• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG"

Copied!
258
0
0

Teks penuh

(1)

AN A NA AL LI IS SI IS S D DA AM MP PA AK K L LI IN N GK G KU UN NG GA AN N (A ( AN ND DA AL L) )

RE R EK KL LA AM M AS A SI I P PA AN NT TA AI I K K A A PU P U K K N NA AG G A A I IN ND DA AH H (P ( Pu ul la au u 2 2A A, , 2 2B B d da an n 1 1) )

Di D i

Ka K aw wa as sa an n Pa P an nt ta ai i Ut U ta ar ra a Ja J ak ka ar rt ta a

Ke K el l ur u ra ah ha an n K Ka ap pu uk k M M ua u ar ra a da d an n K Ka am ma al l M Mu ua ar ra a, , K Ke ec ca am ma at ta an n Pe P en nj ja ar ri i ng n ga an n, , K Ko ot ta a A Ad dm mi in ni is st tr r as a si i Ja J ak ka ar rt ta a U Ut ta ar ra a

PT P T. . K KA AP PU UK K N NA AG GA A IN I ND DA AH H Jl J l. . P Pa an nt ta ai i I I nd n da ah h B Ba ar ra at t, ,

Pa P an nt ta ai i I I nd n da ah h K Ka ap pu uk k Ja J ak ka ar rt t a a U Ut ta ar r a a

20 2 01 12 2

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kebijakan, rencana dan program penataan kembali Kawasan Pantai Utara Jakarta yang telah digagas sejak tahun 1990 terus mengalami penyempurnaan. Konsep penataan kembali Pantura Jakarta yang mencakup konsep reklamasi pulau dan konsep revitalisasi pantai lama yang dimuat di dalam Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Kawasan Pantura Jakarta telah diakomodasi ke dalam Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur. Di dalam Rencana Tata Ruang tersebut, selain mengatur tata ruang makro Provinsi DKI Jakarta dan Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang serta Kota Depok, dimuat juga zonasi perlindungan dan zonasi pemanfaatan kawasan Pantura. Mengacu ke zonasi tersebut dapat dipahami bahwa penataan kembali kawasan Pantura Jakarta diarahkan kewujud reklamasi pulau, dimana jarak antara garis pantai lama dengan pulau reklamasi ± 200 m. Arahan tata ruang di dalam peraturan presiden tersebut dijabarkan ke dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta nomor 1 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta 2030, yang memuat arahan rencana struktur tata ruang, sistem infrastruktur dan rencana pola ruang kawasan Pantura Jakarta yang terpisah dari daratan lama, yang pemnbangunannya melalui pendekatan reklamasi pulau.

Berkaitan dengan itu, dapat dikemukakan bahwa materi pengaturan penataan kembali kawasan Pantura yang dimuat di dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta nomor 8 tahun 1995 (sebagai Kawasan Andalan) sudah tidak sesuai dengan materi arahan tata ruang kawasan reklamasi dan kawasan revitalisasi pantai lama sebagaimana dimuat di dalam Perda Provinsi DKI Jakarta nomor 1 tahun 2012 tentang RTRW Provinsi DKI Jakarta 2030 yang menggolongkan kawasan Pantura sebagai Kawasan Strategis Provinsi di bidang ekonomi dan lingkungan hidup.

Bersamaan dengan proses finalisasi RTRW DKI Jakarta 2030, Pemerintah Pusat, Pemerintah DKI Jakarta bersama pemerintah Kerajaan Belanda melaksanakan kajian Jakarta Coastal Defence Study yakni kajian penyelamatan ekosistem Jakarta akibat naiknya muka air laut dan turunnya permukaan tanah di kawasan Pantura, dengan demikian dapat dikatakan bahwa reklamasi Pulau- pulau di pantai Utara Jakarta yang mengakomodasi prinsip-prinsip perlindungan pantai merupakan rangkaian program penyelamatan ekosistem Jakarta.

Untuk memperoleh gambaran utuh tentang dinamika konsep penataan kembali Kawasan Pantura dapat dijelaskan beberapa hal penting tentang pemanfaatan dan resiko lingkungan kawasan pantai ini. Dalam kurun waktu sejak tahun 1990 sampai dengan tahun 2010, yakni masa proses penyusunan dan pemantapan konsep penataan kembali Kawasan Pantura Jakarta tidak banyak dilakukan perbaikan sarana dan prasarana kawasan pantai, sementara itu proses pembebanan lingkungan sebagai akibat pembangunan fisik bagian-bagian Kota Jakarta yang sangat pesat ke

(3)

segala arah sejak periode tahun 1975 sampai dengan tahun 1995 selain memberikan manfaat bagi penduduk kota juga menimbulkan permasalahan lingkungan. Masalah utama yang dihadapi adalah minimnya prasarana drainase, prasarana transportasi, prasarana sanitasi dan perumahan bagi rakyat. Akumulasi dampak pembangunan fisik berlangsung di kawasan pantai yang fisiknya merupakan dataran rendah yang sangat datar. Bahkan 40% dari luas wilayah Jakarta Utara merupakan sub merged land, yakni dataran yang lebih rendah dari muka laut. Topografi kawasan pantai yang lebih rendah dari muka laut menimbulkan masalah lingkungan tatkala berfungsi sebagai ujung pembuangan (end of pipe) aliran air permukaan dan aliran limbah cair. Karena terbatasnya jaringan sanitasi dan drainase kota, maka aktivitas perkotaan terutama di bagian kota berkepadatan tinggi menimbulkan masalah lingkungan yang serius, sementara itu bahan-bahan pencemar yang dibawa oleh aliran 13 sungai tersebar di perairan laut dangkal mulai dari pantai Marunda di sebelah Timur hingga Kamal Muara di sebelah Barat.

Upaya untuk menanggulangi dan mencegah penurunan kualitas lingkungan hidup dan penyediaan lokasi pembangunan baru di kawasan pantai dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan cara reklamasi yang parsial. Awal tahun 1990 muncul masalah lingkungan akibat konflik penggunaan tanah di kawasan pantai, antara lain gangguan terhadap instalasi PLN di Muara Karang. Upaya penyelesaian masalah dilakukan melalui rekayasa teknik dengan cara mengatur aliran sirkulasi air out let air hasil pendinginan mesin, dan menjauhkannya dari lokasi in take air pendingin. Sejak masa itu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan kajian penataan Pantai Utara Jakarta dan dilanjutkan dengan kajian-kajian sektoral oleh Dinas Tata Ruang DKI Jakarta, Dinas Perikanan DKI Jakarta dan BAPPEDA.

Di dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Reklamasi Kawasan Pantai Utara Jakarta ditetapkan batasan tentang Reklamasi Pantai Utara dan Kawasan Pantai Utara Jakarta, yakni:

1. Reklamasi Pantai Utara adalah kegiatan penimbunan dan pengeringan laut di bagian perairan laut Jakarta;

2. Kawasan Pantai Utara Jakarta adalah sebagian wilayah adiministrasi Kotamadya Jakarta Utara yang meliputi areal daratan Pantai Utara Jakarta yang ada dan areal reklamasi Pantai Utara Jakarta.

Di dalam Keputusan Presiden tersebut secara tegas dikemukakan juga bahwa wewenang dan tanggung jawab Reklamasi Pantura berada pada Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Dalam rangka mengendalikan Reklamasi Pantura, dibentuk sebuah Badan Pengendali yang bertugas untuk:

1. Mengendalikan perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan Reklamasi Pantura;

2. Mengendalikan penataan Kawasan Pantura Jakarta.

Untuk menyelenggarakan Reklamasi Pantura, Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta membentuk Badan Pelaksana (BP) Pantura sebagai perpanjangan tangan Pemda DKI Jakarta, dimana dalam melaksanakan tugasnya Badan Pelaksana (BP) Pantura dapat melakukan

(4)

kerjasama usaha dengan pihak lain dengan tidak mengurangi wewenang dan tanggung jawab Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Masa tugas BP Pantura ini telah berakhir tahun 2009, sehingga tugas-tugas penanganan yang terkait dengan Pantura Jakarta ditangani oleh instansi terkait melalui koordinasi Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta.

Atas dasar kajian-kajian tematis yang dilakukan oleh berbagai instansi, Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta menjabarkan Keppres Nomor 52 Tahun 1995 ke dalam format Peraturan Daerah, yakni Perda DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Reklamasi dan Rencana Tata Ruang Kawasan Pantura Jakarta. Kebijaksanaan penyelenggaraan reklamasi Kawasan Pantura Jakarta ditujukan untuk mewujudkan lahan hasil reklamasi seluas 2.700 Ha dan memanfaatkannya sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2010, serta dilaksanakan secara terpadu dengan penataan kembali (revitalisasi) daratan Pantura Jakarta seluas 2.500 Ha untuk meningkatkan kualitas lingkungannya. Revitalisasi merupakan serangkaian program perkuatan dan pemberdayaan fungsi kawasan melalui penataan kembali, perbaikan, pemugaran, pembangunan, konservasi dan preservasi untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan tingkat kesejahteraan masyarakat setempat.

