• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI DAN KONSELING

Dalam dokumen Buku Sakti Ujian Profesi Farmasi (Halaman 187-200)

5 Juli 2005

Dr. RA. Oetari, SU.Apt.

1. Jelaskan macam cara mendidik pasien. Bagaimana membuat bahan untuk mendidik pasien secara tertulis?

Jawab:

Metode mendidik pasien a) Ceramah

b) Dialog dan diskusi

c) Informasi tertulis (print information) d) Alat bantu audio-visual

e) Teknik demonstrasi dan praktek

f) Bantuan computer (program di CD yang bisa dilihat pasien di rumah) g) Video simulasi

Membuat bahan untuk mendidik pasien secara tertulis a) Kalimat pendek dan sederhana

b) Gunakan kalimat perintah c) Gunakan kata-kata umum d) Buat kalimat dan paragraf pendek e) Spesifik

f) Gunakan margin dan space yang cukup g) Susunan sistematis

h) Gunakan warna

i) Gunakan tabel, diagram j) Gunakan angka arab

2. Apa tujuan Farmasis memberikan petunjuk umum/label? Beri 3 contoh label tersebut. Jawab:

Tujuan:

a) Meyakinkan pasien untuk memahami sepenuhnya bagaimana memperoleh keuntungan maksimum dari perawatan

b) Memberikan arahan pengobatan dan memastikan pasien mengerti petunjuk.

Puni, Laras, Sintiya, Mami, Greta a. Jangan minum alkohol saat menjalankan perawatan dengan obat kecuali disarankan oleh

dokter atau apoteker anda.

Label ini digunakan pada obat-obat yang dikontraindikasikan dengan alkohol, obat diabetes oral, penghambat MAO, disulfiram, beberapa antikoagulan.

b. Obat ini harus diminum sedikitnya setengah jam sebelum makan dan 3 jam setelah makan. Label ini digunakan untuk obat-obat yang harus digunakan pada saat perut kosong contohnya eritromisin, ketokonazol, dapson, itrakonazol.

c. Jangan minum susu, antasida, suplemen besi atau kalsium dalam 2 jam untuk tiap dosis obat ini.

d. Obat ini dapat menyebabkan rasa kantuk dan efeknya dapat meningkat bila dikonsumsi bersama alkohol. Jika minum obat ini, tidak boleh mengemudikan kendaraan bermotor atau menjalankan mesin

e. Hindari kulit terkena sinar matahari langsung secara berlebihan selama menjalani perawatan dengan obat ini

f. Konsultasikan dengan dokter atau apoteker Anda sebelum menggunakan aspirin selama menjalani perawatan dengan obat ini

Dra. Nusratini, SU., Apt.

1. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memberikan konseling. Sebutkan dan berikan penjelasannya.

Jawab:

a. karakteristik pasien

Konseling harus disesuaikan dengan pasien yang dihadapi

- Lansia, biasanya dalam pengobatan akan mendapatkan obat dalam junmlah yang banyak. Disisi lain lansia sudah mengalami kemunduran fungsi fisiologi tubuhnya sehingga kemungkinan dapat menimbulkan reaksi efek samping obat dalam pengobatan. Hal inilah yang perlu perhatian yang khusus dan terkadang dapat menimbulkan problem saat konseling.

- Anak-anak, kondisi fisiologinya berbeda dengan orang dewasa, oleh karena itu anak-anak bukan merupakan orang dewasa dalam bentuk mini. Maka perlu perhatian khusus.

- Latar belakang budaya yang berbeda, akan memberikan persepsi yang berbeda terhadap penyakit. Contohnya : muntah dan diare ada sebagian kalangan masyarakat yang menganggap hal tersebut merupakan proses alami sehingga jika dibiarkan saja tidak apa-apa. Padahal diare dapat berakibat pada dehidrasi, sehingga sebagai farmasis kita harus dapat mengatasi kondisi budaya yang seperti itu.

- Kekurangan dari pasien, terkadang saat menghadapi pasien seorang farmasis tidak begitu saja dengan mudah mendapatkan kondisi atau info yang diperlukan maka farmasis harus rajin membaca buku dan juga harus pintar dalam membaca situasi pasien.

