• Tidak ada hasil yang ditemukan

7.1. Analisis Keunggulan Kompetitif Komoditas Unggulan

7.1.1. Kondisi Faktor Sumberdaya

Kondisi faktor sumberdaya yang berpengaruh terhadap dayasaing komoditas unggulan perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi meliputi sumberdaya fisik atau alam, sumberdaya manusia, sumberdaya ilmu pengetahuan dan teknologi, sumberdaya modal, serta sumberdaya infrastruktur. Kelima faktor ini memiliki keterkaitan dalam menentukan dayasaing komoditas unggulan perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi. Penjelasan mengenai faktor-faktor sumberdaya tersebut adalah, sebagai berikut:

1. Sumberdaya Fisik atau Alam

Sumberdaya fisik atau alam ini menyangkut ketersedian sumberdaya perikanan yang menentukan keberlimpahan komoditas perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi. Sumberdaya perikanan yang mempengaruhi dayasaing komoditas unggulan perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi meliputi: ketersediaan daerah penangkapan, ketersediaan sarana produksi perikanan (kapal, alat tangkap, dan perlengkapan penangkapan ikan), dan biaya-biaya yang terkait dalam penangkapan komoditas unggulan perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi.

Ketersedian daerah penangkapan ikan bagi nelayan-nelayan Kabupaten Sukabumi telah diatur dalam peraturan mengenai pembagian teritorial produksi penangkapan ikan agar tidak terjadi konflik dengan nelayan-nelayan yang berasal dari daerah lain terutama dengan kabupaten yang letaknya di pesisir selatan Jawa. Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi (2010), luas areal tangkapan ikan bagi nelayan-nelayan Kabupaten Sukabumi adalah seluas 701,6724 Km2yang tersebar di sembilan kecamatan pesisir. Data luas areal penangkapan ikan bagi nelayan-nelayan Kabupaten Sukabumi berdasarkan pembagian wilayah kecamatan pesisir tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 26.

Kecamatan Surade merupakan kecamatan pesisir di Kabupaten Sukabumi dengan luas areal tangkapan terluas yaitu mencapai 117 Km2, diikuti dengan Kecamatan Ciracap dengan luas areal 101,712 Km2. Sedangkan kecamatan pesisir di Kabupaten Sukabumi dengan luas areal penangkapan terkecil adalah Kecamatan Tegalbuleud dengan luas areal tangkapan hanya seluas 42,4788 Km2.

Tabel 26. Luas Areal Penangkapan Ikan di Kabupaten Sukabumi Berdasarkan Kecamatan Pesisir Tahun 2009 (dalam Km2)

No. Kecamatan Pesisir Luas Areal Tangkapan

1 Palabuhanratu 83,5536 2 Cisolok 46,1136 3 Cikakak 42,9936 4 Simpenan 84,552 5 Ciemas 86,19 6 Ciracap 101,712 7 Surade 117 8 Cibitung 97,0788 9 Tegalbuleud 42,4788 Jumlah 701,6724

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi (2009)

Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi (2010), areal penangkapan ikan dengan total seluas 701,6724 Km2 di Kabupaten Sukabumi dapat menghasilkan berbagai macam komoditas perikanan yang mencapai total produksi sebesar 7.626,77 ton pada tahun 2009 dan rata-rata produksi selama tahun 2006 sampai tahun 2009 sebesar 7.302,42 ton per tahunnya. Ketersedian areal penangkapan di Kabupaten Sukabumi ini secara langsung mempengaruhi tingkat produksi penangkapan ikan yang selanjutnya tentu saja akan mempengaruhi dayasaing perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi dilihat dari keberlimpahan sumberdaya perikanan yang tersedia.

