• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahap Pra-Konstruksi

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG (Halaman 33-38)

2.3. TAHAPAN PELAKSANAAN RENCANA KEGIATAN

2.3.1. Tahap Pra-Konstruksi

Kegiatan pada tahap prakonstruksi adalah penetapan lokasi proyek Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah (3 pulau reklamasi) sebagai kegiatan yang menimbulkan dampak, dapat diuraikan sebagai berikut:

Sebagaimana dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa pada tahun 1997 PT. Kapuk Naga Indah telah melakukan kegiatan persiapan (perencanaan) reklamasi. Sehubungan dengan krisis ekonomi dan finansial yang berlangsung hingga tahun 2000 maka kegiatan-kegiatan PT. Kapuk Naga Indah tertunda. Dengan mulai pulihnya kegiatan perekonomian maka mulai tahun 2005 PT. Kapuk Naga Indah kembali melakukan pemutakhiran kajian-kajian persiapan, terutama:

1. Pemutakhiran konsep reklamasi oleh konsultan perencana terdahulu. Sebagaimana halnya pada kajian perencanaan tahun 1997, perencanaan sekarang ini juga mempertimbangkan hasil kajian pemodelan hidrodinamika perairan laut dan pertimbangan kajian hidrolika perairan sungai dan estuary.

2. Konsultasi penjabaran Rencana Tata Ruang baik di lingkungan Pemerintah DKI Jakarta maupun Pemerintah Pusat.

3. Melakukan identifikasi lokasi-lokasi quary pasir laut dan batuan yang ditawarkan oleh pihak ke tiga, yang pengadaannya nanti akan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Pengukuran dan pemetaan -8 m sistem proyeksi TM30.

5. Melakukan konsultasi dengan berbagai instansi terkait dalam rangka optimasi rencana pembangunan.

6. Melakukan kajian AMDAL dan melibatkan masyarakat di dalam proses penyusunan AMDAL agar dapat dilakukan minimasi dampak negatif dan optimasi dampak positif.

7. Pembuatan UDGL (Urban Design Guide Line).

8. Pekerjaan Pra-Kualifikasi, Kualifikasi dan Tender.

9. Pekerjaan yang masih harus dilakukan berkaitan dengan perijinan pembangunan fisik, terutama Ketetapan Rencana Kota, Ijin Pendahuluan, Ijin Membangun Prasarana dan pekerjaan pengukuran, pematokan (uitzet) lokasi yang akan dibangun.

Mengacu ke Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah DKI Jakarta dan PT. Kapuk Naga Indah, maka luas areal kerja PT. Kapuk Naga Indah adalah 1.131 Ha dengan rincian:

Pulau 2A : ± 310 Ha Pulau 2B : ± 285 Ha Pulau 1 : ± 275 Ha Perairan laut : ± 261 Ha Jumlah : ± 1.131 Ha

Perlu ditegaskan bahwa kajian AMDAL Tahun 2007 adalah untuk keperluan telaahan mendalam untuk pulau 2A (Risort Island), berdasarkan Perencanaan teknis reklamasi Kapuk Naga Indah yang mencakup basic design dan design engineering yang dilakukan oleh Witteveen Bos Indonesia.

Berdasarkan hasil kajian tersebut PT. Kapuk Naga Indah menugaskan Witteveen Bos Indonesia untuk melakukan kajian Hydraulic and Hydrodynamic Pulau 1, Pulau 2A dan Pulau 2B, baik pemodelan pulau per pulau maupun pemodelan sekaligus 3 pulau. Kajian hidrodinamika yang dilakukan oleh Witteveen Bos Indonesia mencakup:

1. Identifikasi area proyek dan area sekelilingnya meliputi:

a. Identifikasi integrasi lokasi terhadap rencana BP Pantura, b. Pola drainase kota,

c. Identifikasi tipologi pesisir pantai, dan

d. Karakteristik lokasi proyek terutama keberadaan ekosistem mangrove, akumulasi sampah dan bahan pencemar serta keanekaan ikan tangkap.

