• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Danau/ Waduk /Situ/Embung

Dalam dokumen BUKU II IKPLHD KAB.DHARMASRAYA 2016 (Halaman 101-108)

ANALISIS PRESSURE, STATE, DAN RESPONSE ISU LINGKUNGAN HIDUP

PEMERINTAH KABUPATEN DHARMASRAYA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

3.2. KUALITAS AIR

3.2.3. Kondisi Danau/ Waduk /Situ/Embung

Embung atau tandon air merupakan waduk berukuran mikro di lahan pertanian (small farm reservoir) yang dibangun untuk menampung kelebihan air hujan di musim hujan. Air yang ditampung tersebut selanjutnya digunakan sebagai sumber irigasi suplementer untuk budidaya komoditas pertanian bernilai ekonomi tinggi (high added value crops) di musim kemarau atau di saat curah hujan makin jarang. Embung merupakan salah satu teknik pemanenan air (water

harvesting) yang sangat sesuai di segala jenis agroekosistem. Teknologi embung

atau tandon air merupakan salah satu pilihan yang menjanjikan untuk mengatur ketersediaan air agar dapat memenuhi kebutuhan air (water demand) yang semakin sulit dilakukan dengan cara-cara alamiah (natural manner) karena teknologinya sederhana, biayanya relatif murah dan dapat dijangkau kemampuan petani. Di lahan rawa namanyapondyang berfungsi sebagai tempat penampungan air drainase saat kelebihan air di musim hujan dan sebagai sumber air irigasi pada musim kemarau. Sementara pada ekosistem tadah hujan atau lahan kering dengan

intensitas dan distribusi hujan yang tidak merata, embung dapat digunakan untuk menahan kelebihan air dan menjadi sumber air irigasi pada musim kemarau. Secara operasional sebenarnya embung berfungsi untuk mendistribusikan dan menjamin kontinuitas ketersediaan pasokan air untuk keperluan tanaman ataupun ternak di musim kemarau dan penghujan.

Hasil inventarisasi danau, situ dan waduk pada tahun 2016 menunjukkan bahwa Kabupaten Dharmasraya tidak memiliki danau dan situ/waduk, tetapi memiliki Embung yang tersebar di beberapa kecamatan. Kabupaten Dharmasraya memiliki 16 (enam belas) embung yaitu embung Sei Lamak, Bukit Labu, Calau/Sawah Tabek, Sungai Kamang/Ampang Kamang, Bawah Koto, Si Jawi- Jawi, Rawang Tikuluk Tingga, Ranah Tabek, Kamang Mani, Sungai Jernih, Lubuk Tunggal, Sungai Talang/Mudik Singgolan, Lubuk Banio, Sei Ngalau, Sei Bungin, dan Koto Ranah.

Pada Gambar 3.2.20. terlihat perbandingan luas dan volume masing- masing embung yang ada di Kabupaten Dharmasra. Semua embung yang ada di Kabupaten Dharmasraya memiliki luas 5,42 Ha dan kapasitas volume sebesar 101,350 m3. Embung Ampang Kamang adalah embung terluas dan terbesar

dengan luas 1,50 Ha dan kapasitas embung 45,000 m3. (Sumber: Tabel-16.

Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016).

Pada tahun 2016 tidak terjadi perubahan jumlah embung, karena tidak ada pembangunan embung baru dan hanya berupa perbaikan, hal ini terlihat dari jumlah embung yang sama dengan tahun sebelumnya yang bersumber dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Dharmasraya. Embung yang terdata oleh Dinas PU Kabupaten Dharmasraya ini tersebar di 6 (enam) Kecamatan yaitu 1 (satu) embung di Kecamatan Sungai Rumbai, 2 (dua) embung di Kecamatan Koto Besar, 2 (dua) embung di Kecamatan Sitiung, 3 (tiga) embung di Kecamatan Timpeh, 5 (lima) embung di Kecamatan Pulau Punjung, dan 3 (tiga) embung di Kecamatan IX Koto, dengan total keseluruhan berjumlah 16 (enam belas) embung. (Sumber:

Gambar 3.2.20.

Luas dan Volume Embung di Kabupaten Dharmasraya

Sumber: Olahan Tabel-16. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya, 2016.

Pada Kecamatan Sungai Rumbai hanya terdapat 1 (satu) embung yaitu Embung Sungai Jernih yang berlokasi di Kodran Nagari Kurnia Koto Salak.