Di dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2030, Kawasan Pantura Jakarta ditetapkan sebagai Kawasan Strategis untuk kepentingan ekonomi, lingkungan dan sosial budaya. Pada pasal 101 dimuat arahan Kawasan Strategis Pantura Jakarta sebagai berikut:

1. Kawasan Strategis Pantura mencakup pengembangan areal reklamasi dan kawasan daratan pantai dilakukan secara terpadu yang bersama-sama ditetapkan sebagai satu kawasan perencanaan.

2. Pelaksanaan reklamasi, harus memperhatikan kepentingan lingkungan, kepentingan pelabuhan, kepentingan kawasan berhutan bakau, kepentingan nelayan, dampak terhadap banjir rob dan kenaikan permukaan laut serta sungai, kepentingan dan fungsi lain yang ada di Kawasan Pantura.

Pada pasal 102 dinyatakan bahwa:

1. Penyelenggaraan reklamasi Pantura, diarahkan bagi terwujudnya lahan hasil reklamasi siap bangun dan pemanfaatannya sesuai dengan tata ruang yang terpadu dengan penataan kembali kawasan daratan Pantura.

2. Penataan kembali kawasan daratan Pantura, diarahkan bagi tercapainya penataan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna, peningkatan kualitas lingkungan dan perumahan, pelestarian bangunan bersejarah, kelancaran lalu lintas, dan peningkatan fungsi sistem pengendalian banjir baik itu banjir rob dan kenaikan muka laut/sungai.

3. Penyelenggaraan reklamasi serta pengelolaan tanah hasil reklamasi dan penataan kembali kawasan daratan Pantura, dilaksanakan secara terpadu melalui kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara Pemerintah Daerah, masyarakat dan dunia usaha.

(5)

Bersamaan dengan pemantapan berbagai instrument perencanaan dan pembangunan Kawasan Pantura, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mengikat kerjasama dengan beberapa mitra usaha. Pada bulan Juli 1997, Pemda DKI Jakarta telah menandatangani Perjanjian Kerja Sama (Nomor 162 Tahun 1997 dan Nomor 094/KNI-SP/VII/97 tanggal 28 Juli 1997) Pengembangan Penyelengaraan Reklamasi Pada Areal Blok I dan IV Di Sub Kawasan Barat dengan pihak PT.

Kapuk Naga Indah. Atas dasar naskah perjanjian kerjasama tersebut PT. Kapuk Naga Indah melakukan berbagai kajian perencanaan, baik kajian rencana tata ruang maupun kajian rencana sarana dan prasarana lingkungan dalam kajian general design. Krisis ekonomi yang menerpa Indonesia dan berbagai negara mengakibatkan terhentinya kegiatan pembangunan fisik terutama pembangunan di bidang properti.

Dalam rangka merealisasikan Perjanjian Kerjasama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan PT.

Kapuk Naga Indah (tahun 1997) tersebut, maka sejak tahun 2005 PT. Kapuk Naga Indah telah memutakhirkan konsep-konsep persiapan pengembangan proyek reklamasi yang telah memperoleh persetujuan prinsip tahun 1997 dari Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Kegiatan- kegiatan yang telah diselesaikan oleh PT. Kapuk Naga Indah, antara lain:

1. Konsultasi penjabaran Rencana Rinci Tata Ruang Kecamatan (skala 1 : 5000) ke tingkat Rencana Teknik Ruang Kota (skala 1 : 1000);

2. Kajian pemodelan hidrodinamika perairan laut untuk memilih opsi teknik reklamasi dan lebar kanal vertikal, yang dilakukan oleh Witteven Bos Indonesia (Nedeco) dengan second opinion BPPT;

3. General design rencana reklamasi Tahap I;

4. Kajian kaitan hidrolika reklamasi Kapuk Naga Indah dengan pola tata air DAS yang bermuara ke wilayah proyek Kapuk Naga Indah;

5. Kajian restorasi ekosistem mangrove Angke Kapuk sebagai kegiatan paralel konstruksi Kapuk Naga Indah;

6. Kajian Keanekaragaman Jenis Perikanan Tangkap di Teluk Jakarta Bagian Barat;

7. Kajian Perubahan Sosial Masyarakat di Kecamatan Penjaringan;

8. Kajian Penjabaran Rencana Sarana dan Prasarana Lingkungan;

9. Pengukuran dan Pemetaan TM30 (derajat) lokasi proyek;

10. Kegiatan pembebasan bagan para nelayan budidaya kerang hijau telah dilakukan pada tahun 2006 dengan memberikan kompensasi biaya ganti rugi bekerjasama dengan Kantor Kelurahan Kamal Muara dan tidak dilakukan relokasi;

11. Penyelenggaraan konsultasi publik dalam rangka pelaksanaan Keputusan Gubernur Nomor 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Operasional Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses AMDAL, telah dilaksanakan pada tanggal 11 April 2006;

12. Rekomendasi ANDAL, RKL dan RPL Nomor 25/Amdal/-1.774.151, tanggal tanggal 28 September 2007 dari Komisi Penilai AMDAL Daerah Provinsi DKI Jakarta;

13. Penyelenggaraan konsultasi publik (kedua) dalam rangka pelaksanaan Keputusan Gubernur Nomor 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Operasional Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses AMDAL, telah dilaksanakan pada tanggal 6 Juli 2011, bertempat di Ruang Fatahillah Gedung Walikota Jakarta Utara Blok P Lantai 2, Jl. Yos Sudarso Kav. 27 – 29, Tanjung Priok, Jakarta Utara;

(6)

14. Studi pengembangan CSR PT. Kapuk Naga Indah bersama Swisscontact tahun 2009;

15. Rangkaian konsultasi KNI dengan instansi terkait di lingkungan Pemda DKI Jakarta;

16. Presentasi Kapuk Naga Indah dihadapan Rapim Gubernur DKI Jakarta Tahun 2010;

17. Studi Pandang 4 (empat) Perguruan Tinggi (ITB, UGM, UNDIP, dan UNHAS) tentang Implikasi Reklamasi Pulau Kapuk Naga Indah.

Tujuan dan kegunaan pembangunan di areal Kapuk Naga Indah pada dasarnya identik dengan tujuan dan penyelenggaraan Reklamasi Pantura sebagaimana dinyatakan di dalam Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Reklamasi dan Rencana Tata Ruang Pantura Jakarta, yang sudah diakomodasikan ke dalam Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2030, yakni:

1. Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk mewujudkan Kota Jakarta sebagai kota pelayanan yang strategis dan memiliki daya saing yang tinggi dalam perkembangan kota-kota dunia,

2. Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan keamanan,

3. Terselenggaranya pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan yang memperhatikan pemanfaatan kawasan lindung dan budidaya, dan

4. Mengurangi tekanan pertumbuhan kota ke arah Selatan.

Sedangkan pertimbangan peranserta PT. Kapuk Naga Indah dalam rangka pelaksanaan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah, antara lain:

1. Menyambut tawaran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk membangun Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Republik Indonesia yang berkualitas,

2. Mengembangkan sekaligus diversifikasi usaha di bidang jasa konstruksi dalam negeri,

3. Mengoptimalkan peluang pemanfaatan ruang Pantura yang relatif dekat dengan Bandara Soekarno-Hatta,

4. Membangun kota pantai (waterfront city) yang memiliki faktor penarik bagi investasi asing, 5. Membangun prasarana yang handal untuk jangka panjang (infrastruktur jalan raya, rel KA

Ganda dan Light Train),

6. Menciptakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, dan 7. Areal Kapuk Naga Indah menjadi salah satu Sistem Pusat Regional.

Di dalam Perjanjian Kerjasama Nomor 162 Tahun 1997 dan Nomor 094/KNI-SP/VII/97 tanggal 28 Juli 1997, dijelaskan bahwa kerjasama Pemda DKI Jakarta dengan PT. Kapuk Naga Indah adalah mengembangkan proyek reklamasi pada areal seluas ± 674 Ha. Mengacu ke Adendum Perjanjian Kerjasama dan hasil pengukuran dan pemetaan oleh Dinas Pertanahan dan Pemetaan Provinsi DKI Jakarta (hingga kedalaman -8 m), maka luas areal kerja PT. Kapuk Naga Indah adalah ± 870 Ha terdiri dari Pulau 1 ± 275 Ha, Pulau 2A ± 310 Ha, dan Pulau 2B ± 285 Ha. Pengukuran dan pemetaan areal kerja dalam rangka pelaksanaan Instruksi Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemakaian Peta Dasar Di Wilayah Provinsi DKI Jakarta (Pemetaan TM30) seluas ± 1.131 Ha.

(7)

Sebagaimana dijelaskan bahwa tahun 2007 PT. Kapuk Naga Indah telah memperoleh rekomendasi AMDAL 1 pulau (pulau 2A). Untuk mengakomodasi penyesuaian-penyesuaian rencana reklamasi dan arahan-arahan RTRW Jakarta 2030 tentang Kawasan Strategis Pantura Jakarta, maka dilakukan penyusunan ANDAL Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah (2012) sebagai tindak lanjut dari KA-ANDAL Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah (2012).

