• Tidak ada hasil yang ditemukan

Subsistem Pemasaran Perikanan Tangkap

6.1. Identifikasi Komoditas Unggulan Perikanan Tangkap

6.2.4. Subsistem Pemasaran Perikanan Tangkap

tangkap adalah subsistem pemasaran. Kegiatan pemasaran adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Pemasaran dimulai dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian bertumbuh menjadi keinginan manusia. Proses dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia inilah yang menjadi konsep pemasaran.

Hasil perikanan dapat dikelompokkan ke dalam bahan mentah dan barang konsumsi berdasarkan tujuan penggunaannya. Hasil perikanan sebagai bahan mentah akan dibeli oleh pengolah untuk dijadikan bahan jadi (misalnya untuk abon ikan), sedangkan barang konsumsi akan dibeli oleh konsumen akhir untuk keperluan konsumsi.

Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses yang menjadikan suatu produk barang atau jasa yang siap untuk dikonsumsi oleh konsumennya. Saluran pemasaran dalam perikanan tangkap Kabupatern Sukabumi terbagi menjadi saluran pemasaran komoditas segar dan saluran pemasaran produk olahan ikan. Saluran pemasaran komoditas segar meliputi dua saluran, sebagai berikut:

1. Saluran Pemasaran I (Nelayan  penjual bakul  pasar/pengecer  konsumen)

2. Saluran Pemasaran II (Nelayan  penjual  pasar/pengecer  konsumen)

Selanjutnya, secara keseluruhan saluran-saluran tersebut dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Saluran Pemasaran Komoditas Segar Perikanan Tangkap Kabupaten Sukabumi

Sedangkan, saluran pemasaran produk olahan ikan meliputi empat saluran, sebagai berikut:

1. Saluran Pemasaran I (Nelayan  penjual  bakul  pengolah  konsumen)

2. Saluran Pemasaran II (Nelayan  penjual bakul pengolah  gerai oleh-oleh konsumen)

3. Saluran Pemasaran III (Nelayan penjual bakul depo pasar ikan  perusahaan eksportirkonsumen)

4. Saluran Pemasaran IV (Nelayan  penjual  depo pasar ikan  perusahaan eksportir konsumen)

Selanjutnya, secara keseluruhan saluran-saluran tersebut dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17. Saluran Pemasaran Produk Olahan Hasil Perikanan Tangkap Kabupaten Sukabumi Pasar Konsumen Bakul Nelayan Penjual Konsumen Pengolah

Gerai oleh-oleh Perusahaan eksportir Depo Pasar

Ikan Bakul

Pada umumnya nelayan akan menyerahkan hasil tangkapannya kepada para toke/taweu (pemilik perahu). Hubungan antara nelayan dan taweu ini seperti layaknya hubungan kemitraan. Jika taweu memiliki modal untuk melaut, maka taweu ini akan memberikannya pada nelayan. Modal tersebut digunakan nelayan untuk menangkap ikan. Setelah mendapatkan ikan, nelayan menyerahkan hasil tangkapannya ke taweu dengan sistem bagi hasil. Untuk beberapa kasus, biasanya hubungan antara nelayan dan taweu terikat dengan sistem pinjam-meminjam, sehingga ikan hasil tangkapan nelayan dibeli dengan harga setelah pemotongan hutang yang dimiliki nelayan sebagai modal. Selanjutnya taweu menyerahkan ikan pada penjual. Pihak penjual dalam hal ini juga biasanya memberikan modal pada taweu untuk diberikan kepada nelayan, sehingga dalam prakteknya kekuatan tawar penjual lebih besar dibandingkan taweu. Dalam hal ini, penjual lebih besar kekuatannya dalam menentukan harga.

Ikan yang ada di tangan penjual kemudian dijual ke bakul dan depo pasar ikan. Depo pasar ikan merupakan perusahaan pengumpul ikan dalam skala besar yang ada di Kabupaten Sukabumi. Depo pasar ikan ini biasanya berhubungan langsung dengan perusahaan eksportir (PT. Jiko Gantung power, PT Ratu Prima, CV. Bahari Express, PT. TOP MED, dan PT AGB Palabuhanratu) yang menjual ikan segar ke Cina, Jepang, Taiwan, dan Korea. Selain pada depo pasar ikan, penjual juga menjual ikannya pada bakul. Bakul selanjutanya menjual ikannya pada pengolah, pasar, maupun depo pasar ikan. Bakul menjual ikannya pada depo pasar ikan apabila harga yang ditawarkan depo pasar ikan lebih tinggi. Bakul juga menjual ikan yang dibelinya pada pengolah. Selanjutnya pengolah menjual olahannya pada konsumen langsung ataupun pada gerai oleh-oleh yang ada. Selain pada depo pasar ikan dan pengolah, bakul juga menjual hasil tangkapan ikannya pada pengecer di pasar.

Lembaga tataniaga dalam pemasaranan adalah badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi tataniaga yang menggerakkan barang- barang dari pihak produsen sampai pihak konsumen. Subsistem pemasaran dalam sistem agribisnis perikanan tangkap ini antara lain melibatkan nelayan, taweu, penjual, depo pasar ikan, perusahaan eksportir (PT. Jiko Gantung power, PT Ratu

Prima, CV. Bahari Express, PT. TOP MED, dan PT AGB Palabuhanratu), pengolah, gerai oleh-oleh, dan pasar ikan.