Embung juga terdapat di Kecamatan Koto Besar dengan jumlah 2 (dua) embung yang berlokasi yaitu, Embung Sei Bungin di Mayang Taurai Nagari Koto Gadang, dan Embung Koto Ranah di Koto Ranah Nagari Koto Gadang.

Pada Kecamatan Situng terdapat sebanyak 2 (dua) embung dengan lokasi yaitu Embung Si Jawi-Jawi di Nagari Siguntur, dan Embung Ranah Tikuluk Tingga di Nagari Sitiung.

Kecamatan Timpeh memiliki 3 (tiga) embung yang masing-masingnya berlokasi yaitu, Embung Ranah/Tabek di Nagari Trimulya, Embung Kamang Mani di Nagari Tabek Penyubarangan, dan Embung Sei Ngalau di Nagari Timpeh. Lima Embung yang terdapat di Kecamatan Pulau Punjung masing-masing berlokasi yaitu, Embung Sungai Lamak di Lubuk Bulang Nagari Gunung Selasih, Embung Bukit Kubu di Nagari IV Koto Pulau Punjung, Embung Sungai

Kamang/Ampang Kamang di Sei Kilangan Nagari Sungai Dareh, Embung Calau Sawah Tabek di Nagari Sei Kambut/IV Koto, dan Embung Bawah Koto di Koto Gadang Nagari Sungai Dareh.

Selebihnya, 3 (tiga) Embung terdapat pada Kecamatan IX Koto yang berlokasi masing-masingnya yaitu, Embung Lubuk Tunggal di Koto Baru Nagari Silago. Embung Sungai Talang/Mudik Singgolan di Ampang Kuranji Nagari Silago dan Embung Lubuk Banio di Koto Baru Nagari Silago. (Sumber: Tabel-

16B. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016).

Gambar 3.2.21.

Luas Sawah Irigasi Yang Dialiri Air Embung

Sumber: Olahan Tabel-16C. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya, 2016. Embung dapat berfungsi untuk mengairi lahan pertanian, termasuk sawah irigasi. Embung yang dibuat di Kabupaten Dharmasraya dapat mengairi sawah irigasi seluas 428,10 Ha. Perbandingan luasan sawah yang dapat dialiri oleh air embung dapat dilihat pada Gambar 3.2.21.

Untuk embung Sei Lamak yang berlokasi di Kecamatan Pulau Punjung mampu mengairi sawah irigasi seluas 94 Ha dengan kapasitas 13.125 m3. Embung

Calau Sawah Tabek yang juga berlokasi di Kecamatan Pulau Punjung mampu mengairi sawah irigasi seluas 60 Ha dengan kapasitas 18.000 m3. Embung

Kamang mani di Kecamatan Timpeh mampu mengairi sawah irigasi seluas 50 Ha dengan kapasitas 6.000 m3. Jadi tidak semua embung dengan luas dan volume

yang lebih besar dapat dimanfaatkan sepenuhnya untuk mengairi sawah irigasi. Perbandingan sumber air embung, luas dan volume embung, luas sawah irigasi yang dapat dialiri, serta panjang saluran pembawa air irigasi embung yang terdapat di Kabupaten Dharmasraya dapat dilihat pada Tabel 3.2.3. (Sumber: Tabel-16, Tabel-16C, Tabel-16D, Tabel-16E, Lampiran Dokumen IKPLHD

Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016).

Tabel 3.2.3.

Perbandingan Sumber Air, Luas dan Volume Embung, Luas Sawah Irigasi Yang Dapat Dialiri, Serta Panjang Saluran Pembawa

No Nama Embung Sumber Air Luas(Ha) Volume(m3)

Sawah Irigasi (Ha) Saluran Pembawa (km) Primer Sekunder (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Sungai Lamak Sei Lamak 0,525 13,125 94,00 1,68 2,837 2 Bukit Kubu Mata Air 0,02 300,00 15,00 0,00 0,554 3 Calau SawahTabek Mata Air 1,20 18,00 60,00 0,00 0,252 4 Sungai Kamang/Ampang

Kamang Sei Kamang 1,50 45,00 40,00 0,33 0,969 5 Bawah Koto Mata Air 0,02 400 17,00 0,00 0,986 6 Sijawi-jawi Sei Udang 0,80 12,00 40,00 0,00 1,512 7 Rawang TikulukTingga Sei London 0,125 1,875 15,00 0,00 0,355 8 Ranah Tabek Mata Air 0,24 2,88 30,00 0,00 2,070 9 Kamang Mani Sei KamangMani 0,40 6,00 50,00 0,00 0,300 10 Sei, Ngalau Sei, Jernih 0,075 1,50 0,00 0,00 2,130 11 Sungai Jernih SungaiLabuai 0,15 2,250 18,00 0,00 0,768 12 Lubuk Tunggal Sei Talang 0,15 1,80 25,00 0,00 0,322 13 Sungai Talang/Mudik