Puni, Laras, Sintiya, Mami, Greta Contoh: terkadang kita akan bertemu dengan pasien dengan keadaan kekurangan dalam pendengaran → sebagai seorang farmasis kita harus dapat membaca tanda-tanda bahwa pasien kita kekurangan dalam pendengaran, hal ini dapat dilihat dari hasil komunikasi yang tidak nyambung. Maka farmasis harus menjelaskan pelan-pelan dengan gerakan bibir yang terbaca, atau menggunakan bahasa isyarat (non-verbal) namun hal yang perlu diingat bahwa semua proses bantuan yang kita berikan harus mengikuti etika yang berlaku dan jangan memberikan bahasa nonverbal di depan umum.

- Pasien yang buta huruf (tidak dapat membaca), biasanya pasien dengan kharakteristik ini akan malu untuk berkata jujur. Maka sebagai farmasis kita dapat melihat tanda-tanda: pasien buta huruf biasanya akan mengatakan kacamatanya ketinggalan.

- Gaya hidup dan pekerjaan, hal ini sangat penting untuk diketahui olaeh farrmasis karena jika pemberian obat tidak disesuaikan dengan gaya hidup dan pekerjaan akan berbahaya. Contoh : supir bekerja malam hari → jika ada obat yang memberikan rasa kantuk maka penggunaannya harus disesuaikan.

b. karakteristik obat

Obat pada dasarnya dibagi menjadi dua kelompok : - Obat non resep

- Obat yang harus melalui resep dokter

Konseling yang diberikan harus tepat sesuai dengan karakteristik obat.

Contoh : obat dengan resep biasanya mempunyai tingkat keberbahayaan yang tinggi (lebih berersiko) dibanding obat non resep, maka farmasis harus berhati-hati dan memberikan konseling yang tepat pada pasien. Sebaliknya obat non resep tingkat resikonya lebih kecil (meskipun dalam pemakaian yang salah dan dalam jangka waktu lama memiliki tingkat bahaya yang lebih tinggi).

Selain kedua obat diatas maka kharakteristika obat lain yang perlu diperhatikan adalah: - Obat yang mungkin berinteraksi dengan banyak obat dan efek samping yang berbahaya - Obat dengan cara penggunaan yang sulit.

Misalnya; hand healer → dalam penggunaannya farmasis harus benar-benar menjelaskan agar pasien mengerti. Alat bantu yang dapat dipakai : diagram, gambar, atau dengan memperagakan alat secara langsung)

- Obat yang pada penggunaanya tidak langsung kelihatan efeknya.

Misalnya, untuk obat-obat hipertensi pasien tidak akan langsung merasakan efeknya bahkan terkadang akan menimbulkan efek lain seperti batuk-batuk pada penggunaan kaptopril. Hal tersebut berdampak pada ketidak patuhan pasien dalam menggunakan obat. Farmasis harus dapat memberikan konseling yang tepat tentang obat dengan sifat ini.

Pengatasannya: agar patuh maka tensi harus dikontrol denganpemeriksaan tekanan darah, dijelaskan juga kepada pasien kenapa kok tekanan darahnya itu harus turun.

c. karakteristik kondisi

- Pasien dengan penyakit epilepsi → dari hasil analisis resep farmasis dapat mengetahui bahwa pasien tersebut menderita penyakit epilepsi, maka secara etika farmasis tidak boleh memberitahu/ melakukan konseling di depan umum. Diperlukan privacy, terutama pada kasus-kasus yang kemungkinan akan mempermalukan pasien. Selain ruangan privacy maka farmasis dalam memberikan konseling tidak boleh dengan suara yang keras-keras.

Puni, Laras, Sintiya, Mami, Greta Dalam melakukan konselingfarmasis tidak boleh memberikan janji kesembuhan yang perlu ditekankan adalah kepatuhan pasien dalam menggunakan obat sehingga dapat mengurangi rasa sakit.

Contoh lain; pasien dengan gagal ginjal kronis,terkadang akan tidak patuh dalam meminum obat karena timbul perasaan apatis, sebab dia tahu kalau tidak akan sembuh. Maka sebagai farmasis kita harus memotiovasi pasien untuk tetap menggunakan obatnya karena pada gagal ginjal kronis biasanya terjadi udema, dan jika diuretiknya tidak diminum maka pasien akan semakin menderita.

d. karakteristik situasi

- Pasien yang baru datang ke apotek dan pasien yang sudah terbiasa datang ke apotek. Pasien baru → perlu menggali info dari pasien (medical history).

Pasien lama → sudah ada info temtang pasien tersebut, misal; alergi, pekerjaan dll. Sehingga memudahkan dalam penanganan.

