• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Air Laut

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG (Halaman 125-133)

RONA LINGKUNGAN HIDUP

3.4. KUALITAS AIR

3.4.2. Kualitas Air Laut

Hasil penelitian kondisi kualitas fisik kimia lingkungan perairan Teluk Jakarta dan sekitarnya yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Oceanografi LIPI Tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 3.16 berikut.

Tabel 3.16. Kualitas Fisik Kimia Perairan Teluk Jakarta (Barat, Tengah dan Timur)

No. Parameter Hasil Analisis

Barat Tengah Timur Rata-rata

1 pH 7,91 7,98 8,07 8,07

Sumber : Pusat Penelitian Oceanografi LIPI, Oktober 2004

Berdasarkan data di atas, kualitas fisik kimia perairan Teluk Jakarta (Barat, Tengah dan Timur) menunjukkan bahwa parameter yang diukur telah melebihi baku mutu kualitas perairan bagi peruntukkan biota air laut. Kandungan parameter terukur di atas juga menunjukkan pada bagian Barat Teluk Jakarta tercatat konsentrasi PO4, NO3, NO2 dan SiO3

cukup besar dan hal ini seiring dengan keberadaan Kali Angke, Cengkareng Drain dan Kali Kamal yang konsentrasi airnya telah tercemar.

Hasil pengukuran kualitas air laut pada saat studi AMDAL (2007) dapat disajikan pada Tabel 3.17 berikut.

Tabel 3.17. Hasil Pengukuran Kualitas Air Laut Pada Studi AMDAL Tahun 2007

No. Parameter Satuan Baku

6. Lapisan Minyak (insitu) - Nihil Negatif Negatif Positif Negatif Positif Negatif 7. Sampah (insitu) - Nihil Negatif Negatif Positif Positif Positif Positif B. KIMIA

Sumber : PT. Unilab Perdana, Juli 2006

Keterangan : *) = Kep-51/MENLH/2004. Lampiran III Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut

AL-1 = Garis Pantai Sisi Barat Tapak Proyek dengan Titik Koordinat (Lintang S : 060 05l 18.9 dan Bujur T : 1060 43i 40.3)

Berdasarkan tabel di atas hasil analisis kualitas fisik kimia air laut (AL-1 s/d. AL-6) menunjukkan bahwa secara umum seluruh parameter masih memenuhi baku mutu air laut untuk biota laut, kecuali unsur kekeruhan di 3 (tiga) titik lokasi (AL-1, AL-2 dan AL-3) dan amonia total (NH3-N) di lokasi AL-3 telah melebihi baku mutu kualitas air laut. Hal ini disebabkan oleh limbah padat (sampah), sedimen dan bahan organik yang dihasilkan dari kegiatan di daratan (hulu dan tengah) yang masuk ke perairan pantai melalui aliran sungai yang ada (Cengkareng Drain dan Kali Angke).

Berdasarkan hasil analisis kualitas fisik kimia air laut (AL-1 dan AL-2) baik pada bulan September 2010, Januari 2011 maupun Februari 2012 menunjukkan bahwa secara umum seluruh parameter masih memenuhi baku mutu air laut untuk biota laut, kecuali unsur kekeruhan, ammonia, fosfat dan nitrat telah melebihi baku mutu kualitas air laut (Tabel 3.18). Hal ini disebabkan oleh limbah padat (sampah), sedimen dan bahan organik yang dihasilkan dari kegiatan di daratan (hulu dan tengah) yang masuk ke perairan pantai melalui aliran sungai yang ada (Cengkareng Drain dan Tanjungan).

Tabel 3.18. Hasil Pengukuran Kualitas Air Laut

NO PARAMETER SATUAN BAKU*)

MUTU

September 2010 Januari 2011 Februari 2012

500 meter

6. Lapisan minyak (insitu) - Nihil Positif Positif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif

7. Sampah (insitu) - Nihil Positif Positif Negatif Negatif Positif Positif Positif

Sumber : PT. Unilab Perdana

Keterangan : *) = KEP. 51/MENLH/2004 Lampiran III. Untuk Biota Laut

**) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP-195-IDN

Gambar III.33. Kondisi Kualitas Air Laut

Hasil Kajian Lingkungan Rencana Reklamasi PT KNI oleh Program Pascasarjana Ilmu Lingkungan Universitas Dipenegoro (2010) mengenai kondisi fisika dan kimia air di daerah kajian diperlihatkan pada Tabel 3.20.