Selanjutnya kondisi sumberdaya fisik yang mendukung dayasaing komoditas unggulan perikanan tangkap adalah ketersediaan sarana produksi perikanan yang meliputi kapal atau perahu, alat tangkap, dan perlengkapan- perlengkapan yang menunjang dalam kegiatan produksi penangkapan ikan. Sarana produksi perikanan yang memadai akan sangat membantu nelayan-nelayan Kabupaten Sukabumi dalam proses menangkap ikan di laut. Salah satu implikasi langsung dari manfaat sarana produksi perikanan yang memadai adalah penggunaan kapal yang memiliki teknologi mesin motor dengan kapasitas lebih besar, maka daya jangkau atau daya tempuh nelayan dalam menangkap ikan. Begitu pula dengan pengguanaan alat tangkap yang baik akan mempermudah nelayan dalam menangkap ikan.

Ketersedian sarana produksi perikanan di Kabupaten Sukabumi cukup memadai. Hal ini dapat dilihat dari jumlah armada penangkapan baik dalam bentuk perahu maupun kapal tersedia cukup banyak. Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Kabuaten Sukabumi Tercatat pada tahun 2009 jumlah total armada yang ada mencapai 1.575 unit yang meliputi 224 unit perahu tanpa motor, 975 unit perahu dengan motor tempel, dan 376 unit kapal motor. Kapal motor merupakan armada penangkapan dengan daya jangkau penangkapan yang lebih jauh dan menghasilkan produksi penangkapan ikan yang lebih banyak dibandingkan dengan perahu tanpa motor ataupun perahu dengan motor tempel. Data perbandingan produksi penangkapan ikan berdasarkan armada penangkapan ikan di Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 27.

Tabel 27. Produksi Penangkapan Ikan Berdasarkan Armada Penangkapan Ikan di Kabupaten Sukabumi pada Tahun 2009 (dalam Ton)

No. Jenis Armada Jumlah Produksi

1 Kapal Motor 3.946,784

2 Perahu Motor Tempel 2.003,483

3 Perahu Tanpa Motor 1676,503

Jumlah 7.626,77

Sumber: Dinas Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi (2010)

Selanjutnya ketersedian sarana produksi berupa alat tangkap juga merupakan faktor penentu dayasaing komoditas unggulan perikanan tangkap dilihat dari kondisi sumberdaya fisik perikanan di Kabupaten Sukabumi. Alat tangkap yang digunakan oleh para nelayan di Kabupaten Sukabumi sangat bermacam-macam seperti berbagai jenis pukat, berbagai jenis jaring insang, berbagai jenis jaring angkat, berbagai jenis pancing, alat pengumpul, dan jala. Jenis-jenis pukat yang digunakan oleh nelayan Kabupaten Sukabumi adalah jenis pukat kantong berupa jenis payang dan dogol.

Jaring insang yang biasa digunakan nelayan Kabupaten Sukabumi adalah jaring insang hanyut, jaring insang lingkar, jaring insang tetap, jaring klitik, dan jaring tiga lapis. Sedangkan, jaring angkat yang digunakan meliputi bagan perahu, bagan tancap, serok, dan sengko. Selain menggunakan pukat dan jaring, nelayan

Kabupaten Sukabumi juga biasanya mengunakan pancing untuk menangkap ikan yang meliputi pancing rawai tuna, rawai hanyut, pancing tonda, pancing ulur, dan pancing cumi. Alat pengumpul dan jala selanjutnya menjadi alternatif para nelayan Kabupaten Sukabumi dalam upaya kegiatan penangkapan ikan di laut. Data rincian jumlah unit alat tangkap ikan di laut yang digunakan nelayan Kabupaten Sukabumi pada tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 16.

Kondisi faktor sumberdaya alam atau fisik untuk komoditas unggulan perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi dilihat dari segi ketersedian areal penangkapan ikan masih cukup baik dan memadai. Namun, hal ini tidak didukung ketersediaan banyaknya kapal-kapal motor yang memiliki daya jangkau yang jauh. Daya jangkau kapal yang jauh tentu saja mampu menjadi solusi bagi para nelayan untuk lebih luas menyusuri areal penangkapan ikan yang secara langsung tentu dapat meningkatkan jumlah produksi penangkapan ikan. Jumlah kapal motor masih relatif sedikit dibandingkan dengan penggunaan perahu dengan motor tempel. Hal ini didasarkan pada banyaknya nelayan Kabupaten Sukabumi yang lebih memilih melakukan operasi penangkapan ikan dengan perahu motor tempel karena biaya investasi pembelian armada dan biaya operasionalnya relatif lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan kapal motor.

