguyuban untuk kemudian melalui paguyuban disampaikan kepada

Dinas Pengelolaan Pasar. Setiap kritik dari pedagang yang disampaikan kepada paguyuban ditampung oleh Dinas Pengelolaan Pasar yang kemudian di Dinas Pengelolaan Pasar kritik tersebut dibahas dan setelahnya dikembalikan dengan musyawarah. Pemerintah Kota selalu welcome dengan kritik dan saran yang sifatnya positif dan akan selalu terbuka sepanjang kritik dan saran itu bersifat konstruktif. Berikut penjelasan Ibu Susi yang menjabat sebagai Kepala Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan (Kasub Bag) Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta:

“ Pemerintah selalu welcome dengan kritik saran yang sifatnya positif kita selalu open, kita welcome sepanjang itu sifatnya konstruktif.” (Wawancara 08 Desember 2011)

Hal ini juga diungkapkan oleh Kepala Pasar Gading Surakarta, Bapak Agus:

“ Saya kira kritik itu tetep ditampung kemudian dilaporkan ke Dinas kemudian dibahas di Dinas permasalahannya apa kemudian di kembalikan dengan musyawarah.” (Wawancara 13 Desember 2011)

Hal tersebut juga dibenarkan oleh Sekretaris Paguyuban Pasar Gading Surakarta, Bapak Sumarno:

“ Biasanya kalau dari pedagang perwakilan, diwakilkan oleh paguyuban.” (Wawancara 13 Desember 2011)

Dari uraian mengenai komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas diatas dapat disimpulkan bahwa proses sosialisasi dan komunikasi yang terjalin antara aparat pelaksana dengan aparat pelaksana dan aparat pelaksana dan pedagang sudah berjalan dengan

baik karena adanya koordinasi yang dilakukan oleh Dinas Pengelolaan Pasar dan para pedagang, pedagang yang diwakili oleh paguyuban sudah dapat menyampaikan aspirasi apabila terjadi ketidaksesuaian antara ketetapan dari Dinas Pengelolaan Pasar dan pendapat dari

pedagang, apabila tercipta ketidaksepakatan maka diadakan

musyawarah antara aparat pelaksana dengan paguyuban untuk mencari jalan tengahnya sehingga tidak terjadi konflik yang besar antara aparat pelaksana dan pedagang, sehingga selama ini konflik hanya ditemui pada saat pembagian tempat dagangan, namun sudah bisa diatasi dengan jalan pengurus paguyuban memberikan angket kepada pedagang untuk memilih sistem apa yang pedagang inginkan dan sebagian besar pedagang menginginkan penataan penempatan dengan sistem nomor urut sesuai SHP.

Dokumen terkait