2. Review kajian-kajian terdahulu dan identifikasi kondisi fisik terutama:

a. Hasil kajian penatalaksanaan air sungai secara konverhensif di JABODETABEK (JICA, 1997),

b. Kajian NEDECO 1995,

c. Kajian NEDECO – Kapuk Naga 1997.

3. Pelingkupan masalah dan metodologi meliputi:

a. Isu pokok kajian, b. Dampak terhadap banjir,

c. Dampak terhadap ekosistem pantai, d. Istrumen mitigasi, dan

e. Asumsi yang digunakan dalam kajian.

4. Deskripsi model meliputi:

a. Uraian umum model hidrodinamika,

b. Pembakuan model/model setup terdiri atas general model properties, model system island project, grids and bathymetry, schematisation of project measures, physical coefficients,

c. Kalibrasi dan validasi model, dan

d. Kondisi boundary: kondisi yang diinginkan, model skala pasang air laut, aliran air sungai, angin dan gelombang.

5. Dampak terhadap tinggi muka air sungai dan system drainase meliputi:

a. Cara pendekatan, dan

b. Dampak terhadap tinggi muka air di sepanjang garis pantai, Kali Angke, Cengkareng Drain, Muara PU Drain, Kali Tanjungan, Kali Kamal dan Kali Dadap.

6. Dampak terhadap hidrodinamika pantai meliputi:

a. Hasil pemodelan teluk Jakarta (arus dan tinggi muka air laut serta pola gelombang laut), dan

b. Hasil pemodelan meliputi dampak konstruksi 3 pulau terhadap perairan laut, dampak konstruksi dan dampak pendalaman boundary drain terhadap sirkulasi perairan pantai.

7. Dampak terhadap lingkungan pantai meliputi:

a. Sediment transport dan morfologi, b. Tinjauan histories teluk Jakarta,

c. Tinjaun histories kegiatan di lokasi proyek, d. Model sediment transport,

e. Dampak terhadap kualitas air laut,

f. Dampak terhadap ekosistem mangrove, dan g. Analisis sedimentasi di muara Cengkareng Drain.

Fokus Studi:

Pembangunan 3 pulau buatan menyebabkan suatu perubahan yang signifikan terhadap garis pantai, hal ini akan mengubah suatu garis pantai baru pada kedalaman -8 m kontur di depan garis pantai lama, dan akan mempengaruhi pergerakan air di daerah pantai lama, lingkungan pantai dan debit air di muara sungai dan saluran-saluran (drain). Prosedur AMDAL menginginkan inventarisasi pengaruh-pengaruh tersebut dan dampak terkait pada morfologinya, seperti keinginan mengetahui prosedur suatu evaluasi, pengukuran investigasi dalam hal dampak yang akan terjadi. Fokus laporan meliputi aspek-aspek berikut:

1. Pengaruh pembangunan pulau pada tinggi muka air di daerah saluran wilayah permukiman. Kriteria, tinggi permukaan air dan kondisinya di saluran wilayah permukiman di bagian selatan jalan tol disarankan tidak mangalami kenaikan mencapai kondisi kritis, sebagai perbandingan adalah kondisi situasi saat ini.

2. Pengaruh pembangunan pulau tersebut pada siklus air di daerah pantai dan iklim gelombang yang terjadi. Tujuannya adalah mengatur nilai-nilai yang ada dan memperbaiki batasan-batasan kondisi lingkungan pantai dikemudian hari, dimana kemungkinan bertanggung jawab terhadap perairan laut dan sungai terhadap keberadaan hutan mangrove dan pengurangan dampak negative baik oleh bahan terapung maupun sampah-sampah di wilayah ini.

