• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mobilisasi Alat dan Bahan

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG (Halaman 38-79)

Mobilisasi alat konstruksi reklamasi dilakukan melalui transportasi laut. Sebagaimana dikemukakan pada bagian terdahulu bahwa pengadaan bahan material reklamasi yang diperlukan (batu, pasir laut dan tanah urug) dipercayakan kepada pihak ke-3 melalui mekanisme tender. Landasan hukum yang berkaitan dengan penambangan bahan galian golongan C diatur di dalam:

a. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 217/Kpts/M/Pertamben/ 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberian Ijin Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C yang terletak di Lepas Pantai.

b. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 370/224/M PE/1985 tentang Pelimpahan Wewenang Pemberian Ijin Usaha Pertambangan Pasir Laut yang terletak di Daerah Lepas Pantai Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu.

c. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 0815/800/M PE/1988 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Penyajian Informasi Lingkungan dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan di Bidang Pertambangan Umum dan Bidang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Sumberdaya Panas Bumi.

Salah satu syarat pemberian ijin usaha penambangan bahan galian golongan C pasir laut adalah penyusunan dokumen AMDAL. Kajian dampak lingkungan dimaksud sudah harus menelaah secara dalam dampak positif dan dampak negatif penambangan pasir laut sesuai dengan jumlah cadangan, masa waktu penambangan dan cara penambangan. Dampak lingkungan dimaksud mencakup dampak terhadap lingkungan fisik alami, lingkungan hayati dan lingkungan sosial ekonomi, sosial budaya.

Dalam rangka penyediaan kebutuhan bahan reklamasi bagi PT. Kapuk Naga Indah maka salah satu syarat utama peserta tender adalah Izin Operasional Penambangan Bahan Galian Golongan C dan Rekomendasi AMDAL untuk lokasi quary. Proses pengangkutan bahan-bahan reklamasi dari lokasi quary ke lokasi proyek akan menjadi bagian dari studi AMDAL ini. Pengangkutan bahan material reklamasi (batu) dilakukan melalui transportasi laut hingga menuju lokasi Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah, dimana peralatan angkutan akan disediakan oleh suplier (perusahaan pemasok bahan material reklamasi), terutama kapal tongkang. Dengan demikian kajian AMDAL Kapuk Naga Indah tidak mengkaji dampak penambangan batu terhadap lingkungan sekitar tambang tetapi difokuskan pada dampak transportasi bahan-bahan reklamasi.

Bahan Material yang akan disediakan oleh PT. Kapuk Naga Indah dalam rangka reklamasi pulau adalah:

a. Pengadaan Pasir Laut

1) Kebutuhan Pasir Laut

Kebutuhan material pasir urug untuk areal reklamasi Pulau 2A (luas 310 Ha) dibutuhkan pasir sebesar 20.900.000 m3, pulau 2B (285 Ha) sebesar 18.663.055 m3 dan pulau 1 (275 Ha) sebesar 19.209.597 m3. Kebutuhan ini direncanakan disuplai dari daerah Kabupaten Serang, Provinsi Banten.

2) Lokasi Penambangan Pasir Laut

Pasir urug yang akan digunakan untuk kebutuhan reklamasi Kapuk Naga Indah Pulau 2A akan disuplai dari supplier PT. Jetstar yang kuasa penambangan (KP) berada diperairan laut lepas pantai utara Kabupaten Serang Provinsi Banten.

PT. Jetstar memiliki beberapa surat izin usaha pertambangan operasional produksi (terlampir) seperti tertera pada tabel berikut:

Tabel 2.5. Lokasi Pengambilan Pasir

No. Lokasi Usaha Luas

Area Volume Yang

Dapat Digali Ketebalan Jangka Waktu 1. Di lepas pantai utara Kab. Serang

(Blok I, II) Blok Pulau Panjang 2.076 Ha 20.076.000 m3 2 m 4 tahun 2. Di lepas pantai utara Kab. Serang

(Blok I) Blok Pontang 1.000 Ha 3.000.000 m3 2 m 2 tahun 3. Di lepas pantai utara Kab. Serang

(Blok II) Blok Pontang 1.000 Ha 2.500.000 m3 2 m 2 tahun 4. Di lepas pantai utara Kab. Serang

(Blok III) Blok Pontang 940 Ha 1.500.000 m3 2 m 2 tahun 5. Di lepas pantai utara Kab. Serang

(Blok IV) Blok Pontang 1.000 Ha 3.000.000 m3 2 m 2 tahun Keterangan:

a) Surat Izin Bupati Serang Nomor 541/SK.04/IUP/DISTAMBEN/2010, tentang Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi (Blok I, II) Blok Pulau Panjang.

b) Surat Izin Bupati Serang Nomor 541/SK.01 s/d. 04/IUP/DISTAMBEN/2012, tentang Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi (Blok I sampai IV) Blok Pontang.

