• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Pasang Surut

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG (Halaman 104-112)

RONA LINGKUNGAN HIDUP

3.3. HIDRO-OSEANOGRAFI 1. Kondisi Bathimetri

3.3.2. Kondisi Pasang Surut

Data pasang surut diperoleh dari Dishidros TNI-AL hasil pengamatan selama 30 tahun 2011. Data pasang surut selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode Admiralty untuk mendapatkan konstanta pasang surut yang berisi amplitudo (A) dan beda fase (g) dari masing-masing komponen pembentuk gelombang pasang surut. Hasil analisis analisi admiralty disajikan dalam Tabel 3.9.

Tabel 3.9. Konstanta Pasang Surut dengan Metode Admiralty di Tanjung Priok

K1

Sumber : Dishidros TNI AL, 2011

Dengan menggunakan amplitudo komponen pasang surut K1, O1, M2 dan S2 seperti tampak pada tabel di atas, dapat ditentukan tipe pasang surut di sekitar Teluk Jakarta sebagai berikut:

Dengan nilai FN = 4,67, maka tipe pasang surut di di sekitar Teluk Jakarta adalah masuk dalam kriteria 4 dengan syarat FN > 3,00 dengan tipe pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide), berarti dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan 1 kali air surut. Posisi muka air laut rata-rata (MSL) = 60 cm dan elevasi titik referensi (bench mark) yakni Peil Priok (P*) z MSL

= 120 cm, dimana kedalaman dasar laut dalam peta bathimetri yang digunakan dalam studi ini adalah disurutkan terhadap PP*. Selain ditentukan tipe pasang surut menggunakan bilangan Formzahl juga digambarkan grafik pasang surut yang di ramal dari 9 komponen pasut dari Tabel 3.9. Dari gambar grafik pasut tersebut dapat ditentukan elevasi-elevasi penting p.asang surut. Gambar garafik pasang surut hasil ramalan disajikan dalam Gambar III.14. Dari gambar tersebut terlihat pasang tertinggi di stasiun pasut tanjung priok sebesar 112.14 cm dan surut terendah sebesar 10.84 cm, sedangkan tidal range yang merupakan selesih antara pasang tertinggi dan surut terendah sebesar 101.3 cm.

Gambar III.14. Pasang Surut Hasil Ramalan Dari Komponen Pasut Dishidros-TNI AL 2011 3.3.3. Kondisi Gelombang

Gelombang yang digunakan dalam studi ini merupakan gelombang hasil penelitian PT.

Kapuk Naga Indah yang bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada pada tahun 2010.

Gelombang dihitung berdasarkan peramalan gelombang yang dibangkitkan oleh tiupan angin dipermukaan laut baik kecepatan, arah dan durasinya. Dimana data angin yang digunakan dalam peramalan gelombang adalah data angin harian jam-jaman dari Stasiun Meteorologi Klas I Cengkareng tahun 2005-2009. Metode yang digunakan untuk menghitung tinggi dan periode gelombang adalah CERC. Hasil perhitungan tinggi dan periode gelombang disajikan dalam bentuk tabel presentase gelombang (Tabel 3.10) dan mawar gelombang (Gambar III.15) sebagai berikut:

Tabel 3.10. Jumlah dan Persentase Kejadian Gelombang Harian Tahun 2005-2009

0 - 0.75 0.75 - 1.5 1.5 - 2.25 2.25 - 3.0 > 3.0 0 - 0.75 0.75 - 1.5 1.5 - 2.25 2.25 - 3.0 > 3.0

Utara 416 651 298 0 0 1365 2.84 4.45 2.04 0 0 9.32

Timur Laut 324 550 422 216 88 1600 2.21 3.76 2.88 1.48 0.60 10.93

Timur 852 23 0 0 0 875 5.82 0.16 0 0 0 5.98

Tenggara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Barat Daya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Barat Laut 608 680 4 0 0 1292 4.15 4.64 0.03 0 0 8.82

5132 Persentase Gelombang 35.05

9510 Persentase Tidak Ada Gelombang 64.95

14642 Total 100

Arah Tinggi Gelombang (m)

Jumlah Tinggi Gelombang (m)

Jumlah Jumlah dan Persentase Kejadian Gelombang Harian (Jam-Jaman)

Diramal Berdasarkan Data Angin Stasiun Meteorologi Klas I Cengkareng- Tanggerang Tahun 2005 - 2009

Jumlah Kejadian Gelombang Persentase Kejadian Gelombang (%)

Jumlah Gelombang Jumlah Tidak Ada Gelombang Total

Gambar III.15. Mawar Gelombang Harian (jam-jaman) Tahun 2005 – 2009.