Pihak-pihak tersebut menjalankan fungsi-fungsi pemasaran untuk memperlancar proses penyampaian barang dan jasa. Pada dasarnya fungsi-fungsi pemasaran dapat dikelompokkan menjadi fungsi fisik, fungsi pertukaran, dan fungsi fasilitas. Fungsi fisik merupakan tindakan yang langsung berhubungan dengan barang dan jasa, sehingga menimbulkan kegunaan bentuk, tempat, dan waktu yang terdiri dari kegiatan pengangkutan, pengolahan, dan penyimpanan. Fungsi pertukaran merupakan proses penyaluran barang atau perpindahan hak milik dari produsen sampai ke tangan konsumen yang terdiri dari kegiatan pembelian dan penjualan. Sedangkan fungsi fasilitas adalah semua tindakan yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen yaitu terdiri dari fungsi standarisasi, pembiayaan, penanggungan resiko, informasi pasar dan juga fungsi grading.

Nelayan melakukan penangkapan ikan segar dari laut ke darat, sehingga dalam hal ini nelayan melakukan fungsi fisik, karena melakukan kegiatan pengangkutan. Selain itu, nelayan juga melakukan fungsi fasilitas berupa penganggungan risiko, pembiayaan, dan informasi pasar. Penanggungan risiko yang dihadapi nelayan adalah tingkat harga yang fluktuatif atau perubahan harga yang terjadi akibat dari hasil tangkapan yang tidak menentu dan ikan yang cepat membusuk jika tidak cepat terjual. Fungsi pembiayaan yang dilakukan oleh nelayan adalah penyediaan modal untuk melakukan penangkapan ikan.

Taweumelakukan fungsi fasilitas karena melakukan kegiatan pembiayaan, penanggungan risiko, dan mencari informasi pasar. Taweu inilah yang menjual ikan hasil tangkapan nelayan langsung ke tangan penjual. Sama halnya seperti taweu, penjual juga melakukan fungsi fasilitas. Penjual melakukan kegiatan pembiayaan, penanggungan risiko, mencari informasi pasar guna memperoleh harga yang menguntungkan di tingkat bakul maupun depo pasar ikan.

Bakul melakukan fungsi pertukaran, karena melakukan proses penyaluran barang atau perpindahan hak milik dari nelayan sampai ke tangan konsumen (barang mentah dan barang konsumsi) yang terdiri dari kegiatan pembelian dan penjualan. Khusus untuk bakul besar dalam hal ini depo pasar ikan terkadang

mereka pun melakukan fungsi fisik, karena melakukan penyimpanan dan pengangkutan. Bakul besar biasanya mempunyai cold storage yang merupakan tempat pendingin untuk menyimpan ikan.

Perusahaan ekspotir melakukan fungsi pertukaran karena melakukan proses penyaluran barang atau perpindahan hak milik dari depo pasar ikan sampai ke tangan konsumen (barang mentah maupun barang konsumsi) yang terdiri dari kegiatan penjualan dan pembelian. Perusahaan ekportir melakukan fungsi fisik, karena mereka melakukan kegiatan penyimpanan dan pengangkutan. Selain itu, perusahaan eksportir pun melakukan fungsi fasilitas, karena melakukan fungsi standarisasi, pembiayaan, penanggungan resiko, informasi pasar dan juga fungsi grading.

Perusahaan pengolahan berfungsi sebagai pengolah ikan-ikan segar yang ditangkap oleh nelayan, menjadi suatu produk olahan yang akan dikonsumsi oleh konsumen besar atau konsumen akhir, seperti KUB. KUB mengolah ikan segar seperti Tembang, Lisong, Cakalang, Albakora, Madidihang, Tuna Mata Besar, dan Layur untuk dijadikan berbagai produk olahan yang hasilnya didistribusikan langsung ke tangan konsumen besar seperti gerai oleh-oleh ataupun ke tangan konsumen akhir. Oleh karena itulah perusahaan pengolahan melakukan fungsi fisik. Selain itu, pengolah juga melakukan fungsi pertukaran, karena melakukan kegiatan penjualan kepada konsumen dan pembelian kepada bakul.

Gerai oleh oleh merupakan sebuah tempat berupa toko yang menjual oleh- oleh khas daerah. Gerai oleh-oleh dalam hal ini melakukan fungsi pertukaran karena melakukan kegiatan jual beli hasil olahan ikan. Gerai oleh-oleh pun melakukan semacam standarisasi dalam menentukan barang-barang yang akan dijualnya. Oleh karena itu gerai oleh-oleh melakukan fungsi fasilitas. Dalam melakukan fungsi fisiknya, gerai oleh-oleh melakukan penyimpanan terhadap barang-barang olahan.

Harga yang terjadi dari nelayan ke konsumen akhir sangat fluktuatif, tergantung pada permintaan dan penawaran atau ketersediaan ikan. Pada komoditas ikan tertentu yang banyak dicari oleh para eksportir, seperti ikan layur, harga bisa berfluktuatif tergantung kepada kondisi musim. Pada musim paceklik atau musim kemarau, ikan yang didapat oleh nelayan biasanya sangat sedikit.

Adapun kendala-kendala yang dihadapi pada subsistem pemasaran adalah: 1. Tempat Pelelangan Ikan yang sudah tidak lagi berfungsi dengan baik,

2. Hasil tangkapan nelayan yang sangat tergantung pada musim dan sangat fluktuatif, sehingga pengolah juga sering mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan baku mengakibatkan barang dan stok untuk penjualan terbatas.

3. Sulitnya memperoleh modal untuk berproduksi, sehingga barang yang dijual ke pasar biasanya terbatas.

4. Ketidakberanian para pengolah ikan dalam mengambil risiko, menggunakan sistem konsinyasi, padahal banyak gerai yang menawarkan kerjasama dengan keuntungan yang relatif besar.

6.2.5. Subsistem Pendukung Perikanan Tangkap Kabupaten Sukabumi