Walaupun PT. Kapuk Naga Indah sudah memperoleh Izin Membangun Prasarana dan Rekomendasi AMDAL, tetapi karena belum memperoleh izin/persetujuan melaksanakan reklamasi, maka PT. Kapuk Naga Indah belum melakukan kegiatan fisik reklamasi tetapi lebih berorientasi pada penyempurnaan berbagai konsep, melaksanakan kegiatan restorasi ekosistem mangrove dan CSR bagi keluarga Nelayan di Kamal Muara.

Pasal 50 ayat (2) e, Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan menyatakan bahwa keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu usaha dan/atau kegiatan dinyatakan kadaluwarsa apabila rencana usaha dan/atau kegiatan tidak dilaksanakan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak ditertibkannya Izin Lingkungan (ANDAL, RKL dan RPL). Selain faktor legalitas evaluasi dan peninjauan RTRW Provinsi DKI Jakarta 2030, perubahan rona lingkungan sekitar rencana proyek, yakni peningkatan angka kepadatan vegetasi dan luasan tutupan mangrove hasil restorasi yang dilaksanakan oleh PT. Kapuk Naga Indah menjadi bahan pertimbangan dokumen ANDAL Reklamasi 3 Pulau Kapuk Naga Indah ini, sebagai tindak lanjut dari dokumen KA-ANDAL Reklamasi 3 Pulau Kapuk Naga Indah yang telah disusun.

Selain itu, dokumen ANDAL Reklamasi Pulau Kapuk Naga Indah ini juga akan mempertimbangkan beberapa kajian yang diselenggarakan akhir-akhir ini, terutama: (a) Kajian Lingkungan Hidup Strategis Pantai Utara Jakarta yang dilakukan oleh BPLHD tahun 2009 dan Kajian Lingkungan Hidup Teluk Jakarta Tiga Provinsi yang dilaksanakan oleh Bappeda Provinsi DKI Jakarta bersama Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2010 dan (c) Penyiapan data dan analisis dalam rangka penyusunan Raperda RTR Kawasan Strategis Pantura oleh Bappeda Provinsi DKI Jakarta tahun 2010.

Pada tanggal 6 Juli 2011 Kantor Lingkungan Hidup Kota Jakarta Utara telah melakukan fasilitasi PT. Kapuk Naga Indah bersama Tim Penyusun Studi AMDAL menyelenggarakan Konsultasi Publik berkaitan dengan Rencana Reklamasi 3 Pulau Kapuk Naga Indah. Kegiatan tersebut dimaksud dipimpin oleh Walikota Jakarta Utara, dihadiri oleh sekitar 60 orang peserta (menurut daftar absensi terlampir). Saran dan atau tanggapan atas diskripsi rencana kegiatan yang potensial menimbulkan dampak akan menjadi bahan pertimbangan di dalam pelaksanaan pendugaan dan evaluasi dampak serta bila relevan akan dikaji di dalam proses mitigasi dampak.

Dengan demikian perlu dijelaskan bahwa dokumen KA-ANDAL tahun 2012 telah selesai disusun, maka laporan ANDAL Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah ini disusun sebagai pembaharuan laporan ANDAL tahun 2007 dan pendekatan penyusunannya tetap Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL. Kondisi di lapangan saat ini untuk kegiatan persiapan Reklamasi Pulau 2A seluas ± 310 Ha serta persiapan dilakukan pembangunan jembatan penghubung.

(8)

1.2. TUJUAN DAN MANFAAT

Di dalam Perjanjian Kerja Sama antara Pemerintah DKI Jakarta dengan PT. Kapuk Naga Indah Nomor 162 Tahun 1997 dan Nomor 094/KNI-SP/VII/97, tanggal 28 Juli 1997 telah disepakati bahwa maksud kerjasama adalah melakukan reklamasi di dalam “Pengembangan Areal Reklamasi” dengan pola saling menguntungkan bagi ke dua belah pihak guna menunjang pengembangan areal reklamasi dan kegiatan di sekitarnya, serta mendukung terwujudnya Kota Pantai Utara dan Penataan Kawasan Daratan Pantai Utara Jakarta. Keuntungan yang diperoleh Pemda DKI Jakarta akan terlihat dari berbagai indikator, bukan hanya yang terkait dengan retribusi perizinan sesuai Perda Retribusi Pembangunan dan bagi hasil tanah reklamasi, pajak atas tanah hasil reklamasi, tetapi juga terwujudnya struktur ruang dan pola ruang yang direncanakan di dalam RTRW Provinsi DKI Jakarta 2030. Hal ini sudah merupakan idealisme dan komitment PT Kapuk Naga Indah sejak proses perumusan surat perjanjian kerja sama.

Untuk mendukung gagasan dan idealisme rencana pembangunan tersebut, PT. Kapuk Naga Indah akan tetap melanjutkan konsultasi teknis perencanaan kepada instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, baik perencanaan teknis reklamasi maupun rencana pola ruang serta desain ruang kota (urban design) serta tanggung jawab sosial perusahaan PT. Kapuk Naga Indah kepada masyarakat.

Sebagai bagian dari perencanaan makro Kawasan Pantura Jakarta, maka kegunaan kegiatan pembangunan proyek reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah mengacu pada kebijakan dan strategi penataan ruang Kawasan Strategis Pantura sebagaimana dirumuskan di dalam RTRW Provinsi DKI Jakarta 2030. Sebagai dokumen yang memuat arahan rencana tata ruang kawasan strategis Kawasan Pantura. Salah satu butir pada Pasal 6 ayat (1) huruf c Perda 1 Tahun 2012 tentang RTRW DKI Jakarta 2030 merupakan salah satu kebijakan penataan ruang Provinsi DKI Jakarta adalah “peningkatan pertumbuhan ekonomi berbasis ekonomi di sektor perdagangan, jasa, industri kreatif, industri teknologi tinggi dan pariwisata”. Untuk mendukung kebijakan tersebut pada Pasal 7 ayat (3) dirumuskan strategi untuk melaksanakan kebijakan tersebut, yakni meliputi:

1. Meningkatkan kapasitas dan intensitas pusat kegiatan primer dan sekunder untuk mewadahi aktivitas perdagangan, jasa, dan industri kreatif berskala regional, nasional dan internasional;

2. Membangun kawasan Sentra Primer Barat, Sentra Primer Timur, Kawasan Segitiga Emas Setiabudi, Kawasan Manggarai, Kawasan Jatinegara, Kawasan Bandar Baru Kemayoran, Kawasan Dukuh Atas, Kawasan Mangga Dua, Kawasan Tanah Abang, Kawasan Pantura, Kawasan Pengembangan Ekonomi Marunda, dan kawasan strategis lainnya;

3. Membangun prasarana pariwisata untuk penyelenggaraan kegiatan MICE bertaraf;

4. Mempercepat revitalisasi kawasan kota tua sebagai pusat kegiatan pariwisata sejarah dan budaya.

Kebijakan dan strategi penataan Kawasan Pantura akan menjadi landasan operasional penyusunan rencana struktur dan rencana pola ruang Kawasan Strategis Pantura. Berkaitan dengan itu, maka PT. Kapuk Naga Indah akan menjadi mitra Pemerintah DKI Jakarta untuk merealisasikan penataan dan pembangunan Kawasan Pantura Sub Kawasan Barat melalui kontribusi rangkaian kegiatan, terutama:

(9)

1. Mendukung Pemerintah dalam mengembangkan program penyediaan dan penyiapan tanah hasil reklamasi bagi pembangunan pemukiman, komersial, jasa dan rekreasi beserta sarana dan prasarana lingkungan yang memadai.

2. Kontribusi dalam rangka perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan (revitalisasi) melalui penataan kembali dan penyediaan sarana dan prasarana lingkungan, perbaikan kampung, dan pembangunan rumah susun yang dilaksanakan oleh instansi terkait.

3. Kontribusi dalam rangka pelestarian ekosistem mangrove Angke Kapuk.

4. Kontribusi dalam rangka peningkatan aksesibilitas antara Kawasan Pantura Jakarta dengan wilayah Kabupaten Tangerang.

5. Membantu upaya pengendalian banjir dan pemeliharaan sungai.

6. Meningkatkan fungsi pantai sebagai public domain.

1.3. PERATURAN

Penyusunan ANDAL Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah (3 Pulau ) ini didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, antara lain:

1.3.1. Undang-Undang

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria.

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; digunakan sebagai acuan pengelolaan sumberdaya alam hayati (Mangrove dan satwa).

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi Kerangka Kerja PBB Mengenai Keanekaragaman Hayati; digunakan sebagai acuan pengelolaan keanekaragaman hayati.

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta Benda-benda yang berkaitan dengan Tanah; digunakan sebagai acuan pengelolaan Pulau Kapuk Naga Indah.

5. Undang-undang Nomor 06 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia; digunakan sebagai acuan pengelolaan perairan.

6. Undang-undang Nomor 07 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; digunakan sebagai acuan pengelolaan sumber daya air.

7. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; digunakan sebagai acuan penataan ruang.

8. Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulai- pulau kecil;digunakan untuk pengelolaan Pulau Reklamasi PT KNI.

9. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta; digunakan sebagai acuan kekhususan Provinsi DKI Jakarta.

(10)

10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah;

digunakan sebagai acuan kewenangan pemerintah daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup.

11. Undang-undang nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik; sebagai acuan penyampaian informasi kepada publik.