Selain dari sumber di atas, kekurangan pasir urug/pasir laut akan didatangkan dari daerah Provinsi Lampung dan Provinsi Bangka Belitung. Saat ini masih dalam penjajakan, antara lain:

a) PT. Samudera Banten Jaya, lepas pantai Utara Kabupaten Serang (mempunyai Dok. Andal, RKL dan RPL).

b) PT. Tobas Kaula Kencana, alur Sungai Wai Seputih, Kab. Lampung Tengah, Kab. Lampung Timur dan Kab. Tulang Bawang (mempunyai Dok. Andal, RKL dan RPL).

c) PT. Nusambada Pratama, Kramat Watu Kab. Serang (mempunyai Dok. Andal, RKL dan RPL).

3) Proses Penambangan dan Pengangkutan a) Pengadaan Kapal

Untuk kegiatan penambangan pasir laut di wilayah KP eksplorasi PT. Jetstar akan dilakukan dengan kapal keruk hisap (cutter suction dredger, CSD) sebanyak 1 unit. Jenis kapal ini memiliki kapasitas muat sebesar 500 m3/jam yang disesuaikan dengan kedalaman laut.

b) Pemasangan Rambu-rambu

Pengadaan sarana penunjang di laut berupa pemasangan rambu-rambu di lokasi penambangan berupa pelampung di setiap sudut areal layak tambang dengan menggunakan instrumen kontrol (GPS).

c) Penambangan Pasir Laut

Sesuai dengan rencana kapasitas produksi PT. Jetstar direncanakan penambangan dengan menggunakan 1 unit kapal keruk hisap (cutter suction dredger, CSD) dengan kapasitas 500 m3/jam. Pasir laut beserta material lain yang terdapat di pasir laut akan direncanakan/diberai dan dihisap sambil

berjalan dengan peralatan, kemudian hasil hisapnya disemprotkan langsung ke dalam Hopper Barger (Tongkang).

d) Sistem penambangan yang akan diterapkan adalah crossing system yang merupakan sistem penambangan yang berwawasan lingkungan, kerjanya dengan sistem membentuk alur yang sejajar, baik melintang ataupun membujur blok-blok penambangan. Tahapan kegiatan penambangan yang akan dilakukan:

(1) Wilayah kuasa penambangan yang layak ditambang dibagi menjadi sub blok-sub blok dengan ukuran 250 m sampai 400 m. pembagian areal ini untuk memudahkan perencanaan dan pelaksanaan penambangan.

(2) Penambangan dilaksanakan berdasarkan sub blok-sub blok penambangan yang telah ditentukan, agar dampak lingkungan yang ditimbulkan dapat diperkecil.

(3) Kegiatan penambangan direncanakan dari sub blok I dan setelah selesai baru pindah ke sub blok II dan seterusnya.

Jumlah armada dan ritasi pengangkutan pasir laut selama konstruksi reklamasi pulau 2A, 2B dan 1 dijelaskan sebagai berikut:

a) Rincian kapal yang digunakan: Sand suction 4 unit, Sand carrier 16 unit, Sand sprayer 6 unit, Kapal untuk menggelar geotextile 2 unit, Kapal untuk pemasangan vertikal drain 2 unit, CSD Cutter suction dredger 1 unit, Kapal untuk memuat pasir ke sand carrier 1 unit, Kapal untuk inspeksi 1 unit, Kapal sebagai platform 1 unit dan Anchor boat 1 unit.

b) Pergerakan kapal antara lokasi sumber pasir dengan lokasi pulau reklamasi dilakukan oleh sand carrier yang berjumlah 16 unit. Lama siklus loading, perjalanan di laut dan unloading adalah 3 hari: 1 hari loading, 1 hari perjalanan dan 1 hari unloading. Dengan demikian jumlah ritasi kapal per hari adalah 3 sampai 4 kapal.

c) Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar kontraktor reklamasi pulau menyediakan tanki-tanki bakar (2.000 ton) di areal Pantai Indah Kapuk. Selain itu disediakan 1 unit kapal yang akan membawa bahan bakar ke lokasi tambat kapal-kapal yang sedang bekerja.