Pasien dalam keadaan:

- Marah → biasanya karena tidak mau divonis terhadap penyakit tertentu yang sangat berat. Maka farmasis harus lebih mengerti dan memahami (jadi farmasis tu ususnya harus panjang ya,...yang sabar kan kalo sabar di sayang Tuhan he333)

- Pasien yang takut pada penyakitnya. - Pasien yang emnosional, kecewa dll.

- Pasien yang buru-buru dan pasien yang santai penangananya berbeda. Konflik yang biasanya terjadi adalah pasien tidak mau menunggu lama, dilain pihak obatnya sangat banyak sehingga farmasis harus pinter2 menjelaskannya.

2. Sebutkan langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh seorang Farmasis untuk dapat memulai kegiatan konseling (Self-Development of Counseling Pharmacist).

Jawab:

Melakukan Konseling Step Demi Step

a. Farmasis mau berinteraksi secara personal kepada setiap pasien

Kita harus mampu untuk menghadapi pasien terlebih dahulu sehingga dibutuhkan keberanian dari farmasis dengan berada di depan saat di apotek. Contohnya : - saat pasien datang ke apotek langsung kita sapa

- perkenalkan diri pada pasien sesaat sebelum melayani pasien - sedapat mungkin R/ yang datang kita terima langsung dari pasien

- jika perlu tanyakan keluhan pasien untuk meyakinkan terapi yang diberikan adalah rasional

- setelah R/ dilayani, kita-lah yang menyerahkan pada pasien

- saat penyerahan obat sebisa mungkin jawab semua pertanyaan yang diajukan oleh pasien, dll.

Yang penting selalu lakukan interaksi dengan pasien setiap ada kesempatan. b. Memberikan konseling secara lengkap

Tahap ini dilakukan jika kita sudah benar-benar siap menghadapi pasien, memberikan informasi dan siap melakukan konseling. Jika kita masih ragu-ragu maka dapat memulai dengan pemberian konseling pada pasien tertentu saja yang penyakit dan terapinya benar-benar kita kuasai. Sesuaikan dengan penyakit yang paling banyak diderita pasien dan obat yang akan diterimanya.

Puni, Laras, Sintiya, Mami, Greta

Misal di sekitar apotek ada praktek dokter spesialis penyakit dalam (internis) dan dokter tersebut sering mengirim pasien ke apotek kita untuk diberi obat yang sesuai. Maka kita harus mau mempelajari penyakit yang sering diderita pasien dan obat-obat yang sering digunakan oleh dokter tersebut. Sehingga kita akan lebih memahami masalah penyakit dalam dan siap memberikan konselingnya.

Selain itu, karena hampir semua pasien menerima resep dengan antibiotik sehingga penting bagi kita untuk memahami dan menguasai segala hal tentang antibiotik. Namun sebagai farmasis yang profesional kita hendaknya harus mau mempelajari berbagai macam penyakit dan obat-obat yang sesuai. Sehingga konseling dapat kita berikan pada setiap pasien yang sekiranya membutuhkan informasi dari kita (terutama penyakit kronis yang tidak mungkin sembuh seumur hidupnya dan sangat memerlukan kepatuhan dari pasien)

c. Memberikan pelayanan kefarmasian pada komunitas sekitar

Tidak hanya di apotek, kita juga dapat memberikan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat sekitar apotek atau tempat tinggal kita. Misal melakukan penyuluhan terhadap ibu-ibu PKK tentang cara penyimpanan obat yang benar, membedakan obat asli dari yang palsu, cara mendapatkan pengobatan yang aman, menjaga kesehatan diri, keluarga dan lingkungan, dll. Dengan penyuluhan ini maka kita dapat mengenalkan diri di masyarakat dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan memberikan informasi.

Hal-hal yang perlu diingat saat melakukan konseling adalah:

 Konseling bersifat induvidual hanya berlaku pada kondisi penyakit dan pasien tertentu saja. Pastikan p mendapatkan informasi yang benar-benar dibutuhkan.

Pasien berlangganan sudah diketahui riwayat penyakit dan pengobatannya. Hal-hal yang telah disampaikan tidak perlu diulang jika pasien sudah mengerti.

Pasien baru perlu diketahui riwayat penyakit dan pengobatannya. Lalu info yang diberikan disesuaikan dengan info yang dibutuhkan pasien.