12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

digunakan sebagai acuan pengelolaan gangguan alur pelayaran dan keselamatan pelayaran.

13. Undang-undang nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah; sebagai acuan pengelolaan sampah.

14. Undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu lintas dan angkutan jalan; sebagai acuan pengelolaan jalan dan transportasi darat.

15. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; digunakan sebagai acuan kewajiban melakukan pengelolaan lingkungan hidup.

16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

digunakan sebagai acuan pengelolaan kesehatan kerja dan kesehatan lingkungan.

17. Undang-undang nomor 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus; sebagai acuan pengelolaan kawasan ekonomi khusus.

18. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan;

digunakan sebagai acuan pengelolaan dampak perikanan.

19. Undang-undang nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya; sebagai acuan pengelolaan kawasan cagar budaya.

1.3.2. Peraturan Pemerintah

1. Peraturan Pemerintah Republik Indomesia Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut; digunakan sebagai acuan pengelolaan dan pengendalian pencemaran laut.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara; digunakan sebagai acuan baku mutu kualitas udara ambien nasional.

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun; digunakan sebagai acuan pengelolaan B3.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; digunakan sebagai acuan pengelolaan kualitas air.

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; digunakan sebagai acuan pembagian kewenangan pemerintah pusat dan daerah.

(11)

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumberdaya Air;digunakan sebagai acuan pengelolaan kualitas air.

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian;

digunakan sebagai acuan navigasi pelayaran.

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan Perairan; digunakan sebagai acuan pengoperasian kapal tongkang, tug boat dan lainnya pada tahap operasi.

9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan; digunakan sebagai acuan penyusunan dokumen AMDAL.

1.3.3. Peraturan Presiden Republik Indonesia

1. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur; digunakan sebagai acuan pelaksanaan reklamasi.

1.3.4. Keputusan Presiden Republik Indonesia

2. Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1994 tentang Kawasan Pantura adalah Kawasan Andalan; digunakan sebagai acuan reklamasi.

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional Dibidang Pertanahan; digunakan sebagai acuan pengelolaan tanah Pulau Kapuk Naga Indah.

4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2005 tentang Pelayaran Nasional; digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kebijakan di bidang pelayaran nasional.

1.3.5. Keputusan dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

1. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor Kep- 03/MENKLH/VI/1987 tentang Prosedur Penanggulangan Kasus Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup; digunakan sebagai acuan penanggulangan kasus pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-45/MENLH/XI/1996 tentang Program Pantai Lestari; digunakan sebagai acuan pengelolaan dan penataan pantai lestari.

3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-48/MENLH/XI/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan; digunakan sebagai acuan baku tingkat kebisingan.

4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-50/MENLH/XI/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan; digunakan sebagai acuan baku tingkat kebauan.

(12)

5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2001 tentang Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang; digunakan sebagai acuan mengenai kriteria baku kerusakan terumbu karang.

6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik; digunakan sebagai acuan baku mutu air limbah domestik.

7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air laut; digunakan sebagai acuan baku mutu kualitas air laut.

8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan RKL dan RPL; digunakan sebagai acuan implementasi RKL dan RPL.

9. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL; digunakan sebagai acuan penyusunan dokumen Andal, RKL dan RPL.

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah.

11. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi AMDAL; digunakan sebagai acuan penyusunan dokumen Amdal.

1.3.6. Keputusan Kepala Bapedal

1. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor KEP- 056/BAPEDAL/03/1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting;

digunakan sebagai acuan dalam penetapan dampak penting dalam penyusunan AMDAL.

2. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Nomor KEP- 299/BAPEDAL/11/1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial Dalam Penyusunan AMDAL; digunakan sebagai acuan pedoman teknis aspek sosial dalam penyusunan AMDAL.

3. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor KEP- 124/BAPEDAL/12/1997 tentang Panduan Aspek Kesehatan Masyarakat Dalam Penyusunan AMDAL; digunakan sebagai acuan pedoman teknis aspek kesehatan masyarakat dalam penyusunan AMDAL.

4. Keputusan Kepala Bapedal Nomor Kep-08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL); digunakan sebagai acuan pelaksanaan konsultasi publik.

5. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 47 Tahun 2001 tentang Pedoman Pengukuran Kondisi Terumbu Karang; digunakan sebagai acuan pengelolaan terumbu karang.

(13)

1.3.7. Peraturan Daerah

1. Peraturan Daerah Nomor 05 Tahun 1988 tentang Kebersihan Lingkungan Di Wilayah Provinsi DKI Jakarta; digunakan sebagai acuan pengelolaan kebersihan lingkungan.

2. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Reklamasi dan Rencana Tata Ruang Pantura Jakarta; digunakan sebagai acuan penyelenggaraan reklamasi.

3. Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara;

digunakan sebagai acuan pengelolaan baku mutu kualitas udara.

4. Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum; digunakan sebagai acuan pengelolaan Kamtibmas.

5. Peraturan Daerah Nomor 01 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi DKI Jakarta Tahun 2030; digunakan sebagai acuan rencana tata ruang wilayah.

1.3.8. Keputusan dan Peraturan Gubernur

1. Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 582 Tahun 1995 tentang Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai/Badan Air serta Baku Mutu Limbah Cair Di Wilayah Provinsi DKI Jakarta; digunakan sebagai acuan baku mutu kualitas air permukaan.

2. Keputusan Walikotamadya Jakarta Utara Nomor 13 Tahun 2000 tentang Pembentukan Tim Pengendalian Pemberian Dispensasi Penggunaan Kendaraan Angkutan Berat/Angkutan Tanah Di Wilayah Kotamadya Jakarta Utara; digunakan sebagai acuan pengangkutan tanah merah/tanah urug.

3. Surat Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 01 Tahun 2001 tentang Bahan Galian Golongan C; digunakan sebagai acuan penyediaan pasir, batu dan tanah merah/tanah urug.

4. Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Operasional Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL); digunakan sebagai acuan pelaksanaan konsultasi publik.

5. Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 551 Tahun 2001 tentang Penetapan Baku Mutu Kualitas Udara Ambient dan Tingkat Kebisingan Dalam Wilayah Provinsi DKI Jakarta; digunakan sebagai acuan baku mutu kualitas udara ambien dan kebisingan.

6. Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 2863 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan AMDAL Di Wilayah Provinsi DKI Jakarta; digunakan sebagai acuan penyusunan dokumen Amdal.

7. Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 1954 Tahun 2003 tentang Pelaporan Data dan Informasi Daya Dukung Tanah dan Struktur Tanah; digunakan sebagai acuan pemantauan penurunan muka tanah.

8. Peraturan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 122 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Di Wilayah Provinsi DKI Jakarta; digunakan sebagai acuan pengelolaan air limbah domestik.

(14)
(15)

BAB II

RENCANA KEGIATAN

2.1. IDENTITAS PEMRAKARSA DAN PENYUSUN ANDAL 2.1.1. Pemrakarsa

Nama Pemrakarsa : PT. KAPUK NAGA INDAH

Alamat Kantor : Jl. Pantai Indah Barat, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.

Telepon Nomor : (021) 5882333

Facsimile Nomor : (021) 5882332, 5881036 Penanggung Jawab : Ir. Budi Nurwono

Jabatan : Direktur Utama

Jenis Kegiatan : Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah Luas Lahan : - Pulau 2A ± 310 Ha.

- Pulau 2B ± 285 Ha.

- Pulau 1 ± 275 Ha.

± 870 Ha.

Luas Area Kerja : ± 1.131 Ha (Hasil pengukuran dan pemetaan oleh Dinas Pertanahan dan Pemetaan DKI Jakarta, hingga kedalaman -8 meter).

2.1.2. Penyusun ANDAL

Nama Perusahaan : PT. GEO MITRASAMAYA

No. Registrasi Kompetensi : 0061/LPJ/AMDAL-1/LRK/KLH, tanggal 24 Agustus 2011 Alamat Kantor : Jl. Satria No. 30, Jati Pulogadung, Jakarta Timur.

Nomor Telp. : (021) 82429153, 98180715 Nomor Faks. : (021) 82429154

Email : amdal@geomitrasamaya.com

geo_mitrasamaya@yahoo.com

Penanggung Jawab : Drs. Pinondang Tambunan

Jabatan : Direktur Utama

Tim Penyusun dokumen AMDAL Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.