4) Pengangkutan Hasil Galian

Pengadaan dan pengangkutan pasir hasil penambangan untuk material reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah akan dilibatkan (dipercayakan) pihak ketiga melalui mekanisme tender. Sebagai landasan hukum yang terkait dengan penambangan bahan galian golongan C diatur di dalam Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 217/KPTS/M/Pertamben/1983, tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C yang terletak di lepas pantai. Pasir hasil penambangan setelah dimuat ke dalam tongkang (hopper

barge) dengan kapasitas 500 m3 akan langsung ditarik oleh tug boat ke lokasi proyek reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah. Jarak tempuh dari lokasi penambangan sampai ke lokasi proyek reklamasi diperkirakan sejauh 40 Km.

b. Pengadaan Batu

Lokasi sumber pengadaan batu dalam rangka memenuhi kebutuhan material proyek Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah direncanakan dari kegiatan penambangan bahan galian C (batu andesit) yang dilakukan oleh:

1) Koperasi Pegawai Maritim, PT Persero Pelindo II; Penambangan batu adesit di desa Pulo Ampel Margasari dan Sumuranja, Kecamatan Pulo Ampel Kabupaten Serang. UKL –UPL tahun 2004.

2) PT. Batu Alam Makmur dengan luas lahan penambangan ± 25 Ha, berlokasi di Blok Gunung Perahu, Desa Ukirsari, Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang, dimana kegiatan penambangan batu tersebut dapat memasok kebutuhan material proyek dan telah memiliki persetujuan UKL/UPL dari Tim Penilai AMDAL Pemerintah Kabupaten Serang Nomor 666.1/1021/KLH, tanggal 31 Mei 2005.

3) PT. Batu Alam Sari, Penambangan batu andesit, desa Ukir Sari Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang. UKL-UPL tahun 2005.

4) PT. Anugerah Batu Gunung Geri Zim. Penambangan batu andesit di desa Ukir Sari Kecamatan Bojonegara Kabupaten Serang. UKL-UPL thn 2006.

Tabel 2.6. Kebutuhan Batu

Volume Material (m³) Pulau 2A

TOTAL 836.200 750.382 826.256

Sumber: PT. Kapuk Naga Indah (2012)

c. Pengadaan Tanah Urug (Top Soil)

Kebutuhan tanah merah untuk menutup lapisan pasir pada tanggul 3 pulau reklamasi diperkirakan mencapai 105.000 m3. Dengan demikian kebutuhan tanah merah untuk melapis tanggul tiap pulau ± 35.000 m3. Apabila yang digunakan dump truk kapasitas 20 m3, maka jumlah rit angkutan tanah untuk 1 pulau adalah 1.750 rit untuk masa waktu 180 hari (10 rit/hari), pengankutan tanah merah dilakukan pada malam hari pukul 21.00 – 05.00 WIB. Kebutuhan tanah merah untuk ruang terbuka hijau 3 pulau reklamasi dan luas sabuk hijau pada pulau reklamasi akan dikaji pada proses penyusunan AMDAL pemanfaatan pulau hasil reklamasi, rencananya akan didatangkan dari daerah Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten.

Sumber:

Atlas Indonesia & Dunia, 2011

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (ANDAL)

REKLAMASI PANTAI KAPUK NAGA INDAH

JAKARTA UTARA

Gambar II.6.

Lokasi Sumber Pengadaan Batu dan Pasir Keterangan:

: Lokasi Proyek

: Lokasi Pengadaan Batu : Lokasi Pengadaan Pasir PT. Jetstar

Pemrakarsa

PT. KAPUK NAGA INDAH

Gambar II.7. Rute Pengangkutan Tanah Urug (Top Soil) Tanggul

3. Pengurugan/Reklamasi dan Pembangunan Tanggul/Breakwater a. Acuan

1) Acuan Vertikal (Datum)

Sistem acuan vertikal (Datum) ialah Peil Priok, sebagaimana yang digunakan oleh DKI. Peil Priok (PP*) didefinisikan sebagai: PP* = MSL (Muka air laut rata rata)–1.20 m.

