• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam model implementasi Smith terdapat empat variabel dalam proses implementasi:

Komunikasi antar organisasi dan kegiatan pelaksanaan

Ukuran dan tujuan kebijakan Karakteristik badan pelaksana Disposisi pelaksana Kinerja Implementasi

Lingkungan ekonomi sosial dan politik Sumberdaya

a. Idealized policy

Merupakan pola interaksi yang diinginkan perumus kebijakan dengan tujuan untuk mendorong target group untuk melaksanakan b. Target group

Merupakan kelompok sasaran kebijakan yang diharapkan dapat mengadopsi pola interaksi yang diharapkan perumus kebijakan atau dapat menyesuaikan pola perilakunya dengan kebijakan yang dirumuskan.

c. Implementing organization

Merupakan badan pelaksana atau unit-unit birokrasi pemerintah yang bertanggungjawab dalam implementasi kebijakan

d. Environmental factors

Merupakan unsur-unsur di dalam lingkungan yang mempengaruhi implementasi kebijakan (aspek budaya, sosial, ekonomi, dan politik)

Keempat variabel tersebut tidak berdiri sendiri, tapi merupakan kesatuan atau suatu sistem yang saling mempengaruhi dan berinteraksi secara timbal balik. Proses implementasi tidak berjalan secara linier atau mekanistis, tetapi membuka peluang terjadinya

transaksi melalui proses negosiasi atau bargaining untuk

menghasilkan kompromi terhadap implementasi kebijakan berdimensi target group.

Dalam penelitian ini guna melihat proses Implementasi Program Revitalisasi Pasar Gading, peneliti menggunakan tahapan-tahapan pelaksanaan revitalisasi pasar yang telah ditetapkan oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta. Sedangkan untuk dapat mengetahui faktor-faktor apa yang menjadi penghambat atau pendorong keberhasilan implementasi program, peneliti menggunakan indikator sebagai berikut:

1. Standar dan sasaran kebijakan (Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn)

Standar dan sasaran kebijakan merupakan tolok ukur bagi

keberhasilan Implementasi Program Revitalisasi Pasar

Tradisional. Apabila standar dan sasaran kebijakannya kabur maka pelaksanaan revitalisasi Pasar Gading tidak akan dapat berjalan dengan baik. Standar kebijakan yang digunakan sebagai pedoman adalah SOP yang mengatur pengelolaan dan perlindungan pasar tradisional. Sedangkan sasaran dari program ini adalah tujuan dari revitalisasi pasar tradisional.

2. Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran (Merilee S. Grindle)

Kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran terhadap

program revitalisasi pasar akan sangat mempengaruhi

pelaksanaan program revitalisasi pasar, tanpa adanya kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran maka program akan

mengalami banyak hambatan. Selain itu, tingkat kepatuhan kelompok sasaran terhadap aturan program juga sangat mempengaruhi implementasinya. Kelompok sasaran disini adalah pedagang dan PKL Pasar Gading.

3. Sumber Daya (Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn) Sumber-sumber daya layak mendapatakan perhatian karena menunjang keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber-sumber yang dimaksud mencakup Sumber-sumber daya manusia (aparat pelaksana), dana, data dan fasilitas (instrumen). Meskipun isi kebijakan sudah dikomunikasikan dengan jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumber daya untuk melaksanakan, maka implementasi tidak akan berjalan efektif. Sebaliknya jika implementornya sudah memenuhi syarat tetapi sumber dana / fasilitasnya tidak memenuhi juga akan mengalami hambatan dalam implementasi.

4. Komunikasi Antar Organisasi dan Penguatan Aktivitas (Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn)

Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam memperlancar pelaksanaan suatu kebijakan atau program karena komunikasi merupakan sarana koordinasi antara sesama aparat, maupun antara aparat pelaksana dengan kelompok sasaran, dan juga untuk menyamakan pemahaman dan persepsi antara aparat pelaksana dengan apa yang menjadi tujuan program. Dengan

komunikasi maka semua pelaksana dapat memahami apa yang diharapkan oleh kebijakan yang diimplementasikan.

Dalam penelitian ini, komunikasi terbagi menjadi dua yaitu komunikasi secara horizontal dan komunikasi secara vertikal. Komunikasi vertikal dilakukan oleh aparat pelaksana dengan aparat pelaksana, yaitu antara pegawai Dinas Pengelolaan Pasar dan Kepala Pasar Gading. Sedangkan komunikasi horisontal dilakukan antara pegawai Dinas Pengelolaan Pasar dengan pedagang melalui pengurus paguyuban.