Dayasaing komoditas perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi akan meningkat jika didukung kualitas dan kuantitas produksi perikanan tangkap juga meningkat. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan penggunaan armada dan alat tangkap yang memiliki kemampuan teknologi yang tepat guna untuk meningkatkan produksi penangkapan dengan tetap menjaga ketersedian komoditas perikanan tangkap di laut sehingga dapat menghindari terjadinya over fishing.

2. Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan kualitas pembangunan baik skala nasional maupun daerah. Sumberdaya manusia juga merupakan faktor yang dapat menjadi penggerak sumberdaya lainnya. Sumberdaya manusia sangat penting dalam upaya peningkatan dayasaing suatu wilayah terutama dalam suasana persaingan yang dinamis dimana dibutuhkan keterampilan dan keunggulan dari sumberdaya yang

dimiliki. Dayasaing komoditas unggulan perikanan tangkap yang didukung oleh sumberdaya manusia yang memadai dan berkualitas akan mampu mendorong dayasaing berbasis komoditas unggulan perikanan tangkap menjadi terus maju dan berkembang.

Peran sumbedaya manusia dalam peningkatan dayasaing komoditas unggulan perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi sangat penting antara lain dalam penggunaan teknologi yang meliputi penyediaan sarana produksi perikanan dan kegiatan produksi penangkapan ikan, dalam upaya pengolahan hasil perikanan, serta dalam pengelolaan manajemen usaha. Faktor sumberdaya manusia yang berkaitan dengan peningkatan dayasaing komoditas unggulan perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi diantaranya yaitu nelayan, pemasar, pengolah, penyuluh perikanan, pegawai dinas, dan pegawai pemerintahan lainnya yang berhubungan langsung dengan pembangunan perikanan di Kabupaten Sukabumi.

Nelayan merupakan sumberdaya manusia yang memiliki peranan terpenting yang terlibat langsung dalam proses produksi penangkapan ikan di laut. Dilihat dari segi kuantitas, jumlah nelayan di Kabupaten Sukabumi pada tahun 2009 mencapai 12.311 orang. Jumlah ini didominasi oleh nelayan buruh dengan jumlah mencapai 10.568 orang atau 85,84 persen dari jumlah total nelayan Kabupaten Sukabumi. Sedangkan jumlah nelayan pemilik hanya berjumlah 1.743 orang atau hanya 14,16 persen dari jumlah total nelayan Kabupaten Sukabumi. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa rata-rata nelayan di Kabupaten Sukabumi memiliki tingkat perekonomiaan yang rendah yang ditandai dengan sedikitnya nelayan Kabupaten Sukabumi yang memiliki perahu atau kapal untuk menangkap ikan. Kebanyakan nelayan buruh ini lebih memilih mencari ikan untuk mencari pendapatan dengan menggunakan perahu atau kapal nelayan pemilik. Hal ini mengindikasikan sebagian besar nelayan di Kabupaten Sukabumi memiliki bargaining position yang baik karena pendapatan nelayan-nelayan ini lebih ditentukan oleh sebagian kecil nelayan pemilik dan posisi mereka layaknya pekerja buruh.