Singgolan LubukBanio 0,005 45,00 10,00 0,00 0,428 14 Lubuk Banio Sei Ngalau 0,15 2,20 0,00 0,00 1,114 15 Sei, Bungin Sei Bungin 0,25 3,75 8,60 0,00 0,001

No Nama Embung Sumber Air Luas(Ha) Volume(m3) SawahIrigasi (Ha) Saluran Pembawa (km) Primer Sekunder (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

16 Koto Ranah Mata Air 0,36 3,60 5,50 0,00 0,001

Total 5,97 114,775 428,10 2,01 14,60

Sumber: Olahan Tabel-16, 16C, 16D, 16E , Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya, 2016.

Sumber air embung yang ada di Kabupaten Dharmasraya berasal dari sumber yang berbeda, ada yang berasal dari mata air dan ada pula yang berasal dari air sungai. Beberapa embung yang bersumber dari air sungai yaitu embung Sungai Lamak bersumber dari Sungai Lamak, embung Ampang Kamang bersumber dari Sungai Kamang, embung Si Jawi-jawi bersumber dari Sungai Udang, embung Rawang Tikuluk Tingga bersumber dari Sungai Lodan, embung Kamang Mani bersumber dari Sungai Kamang Mani, embung Sungai Jernih bersumber dari Sungai Jernih, embung Lubuk Tunggal bersumber dari Sungai Labuai, embung Sungai Talang/Mudik Singgolan bersumber dari Sungai Talang, embung Lubuk Banio bersumber dari Lubuk Banio, embung Sei Ngalau bersumber dari Sungai Ngalau, dan embung Sei Bungin bersumber dari Sungai Bungin. Embung yang bersumber dari mata air yaitu air embung Bukik Labu, embung Calau Sawah Tabek, embung Bawah Koto, embung Ranah Tabek, dan embung Koto Ranah. (Sumber: Tabel-16D. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016).

Saluran pembawa air embung terdiri dari saluran primer sepanjang 2,01 Km dan saluran sekunder sepanjang 14,60 Km, sehingga total panjang saluran pembawa adalah 16,60 Km, Saluran pembawa terpanjang terdapat pada embung Sungai Lamak di Nagari Gunung Selasih Kecamatan Pulau Punjung sepanjang 4,518 Km yang terdiri dari saluran primer 1,68 Km dan saluran sekunder 2,837 Km, sedangkan saluran pembawa terpendek terdapat pada embung Sei Bungin dan embung Koto Ranah di Kecamatan Koto Besar sepanjang 0,001 Km yang merupakan saluran sekunder, persentase panjang saluran pembawa masing- masing embung yang ada di Kabupaten Dharmasraya dapat dilihat pada Gambar 3.2.22. Berdasarkan hasil perbandingan persentase saluran primer dan sekunder tersebut, bahwa pada umumnya air embung lebih banyak dialirkan melalui saluran

sekunder karena terlihat saluran pembawa sekunder lebih panjang dibanding saluran primer, (Sumber: Tabel-16E. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten

Dharmasraya Tahun 2016).

Gambar 3.2.22.

Persentase Panjang Saluran Pembawa Masing-Masing Embung di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016

Sumber: Olahan Tabel-16E. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya, 2016.

Respon atau tindakan yang dilakukan dalam mengatasi kondisi dan tekanan Embung melalui Program dan Kegiatan Pemerintah Daerah yaitu:

a) Melakukan normalisasi dengan pengerukan sedimen, pembersihan sampah, enceng gondok dan perbaikan pintu air, dan mencegah agar sedimentasi tidak mudah terjadi dengan membangun pengendalian aliran lumpur pada embung. b) Melakukan perbaikan renovasi dan embung dirancang sesuai kaidah fungsi

hidrologis yang mampu menyerap dan menyimpan kelebihan genangan air yang tidak dikehendaki, simpanan air ini dapat digunakan sebagai cadangan air atau sumber air baku maupun air pertanian pada musim kemarau.

Dalam dokumen BUKU II IKPLHD KAB.DHARMASRAYA 2016 (Halaman 101-108)