 Pasien yang sama belum tentu datang dengan kondisi emosi yang sama. Bisa saja karena pasien yang dulunya ramah sekarang menjadi pemarah karena pasien menderita penyakitt tertentu yang membuatnya tertekan. Terhadap kondisi ini qt harus menyampaikan kalimat positif untuk menenangkan pasien dan pasien tidak khawatir terhadap penyakitnya. Bila kondisi pasien tidak memungkinkan untuk diberikan konseling, maka farmasis dapat membuat janji untuk mengadakan konseling di lain waktu.

3. a. Ny. Adriani seorang penderita DM mendapatkan obat: injeksi insulin. Berikan konselingnya, termasuk pilihan tempat penyuntikannya.

Jawab:

Konseling yang diberikan

- berikan penjelasan tentang penyakit DM

- insulin adalah obat untuk menurunkan kadar gula darahnya yang tinggi sehingga efeknya dapat terlihat dengan melakukan cek kadar gula darah

- insulin digunakan dengan disuntikkan di bawah kulit, praktekkan cara penyuntikannya

- insulin merupakan hormone sehingga penyimpanannya harus dilakukan dengan hati-hati yaitu di lemari pendingin

Puni, Laras, Sintiya, Mami, Greta b. Tn. Hananto seorang penderita hipertensi, pelanggan apotek “Fitria” mendapatkan obat: Kaptopril 12,5 mg sebanyak 30 tablet 3 kali sehari serta salep mata dan tetes mata Kloramfenikol. Anda sebagai seorang Farmasis harus memberikan konseling. Jelaskan hal-hal apakah yang harus anda berikan dalam konseling tersebut.

Jawab:

a. Pasien usia lanjut mengalami penurunan fungsi organ dan berkurangnya kemampuan fisik (penglihatan) yang diperparah oleh adanya penyakit infeksi mata yang diderita pasien. b. Penggunaan obat salep mata dan tetes mata perlu didemonstrasikan cara pemakaiannya.

Penggunaan obat tetes mata perlu dimonitor apakah selama ini pasien telah menggunakannya dengan cara yang benar.

c. Untuk meningkatkan kepatuhan pasien, jadwal penggunaan obat tetes mata dan salep mata diberikan pada waktu tidak bersamaan. Salep mata diberikan pada malam hari sebelum tidur agar tidak mengganggu jam istirahan pasien (bila harus bangun pada tengah malam). d. Obat hipertensi (kaptopril) mungkin tidak memberikan perubahan simptom penyakit pasien

tapi akan terlihat jika pasien melakukan cek tekanan darah, dalam keadaan ini pasien perlu diberi pengertian tentang hipertensi. Tekanan darah pasien perlu dikontrol. Perubahan kebiasaan pasien dapat membantu penurunan tensi pasien ke tingkat normal.

e. Sampaikan makanan dan minuman yang harus dihindari oleh pasien.

Jawaban singkat dari Larasati Nomor 1

Kayaknya jawaban soal ini ada hubungannya ma tailoring counseling. Apa iya?? Kalo ada yang kurang bener, mohon dikoreksi n aq dikasih tau yaw... ☺

Berkomunikasi dan memberikan konseling kadang terlihat mudah namun sebenarnya konseling memerlukan banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan farmasis memberikan konseling yang tepat sasaran. Dalam tailoring counseling, farmasis memaksimalkan konseling terkait dengan kajian dan spesifik terhadap masing-masing pasien.

Faktor yang harus diperhatikan yaitu :

Karakteristik pasien = konseling harus disesuaikan dengan pasien yang dihadapi

1. Lansia, biasanya dapet obat dalam jumlah banyak, sedangkan di sisi lain mengalami kemunduran fungsi fisiologis tubuh. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus

2. Anak-anak, mereka bukan miniatur orang dewasa

3. Latar belakan yang berbeda akan memberikan persepsi yang berbeda terhadap penyakit 4. Pasien dengan disability (misalnya buta huruf) biasanya malu untuk berkata jujur 5. Gaya hidup dan pekerjaan, hal ini penting diketahui farmasis.

Karakteristik obat

1. Obat resep, mempunyai tingkat risiko dan tingkat keberbahayaan yang lebih tinggi dibanding obat nonresep

Puni, Laras, Sintiya, Mami, Greta 2. Obat nonresep, meskipun tingkat risiko lebih kecil, pemakaian yang salah dalam jangka

waktu lama dapat membahayakan pasien. Selain itu,

3. Obat yang mungkin berinteraksi dengan banyak obat lain dan efek samping yang berbahaya

4. Obat dengan cara penggunaan yang sulit, misalnya nebulizer

5. Obat yang efeknya tidak langsung terasa setelah penggunaan, misalnya obat hipertensi Karakteristik Kondisi = Farmasis memberikan konseling sesuai dengan kondisi yang bersangkutan, contohnya :

1. Pasien epilepsi >> dari analisis resep dapat diketahui bahwa pasien menderita eilepsi, maka secara etis farmasis tidak memberikan konseling di depan umum. Artinya, kondisi-kondisi yang memungkinkan dapat membuat malu pasien, ciptakan suasana privacy saat konseling. Suara farmasis juga jangan keras-keras.