2) Definisi Elevasi

Definisi elevasi berikut perlu dibedakan:

a) Elevasi desain, yang berupa level permanen yang diperlukan setelah 50 tahun. Elevasi ini mencakupkan tambahan untuk kenaikan muka air laut masa datang (tambahan 0,3 m untuk tanggul).

b) Elevasi pembangunan, yang berupa tinggi permukaan setelah penyelesaian pembangunan. Elevasi pembangunan ini lebih tinggi daripada elevasi desainnya. Untuk tanggul elevasi pembangunan ini mencakupkan tambahan elevasi untuk mengimbangi penurunan tanah sisa (penurunan muka-tanah konsolidasi yang belum terjadi selama pembangunan) dan pengaruh-pengaruh jangka panjang lainnya.

c) Elevasi pengurugan, yang merupakan level langsung setelah penempatan urugan. Level urugan ini lebih tinggi daripada level pembangunan dengan tambahan untuk mengimbangi penurunan muka-tanah konsolidasi.

3) Kondisi Batas Hidrolik a) Kondisi angin

Nilai ekstrem kondisi angin dianalisa dengan menggunakan empat perangkat data (Argoss, KNMI, BMG and NCEP). Evaluasi terhadap ke empat perangkat data ini menunjukkan bahwa perangkat data Argoss (pengamatan satelit) merupakan perangkat data yang paling terandalkan untuk situasi sekarang. Data Argoss dalam kawasan seluas 400x400 km dimana proyek berada telah dianalisis untuk menentukan nilai-nilai ekstrem kondisi angin.

Nilai-nilai ekstrem untuk setiap arah angin ditunjukkan pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7. Nilai-nilai ekstrem kecepatan angin untuk setiap arah angin [m/det]

arah angin

b) Muka Air

Muka air laut rata-rata ialah pada +1.2 m PP*. Muka air laut pasang perbani rata-rata (MHWS) ialah kira-kira pada +1.7 m PP*, mean low water spring kira-kira pada +0.6 m PP*. Kenaikan muka air laut pada masa mendatang diantisipasi setinggi 0.3 m.

c) Kondisi Gelombang

Kondisi-kondisi gelombang ekstrem (tinggi gelombang signifikan Hs dan periode gelombang signifikan Ts) pada pertahanan laut telah disimulasi dan ditentukan dengan model spektral generasi ketiga SWAN yang berupa singkatan dari Simulating Waves Nearshore. Perhitungan-perhitungan SWAN dilakukan untuk kondisi dengan keberadaan Pulau 1 dan 2B maupun tanpa keberadaan Pulau 1 and 2B. Perhitungan-perhitungan ini dilakukan untuk tiga arah angin:

(1) Utara (345° – 15°);

(2) Timur (75° - 105°);

(3) Utara-utara-barat (315° - 345°).

Gelombang-1/10,000 di tempat pertahanan laut sisi utara memiliki tinggi gelombang signifikan Hs setinggi 4.1 m, periode rata-rata TM02 selama 5.7 s dan periode gelombang spektral TM-1.0 = 8.7 s.

b. Umur Konstruksi dan Aspek Keamanan

1) Umur pakai dan persyaratan fungsional

Desain level dan pelindung peninggian-tanah struktur utama (tanggul) telah didesain berdasarkan umur-pakai fungsional selama 50 tahun. Persayaratan-persyaratan fungsional berikit diperhitungkan:

a) Kriteria limpasan 1 l/s/m

b) Periode ulang kejadian badai (Tabel 2.8) Tabel 2.8. Periode Ulang Kejadian Badai

Batas orientasi Periode t [yr]

Tabel 2.9. Muka Air Desain

periode ulang [yr-1] 1/100 1/1,000 1/10,000 Muka air laut pasang perbani rata-rata +1.68 m PP* +1.68 m PP* +1.68 m PP*

akibat angin 0.20 m 0.30 m 0.40 m

lonjakan badai 0.06 m 0.12 m 0.18 m

DWL0 years +1.9 m PP* +2.1 m PP* +2.3 m PP*

kenaikan muka air laut 0.30 m 0.30 m 0.30 m

DWL50 years +2.2 m PP* +2.4 m pp* +2.6 m PP*

2) Tanggul, Terbuka Temporer

Derajat keterbukaan tanggul batas tergantung pada keberadaan Pulau 1 dan 2B.