5. Karakteristik Agen Pelaksana (Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn)

Karakteristik yang dimiliki agen pelaksana dapat mendukung pelaksanaan revitalisasi pasar, apabila pola-pola hubungan yang dibentuk oleh Dinas Pengelolaan Pasar dapat dibina dengan baik. Pola-pola hubungan ini tidak saja terjadi hanya diantara aparat pelaksana pada Dinas Pengelolaan Pasar saja tetapi juga terjadi antar SKPD terkait dan juga Kepala Pasar Gading.

6. Disposisi Implementor (Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn)

Disposisi implementor menjadi pendukung keberhasilan

pelaksanaan program revitalisasi pasar tradisional, karena mencakup watak dan karakteristik yang dimiliki oleh setiap implementor. Apabila setiap aparat pelaksana memiliki komitmen

dalam melaksanakan tugas dan memegang teguh komitmen tersebut maka pelaksanaan program akan dapat berjalan dengan baik. Respon dan pemahaman aparat pelaksana terhadap tujuan dari program revitalisasi pasar akan menunjang keberhasilan program.

Alasan peneliti memilih keenam indikator tersebut sebagai indikator karena keenam indikator tersebut merupakan indikator-indikator yang paling cocok untuk membantu penulis mengetahui faktor yang mendorong dan mengahambat pelaksanaan program revitalisasi pasar sehingga dapat menjadi pedoman peneliti selama di lapangan.

B. Revitalisasi

Menurut Kamus Terbaru Bahasa Indonesia (Tim Reality, 2008:555) revitalisi adalah proses, cara. Sedangkan pengertian revitalisasi secara harviahnya adalah:

Menghidupkan kembali, maknanya bukan sekedar mengadakan atau mengaktifkan kembali apa yang sebelumnya pernah ada, tetapi menyempurnakan strukturnya, mekanisme kerjanya, dan menyesuaikan

dengan kondisi baru, semangatnya dan komitmennya.

(www.primatani.litbang.deptan.go.id).

Revitalisasi juga dapat diartikan sebagai upaya pelestarian lingkungan binaan agar tetap pada kondisi aslinya yang ada dan mencegah terjadinya proses kerusakan tergantung dari kondisi lingkungan binaan yang akan dilestarikan, maka upaya ini biasanya disertai pula dengan upaya restorasi,

rehabilitasi dan/atau rekonstruksi. Jadi, revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (www. Pengertian Revitalisasi.com)

Revitalisasi Pasar Tradisional di Kota Surakarta merupakan usaha Pemerintah Kota melalui pembangunan pasar tradisional untuk dapat meningkatkan kinerja dari pasar tradisional yang sudah ada dan juga sebagai sarana pemberdayaan masyarakat pasar juga pedagang kaki lima. Selain kegiatan pembangunan fisik bangunan Pemerintah Kota juga mengadakan kegiatan perbaikan non fisik pada pasar tradisional melalui Program Revitalisasi Pasar Tradisional. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:

a. Peningkatan manajemen pasar yang meliputi kebersihan, kenyamanan, promosi, keamanan, ketertiban dan kesempatan berusaha

b. Peningkatan manajemen PKL yang meliputi penataan, monitoring, penertiba dan kepastian berusaha

c. Peningkatan kualitas SDM pengelola pasar dan pedagang d. Peningkatan dan pengembangan pendapatan pasar

Adanya pelaksanaan Revitalisasi Pasar Tradisional di Kota Surakarta didasarkan pada peraturan-peraturan yang sifatnya vertikal dari pusat. Dasar Hukum dari pelaksanaan Revitalisasi Pasar Tradisional di Kota Surakarta yaitu:

a. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern

b. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional

c. Peraturan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional Kota Surakarta

Dasar hukum tersebut menjadi acuan dan petunjuk bagi Pemerintah Kota beserta para aparat pelaksana untuk dapat melaksanaan Revitalisasi Pasar Tradisional di Kota Surakarta. Tanpa adanya dasar hukum yang jelas maka program ini tidak akan dapat berjalan dengan baik.

Setiap program dilaksanakan guna memenuhi tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Begitu pula dengan Program Revitalisasi Pasar Gading, program ini juga mempunyai tujuan dan sasaran yang harus diwujudkan, antara lain:

a. Meningkatkan daya saing pedagang pasar tradisional dengan pasar modern. b. Meningkatkan tingkat hunian dan pengunjung.

c. Memberikan kontribusi pengelolaan dengan lingkungan dan Pemerintah setempat.

d. Menciptakan Pasar Gading yang bersih, sehat, rapi dan indah serta berkeadilan (Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta)

Dokumen terkait