Dampak terhadap pencegahan banjir:

Untuk pengembangan di wilayah DKI Jakarta baik ke Selatan maupun ke arah daratan lain yang sangat terbatas, satu-satunya kemungkinan adalah ke arah laut, hal ini telah terjadi seperti wilayah Pluit, Muara Karang, Pantai Indah Kapuk serta target pengembangan lainnya bagi wilayah Kapuk dan Cengkareng. Proses pengembangan ini akan menghasilkan penambahan wilayah tertutup oleh kegiatan manusia, hasilnya aliran air permukaan akan bertambah kuat dan besar dan mengurangi wilayah genangan air. Adanya saluran-saluran yang ada sudah tidak cukup untuk menampung urbanisasi yang ada, sehingga masalah banjir menjadi perhatian utama warga dan politisi, yang menginginkan perbaikan boundary aliran di daerah tersebut, tetapi tentu saja semuanya membutuhkan waktu untuk memperbakinya. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan 3 (tiga) pulau buatan adalah tidak akan menambah masalah saat ini. Bahkan akan menunjukkan bahwa adanya 3 (tiga) pulau buatan tersebut tidak akan menghalangi perbaikan-perbaikan di kemudian hari dari kondisi pola alirannya.

Dampak pada sistem wilayah pantai:

Rencana pengembangan memperhatikan perlindungan wilayah hutan mangrove sebagai suatu faktor kelestarian lingkungan. Hal ini diperlukan untuk menjaga sirkulasi air dan pengendapan sedimen sebagaimana yang ada saat ini serta mengevaluasi adanya perubahan-perubahan setelah pulau buatan terbentuk. Dalam usaha mengatur level sirkulasi air yang sama kondisinya dengan kondisi saat ini, terutama dalam mengatur interaksi antara air payau, air laut dan air tawar, debit air sungai dan saluran-saluran air di daerah perencanaan perlu distimulasi di wilayah perbatasan mangrove. Salah satu aspek adalah mengurangi jumlah sampah dan sedimen di wilayah mangrove. Pembentukan pulau buatan akan mengubah kondisi garis pantai lama dan hal ini akan berdampak terhadap morfologi garis pantai lama dan juga sepanjang garis pantai baru, instrusi air laut serta pola arus, gelombang dan pasang surutnya.

Pengamatan mitigasi dan evaluasinya:

Pengamatan mitigasi juga dilakukan untuk mencegah dampak-dampak negatif di pulau-pulau buatan tersebut.

1. Menghilangkan beting lumpur di muara Cengkareng Drain dan muara Kali Angke.

2. Memperlebar muara Cengkareng Drain dan muara Kali Tanjungan yang terletak diantara pulau-pulau dan memperdalam muara kanal-kanal hingga -3,35 m PP/-4.10 m PD sebagaimana telah direkomendasikan di dalam laporan untuk menampung penambahan kapasitas sungai.

3. Melengkapi ruang yang cukup untuk menambah lebar muara-muara kanal terutama di bagian hulu Kali Angke untuk mengimplementasikan kondisi masa depan di pulau-pulau Pantura bagian Timur yang akan terjadi.

4. Melengkapi ruang yang cukup untuk memperlebar saluran-saluran di wilayah Kali Dadap dan Kali Kamal, mengikuti implementasi rencana reklamasi lepas pantai Propinsi Banten.

5. Melengkapi kanal-kanal antara pantai yang lama dengan pulau baru dan memperdalam kanal apabila diperlukan untuk sirkulasi air di wilayah mangrove.