2. Pasien yang tidak dapat sembuh (AIDS, kanker, hipertensi) >> dalam konseling, farmasis jangan memberi janji palsu bahwa pasien akan sembuh. Yang perlu ditekankan adalah kepatuhan pasien dalam meminum obat untuk dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.

Karakteristik situasi = pasien baru dan pasien lama membutuhkan penanganan yang berbeda 1. Pasien baru >> perlu menggali info dari pasien (riwayat pengobatan)

2. Pasien lama >> sudah ada info misalnya mengenai alergi, pekerjaan, dll sehingga memudahkan penanganan. Selain itu, pasien dalam keadaan :

3. marah, biasanya karena tidak mau divonis terhadap penyakit tertentu yang sangat berat. Maka farmasis harus dapat memahami hal ini. (orang sabar disayang Tuhan)

4. takut terhadap penyakitnya 5. kecewa

6. pasien yang sedang terburu-buru (biasanya ga mau nunggu lama) Nomor 2

Progressing into counseling step by step:

1. Farmasis mau berinteraksi secara personal terhadap pasien. Untuk mampu memberikan konseling maka farmasis harus mampu menghadapi pasien terlebih dahulu, dibutuhkan keberanian farmasis untuk berada sebagai lini depan apotek. Contoh : menyapa pasien ketika datang, memperkenalkan siapa kita, dan sebisa mungkin menerima langsung resep dari pasien.

2. Farmasis memberikan konseling secara lengkap. Tahap kedua ini kita lakukan jika kita memang sudah siap menghadapi pasien, memberikan informasi, dan siap melakukan konseling. Atau jika kita masih ragu, kita dapat memulai konseling pada pasien tertentu dengan penyakit dan terapi yang benar-benar kita kuasai. Meskipun demikian, farmasis hendaknya bersikap profesional untuk mau mempelajari berbagai macam penyakit dan pengobatannya.

3. Memberikan pelayanan kefarmasian pada komunitas sekitar. Farmasis tidak hanya memberikan pelayanan kefarmasian di apotek, tetapi juga di sekitar apotek dan tempat tinggal farmasis. Mungkin pada saat kerja bakti kampung ato kegiatan kebersihan, farmasis dapat memberikan penyuluhan mengenai diare, flu burung, dll. bisa juga mengisi penyuluhan saat arisan ibu-ibu PKK mengenai cara menyimpan obat yang benar (komentar : KKN banget !!). Yang penting farmasis mempu mengenalkan peran farmasis di masyarakat dan meningkatkan kemampuan kita dalam berkomunikasi dan memberi informasi.

Puni, Laras, Sintiya, Mami, Greta Dalam memulai konseling farmasis harus ingat bahwa farmasis harus assertive dan memberikan konseling sesuai kebutuhan pasien, yaitu :

1. Konseling harus disesuaikan pada masing-masing pasien (karena bersifat individual) pada situasi dan kondisi yang individual juga (komentar : niy maksudnya tailoring counseling mungkin ya....)

2. Farmasis harus mampu menangani pasien dan kondisi yang sulit, misalnya pasien marah, bingung, dan mudah tersinggung.

Nomor 3

a. Konseling yang diberikan dan pilihan tempat penyuntikannya antara lain :

Injeksi insulin biasanya diberikan sebelum makan dan harus digunakan secara teratur agar kadar gula darh tetap terjaga.

Rubahlah pola makan, antara lain perbanyak makanan rendah gula, diet pembatasan kalori. Perbanyak olahraga, gerak badan secara teratur (jalan kaki, bersepeda). Jika pasien sering merokok maka kebiasaan itu sebaiknya segera dihentikan.

Efek samping insulin antara lain hipoglikem, hipokalemi, reaksi di tempat injeksi, rash, reaksi alergi, retensi natrium dan edema. Jika terjadi reaksi hipersensitivitas sebaiknya terapi segera dihentikan.