Tabel 3.10 dan Gambar III.15 di atas, menunjukkan bahwa persentase kejadian gelombang harian yang terjadi di perairan Teluk Jakarta, khususnya gelombang yang terjadi di perairan rencana reklamasi PT KNI di dominasi oleh gelombang dari arah utara (9,32 %) dengan tinggi gelombang dominan pada interval (0,75 – 1,50 m), arah timur laut (10,93 %) dengan tinggi gelombang dominan pada interval (0,75 – 1,50 m), arah timur (5,98 %) dengan tinggi gelombang signifikan pada interval (0 – 0,75 m), dan barat laut (8,82 %) dengan tinggi gelombang dominan pada interval (0,75 – 1,50 m).

Selain disajikan dalam tabulasi presentase dan gambar mawar angin juga disajikan dalam bentuk tabulasi gelombang signifikan maksimum tahunan selama 4 tahun (2005-2009) yang dapat dilihat pada Tabel 3.11 berikut.

Tabel 3.11. Rekapitulasi Tinggi dan Periode Gelombang Signifikan Maksimum per Tahun

Tahun H0 max (meter) TP max (detik)

2005 3.83 10.30

2006 3.39 9.70

2007 2.98 9.09

2008 3.60 9.99

2009 3.79 10.25

Transformasi Gelombang

Selain meramal tinggi dan periode gelombang PT. Kapuk Naga Indah yang bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada pada tahun 2010 juga melakukan pemodelan matematik untuk melihat transformasi gelombang yang merambat dari laut dalam ke peraiaran dangkal terutama lokasi rencana reklamasi 3 pulau. Model yang digunakan merupakan model gelombang STWAVE dari Waterways Experiment Station yang terdapat pada Software CEDAS-NEMOS.

Sekenario pemodelan meliputi dua keadaan musim yakni musim Timur dan musim Barat dengan tiga arah mata angin dominan yaitu Timur Laut, Utara, dan Barat Laut. Data input yang digunakan dalam model ini adalah tinggi dan periode gelombang hasil peramalan yang dilakukan sebelumnya. Hasil pemodelan disajikan dalam kontur tinggi gelombang dan arah transformasi gelombang. Gambar transformasi hasil pemodelan disajikkan dalam Gambar III.16 hingga Gambar III.18. Informasi dari setiap gambar terdiri dari kontur tinggi gelombang yang digambarkan warna coklat (panel kiri), arah penjalaran tinggi gelombang (panel kanan), daratan digambarkan dalam warna hijau.

Gambar III.16 (a) dan III.16 (b) merupakan hasil model transformasi gelombang dari arah datang gelombang timur laut (45o) dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa penjalaran gelombang dari arah Timur Laut di lokasi perencanaan reklamasi mengalami refraksi gelombang karena adanya pulau-pulau kecil di sebelah Timur Laut lokasi perencanaan yaitu Pulau Damar Besar, Talak dan Ayer. Tinggi gelombang di laut dalam memiliki tinggi gelombang yang tetap yaitu 3,83 meter. Refraksi gelombang terjadi pada Tanjung Krawang dan Tanjung Gembong di sebelah Barat Teluk Jakarta dengan arah pembelokan gelombang ke arah Selatan sampai dengan Tenggara. Tinggi gelombang pada daerah tersebut berkisar antara 1,2 m sampai dengan 1,8 m. Tinggi gelombang di lokasi perencanaan berkisar antara 2,20 m sampai dengan 2,60 m. Tinggi gelombang pecah berdasarkan hasil pemodelan adalah 3,91 m yang terjadi pada daerah sebelah Utara Tanjung Karawang, sedangkan tinggi gelombang pecah di daerah perencanaan mencapai 2,40 m. Tinggi gelombang di daerah yang terlindung oleh Pulau Damar Besar, Talak dan Ayer berkisar antara 1,00 m sampai dengan 1,40 m.