Pemasar merupakan pihak yang berperan dalam menyalurkan barang sampai dapat dikonsumsi oleh konsumen. Pemasar dalam agribisnis komoditas

unggulan perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi berperan sebagai penyalur ikan-ikan yang ditangkap oleh nelayan dilaut baik ke perantara lain maupun ke konsumen akhir. Saat ini pusat pemasaran komoditas perikanan di Kabupaten Sukabumi rata-rata dilakukan di sekitar tempat pendaratan ikan. Secara umum, rantai pemasaran komoditas unggulan perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi dapat dikatakan cukup sederhana yaitu ikan-ikan yang diperoleh nelayan selanjutnya disalurkan melalui taweu (pemilik kapal) kepada penjual baik bakul maupun pedagang depo pasar ikan. Kemudian ikan-ikan tersebut dapat disalurkan kepada pengolah ikan, rumah makan, catering, perusahaan eksportir, dan kepada konsumen langsung. Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi (2010), jumlah pemasar hasil perikanan di Kabupaten Sukabumi mencapai 2.623 orang yang meliputi: pedagang di lapak pasar ikan sebanyak 350 orang, pedagang keliling atau pengecer sebanyak 1893 orang, pedagang pengumpul sebanyak 200 orang, pemasar melalui hotel sebanyak 104 orang, pemasar melalui rumah makan sebanyak 46 orang, dan melalui usaha catering sebanyak 30 orang.

Selanjutnya sumberdaya manusia dalam perikanan tangkap yang berperan penting dalam memberikan nilai tambah terhadap komoditas perikanan adalah para pengolah hasil perikanan. Kegiatan pengolahan hasil perikanan di Kabupaten Sukabumi sudah mulai mengalami perkembangan sebagai upaya meingkatkan perekonomian daerah melalui bidang perikanan. Jenis-jenis pengolahan hasil perikanan yang dilakukan masyarakat Kabupaten Sukabumi meliputi pengolahan ikan asin, pindang ikan, bakso ikan, abon ikan, kerupuk ikan, pembekuan ikan, dendeng ikan, terasi, dan jelly fish. Usaha pengolahan ini kebanyakan dilakukan oleh Kelompok Usaha Bersama (KUB) dengan total 31 KUB pengolahan. KUB pengolahan di Kabupaten Sukabumi sendiri bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota dengan sistem bagi hasil dari keuntungan usaha pengolahan hasil perikanan yang dilakukan. Peningkatan keahlian masyarakat dalam usaha pengolahan didukung oleh Dinas Kelautan dan Perikanan melalui Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) dengan mengadakan pelatihan teknis pengolahan dan pendampingan terhadap KUB-KUB pengolahan yang telah terbentuk. Potensi pengolahan di Kabupaten Sukabumi masih sangat

besar melihat masih banyaknya pemasaran yang dilakukan didominasi oleh pemasaran ikan segar sebanyak 3.154 ton. Optimalisasi terhadap pengolahan hasil perikanan diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah dan nilai ekonomi komoditas unggulan perikanan di Kabupaten Sukabumi serta dapat membantu dalam meningkatkan perekonomian daerah melalui usaha pengolahan.

Peranan dinas terkait dalam mengembangkan agribisnis perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi sangatlah penting terutama dalam membimbing dan mendampingi nelayan serta kelompok usaha pengolah hasil perikanan. Peranan ini dapat dilakukan oleh tenaga penyuluh perikanan. Penyuluh perikanan sangat membantu dalam menyalurkan informasi-informasi yang berkaitan dengan kegiatan persiapan dan penangkapan ikan bagi nelayan terutama dalam penggunaan teknologi tepat guna dan penerapan teknologi baru hasil riset.

Selain itu, peran tenaga penyuluh perikanan juga penting dalam mendampingi Kelompok Usaha Bersama (KUB) pengolahan yang meliputi pelatihan dalam teknis pengolahan, pendampingan dalam upaya menghasilkan pangan yang higienis, dan pembukaan jejaring pemasaran. Tenaga penyuluh ini bekerja dibawah koordinasi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi dan Dinas Pelabuhan Perikanan Nusantara Perabuhanratu. Permasalahan dalam penyuluh perikanan ini adalah dalam hal jumlah tenaga penyuluh. Kabupaten Sukabumi dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi dan Dinas Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu hanya memiliki 20 tenaga penyuluh perikanan yang melingkupi sembilan kecamatan pesisir di Kabupaten Sukabumi. Jumlah tenaga penyuluh ini tentu sangat kurang bila dibandingkan dengan jumlah nelayan yang mencapai 12.311 orang pada tahun 2009 dan jumlah pengolah hasil perikanan yang mencapai 2932 orang. Secara langsung hal ini akan mempengaruhi proses pendampingan.

3. Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Sumberdaya ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempengaruhi dayasaing komoditas unggulan perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi meliputi ketersedian pengetahuan dan teknologi penangkapan ikan, pengetahuan dan teknologi penyimpanan ikan setelah penangkapan, pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan. Sumber ilmu pengetahuan dan penerapan berbagai

teknologi tepat guna ini bermanfaat dalam mendukung kemajuan sektor perikanan mulai dari peningkatan produksi, penanganan hasil produksi, dan pemasaran hasil perikanan.

Ketersedian pengetahuan dan penerapan teknologi dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan di Kabupaten Sukabumi cukup baik. Hal ini didukung oleh adanya Badan Riset Perikanan Tangkap yang dikelola langsung oleh Direktorat Jenderal Tangkap Departemen Kelautan dan Perikanan RI. Badan ini bertugas dalam melakukan riset bidang perikanan tangkap seperti pengadaan teknologi baru penggunaan alat tangkap, cara penangkapan, dan riset daerah penangkapan ikan. Riset yang dilakukan ini sangat bermanfaat bagi nelayan Kabupaten Sukabumi dalam meningkatkan produksi penangkapan ikan dilaut dengan tetap menjaga kelestarian sumberdaya perikanan. Salah satunya menghindari penggunaan bom ikan. Penggunanaan bom ikan ini tentu sangat merusak kelestarian alam. Riset mengenai alat tangkap yang telah dilakukan dan telah diterapkan oleh nelayan Kabupaten Sukabumi antara lain penggunaan berbagai jenis pukat (pukat kantong berupa jenis payang dan dogol), berbagai jenis jaring insang (jaring insang hanyut, jaring insang lingkar, jaring insang tetap, jaring klitik, dan jaring tiga lapis), berbagai jenis jaring angkat (bagan perahu, bagan tancap, serok, dan sengko), berbagai jenis pancing (pancing rawai tuna, rawai hanyut, pancing tonda, pancing ulur, dan pancing cumi), alat pengumpul, dan jala.

Selain itu, Badan Riset Perikanan Tangkap juga berkordinasi dengan Balai Besar Penangkapan Ikan dalam melakukan riset daerah penangkapan ikan. Riset ini berguna dalam mempelajari karakteristik, sifat, dan tingkah laku berbagai jenis ikan sasaran penangkapan. Karakteristik, sifat, dan tingkah laku ikan ini akan mempengaruhi penggunaan alat tangkap dan letak keberadaan ikan-ikan tersebut di laut. Selanjutnya riset yang dilakukan adalah mempelajari kondisi hidro oceanografi yang berguna untuk menentukan kawasan yang memiliki potensi lestasi perikanan baik jenis ikan pelagis maupun jenis ikan demersal. Riset ini sangat bermanfaat bagi nelayan Kabupaten Sukabumi dalam menentukan daerah penangkapan ikan yang sangat potensial sehingga kegiatan produksi penangkapan ikan menjadi lebih efektif dan efisien.

Bidang Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi juga sangat berperan dalam upaya membantu nelayan meningkatkan produksi perikanan di Kabupaten Sukabumi. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pengenalan dan pelatihan teknologi pembuatan rumpon. Rumpon merupakan teknik dalam proses penangkapan ikan dengan membuat tempat ikan- ikan berkumpul seperti fungsi alami karang di lautan. Setelah ikan-ikan berkumpul barulah nelayan-nelayan menangkap ikan di sekitar rumpon yang telah dibuat sebelumnya. Peralatan-peralatan yang digunakan dalam pembuatan rumpon meliputi drum, tambang, daun kelapa, tali rafia, ring, dan batu pemberat yang terbuat dari semen. Rumpon yang telah dibuat akan menjadi tempat berkumpul ikan-ikan kecil seperti tembang. Ikan-ikan kecil ini merupakan makanan alami bagi ikan-ikan jenis pelagis besar seperti tongkol dan tuna yang akhirnya berkumpul di sekitar rumpon. Setelah ikan-ikan jenis pelagis besar ini berkumpul di sekitar rumpon kemudian nelayan-nelayan melakukan proses penangkapan ikan dengan menggunakan jaring, pancing, dan jala.