(16)

Tabel 2.1. Tim Penyusun AMDAL

No. Nama Jabatan Keahlian

1. Dr. Khoe Susanto K. MS. Ketua Tim Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan (S2 & S3 Ilmu Lingkungan) (Sertifikat Kompetensi No. 000249/SKPA/LSK- INTAKINDO/VIII/2010)

2. Dr. Rudy P. Tambunan, MSc. Anggota Ahli Lingkungan dan Tata Ruang (Sertifikat AMDAL A & B) 3. Drs. Yeremiah R. Tjamin, MSi. Anggota Ahli Kualitas Udara

(Sertifikat Penyusun AMDAL) 4. Santoso, AMD. Anggota Ahli Oceanografi/Ahli Geologi 5. Ir. Merdeka Simbolon Anggota Ahli Teknik Lingkungan

(Sertifikat Kompetensi No. 000295/SKPA/LSK- INTAKINDO/XI/2010)

6. Sawarendro Anggota Ahli Teknik Reklamasi dan Hidrologi 7. Dr. Malikusworo Hutomo Anggota Ahli Biologi Laut dan Perikanan

(Sertifikat AMDAL B) 8. Dr. Urip Rahmani MSi. Anggota Ahli Sosekbud dan Perikanan

(Sertifikat Kompetensi No. 000273/SKPA/LSK- INTAKINDO/X/2010)

9. Tugiyo, SKM. Anggota Ahli Kesehatan Masyarakat 10. Ir. Mangara Siburian Anggota Ahli Hidrologi

11. Budi Dwi Handoko, ST. Anggota Ahli Transportasi

12. Iswanto, S. Kom. Anggota Bidang Editing dan Komputer

2.2. URAIAN RENCANA KEGIATAN

2.2.1. Rencana dan Status Kegiatan Terdahulu (AMDAL Tahun 2006) 1. Restorasi Ekosistem Mangrove

PT. Kapuk Naga Indah berperanserta di dalam kegiatan restorasi ekosistem mangrove yang terletak di sisi Selatan area Reklamasi KNI. Pada tahun 2006 PT. KNI bekerjasama dengan Fakultas Kehutanan IPB Bogor melaksanakan studi perencanaan Restorasi Ekosistem Mangrove. Berdasarkan kajian Fakultas Kehutanan IPB Bogor total luas hutan mangrove saat ini adalah 49.345 Ha, terdiri dari mangrove Barat Cengkareng Drain 21.863 Ha dan Timur Cengkareng Drain 27.482 Ha, sedangkan luas areal rencana restorasi mangrove adalah 14.341 Ha, sehingga total luas hutan mangrove menjadi 63.686 Ha. Secara keseluruhan luas areal restorasi mangrove disajikan pada Tabel 2.2.

dan Gambar II.1.

Tabel 2.2. Rencana Restorasi/Penanaman Mangrove

Blok Panjang (m) Luas (Ha)

I 105,72 1.116

II 241,00 2.439

III 153,40 1.595

IV 335,76 929

V 456,43 3.451

VI 374,97 3.671

VII 766,03 1.140

Total 2.433,31 14.341

(17)

Gambar II.1. Rencana Restorasi Mangrove

Mengacu ke rencana teknis restorasi yang disusun dan sdisetujui oleh Kepala Dinas Kehutanan Provinsi DKI Jakarta Tahaun 2007 dilakukan rangkaian kegiatan antara lain:

a. Pemasangan ajir untuk persiapan penanaman bibit pohon bakau rhizopora pada areal Restorasi Ekologis hutan mangrove di kawasan Hutan Lindung Angke Kapuk – Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara (Nov 2007) yang dilaksanakan oleh anggota keluarga nelayan di sekitar Pantai Indah Kapuk.

b. Penanaman 1000 tegakkan pohon bakau jenis rhizopora di kawasan reklamasi kawasan Hutan Lindung Angke Kapuk diprakarsai Ibu Annie F. Numberi / isteri

(18)

Menteri Kelautan dan Perikanan paralel dengan Gerakan Perempuan Tanam Dan Pelihara 10 Juta Pohon, dalam rangkaian acara Konferensi PBB untuk Perubahan Iklim,1 Desember 2007. Pembangunan di kawasan reklamasi Hutan Lindung ini dilaksanakan sebagai bagian dari kontribusi dan kewajiban PT. Kapuk Naga Indah dalam program Rehabilitasi Hutan Mangrove di kawasan Revitalisasi Pantura

c. Pada Februari 2008, Menteri Kehutanan/ MS Kaban beserta Ketua PWI/Persatuan Wartawan Indonesia/ Bp Tarman Azam melaksanakan penanaman mangrove di kawasan Restorasi Ekologis Hutan Mangrove – Hutan Lindung Angke Kapuk dalam rangka peringatan Hari Pers Nasional dan peringatan Hari Lahan Basah Sedunia.

d. Pada 1 Maret 2008, 3 bulan setelah penanaman1000 pohon mangrove tahap I, Bapak dan Ibu Freddy Numberi kembali melakukan penanaman 700 buah pohon mangrove tahap II, sekaligus dalam rangka memantau hasil penanaman 3 bulan sebelumnya.

Hasil monitoring menunjukkan ratio tumbuhnya pohon bakau mencapai 92%. Ratio 85% menunjukkan indikator sangat baik.

e. Gerakan Penanaman: “Satu Murid Satu Pohon” dipimpin oleh Gubernur DKI Jakarta, tanggal 19 Juli 2008 di kawasan ekologis Pantai Indah Kapuk.

f. Pencanangan Komunitas Sahabat Bakau oleh Gubernur DKI Jakarta beserta para Duta Besar Negara Sahabat (2 Agustus 2009).

g. Penanaman bakau oleh Menteri Kehutanan dan Menteri Negara Lingkungan Hidup, di Pantai Indah Kapuk, 21 November 2009 dalam acara “Selamatkan Teluk Jakarta”.

h. Penanaman bakau oleh NOAA Administrator (Dr. Jane Lubchenco), Kedutaan Besar Amerika Serikat, dan STIKOM London School of Public Relation, Jakarta, di Pantai Indah Kapuk, 5 Januari 2010 dalam acara “One Tree at a Time”.

i. Penanaman bakau oleh Walikota Jakarta Utara & GPSK (Gerakan Peduli Sekitar Kita), 24 September 2010.

j. Penanaman bakau oleh Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon & Program Penanaman Satu Milyar Pohon – 17 Desember 2010.

Kegiatan di atas berlangsung pada Blok V dan VI; sedangkan Blok III dan IV belum dilaksanakan karena akses menuju blok ini tidak dapat dilakukan dari darat, sehingga memerlukan biaya yang cukup besar jika dilakukan akses dari laut dengan rintangan yang berat. Pada Blok I dan II merupakan areal pengelolaan Kementerian Kelautan dan Perikanan (Pusat Kajian Kelautan dan Perikanan) sehingga masih diperlukan penyesuaian rencana teknik restorasi tersebut dengan program-program yang disusun oleh Pusat Kajian Kelautan dan Perikanan. Bersamaan dengan kegiatan reklamasi perlu dilanjutkan konsultasi dan koordinasi kelanjutan restorasi ekosistem mangrove ini.

2. Pengendalian dan Pencegahan Endapan Sekitar Pulau dan Sungai

Pada dasarnya endapan di muara sungai diakibatkan oleh sampah dan endapan dari sungai-sungai di Jakarta, sehingga untuk pengendalian dan pencegahannya harus terintegrasi dengan program pemerintah untuk mendidik masyarakat di sekitar sungai.

Sedangkan untuk endapan di sekitar pulau secara alami akan terjadi, tetapi dengan

(19)

adanya pulau tersebut abrasi daratan yang selama ini terjadi dapat dihindari. Untuk itu endapan yang terjadi secara periodik akan dikeruk, sehingga kondisi muara sungai tetap bersih dan terjaga.

3. Partisipasi Pembangunan Rumah Susun Sesuai dengan Program Pemerintah

Sehubungan dengan lokasi proyek yang berdekatan dengan pantai maka keadaan sosial dan kehidupan nelayan menjadi perhatian. Dengan ini pihak PT. Kapuk Naga Indah akan membangun rumah susun dan program alih profesi yang disiapkan untuk meningkatkan kualitas tingkat hidup mereka.

2.2.2. Partisipasi Tanggung Jawab Sosial PT. Kapuk Naga Indah Terhadap Masyarakat

Partisipasi tanggung jawab sosial PT. Kapuk Naga Indah terhadap masyarakat adalah peningkatan taraf hidup masyarakat kampung nelayan kamal muara (Community Livelihood Development-CLD). Kelurahan Kamal Muara terletak di wilayah Kota Jakarta Utara berbatasan dengan Laut Jawa di bagian utara, perumahan Pantai Indah Kapuk di bagian timur, Kabupaten Tangerang di bagian barat, dan jalan raya Kapuk Kamal di bagian selatan dengan luas 10,53 km2, terdiri atas 4 RW dengan jumlah penduduk 7.916 orang (tahun 2008) dan kepadatan 752 orang/km.

Gambar II.2. Primary Target Area CLD PT. Kapuk Naga Indah

Strategi pelaksanaan adalah melibatkan masyarakat dalam kegiatan proyek agar timbul kepemilikan proyek sejak awal; namun seleksi penerima manfaat langsung tetap harus dilakukan (misalnya dengan kriteria ketekunan, disiplin, kepemimpinan) dan mereka yang terseleksi akan menjadi contoh bagi dan memotivasi yang lain.

(20)

Pendidikan keterampilan & usaha baru ini melibatkan sesejumlah mitra perusahaan (pelaku pasar) dalam penyediaan beasiswa dan memfasilitasi penyerapan tenaga, antara lain:

1. Pendidikan keterampilan di IGTC (international garment training center).

2. Pendidikan Teknik Montir Sepeda Motor.

3. Kini sedang dipelajari skema budidaya jamur merang/kardus dalam rangka peningkatan pendapatan penduduk Kamal Muara (2012).