Pulau 2A merupakan pulau pertama yang akan dikembangkan. Dianggap bahwa 3 tahun setelah penyelesaian Pulau 2A dan 2B kemudian dibangun Pulau 1.

Tanggul batas sebelah barat dan timur Pulau 2A oleh sebab itu akan terbuka terhadap gelombang selama periode maksimum 5 tahun (yang bersesuaian dengan periode ulang yang dipersingkat sebesar 1/100).

Setelah 5 tahun gempuran gelombang pada tanggul sebelah timur dan barat dikurangi oleh keberadaan Pulau 1 dan 2B. Periode ulang yang digunakan untuk kondisi permanen beragam terhadap:

a) Pelindung Lereng

Kelebihan buangan desain dapat menyebabkan kerusakan pelindung lerengnya. Karena hal ini tidak diinginkan, digunakan periode ulang yang relatif lama yakni 1/10,000.

b) Level Puncak

Kelebihan buangan desain akan menyebabkan buangan yang melimpah lebih besar daripada 1 l/s/m. Ini dapat saja mengganggu tetapi tidak merusak struktur. Digunakan periode ulang 1/1,000.

3) Pengaruh landsubsidense dan kenaikan muka air laut

Jakarta dan sekitarnya terletak pada zona dataran-rendah pantai di mana tanahnya sensitif terhadap subsidens. Subsiden tanah disebabkan oleh:

a) Pengaruh penurunan muka-tanah jangka-pendek atau primer akibat kegiatan pengurugan dan perubahan-perubahan pada muka air tanah.

b) Konsolidasi sekunder pada lapisan paling atas endapan baru.

c) Konsolidasi pada lapisan akibat penyedotan air tanah.

Tambahan setinggi 1 m untuk mengimbangi pengaruh subsidens tanah telah dimasukkan ke dalam desain ini: Muka air laut dapat saja naik akibat pemanasan global. Tambahan setinggi 0,30 m telah dipertimbangkan dalam desain ini.

4) Penurunan Muka Tanah Sisa

a) Penurunan muka tanah sisa setelah periode konsolitasi (3 bulan setelah penyelesaian penempatan salir tegak) harus kurang dari 0,3 m di kawasan perumahan.

b) Level desain puncak tanggul (level pembangunan dikurangi penurunan muka-tanah sisa) harus dipenuhi setelah 50 tahun.

c) Penurunan muka tanah puncak harus dibatasi (hingga kira-kira 0,5 m) untuk mencegah perlunya pemeliharaan akibat penurunan muka tanah.

d) Level pembangunan berm harus setinggi mungkin, tetapi tidak lebih tinggi daripada MHWS (= +1.68 m PP*).

5) Kondisi-kondisi Ekstrem a) Tsunami

Tsunami ialah sederetan gelombang yang ditimbulkan apabila sekumpulan air dipindahkan secara cepat dalam skala yang sangat besar. Gempa, longsor, erupsi gunung berapi dan benturan meteorit besar semuanya memiliki potensi untuk menimbulkan tsunami. Ketika gelombang tsunami ini mendekati perairan dangkal di daerah pantai, periode waktunya tetap sama, tetapi panjang-gelombangnya berkurang cepat, dengan demikian menyebabkan air menumpuk dan membentuk puncak gelombang yang sangat tinggi. Sistem polder dengan tanggul yang cukup tinggi ini memberikan pertahanan yang lebih baik terhadap bahaya tsunami.

b) Gempa

Struktur geoteknis didesain pada percepatan permukaan selama terjadinya gempa sebesar 0,30g sesuai dengan peta gempa Indonesia.

c. Rencana Reklamasi

1) Fase pengembangan

Kegiatan Reklamasi akan diwali dengan Pulau 2A, yang diikuti oleh Pulau 1 dan 2B. Fase pertama akan berupa paruhan selatan Pulau 2A dengan kawasan reklamasi kira-kira 100 ha. Pembangunan Pulau 2A dipertimbangkan sebagai berikut:

a) Langkah 1, 100 ha pertama hingga 130 ha (Pulau 2A)

(1) Pekerjaan persiapan, yang terdiri atas pembangunan base camp dan pembangunan lapangan pendukung di Pantai Indah Kapuk, Sektor Utara Barat.