Pilihan tempat penyuntikannya antara lain perut, paha, lengan atas, pinggul belakang (apa lagi ya??)

b. Hal-hal yang harus diberikan dalam konseling tersebut :

Kaptopril harus diminum teratur dan digunakan pada saat perut kosong. Walaupun efek antihipertensinya tidak langsung terasa tapi obat tetap harus selalu diminum teratur untuk menjaga tekanan darah Tn. Hananto agar tidak tinggi.

Makanan yang harus dihindari antara lain jeroan, keju, selai kacang, santan, margarin, garam dapur, soda, makanan awetan karena dapat meningkatkan tekanan darah. Perbanyak makan sayur dan buah-buahan. Kopi juga harus dihindari. Luangkan waktu untuk berolahraga teratur sekurang-kurangnya 30-60 menit sebanyak 2-3 x seminggu. Selain itu, hindari stres yang berlebihan dan istirahat yang cukup.

Efek samping kaptopril antara lain hipotensi, anemia, ruam kulit, batuk kering, perubahan indera pengecap. Jika terjadi efek samping tersebut sebaiknya segera hubungi dan periksa ke dokter.

Perlu disampaikan cara menggunakan tetes mata yang benar dan ditekankan hal-hal yang penting pada Tn. Hananto, antara lain setelah meneteskan obat pada mata maka mata dipejamkan selama ± 2-3 menit, setelah pemakaian botol ditutup kembali dan jangan menyentuh ujung penetes dengan apapun, simpan obat di tempat yang sejuk dan gelap, setelah ± 4 minggu obat dibuang walaupun masih belum habis karena sudah kurang terjamin kesterilannya jadi catatlah waktu pertama kali obat dibuka. Juga perlu disampaikan cara menggunakan salep mata yang benar dan ditekankan

hal-hal yang penting, antara lain setelah mengoleskan obat pada mata maka mata dipejamkan selama ± 2-3 menit supaya salep dapat tersebar merata, pandangan mungkin akan menjadi kabur dan terasa pedih ketika membuka mata, jangan menggosok mata karena hal ini akan hilang sendirinya setelah beberapa saat, setelah pemakaian tube ditutup kembali dan jangan menyentuh ujung tube dengan apapun, setelah ± 4 minggu obat dibuang walau masih belum habis.

Jika harus menggunakan salep mata dan tetes mata (seperti yang dialami Tn. Hananto) maka tetes mata digunakan terlebih dahulu dan tunggu sekitar 5 menit sebelum menggunakan salep mata.

Puni, Laras, Sintiya, Mami, Greta

Dr. R.A. Oetari, S.U., Apt.

21 Juni 2005

1. Jelaskan bahwa persyaratan agar konseling efektif dan efisien dengan konsep 4A ! 2. Desain layout apotek dengan ukuran 10x10 cm !

3. Sebutkan urutan pertimbangan efisiensi farmasis dan keefektifan melakukan konseling kepada pasien melalui telepon !

4. Buatlah contoh percakapan antara Anda dan pasien yang menebus obat bahwa dia sakit kanker dan 2 hari lagi akan operasi !

Jawaban : 1. Availability

Maksudnya niy keberadaan farmasis dapat diakses oleh pasien. Caranya :

• untuk kesan pertama, farmasis harus tampak beda, caranya : pake name tag, jas apoteker dengan warna yang berbeda, layout apotek diperbaiki supaya farmasis bisa lebih dekat dengan pasien.

• penyerahan obat dilakukan langsung oleh farmasis • membuat jadwal konseling dengan pasien

• promosi peran farmasis dalam kegiatan kemasyarakatan, misalnya niy membuat klub jantung sehat trus farmasis berperan aktif memberi edukasi dan konseling

Atmosphere

Farmasis menciptakan suasana supaya pasien nyaman dalam memberikan info, bertanya, berdiskusi, dan berkonsultasi tentang penyakit dan obatnya, caranya :

• memberi ruang privat dan semiprivat khusus untuk konseling

• menggunakan bahasa nonverbal untuk membuat pasien nyaman dan dekat

• menciptakan suasana konseling yang nyaman seperti mengurangi suara bising atau memperdengarkan musik yang menenangkan

Approach

Farmasis mempersiapkan dan mengorganisir secara sistematik apa saja yang akan dibicarakan untuk menciptakan pendekatan terhadap pasien, caranya :

• menyusun protap apa saja yang akan dibicarakan

Dalam dokumen Buku Sakti Ujian Profesi Farmasi (Halaman 187-200)