• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Terhadap Upaya Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Udara di Kabupaten Dharmasraya

Dalam dokumen BUKU II IKPLHD KAB.DHARMASRAYA 2016 (Halaman 191-199)

sebesar 99,58 dan 99,21.

3.3.5. Respon Terhadap Upaya Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Udara di Kabupaten Dharmasraya

Respon atau tindakan yang dilakukan melalui kebijakan program dan kegiatan Pemerintah Daerah dalam upaya peningkatan kualitas udara di

a) Respon terhadap pengaruh perubahan iklim yang dapat menimbulkan resiko bencana seperti banjir, kekeringan, tanah longsor dan penyakit menular, dll yaitu Pemerintah Daerah bersama masyarakat ikut aktif terlibat dalam menggerakkan Program Kampung Iklim sebagai Program Nasional dengan menerapkan upaya adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim. Kegiatan ini didukung oleh anggaran APBD Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Dharmasraya dalam Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam pada Kegiatan Pengembangan Dampak Perubahan Iklim. (Sumber: Tabel-49. Lampiran Dokumen IKPLHD Tahun 2016).

Bentuk hasil dari kegiatan ini yaitu terbentuknya Kampung Iklim di Kenagarian sebagai Kampung yang memenuhi persyaratan sebagai Kampung Iklim dan dapat mengikuti seleksi Proklim di Tingkat Provinsi dan Nasional. Ada 2 (dua) Jorong yang mengikuti telah seleksi dan memperoleh penghargaan Proklim yaitu: Jorong Piruko Utara dan Jorong Padang Sidondang, Kecamatan Sitiung. (Sumber: Tabel-46. Lampiran Dokumen IKPLHD Tahun 2016).

Masyarakat dibina untuk dapat menerapkan prinsip-prinsip adapatasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim dari lingkungan sekitarnya, seperti membuat sumur tadah hujan, sumur resapan dan lubang biopori, penanaman tanaman pelindung disekitar jorong tempat tinggal, menanam tanaman obat dan holtikultura sebagai tanaman pangan yang bisa ditanam disekitar perkarangan rumah seperti jahe, serai, cabe, tomat, dll; melakukan pengelolaan dan pemanfaatan limbah padat kotoran sapi dengan pemanfaatan biodigester/biogas menjadi energi alternatif yang dapat digunakan sebagai sumber energi listrik dan api tungku memasak. Upaya lain yang telah dilakukan masyarakat yaitu mulai menerapkan pemilahan sampah dengan prinsip 3R, pemanfaatan sampah organik sebagai pupuk organik untuk tanaman perkarangan, karena sampah organik merupakan penyumbang gas metan di atmosfer.

b) Respon terhadap upaya pengendalian pencemaran kualitas udara yang disebabkan oleh Pencemaran oleh emisi sumber bergerak yang berasal dari

penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor, yaitu dengan melakukan pemantauan pasokan penggunaan bahan bakar di kabupaten dan perkiraan emisi yang dihasilkan dari penggunaan bahan bakar fosil. Sedangkan pembatasan penggunaan BBM subsidi tidak signifikan berpengaruh terhadap penggunaan BBM, dan masih banyak yang menggunakan fasilitas BBM subsidi. Pada Gambar 3.3.24. dan pada Gambar 3.3.25. dapat dilihat konsumsi atau penggunaan BBM per-Bulan dan konsumsi BBM per- Kecamatan yang ada di Kabupaten Dharmasraya, serta pada Tabel-31C. dan Tabel 31-D. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016 terlihat daftar agen penjualan Gas dan Pertamina yang didominasi oleh agen penjualan BBM bersubsidi.

Gambar 3.3.24.

Perbandingan Penggunaan BBM per-Kecamatan Tahun 2016 di Kabupaten Dharmasraya

Gambar 3.3.25.

Perbandingan Penggunaan BBM per-Bulan Tahun 2016 di Kabupaten Dharmasraya

Sumber: Olahan Tabel-31B. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya, 2016. Gambar 3.3.26.

Jumlah Kendaraan Bermotor Tahun 2010 Sampai Dengan Tahun 2016 di Kabupaten Dharmasraya

Sumber: Olahan Tabel-32B. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya, 2016. Pada Tabel-32A. dan Tabel-32B. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016, serta Gambar 3.3.26. terlihat jumlah

kendaraan bermotor yang semakin bertambah setiap tahunnya. Namun hanya sedikit kendaraan yang melakukan uji KIR seperti pada Gambar 3.3.27.

Penambahan jumlah kendaraan untuk angkutan umum juga mesti didukung oleh ketersediaan tempat prasarana terminal atau dermaga yang representatif bagi penumpang angkutan umum, sehingga masyarakat tidak enggan lagi menggunakan angkutan umum. Hal ini dapat dilihat pada Tabel- 32D. dan Tabel-32E. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016, bahwa jumlah fasilitas terminal dan dermaga serta jumlah orang dan barang yang dapat diangkut dengan angkutan umum masih sangat minim sekali. Selain itu, penambahan jumlah kendaraan bermotor juga harus diiringi dengan penambahan dan perbaikan jalan yang ada di kabupaten sebagai sarana penghubung. Pada Gambar 3.3.28. terlihat perbandingan perubahan penambahan jalan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2016, dimana panjang jalan kelas IIIA, IIIB dan IIIC masih sama, sehingga titik penggunaan jalur lalu lintas masih pada jalur yang sama, sehingga beban pencemaran udara dari transportasi masih bertumpu pada jalur tersebut.