Gambar III.17 (a) dan III.17 (b) merupakan hasil model transformasi gelombang dari arah datang gelombang Utara (dir : 0o) dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa penjalaran gelombang dari arah Utara di lokasi perencanaan reklamasi mengalami refraksi gelombang karena adanya pulau-pulau kecil di sebelah Utara lokasi perencanaan yaitu Pulau Bidadari, Pulau Kayangan, Pulau Kapal dan Pulau Ayer. Tinggi gelombang di laut dalam memiliki tinggi gelombang yang tetap yaitu 3,83 meter. Tinggi gelombang di lokasi perencanaan berkisar antara 2,40 m sampai dengan 2,80 m. Tinggi gelombang pecah berdasarkan hasil pemodelan adalah 4,28 m yang terjadi pada daerah sebelah Utara Pulau-pulau terluar dan Tanjung Krawang, sedangkan tinggi gelombang pecah di daerah perencanaan mencapai 2,80 m. Tinggi gelombang di daerah yang terlindung oleh Pulau

Damar Besar, Pulau Talak dan Pulau Ayer berkisar antara 1,40 m sampai dengan 1,80 m.

sedangkan tinggi gelombang di daerah yang terlindung oleh pulau Bidadari, Pulau Kapal dan Pulau Kayangan berkisar antara 1,00 m sampai dengan 1,40 m. tampak bahwa gelombang mengalami pemusatan (konvergen) arah gelombang pada daerah tanjung dan mengalami penyebaran arah gelombang (divergen) pada daerah teluk.

Pada Gambar III.18 (a) dan Gambar III.18 (b) terlihat bahwa penjalaran gelombang dari arah Barat Laut pada kondisi existing di lokasi perencanaan reklamasi mengalami refraksi gelombang karena adanya pulau-pulau kecil di sebelah Utara lokasi perencanaan yaitu Pulau Untungjawa, Pulau Rambut, Pulau Bidadari, Pulau Kayangan, dan Pulau Kapal.

Tinggi gelombang di laut dalam memiliki tinggi gelombang yang tetap yaitu 3,83 meter.

Tinggi gelombang di lokasi perencanaan berkisar antara 1,40 m sampai dnegan 2,00 m.

Tinggi gelombang pecah berdasarkan hasil pemodelan adalah 4,18 m yang terjadi pada daerah sebelah Barat Laut Pulau Rambut dan Pulau Untungjawa, sedangkan tinggi gelombang pecah di daerah perencanaan mencapai 1,80 m. Tinggi gelombang di daerah yang terlindung oleh Pulau Rambut dan Pulau Untungjawa berkisar antara 0,80 m sampai dengan 1,20 m. Tinggi gelombang di daerah yang terlindung oleh Pulau Talak dan Pulau Ayer berkisar antara 1,40 m sampai dengan 1,80 m. sedangkan tinggi gelombang di daerah yang terlindung oleh Pulau Bidadari, Pulau Kapal dan Pulau Kayangan berkisar antara 0,40 m sampai dengan 1,00 m. Dari hasil model gelombang tampak bahwa daerah perencanaan reklamasi terlindung oleh keberadaan Pulau Bidadari, Pulau Untungjawa, Pulau Bidadari, Pulau Kapal dan terlindung oleh Tanjung Pasir di sebelah Barat Laut lokasi perencanaan reklamasi.

(a) Kontur tinggi gelombang (b) Arah penjalaran gelombang

Gambar III.16. Hasil Pemodelan Tinggi Gelombang (a) dan Pola Penjalaran (b) dengan Arah Gelombang Dominan Timur Laut (dir: 45o)

(a) Kontur tinggi gelombang (b) Arah penjalaran gelombang

Gambar III.17. Hasil Pemodelan Tinggi Gelombang (a) dan Pola Penjalaran Gelombang (b) dengan Arah Gelombang Dominan Utara (dir: 0o)

(a) Kontur tinggi gelombang (b) Arah penjalaran gelombang

Gambar III.18. Hasil Pemodelan Tinggi Gelombang (a) dan Pola Penjalaran Gelombang (b) dengan Arah Gelombang Dominan Barat Laut (dir : 315o)

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG (Halaman 104-112)