Adanya beberapa parameter yang tidak memenuhi nilai baku mutu kualitas air untuk keperluan biota, konservasi dan wisata air. Parameter fisika dan kimia air yang tidak memenuhi baku mutu adalah:

1. Zat padat terlarut (di atas 2000 mg/l) untuk lokasi 1 (M-1: muara sungai Cengkareng Drain), 4 (P2A-2: perairan calon lahan reklamasi Pulau 2A di depan Cengkareng Drain), 12 (P1-3: perairan calon lahan reklamasi Pulau 1 depan Muara Angke), 13 (M-3: perairan sungai Cengkareng Drain di dekat muara), dan 14 (M-4: perairan Muara Angke ujung barat);

2. Kekeruhan (di atas 5 NTU) untuk lokasi: 1 (M-1: muara sungai Cengkareng Drain), 4 (P2A-2: perairan calon lahan reklamasi Pulau 2A di depan Cengkareng Drain), 12 (p1-3:

perairan calon lahan reklamasi Pulau 1 depan Muara Angke), 13 (M-3: perairan sungai Cengkareng Drain di dekat muara), dan 14 (M-4: perairan Muara Angke ujung barat);

3. pH (di luar rentang 6.5-8.5) untuk lokasi: 1 (M-1: muara sungai Cengkareng Drain), dan 8 (M-2: muara sungai Kamal)

4. oksigen terlarut (DO) dengan kadar di bawah 3.5 mg/l untuk lokasi: 1(M-1: muara sungai Cengkareng Drain), 2 (P1-1: perairan calon lokasi Pulau 1 depan Muara Angke), 4 (P2A-2: perairan calon lahan reklamasi Pulau 2A di depan Cengkareng Drain), 8 (M-(P2A-2: muara sungai Kamal), 9 (P2A-4) : Perairan laut calon lokasi Pulau 2A di depan Cengkareng Drain/rencana jembatan), dan 11 (P1-2): Perairan laut rencana Pulau 1 di bagian tengah.

Kandungan oksigen terlarut yang rata-rata di bawah 3 mg/l pada lokasi-lokasi tersebut sangat kritis bagi kehidupan biota air, karena bagi hewan air non labirinthici membutuhkan kadar oksigen terlarut minimal sebesar 3.50 mg/l untuk keperluan respirasinya.

5. kandungan bahan organik (BOD ≥20 mg/l dan COD≥45 mg/l) untuk sebagian besar lokasi, kecuali: 5 (P2B-1 : perairan laut rencana Pulau 2B bagian tengah di dekat Bagan Tancap), 6 (P2B-2: perairan laut rencana Pulau 2B bagian pinggir di depan S. Dadap) dan 7 (P2B-3: Perairan laut rencana Pulau 2B bagian pinggir/ujung barat di depan Muara Kamal);

6. Kandungan Ammonia (di atas 0.3 mg/l) pada sebagian besar lokasi lokasi, kecuali : 3 (P2A-1 : Perairan laut rencana Pulau 2A bagian tengah-barat laut), 5 (P2B-1 : perairan laut rencana Pulau 2B bagian tengah di dekat Bagan Tancap), 6 (P2B-2: perairan laut rencana Pulau 2B bagian pinggir di depan S. Dadap) dan 7 (P2B-3 : Perairan laut rencana Pulau 2B bagian pinggir/ujung barat di depan Muara Kamal);

7. kandungan sulfida (≥0.01 mg/l) pada sebagian besar lokasi, kecuali: Perairan laut rencana Pulau 2A bagian tengah-barat laut), 5 (P2B-1 : perairan laut rencana Pulau 2B bagian tengah di dekat Bagan Tancap), 6 (P2B-2: perairan laut rencana Pulau 2B bagian pinggir di depan S. Dadap) dan 7 (P2B-3 : perairan laut rencana Pulau 2B bagian pinggir/ujung barat di depan Muara Kamal);

8. Salinitas, Osmolaritas dan kandungan elektrolit: umumnya rendah pada lokasi muara sungai serta lokasi yang berdekatan atau banyak mendapatkan pengaruh air sungai.

Kandungan osmolaritas dan elektrolit nampaknya berhubungan erat dengan salinitas.