(2) Pekerjaan awal pembangunan di atas air dari kirakira kontur kedalam -4m PP*.

(3) Pembangunan struktur cofferdam pancang-lembaran dan kawasan reklamasi kira-kira pada kontur kedalaman -4m PP* sebagai dermaga sementara untuk pembongkaran batu dan memasok batu ini ke kawasan penyimpanan.

(4) Pembangunan tanggul batas di selatan kontur kedalaman –4m PP*

sebagai berikut:

(a) Penempatan zona urugan pasir dengan bantuan ponton semprot hingga ke level urugan –1 m PP* (hingga ke kontur kedalaman –2m PP*)

(b) Pembangunan bund dengan bahan quarry run (di atas geomattras di mana lapisan semprot pasir tidak tersedia) atau geo tube.

(c) Pengurugan tanggul dengan pengurugan hidrolik sampai dengan elevasi diatas muka air tinggi, hingga kira-kira +3.6 m PP* untuk membuat lantai temporer untuk pembangunan tanggul permanen.

(d) Penempatan vertikal drain (salir tegak) di atas urugan pasir.

(e) Pelindung peninggian tanah di pantai dengan batu dan selanjutnya meninggikan level tanggulnya.

(5) Hasil akhir ialah tanggul batas temporer yang berbentuk-U.

(6) Pengurugan pasir hidrolik di kawasan reklamasi dengan bantuan ponton semprot hingga ke level kira-kira –1 m PP*. Urugan hidrolik ini bermula dari sisi selatan (di tempat di mana terdapat kedalaman air yang cukup untuk menyemprotkan pasir) dan berlanjut menuju ke utara, yang membentuk pantai pasir di sisi laut.

(7) Penempatan vertikal drain (saluran tegak) oleh perlengkapan yang bekerja dari urugan pasir. Dalam sebagian besar keadaan, muka air di daerah urugan pasir perlu direndahkan agar dapat memasang vertikal drain (salir tegak) di daerah polder ini dengan level urugan yang berubah-ubah di antara garis air tinggi dan rendah. Pembuatan kompartemen melalui pembangunan tanggul permanen dan bund temporer diperlukan agar dapat menurunkan muka air, memasang drainase di permukaan tanah dan di bawah-tanah dan akhirnya drainase tegak.

(8) Penempatan tanggul pertahanan laut temporer timur-barat di atas urugan pasir, yang dihampari dengan pelindung batu.

(9) Membangun pemecah-gelombang di kontur-kontur bagian sisi utara tanggul batas masa mendatang (langkah 2). Pemecah-gelombang ini terbuat dari onggokan pasir yang lebarnya 100m hingga ke kontur kedalaman –5m PP* yang di atasnya dibangun bund geotube hingga ke level kira-kira +2 m PP* (DWG 27 + 28).

(10) Mengeruk waduk penahan air atau saluran dan selanjutnya menurunkan level air di kawasan perumahan hingga ke –1.3 m PP*, di kawasan lapangan golf hingga ke –2.2 m PP*.

Hasilnya akan berupa kawasan reklamasi fase pertama, kira-kira 100 ha, yang akan mengalami penurunan muka-tanah sisa (residual settlement).

Level tanah di kawasan perumahan di bagian tengah akhirnya akan turun ke level mendekati +0.6 m PP*, kawasan lapangan golf ke level rata-rata –0.6m PP* pada saat penyerahan dari Kontraktor kepada PT. Kapuk Naga Indah.

b) Langkah 2, Penyelesaian Pulau

Reklamasi kemudian akan diperluas ke arah Utara sebagai berikut:

(1) Penempatan suatu zona 100 to 200 m yang dibangun dari urugan pasir dengan bantuan ponton semprot hingga ke level urugan –1 m PP* di bawah zona tanggul masa mendatang, di belakang pemecah-gelombang geotube.

(2) Pembangunan tanggul batas temporer di sekeliling kawasan yang tersisa termasuk lantai untuk membangun tanggul permanen.