2.2.3. Pemutakhiran Studi-studi Tematik (Studi Pandang Perguruan Tinggi)

Studi Pandang 4 (empat) Perguruan Tinggi (ITB, UGM, UNDIP, dan UNHAS) tentang implikasi reklamasi pulau Kapuk Naga Indah telah dilakukan sejak tahun 2010, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.3. Kajian Tematik PT. Kapuk Naga Indah

No. Institusi Tahun Judul Kajian Keterkaitan dengan Kajian Amdal

1. LAPI ITB Januari

2010 Studi Pandangan Sistem Tata Air Akibat Pelaksanaan Reklamasi PT. Kapuk Naga Indah

Sebagai acuan untuk melihat kondisi Tata Air eksisting di sekitar proyek dan sebagai pertimbangan prakiraan dampak reklamasi KNI terhadap sistem tata air di sekitarnya dan pengerukan muara sungai Cengkareng Drain dan Sungai Tanjungan.

2. Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil Dan Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Desember

2010 Studi Pandangan Reklamasi Yang Akan Dilaksanakan Oleh PT.

Kapuk Naga Indah (Bidang Hidrodinamika)

Sebagai acuan untuk perencanaan reklamasi KNI dan sebagai pertimbangan prakiraan dampak reklamasi KNI terhadap hidrodinamika perairan laut sekitar proyek.

3. Program Pascasarjana Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro

Desember

2010 Kajian Lingkungan Rencana Reklamasi PT. Kapuk Naga Indah

Sebagai acuan kajian daya dukung/kualitas lingkungan terutama komponen Fisik Kimia dan Hayati sebagai pertimbangan prakiraan dampak reklamasi terhadap komponen lingkungan Fisik Kimia dan Hayati (Biota Laut dan Mangrove).

4. Program Pascasarjana Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro

Desember

2010 Pandangan Umum

Reklamasi Sebagai acuan dampak-dampak penting apa saja yang perlu mendapat perhatian dan diintegrasikan dalam Bab Prakiraan Dampak Penting.

5. Lembaga Penelitian Universitas

Hasanuddin

2011 Studi Pandangan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah Di Kawasan Pantai Utara Jakarta (Bidang Sosial, Ekonomi, Budaya dan Kesehatan

Masyarakat)

Sebagai acuan untuk melihat kondisi komponen lingkungan Sosekbud dan Kesehatan Masyarakat eksisting di sekitar proyek dan sebagai pertimbangan prakiraan dampak reklamasi KNI terhadap komponen Sosekbud dan Kesehatan Masyarakat.

(21)

2.2.4. Penyusunan dan Penyampaian Laporan Pemantauan Implementasi RKL

Sejak penerbitan Rekomendasi ANDAL, RKL dan RPL Nomor 25/Amdal/-1.774.151, tanggal tanggal 28 September 2007 dari Komisi Penilai AMDAL Provinsi DKI Jakarta PT. Kapuk Naga Indah melaksanakan pemantauan implementasi RKL. Berhubung kegiatan utama reklamasi pulau belum berlangsung maka yang dilaksanakan adalah kegiatan revitalisasi pantai lama yakni restorasi ekosistem mangrove dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya. Laporan implementasi RKL ini telah dilakukan sejak tahun 2008 hingga saat ini (periode Januari – Maret 2012).

2.2.5. Lokasi Kegiatan

Lokasi Kegiatan rencana Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah terletak di perairan laut dangkal di sisi Utara Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Kota Administrasi Jakarta Utara, dengan batas-batas sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Perairan Kepulauan Seribu/Laut Jawa (kedalaman -8 m).

2. Sebelah Timur : Perairan Muara Angke dan Pantai Mutiara.

3. Sebelah Selatan : Hutan Mangrove/Hutan Lindung Angke Kapuk (yang lebarnya rata- rata ± 200 m) dan Kawasan Pantai Indah Kapuk.

4. Sebelah Barat : Perbatasan Propinsi DKI Jakarta dengan Propinsi Banten.

Rencana reklamasi pulau-pulau KNI dan pemanfaatan lahan hasil reklamasi akan mengacu ke Rencana Teknis Ruang Kota yang diterbitkan oleh dinas teknis yang menangani.

Rencana teknis dimaksud mengacu ke Perda Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2030. Di dalam perda ini telah diakomodasikan ketentuan- ketentuan pengaturan pengembangan Kawasan Pantura yang dimuat di dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur yang mengakomodasikan ketentuan pengaturan kawasan pantura yang di dalam Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Kawasan Pantura Jakarta. Ketentuan- ketentuan pengaturan kawasan pantura yang ada di dalam Peraturan Daerah Nomor 1 tahun 2012 dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Pantura. Dalam proses perencanaan reklamasi pulau KNI yang dikonsultasikan ke instansi yang membidangi perencanaan tata ruang diperoleh gambaran sebagai berikut:

1. Jarak lokasi kegiatan dari daratan adalah ± 300 m, yakni ± 200 m perairan laut dan ± 100 m ekosistem mangrove, dan design makro sudah mempertimbangkan perlindungan lingkungan di pantai lama termasuk lebar kanal lateral.

2. Sejak tahap awal perencanaan, Pemerintah DKI Jakarta sudah merencanakan kanal lateral (arah Barat – Timur) untuk memisahkan garis pantai lama dengan pantai rencana pulau reklamasi, demikian pula kanal vertikal yang akan memisahkan pulau 1 dengan pulau 2A adalah ± 250 – 300 m dan pulau 2A dengan pulau 2B adalah ± 105 m.

(22)

Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabek- Punjur, selain mengatur rencana struktur ruang dan pola ruang makro kawasan Jabodetabek-Punjur, juga mengakomodasi skema pengaturan pemanfaatan ruang kawasan pantai yang sebelumnya diatur dengan Keputusan Presiden, yakni:

1. Keputusan Presiden Nomor 114 Tahun 1999 tentang Penataan Ruang Kawasan Bogor- Puncak-Cianjur;

2. Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1997 tentang Koordinasi Pengembangan Kawasan Jonggol sebagai Kota Mandiri;

3. Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta;

dan

4. Keputusan Presiden Nomor 73 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Kapuk Naga Tangerang

Penataan ruang Penataan ruang Kawasan Jabodetabek-Punjur menggunakan pendekatan zonasi. Salah satu zona yang terkait dengan Kaawasan Pantura adalah Zona Penyangga (P), yakni zona pada kawasan budi daya di perairan laut yang karakteristik pemanfaatan ruangnya ditetapkan untuk melindungi kawasan budi daya dan/atau kawasan lindung yang berada di daratan dari kerawanan terhadap abrasi pantai dan instrusi air laut. Zona Penyangga ini dikelompokkan sebagai berikut:

1. Zona Penyangga 1 yang selanjutnya disebut Zona P1;

2. Zona Penyangga 2 yang selanjutnya disebut Zona P2;

3. Zona Penyangga 3 yang selanjutnya disebut Zona P3;

4. Zona Penyangga 4 yang selanjutnya disebut Zona P4; dan 5. Zona Penyangga 5 yang selanjutnya disebut Zona P5.

Area kerja PT KNI sebagian berada pada zona P2 dan P5. Tentang penyelenggaraan reklamasi zona P2 dan P5, dinyatakan sebagai berikut:

1. Pada Pasal 42 ayat 2 (b) ditetapkan bahwa pada Zona P2, penyelenggaraan reklamasi dengan koefisien zona terbangun paling tinggi 40% (empat puluh persen) dan/atau konstruksi bangunan di atas air secara bertahap dengan tetap memperhatikan fungsinya, dengan jarak dari titik surut terendah sekurang-kurangnya 200 (dua ratus) meter sampai dengan garis yang menghubungkan titik-titik terluar yang menunjukkan kedalaman laut 8 (delapan) meter, dan dengan mempertimbangkan karakteristik lingkungan.

2. Selanjutnya pada pasal 42 ayat 5 (b) ditetapkan bahwa pada Zona P5, penyelenggaraan reklamasi secara bertahap dengan koefisien zona terbangun paling tinggi 45% (empat puluh lima persen) dengan jarak dari titik surut terendah sekurang- kurangnya 200 (dua ratus) meter sampai garis yang menghubungkan titik-titik terluar yang menunjukkan kedalaman laut 8 (delapan) meter dan dengan mempertimbangkan karakteristik lingkungan.

Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas tata letak pulau-pulau reklamasi dan ketentuan pemanfaatan ruangnya digambarkan pada peta skets berikut:

(23)

Gambar II.3. Zonasi Reklamasi Pantura Sub Kawasan Barat

Tentang areal pulau-pulau KNI yang akan direklamasi mengacu ke perjanjian kerja Nomor 162 Tahun 1997 dan Nomor 094/KNI-SP/VII/97 tanggal 28 Juli 1997 dan pengukuran yang dilakukan oleh Dinas Pemetaan dan Pertanahan DKI Jakarta Tahun 2006 (Gambar II.4 dan Gambar II.5).

Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa lokasi reklamasi ini tidak bersambung dengan pantai lama, dan tidak ada perpanjangan muara sungai ke arah laut yang lebih dalam;

muara sungai tetap pada lokasi masing-masing.

Karakteristik/tipologi lingkungan sekitar lokasi proyek dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Saat ini lokasi reklamasi di bagian Utara Pantai Indah Kapuk masih berupa perairan laut dangkal yang terbuka.