Metode dan objektif:

Model hidrodinamika telah digunakan dalam pelaksanaan proyek ini untuk mendapatkan gambaran pergerakan air di saluran-saluran permukiman dan wilayah pantainya. Model dimaksudkan untuk pengendalian terhadap muka air dan sirkulasinya sebelum dan sesudah terbentuknya pulau-pulau tersebut secara kuantitatif, baik saat sekarang maupun masa depan tentang situasi aliran dan pengaruhnya, dengan cara membandingkan model dan pengaruh pengembangan lepas pantai yang terjadi. Berbagai model telah dikembangkan untuk mengetahui pengaruh sistem sungai dan sistem pantainya, adakah interaksi antara air pasang surut dan perubahan muka air serta pola arus dan muka air di daerah aliran dekat laut wilayah permukiman dan pengaruh salurannya. Suatu model hidrodinamika yang menyeluruh (intergrated) yang dikembangkan di sebagian laut Jawa, teluk Jakarta dan saluran-saluran permukiman perlu dikaji semuanya. Perbedaan-perbedaan pembuatan model untuk mengetahui sistem sungai dan sistem daerah pantainya perlu beberapa model yang terdiri dari pasangan berbeda dari kondisi pisiknya (kecepatan angin, kondisi pasang

surut serta debit sungainya). Berikut ini hidrodinamika model run dibuat untuk mendapatkan objektifnya, dengan skenario sungai sebagai berikut:

1. Situasi yang ada (tanpa pengembangan pulau)

2. Pengembangan 3(tiga) pulau dan mitigasi sistem sungai

3. Saat pengembangan (hanya pulau 2A) termasuk mitigasi sistem sungainya

4. Saat pembangunan 3 pulau termasuk studi mitigasinya pada sistem sungai untuk mengevaluasi tingkat dampaknya.

Skenario model run sungai untuk menentukan kondisi sungai saat ini, debit dan kapasitasnya serta disain waktu yang menunjukkan pengaruh sungai sekarang dan masa depan. Skenario daerah pantai:

1. Situasi yang ada (sebelum pulau dikembangkan),

2. Perkembangan penuh 3 (tiga) pulau buatan termasuk perhitungan mitigasi sistem sungai,

3. Perkembangan sebagian pulau (2A) beserta mitigasi sistem sungai,

4. Pengembangan penuh ke-3 pulau termasuk mitigasi dalam sistem sungai untuk keperluan analisis tingkat dampaknya.

Terjadinya debit yang ekstrem:

Modeling dilakukan dalam studi ini berdasarkan data sektor-sektor sungai dan debit yang berbeda tinggi permukaannya, yakni:

1. Kapasitas debit sungai saat ini.

2. Kapasitas discharge yang mewakili discharge yang ada pada eron-section saluran-saluran urban yang tanggulnya selalu hampir dibanjiri (penuh).

Deskripsi kajian hydraulik dan hydrodinamika dalam rangka pembangunan Kapuk Naga Indah sebagaimana diihtisarkan di atas disajikan sebagai appendix. Proses diskusi di lingkungan BP Pantura, Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, BPPT, LAPI ITB, FT UGM, FT UI, Balitbang SDA Departemen PU, Dinas PU, BBWSCC dan PT. Kapuk Naga Indah telah dilakukan dengan intensif pada tanggal 24 Juli 2007. Hasil kesimpulan rapat pembahasan tersebut dapat disampaikan sebagai berikut:

1. Lebar garis pantai dengan pulau reklamasi 300 m (100 m mangrove dan 200 m alur perairan/lateral kanal).

2. Lebar permukaan basah dan luas penampang basah pada low water spring vertikal kanal lebih besar dari lebar permukaan basah dan luas penampang basah pada low water spring muara sungai apabila pulai sebelah kiri kanan direklamasi.

3. Masih perlu dilakukan kalibrasi model dan validasi parameter model dengan melakukan pemantauan dan evaluasi selama proses reklamasi berlangsung terhadap data batimetri, water level, kecepatan aliran, sedimentasi dan perubahan garis pantai pada sungai Banjir Kanal Barat, Cengkareng Drain, Kali Tanjungan, Kali Kamal dan sekitar muara-muara sungai tersebut.

4. Hasil monitoring di atas digunakan untuk Update Model hidrodinamika, terutama untuk memeriksa kembali pemodelan yang telah dilakukan.

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG (Halaman 33-38)