Makin rendah salinitas maka osmolaritas dan kandungan elektrolit (terutama Cl, Na, Mg dan Ca) makin kecil. Karena osmolaritas dan kandungan elektrolit berpengaruh besar terhadap proses osmoregulasi organisme air, maka perubahan parameter tersebut menjauhi kondisi isosmotik akan mempengaruhi kehidupan dan biota akuatik (baik yang bertipe osmoregulator maupun osmokonformer). Tingginya salinitas dan osmolaritas di perain Muara Kamal dan calon lokasi Pulau 2B nampaknya banyak dipengaruhi oleh masukan air tambak. Sedangkan rendahnya salinitas dan osmolaritas di perairan calon lokasi Pulau 1 dan 2A dikarenakan adanya pengaruh masukan air tawar dari sungai Cengkareng Drain dan Sungai Angke.

Kandungan logam berat (Tabel 3.10) dalam perairan kadarnya bervariasi. Jenis logam berat yang mendominasi di seluruh lokasi penelitian adalah besi (Fe). Jenis logam berat lainnya, seperti: Tembaga (Cu), Chrom (Cr), Merkuri (Hg), Cadmium (Cd), Timbal (Pb), dan Nikel (Ni) kadarnya tidak setinggi Besi (Fe). Nilai besaran kandungan logam berat di dalam air di daerah tapak dampak tidak sepenuhnya memberikan gambaran kondisi riil cemaran logam berat. Hal ini dikarenakan tingginya kelimpahan mikroba pencemar tipe polisaprobik yang berpotensi sebagai penyerap logam berat sehingga dapat menurunkan kadar logam berat di dalam perairan (Tabel 3.19).

Tabel 3.19. Hasil Pemeriksaan Logam Berat Air Laut Dan Muara Sungai Di Lingkungan Perairan Calon Lahan Reklamasi KNI Jakarta

PARAMETER Satuan Lokasi

1 2 3 4 5 (Sumber : Hasil Pengukuran Bulan Nopember 2010)

Keterangan :

Tabel 3.20. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Laut & Muara Sungai Di Lingkungan Perairan Calon Lahan Reklamasi KNI Jakarta OSMOLARITAS & KANDUNGAN ELEKTROLIT:

o Osmolaritas mOsm/l H20 58.38 350.25 321.06 145.94 145.94 321.08 846.44 788.06 671.31 437.81 408.62 145.96 3.66 58.38

(Sumber : Hasil Pengukuran Bulan Oktober 2010) Keterangan :

1 (M-1) : Air Muara Sungai Cengkareng Drain (060 06’ 01” ; 1060 44’ 58”) 2 (P1-1) : Perairan di depan Muara Angke, rencana Pulau 1 (06004’47”; 1060 45’ 56”) 3 (P2A-1) : Perairan laut rencana Pulau 2A bagian tengah-barat laut, (06005’42”; 1060 45’09”) 4 (P2A-2) : Perairan laut rencana Pulau 2A di depan Cengkareng Drain, (06004’45”; 1060 45’39”) 5 (P2B-1) : Perairan laut rencana Pulau 2B bagian tengah di dekat Bagan Tancap,( 06004’18”; 1060 44’50”) 6 (P2B-2) : Perairan laut rencana Pulau 2B bagian pinggir di depan S. Dadap,( 06004’54”; 1060 44’02”) 7 (P2B-3) : Perairan laut rencana Pulau 2B bagian pinggir/ujung barat di depan Muara Kamal06005’07”; 1060 43’48” ) 8 (M-2) : Air Muara Sungai Kamal (060 05’ 29” ; 1060 43’ 30”)

9 (P2A-4) : Perairan laut rencana Pulau 2A di depan Cengkareng Drain/rencana jembatan, 06004’33”; 1060 45’98”) 10 (P2A-5) : Perairan laut rencana Pulau 2A bagian tengah-timur, 06005’33”; 1060 45’55”)

11 (P1-2) : Perairan laut rencana Pulau 1 di bagian tengah, 06005’07”; 1060 45’56”)

12 (P1-3) : Perairan laut rencana Pulau 1 bagian tenggara di depan Muara Angke, 06005’45”; 1060 45’53”) 13 ( M-3) : Perairan Muara Sungai Cengkareng Drain, 06006’01”; 1060 44’58”)

14 (M-4) : Muara Sungai Angke saat surut, 06005’45”; 1060 45’53”)

NAB : Nilai ambang batas kualitas air yang disyaratkan untuk keperluan perikanan, konservasi dan pariwisata bahari

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG (Halaman 125-133)