2. Di bagian Tenggara, Selatan dan Barat Daya lokasi rencana reklamasi terdapat ekosistem mangrove yang merupakan asset Departemen Kehutanan, tetapi pengelolaannya diserahkan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

3. Di bagian Selatan, yakni di Kawasan Pantai Indah Kapuk masih berlangsung proses pembangunan (in fill) perumahan beserta fasilitasnya oleh PT. Mandara Permai. Selain itu, disebelah Barat wilayah kerja Pantai Indah Kapuk terletak Taman Wisata Alam (TWA) Mangorove yang dikelola oleh PT. Murindra Karya Lestari dan areal tambak ikan yang dikelola oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta.

(24)

4. Di sebelah Tenggara terletak permukiman nelayan Muara Angke dan fasilitas kegiatannya.

5. Di sebelah Barat terletak permukiman nelayan Kamal Muara dan fasilitas pelelangan ikan Kamal Muara.

6. Di luar areal kerja PT. Kapuk Naga Indah, perairan laut mulai dari muara Kali Angke hingga muara Kali Kamal merupakan areal persebaran bagan pengrajin budi daya kerang hijau.

7. Bagian Timur Perairan Muara Angke terdapat PLTGU Muara Karang.

8. Permukiman terdekat adalah perumahan Pantai Indah Kapuk dan perkampungan padat Kamal Muara.

9. Batimetri pantai termasuk laut dangkal kurang dari 10 m, pantai landai, endapan dasar umumnya terdiri dari lempung berwarna hitam.

10. Tipe pasang surut adalah campuran dan cenderung semi diurnal.

Untuk lebih jelasnya, lokasi kegiatan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah dan kegiatan sekitarnya dapat dilihat pada Gambar II.4 berikut.

(25)

II.4

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)

Pulau 2A : ± 310 Ha Pulau 2B : ± 285 Ha Pulau 1 : ± 275 Ha

(26)

Gambar II.5. Lokasi Areal Kerja PT. Kapuk Naga Indah

(27)

2.2.6. Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kawasan Pantura Jakarta

Memenuhi saran Kementerian Lingkungan Hidup, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (dalam hal ini BPLHD Provinsi DKI Jakarta) tahun 2009 melaksanakan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dokumen kebijakan, rencana dan program penataan kembali kawasan Pantura yang dimuat baik di dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI nomor 8 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Reklamasi dan Rencana Tata Ruang Pantura Jakarta dan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta nomor 6 tahun 1999 tentang RTRW Provinsi Jakarta tahun 2010. Hasil telaah KLHS dimaksud diharapkan menjadi bahan pertimbangan penyempurnaan kebijakan, rencana dan program penataan kembali kawasan Pantura baik Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta maupun Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Pantura. Berdasarkan analisis pengaruh kebijakan, rencana dan program yang dilakukan, disampaikan beberapa rekomendasi, antara lain:

1. Pada tataran paradigma, gagasan penataan kembali Kawasan Pantura Jakarta perlu didukung dengan konsep pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan bagi semua pemangku kepentingan (stakeholder/publik) sejalan dengan visi pembangunan DKI Jakarta 2030, peningkatan daya dukung dan daya tampung pantai Jakarta sehubungan dengan naiknya muka air laut.

2. Pada tataran kebijakan:

a. Kebijakan pengembangan kawasan Pantura Jakarta, mencakup reklamasi pulau baru dan bendung perairan laut dangkal serta revitalisasi pantai lama secara terpadu untuk meningkatkan resilience kota.

b. Menjadikan program reklamasi Pantura sebagai bagian dari upaya penanggulangan banjir dan pasang laut Jakarta serta sumber penyediaan air baku di Kawasan Pantura.

c. Kebijakan dan program sanitasi lingkungan bagian – bagian kota Jakarta disinergikan untuk mendukung peningkatan kualitas air sungai dan badan air (terutama di Jakarta bagian Utara) yang bermuara ke pantai lama.

d. Menselaraskan kebijakan penataan Pantura Jakarta dengan aspirasi masyarakat, terutama komunitas lokal yang rentan terhadap kenaikan muka air laut.

e. Penjabaran rumusan kebijakan ke dalam rumusan rencana (tata ruang dan sektor- sektor) perlu melibatkan masyarakat karena akan sangat menentukan masa depan mereka meniti proses perubahan sosial.

f. Hasil analisis implikasi Kebijakan dan Rencana Penataan Pantura perlu diakomodasikan ke dalam draft RTRW Jakarta 2030 yang nantinya akan menjadi arahan penyusunan Raperda Penataan Kawasan Pantura.

g. Penyempurnaan Perda Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan reklamasi dan rencana tata ruang kawasan Pantura agar mengakomodasikan aspirasi masyarakat, terutama program prioritas revitalisasi pantai lama.

(28)

3. Pada tataran Rencana, disampaikan rekomendasi sebagai berikut:

a. Prinsip keberlanjutan yang meliputi keterkaitan, keseimbangan dan keadilan perlu diakomodasi ke dalam RPJP, RPJM, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta dan RDTRK Kawasan Strategis Pantura.

b. Prinsip-prinsip keberlanjutan lingkungan perlu dijabarkan ke dalam rencana kerja pembangunan daerah (RKPD) dan rencana kerja SKPD.

c. Rencana Rinci tata ruang kawasan strategis Kawasan Pantura perlu dilengkapi dengan rencana sektor yang terkait dengan revitalisasi Pantai Lama dan ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.

d. Pengintegrasian konsep rencana tata ruang dan rencana sektor dalam rangka penataan Pantura harus mempertimbangkan aspek kelembagaan yang agar mampu/kapabel mengelola harmonisasi dan sinkronisasi rencana penataan.

e. Agar diupayakan materi Rencana Penataan Pantura (fisik-alami, sosial-ekonomi dan sosial budaya) yang mempertimbangkan prinsip keterkaitan, keseimbangan dan keadilan.

f. Hasil KLHS dapat digunakan untuk kisi-kisi pengintegrasian Perpres No.54 Tahun 2008 ke dalam RTRW Kawasan Pantura yang nantinya akan ditetapkan dengan Peraturan Daerah sebagai pengganti Perda No. 8 Tahun 1995 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Pantura.

4. Pada tataran Program disampaikan rekomendasi sebagai berikut:

a. Penjabaran prinsip keberlanjutan lingkungan ke dalam rencana kerja pembangunan daerah (RKPD) dan rencana kerja SKPD yang terlibat di dalam program penataan kembali kawasan Pantura.

b. Koordinasi pelaksanan program penataan dan sektoral terkait Kawasan Pantura.

c. Perlu dilakukan pengkajian bentuk kelembagaan yang mampu/kapabel mengelola harmonisasi dan sinkronisasi rencana penataan Pantura Jakarta.

d. Mitigasi dampak reklamasi pulau baru dan revitalisasi pantai lama perlu diintegrasikan ke dalam rencana pembangunan dan rencana tata ruang kawasan Pantura dan atau RPJMD DKI Jakarta Jakarta.

e. Implementasi program restorasi mangrove yang diprakarsai bersama oleh Pemerintah Provinsi dan Dunia Usaha perlu diintegrasikan ke dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota untuk kecamatan-kecamatan di Pantura.

2.2.7. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta 2030

Pemerintah telah menetapkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Jakarta 2030 sebagai lanjutan Rencana Tata Raung Wilayah Jakarta tahun 1999 sampai dengan tahun 2010. Pada pasal 95 ayat (2) dinyatakan bahwa Pemerintah Daerah mengembangan Kawasan Strategis Pantura, yang merupakan kawasan strategis kepentingan ekonomi, lingkungan, dan sosial budaya. Selanjutnya, pada pasal 99 sampai dengan pasal 108 diuraikan rumusan kerangka rencana tata ruang Kawasan Strategis Pantura, disederhanakan sebagai berikut:

(29)

1. Pengembangan areal reklamasi dan kawasan daratan pantai dilakukan secara terpadu yang bersama-sama ditetapkan sebagai satu kawasan perencanaan.

2. Pelaksanaan reklamasi harus memperhatikan kepentingan lingkungan, kepentingan kepelabuhan, kepentingan kawasan berhutan bakau, kepentingan nelayan, dampak terhadap banjir rob dan kenaikan permukaan laut serta sungai, kepentingan dan fungsi lain yang ada di kawasan Pantura.

3. Penyelenggaraan reklamasi Pantura diarahkan bagi terwujudnya lahan hasil reklamasi siap bangun dan pemanfaatannya sesuai dengan tata ruang yang terpadu dengan penataan kembali kawasan daratan Pantura.

4. Penataan kembali kawasan daratan Pantura diarahkan bagi tercapainya penataan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna, peningkatan kualitas lingkungan dan perumahan, pelestarian bangunan bersejarah, kelancaran lalu lintas, dan peningkatan fungsi sistem pengendalian banjir baik itu banjir rob dan kenaikan muka laut/ sungai.

5. Penyelenggaraan reklamasi serta pengelolaan tanah hasil reklamasi dan penataan kembali kawasan daratan Pantura dilaksanakan secara terpadu melalui kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara Pemerintah Daerah, masyarakat, dan dunia usaha.