Gambar 3.3.27.

Jumlah Kendaraan Bermotor Yang Melakukan Uji KIR Tahun 2014 Sampai Dengan Tahun 2016 di Kabupaten Dharmasraya

Gambar 3.3.28.

Perbandingan Perubahan Penambahan Ruas JalanTahun 2013 Sampai Dengan Tahun 2016 di Kabupaten Dharmasraya

Sumber: Olahan Tabel-33A. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya, 2016. Pemerintah Kabupaten Dharmasraya dibawah koordinasi Dinas Perhubungan Kabupaten Dharmasraya telah melakukan kerjasama dengan PO.DAMRI dan akan menerapkan angkutan masal yang lebih efektif dengan menyediakan fasilitas umum angkutan masal yang aman dan nyaman seperti bus, bus sekolah, bus karyawan dan bus PEMDA. Selain itu, PEMDA telah mendapatkan bantuan bus dalam bentuk hibah dari dana aspirasi DPR-RI untuk angkutan bus PEMDA sebanyak 2 unit. Solusi ini adalah diharapkan efektif dalam hal pengurangan emisi secara bertahap yang berasal dari kendaraan bermotor, dan masyarakat tidak perlu setiap saat menggunakan kendaraannya masing-masing, cukup menggunakan angkutan umum yang tersedia. Selain itu, penerapanbike to work atau car free daysatu hari dalam seminggu dapat mulai digiatkan sebagai salah satu bentuk upaya pengendalian terhadap pencemaran udara.

Kabupaten Dharmasraya masih memiliki kondisi kualitas udara yang baik, ini terlihat dari peta DDDTLH jasa pemurnian kualitas udara pada Gambar 3.3.29. yang menunjukkan masih adanya hutan di daerah IX Koto, Timpeh, dan Asam Jujuhan sebagai paru-paru dunia. Walaupun dibeberapa

kecamatan berpotensi rusak atau memiliki jasa sangat rendah seperti dai kawasan lahan terbuka perbatasan antara kecamatan Pulau Punjung dan Koto Baru.

Gambar 3.3.29.

Peta Rencana Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup untuk Jasa Pemurnian Kualitas Udara Kabupaten Dharmasraya

Sumber : Peta Rencana Daya Dukung dan Daya Tampung untuk Jasa Pemurnian Kualitas Udara yang akan disusun dalam Dokumen Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup/ RPPLH Kabupaten Dharmasraya. (Sumber: Dokumen Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup Kabupaten Dharmasraya, 2016).

c) Respon terhadap pengendalian pencemaran udara dari emisi sumber tak bergerak yang berasal dari penggunaan bahan bakar minyak, gas dan bahan bakar lainnya untuk kegiatan industri atau usaha/kegiatan, yaitu dengan melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap usaha/kegiatan sesuai dengan dokumen RKL-RPL yang dibuat. Kegiatan pemantauan udara ambien rutin dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Dharmasraya sebanyak 2 (dua) kali setahun untuk 8 (delapan) titik sampling mewakili kecamatan yang memiliki sumber pencemaran cukup tinggi, yang didanai melalui APBD Kabupaten Dharmasraya dalam Program Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan pada Kegiatan Pemantauan Kualitas Lingkungan. Sementara itu, untuk kegiatan pengawasan pada usaha/kegiatan juga rutin dilakukan pengawasan sekali 4 (empat) bulan pada Program Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan melalui kegiatan Pengkajian Dampak Lingkungan dan Pengawasan Jenis Usaha/ Kegiatan.

(Sumber: Tabel-46. Lampiran Dokumen IKPLHD Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016).

d) Kebakaran hutan atau lahan yang dipicu oleh pembukaan lahan baru dan ditemukannya titik panas dan titik api pada tahun 2016 harus diwaspadai, karena dapat berdampak terhadap perubahan kualitas udara. Hal ini selalu menjadi perhatian Pemerintah Daerah dengan berkoordinasi dan bekerjasama dengan Kabupaten dan Provinsi tetangga Riau dan Jambi terhadap bencana kebakaran hutan atau lahan yang terjadi sebagai upaya mengantisipasi terjadinya kasus asap kabut yang pernah terjadi pada tahun sebelumnya, dan membuat posko bencana padadaerah rawan bencana kebakaran. Selain itu juga melakukan himbauan kepada masyarakat melalui tenaga penyuluh lapangan perkebunan dan pertanian untuk tidak melakukan pembakaran pada lahan perkebunan dan pertanian saat musim kering.

Dalam dokumen BUKU II IKPLHD KAB.DHARMASRAYA 2016 (Halaman 191-199)