(3) Pengurugan kawasan urugan, pembangunan tanggul permanen termasuk pelindung, membongkar tanggul pertahanan laut timur-barat Fase 1, memasang dan merawat sistem pengelolaan air temporer.

2) Struktur dan Infrastruktur Pendukung a) Tanggul

Proyek ini dikelilingi oleh tanggul. Tanggul sisi utara (pertahanan laut), yang terletak pada kontur kedalaman –7.2 m PP*, dan muara kanal alur-keluar menghadap ke gelombang yang datang dari Laut Jawa. Tanggul timur dan barat secara temporer menghadap ke laut, hingga Pulau 1 dan 2B dibangun.

Tanggul-tanggul timur dan barat Pulau 2A menghadap alur-keluar saluran makro, Cengkareng Drain dan Kali Tanjungan. Batas sisi selatan tanggul ini menghadap kanal batas, di antara pantai saat ini dan pulau-pulau tersebut.

Tanggul ini hanya sedikit terbuka terhadap gelombang.

b) Jalan Akses Permanen

Rencana induk ini menunjukkan sebentangan jalan akses permanen. Jalan akses ini akan dibangun bersamaan reklamasi Pulau 2A. Jembatan-jembatan di antara Pulau 2A dan pulau-pulau lainnya masing-masing dibangun selama pembangunan Pulau 1 dan 2B.

c) Terbuka Temporer Tanggul Di Sepanjang Kanal Cengkareng Drain and Tanjungan

Peninggian-tanah tanggul batas timur dan barat Pulau 2A secara temporer akan terbuka terhadap gelombang laut lepas selama beberapa tahun.

d) Outlet channel (Kanal alur-keluar) untuk saluran perkotaan

Outlet channel (kanal alur-keluar) untuk saluran perkotaan berikut dilewatkan melalui kawasan proyek ini:

(1) Kanal alur-keluar Kali Angke, yang terletak si sisi timur proyek ini dan yang menyalurkan air buangan sebagian kawasan DKI-Jakarta barat.

Kanal ini sama-sama digunakan bersama pulau Pantura pertama di timur kawasan Kapuk Naga Indah.

(2) Kanal alur-keluar Cengkareng Drain, yang lewat di antara Pulau 1 dan 2B.

(3) Kanal alur-keluar Kali Tanjungan dan PU-Drain, yang lewat di antara Pulau 2A and 2B.

(4) Kanal alur-keluar Kali Kamal/Dadap. Kanal ini sama-sama digunakan bersama pulau Banten pertama di barat kawasan Kapuk Naga Indah.

Alur-keluar sungai-sungai ini perlu dipertahankan terbuka selama seluruh fase pengembangan ini, untuk menyediakan pembuangan yang tidak terhalang. Kanal alur-keluar dan muara kanal alur-keluar Kali Angke akhirnya diperdalam hingga ke –4.1 m PP* dan untuk sungai-sungai lain hingga ke – 3.35 m PP*. Kedua kedalaman ini belum mencakup tambahan pengerukan-lebih untuk pengendapan. Pendalaman muara sungai tersebut dilakukan serentak dengan implementasi pulau-pulaunya. Muara Cengkareng Drain diperdalam hingga ke elevasi –1.3 m PP* (-2.5 m MSL), yang cukup untuk pengendapan yang diharapkan setelah tahun-tahun pertama pembangunan.

3) Bahan Pembangunan

Pengurugan kawasan dan tanggul batas akan dibangun sebagai urugan hidrolik, dengan pasir yang dipasok dari kawasan galian-sumbang, yang terletak di bagian barat Laut Jawa atau Selat Sunda. Tanggul-tanggul ini dilindungi dengan batu, umumnya dipasok dari tempat galian-batu yang terletak di daerah Merak.

Batu-batu yang lebih besar (batu yang masing-masing beratnya lebih dari 1,000 kg) akan dipasok dari sumber-sumber yang lebih jauh. Blok beton dapat digunakan sebagai pengganti batuan besar. (beratnya lebih dari 1,000 kg).

Bahan pembangunan utama untuk reklamasi lahan ialah:

a) Pasir untuk pengurugan di kawasan reklamasi dan untuk bahan tanggul/sea

a) Pasir untuk pengurugan di kawasan reklamasi dan untuk bahan tanggul/sea

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG (Halaman 38-79)