6. Pengembangan Kawasan Pantura harus menjamin:

a. Terpeliharanya ekosistem dan kelestarian kawasan hutan lindung, hutan bakau, cagar alam dan biota laut;

b. Pemanfaatan pantai untuk kepentingan umum;

c. Kepentingan perikehidupan nelayan;

d. Kelestarian bangunan dan lingkungan bersejarah;

e. Kepentingan dan terselenggaranya kegiatan pertahanan keamanan negara;

f. Terselenggaranya pengembangan sistem prasarana sumber daya air secara terpadu;

g. Tidak memberikan tambahan resiko banjir di daerah hulunya baik akibat rob, kenaikan permukaan laut/sungai; dan

h. Terselenggara/berfungsinya objek/instalasi/fasilitas vital di kawasan Pantura dengan memperhatikan aspek-aspek ekologis lingkungan.

7. Pengembangan kawasan Pantura harus memperhatikan aspek sebagai berikut:

a. Peningkatan fungsi pelabuhan;

b. Pengembangan kawasan ekonomi strategis;

c. Pengembangan areal Pelabuhan Sunda Kelapa dan sekitarnya untuk pusat wisata, d. Pusat perdagangan/jasa, dan pelayaran rakyat secara terbatas;

e. Dilaksanakan serasi dengan penataan dan pengelolaan Kepulauan Seribu;

f. Pemanfaatan ruang rekreasi dan wisata dengan memperhatikan konservasi nilai budaya daerah dan bangsa serta kebutuhan wisata nasional dan internasional; dan g. Didukung dengan pengembangan prasarana dan sarana perkotaan secara terpadu.

8. Pengembangan kawasan Pantura dibagi menjadi beberapa sub-kawasan dengan memperhatikan kondisi kawasan daratan Pantura dan perairan di sekitarnya. Sub- kawasan dimaksud merupakan satu kesatuan perencanaan yang dikembangkan dengan sistem infrastruktur terpadu.

(30)

9. Sistem prasarana sumber daya air di Kawasan Reklamasi Pantura merupakan bagian dari sistem prasarana sumber daya air makro dan jalur perpanjangan saluran dan sungai yang melalui kawasan daratan pantai.

10. Untuk mencegah banjir yang mungkin terjadi pengembangan kawasan Pantura harus mengembangkan sistem jaringan drainase dan sistem pengendalian banjir yang direncanakan secara teknis termasuk waduk penampungan air dengan rasio minimal per pulaunya sebesar 5%.

11. Waduk penampungan air berfungsi sebagai ruang terbuka.

12. Penyediaan air bersih di kawasan Pantura dilakukan dengan cara-cara ramah lingkungan dan berkelompok dengan memanfaatkan alternatif sumber air baku baru dan dilengkapi dengan sistem jaringan perpipaan secara terpadu. Pengelolaan penyediaan air bersih dapat dilaksanakan secara mandiri dengan mengembangkan sistem penyediaan air bersih yang ada dan/atau membangun sistem pengolahan teknologi yang baru.

13. Limbah cair rumah tangga dan/atau limbah cair yang bersumber dari kegiatan lain wajib diolah agar memenuhi baku mutu limbah cair yang sistem pengelolaannya dilakukan dengan sistem terpusat (perpipaan).

14. Limbah cair yang memenuhi baku mutu disalurkan ke saluran umum dan tidak berakibat pada penurunan kualitas air laut, dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

15. Pengembangan kawasan Pantura harus diawali perencanaan reklamasi yang disusun secara cermat dan terpadu sekurang-kurangnya mencakup:

a. Rencana teknik reklamasi;

b. Rencana pemanfaatan ruang hasil reklamasi;

c. Rencana rancang bangun;

d. Rencana penyediaan prasarana dan sarana;

e. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup;

f. Rencana kelola lingkungan;

g. Rencana pemantauan lingkungan;

h. Rencana lokasi pengambilan bahan material;

i. Rencana pembiayaan; dan

j. Rencana pengelolaan air bersih dan air limbah serta pengendalian banjir.

16. Pengembangan dan perencanaan reklamasi dilakukan berdasarkan arahan sebagai berikut:

a. Pengendalian potensi kerusakan yang berwujud dalam fenomena kenaikan muka air laut, penurunan air tanah dan muka tanah, perluasan daerah genangan, abrasi dan erosi, sedimentasi, intrusi air laut, polusi air dan udara serta persoalan lain yang berhubungan dengan pemanfatan lahan, air permukaan dan air tanah;

b. Reklamasi dilakukan dalam bentuk pulau yang ditentukan berdasarkan studi yang lebih rinci dengan memperhitungkan masa perancangan, keandalan tanggul dan perlindungan pesisir, resiko banjir, dan tindakan mitigasi, perlindungan hutan bakau, serta jalur lalu lintas laut, pelayaran dan pelabuhan;

(31)

c. Dalam perencanaan reklamasi tercakup rencana pengelolaan secara mandiri prasarana pulau reklamasi yang meliputi prasarana tata air, air bersih, pengolahan limbah dan sampah, serta sistem pengerukan sungai/kanal;

d. Setiap pulau reklamasi menyediakan ruang terbuka biru untuk waduk dan danau yang berfungsi sebagai penampungan air sementara ketika hujan, persediaan air untuk beberapa kebutuhan harian sumber air yang mungkin untuk di kembalikan ke dalam lapisan aquifer, tempat hidupnya beberapa flora dan fauna, serta untuk rekreasi;

e. Ruang perairan di antara pulau reklamasi dimanfaatkan untuk membantu penanggulangan banjir;

f. Penyediaan angkutan umum massal yang menghubungkan antar pulau reklamasi dan dengan daratan Jakarta.

17. Penataan kembali daratan Pantura mencakup kegiatan:

a. Relokasi kawasan industri dan pergudangan ke wilayah sekitar DKI Jakarta melalui koordinasi dengan pemerintahan sekitar;

b. Revitalisasi lingkungan dan bangunan bersejarah;

c. Perbaikan lingkungan, pemeliharaan kawasan permukiman dan kampung nelayan;

d. Peremajaan kota untuk meningkatkan kualitas lingkungan;

e. Peningkatan sistem pengendalian banjir dan pemeliharaan sungai untuk mengantisipasi banjir akibat rob dan meluapnya air sungai;

f. Perbaikan manajemen lalu lintas dan penambahan jaringan jalan;

g. Relokasi perumahan dari bantaran sungai dan lokasi fasilitas umum melalui penyediaan rumah susun;

h. Pelestarian hutan bakau dan hutan lindung;

i. Perluasan dan peningkatan fungsi pelabuhan; dan j. Pengembangan pantai untuk kepentingan umum.

18. Pembiayaan kegiatan penataan kembali daratan Pantura dapat berasal dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan/atau dari hasil usaha pengelolaan tanah hasil reklamasi.

19. Persebaran lokasi kawasan strategis merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

20. Ketentuan lebih lanjut mengenai rencana penataan ruang kawasan Pantura akan diatur dengan Peraturan Daerah yang mengatur rencana rinci kawasan Pantura.

Dari uraian di atas dapatlah ditegaskan bahwa Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta 2030 sudah mengakomodasi arahan-arahan penataan ruang kawasan Pantura, yang sebelumnya dimuat di dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 6 tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta tahun 1999 – 2010.

Gambar

Gambar II.2. Primary Target Area CLD PT. Kapuk Naga Indah
Tabel 2.21.  Ketinggian Puncak Rencana, Kemiringan Talud dan Layout  Berm  seksi  dari  [km]  ke  [km]  talud  bawah  [-]  lebar berm [m]  ketinggian berm [m + PP*]  talud atas [-]  ketinggian rencana [m + PP*]  kemiringan puncak [-]  A 0+000  1+100  1:6
Gambar III.13. Peta Bathimetri Rencana Reklamasi PT. Kapuk Naga Indah
Gambar III.14. Pasang Surut Hasil Ramalan Dari Komponen Pasut Dishidros-TNI AL 2011  3.3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keuntungan dari menggunakan efek fotovoltaik ( Photovoltaic/PV ) untuk menghasilkan energi listrik adalah bersih, tidak menimbulkan suara/hening, usia pakai lama dan

1) Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan model pembelajaran Think Pair Share menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas

Menyusun mekanisme penelusuran kinerja pelayanan SOP Penilaian kinerja Menyusun struktur organisasi penanggung jawab upaya puskesmas yang efektif Struktur organisasi tiap

Pemodelan penyelesaian permasalahan penjadwalan ujian Program Studi S1 Sistem Mayor-Minor IPB menggunakan ASP efektif dan efisien untuk data per fakultas dengan mata

Tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 diperoleh tingkat efektivitas penerimaan retribusi persampahan/kebersihan masih tergolong rendah dan tidak efektif, pemerintah

untuk liabilitas keuangan non-derivatif dengan periode pembayaran yang disepakati Grup. Tabel telah dibuat berdasarkan arus kas yang didiskontokan dari liabilitas

Berdasarkan analisis data penelitian dengan bantuan program SPSS di dapat nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,675 yang menunjukkan bah- wa hubungan antara variabel

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah virus Covid-19 adalah dengan menerapkan perilaku Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di mana dalam penerapannya