Selain teknologi pembuatan rumpon, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi melalui Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan juga melakukan penerapan teknologi sistem rantai dingin (Cold Chain System) dengan pengadaan cool box, blong berpendingin, kereta dorong berpendingin, dan show case/freezer. Penerapan teknologi sistem rantai dingin bermanfaat dalam menjaga kualitas ikan mulai dari ikan ditangkap nelayan di laut sampai pada ikan sampai konsumen. Hal ini juga membantu dalam meningkatkan nilai ekonomis ikan yang dipasarkan terutama untuk jenis-jenis ikan ekspor seperti ikan tuna dan layur. Program penerapan teknologi sistem rantai dingin yang dilakukan DKP Kabupaten Sukabumi ini telah berjalan sejak tahun 2009 dan telah menyalurkan peralatan sebanyak 407 unit yang meliputi 200 unit cool box 200 lt, 86 unit cool box 600 lt, 80 unit blong, 26 unit kereta dorong, dan 15 freezer. Data jenis peralatan sistem rantai dingin berdasarkan tempat pendaratan ikan di Kabupaten Sukabumi tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28. Jenis Peralatan Sistem Rantai Dingin Berdasarkan Tempat Pendaratan Ikan di Kabupaten Sukabumi Tahun 2010 (dalam Unit)

No. Tempat Pendaratan Ikan Cool Box 200 lt Cool Box 600 lt Blong Kereta Dorong 1 TPI Cisolok 35 16 10 3 2 TPI Cibangban 30 10 20 3 3 TPI Ujunggenteng 32 32 10 3

4 TPI Mina Jaya 34 8 10 3

5 TPI Ciwaru 34 10 10 10

6 TPI Palabuhanratu 35 10 20 4

Jumlah 200 86 80 26

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi (2010)

Dinas Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu juga memegang peranan penting dalam meingkatkan dayasaing komoditas perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi dengan pembangunan gedung Pembinaan Mutu dan Pengolahan Hasil Perikanan. Pembangunan gedung ini bertujuan untuk menguji kualitas dan mutu komoditas ikan segar yang akan di ekspor serta produk-produk olahan hasil perikanan. Teknologi laboratorium digunakan untuk memeriksa kandungan dalam komoditas dan produk perikanan agar dapat menjadi referensi bagi importir dan konsumen bahwa produk perikanan di Kabupaten Sukabumi memiliki mutu dan kualitas yang baik serta tidak mengandung zat-zat berbahaya.

4. Sumberdaya Modal

Sumberdaya modal termasuk faktor penting yang mempengaruhi dayasaing komoditas perikanan tangkap di Kabuapeten Sukabumi. Kondisi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi dihadapakan pada permasalahan permodalan dimana akses permodalan di perbankan untuk sektor perikanan masih relatif sulit terutama bagi para nelayan buruh. Terlebih lagi modal yang dikeluarkan untuk biaya investasi dan biaya operasional penangkapan ikan cukup besar terutama untuk pengguna kapal jenis longline. Total biaya investasi pengadaan kapal dan alat tangkap dapat mencapai Rp 690.000.000 dan biaya tetap (perawatan) mencapai Rp 44.800.000. Sedangkan biaya operasional yang dikeluarkan dalam sekali operasi penangkapan mencapai Rp 605.500.000. Berikut rincian biaya investasi, biaya tetap, dan biaya operasional dalam penangkapan

ikan dengan kapal jenis longline di Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29. Biaya Penangkapan Ikan di Kabupaten Sukabumi dengan Menggunakan Kapal Longline20 GT Tahun 2011 (dalam Rupiah)

Jenis Biaya Jumlah Biaya

Biaya Investasi Pengadaan kapal 500.000.000 Pengadaan mesin: - Mesin induk 50.000.000 - Mesin Samping (2 x 15.000.000) 30.000.000 - Mesin Freezer 50.000.000

Pengadaan alat tangkap 60.000.000

Total Biaya Investasi 690.000.000

Biaya Tetap

Perawatan kapal 20.000.000

Perawatan mesin 20.000.000

Perawatan alat tangkap 4.800.000

Total Biaya Tetap 44.800.000

Biaya Operasional (6 Bulan)

Bahan bakar (solar) (70.000 lt x 4.500) 315.000.000

Logistik perbekalan 200.000.000

Umpan (2.500 piece x 150.000) 37.500.000

Air bersih 300.000

Perizinan Penangkapan 500.000

Gaji Tekong (1orang x 30.000 x 6 bulan x 30 hari) 5.400.000 Gaji ABK (13 orang x 20.000 x 6 bulan x 30 hari) 46.800.000

Total Biaya Operasional 605.500.000

Sumber: Wawancara dengan Nelayan Kabupaten Sukabumi (2011)

Pengeluaran biaya investasi, biaya tetap, dan biaya operasional sangat tergantung dari penggunaan perahu atau kapal dan alat tangkap yang digunakan dalam proses produksi penangkapan ikan. Rincian biaya pada Tabel 28 adalah penggunaan biaya termahal dalam proses penangkapan ikan di Kabupaten Sukabumi dengan menggunakan jenis kapal longline dan alat tangkap pancing rawai tuna. Penggunaan kapal yang lebih kecil dan sederhana seperti kapalgill net hanya mengeluarkan biaya operasional Rp 57.240.000 dalam sekali menangkap ikan di laut, dimana didalamnya terdapat biaya berupa sistem bagi hasil dengan pemilik kapal. Rincian biaya investasi, biaya tetap, dan biaya operasional

penangkapan ikan dengan menggunakan kapal gill net di Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 30.

Tabel 30. Biaya Penangkapan Ikan di Kabupaten Sukabumi dengan Menggunakan Kapal Gill Net 10 GT Tahun 2011 (dalam Rupiah)

Jenis Biaya Jumlah Biaya

Biaya Investasi

Pengadaan kapal 150.000.000

Pengadaan mesin:

- Mesin induk 16.000.000

- Mesin Samping 9.000.000

Pengadaan alat tangkap 25.000.000

Total Biaya Investasi 200.000.000

Biaya Tetap

Perawatan kapal 4.500.000

Perawatan mesin 4.000.000

Perawatan alat tangkap 2.500.000

Total Biaya Tetap 11.000.000

Biaya Operasional (15 hari)

Bahan bakar (solar) (5.000 lt x 4.500) 22.500.000

Logistik perbekalan 1.500.000 Minyak tanah (30 lt x 8.000) 240.000 Air bersih 80.000 Es (100 balok x 12.000) 1.200.000 Oli 270.000 Perizinan Penangkapan 200.000

Bagi Hasil (50 % x Hasil Tangkapan) Hasil Tangkapan = 2.500 kg x Rp 25.000/kg = Rp 62.500.000

31.250.000

Total Biaya Operasional 57.240.000

Sumber: Wawancara dengan Nelayan Kabupaten Sukabumi (2011)

Besarnya biaya yang dikeluarkan tentu saja sangat membutuhkan sumber modal yang dapat memenuhi biaya investasi, biaya tetap dan biaya operasional. Permasalahan pencarian modal untuk menutupi biaya investasi (pengadaan kapal, mesin, dan alat tangkap) dan menutupi biaya tetap (perawatan) hanya dirasakan oleh nelayan pemilik yang memiliki kapal sendiri karena nelayan buruh tidak mengeluarkan modal untuk biaya investasi. Namun, lain halnya dengan biaya operasional dapat ditutupi semua oleh pemilik kapal dan dapat ditutupi oleh baik nelayan buruh yang ingin menangkap ikan di laut.