• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENGEMBANGKAN HIGHER ORDER THINKING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENGEMBANGKAN HIGHER ORDER THINKING"

Copied!
269
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENGEMBANGKAN HIGHER ORDER THINKING

SKILLS SISWA PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR KELAS VIII D SMP PIUS CILACAP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh : Maria Dea Pramudita

NIM : 151414041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENGEMBANGKAN HIGHER ORDER THINKING SKILLS SISWA PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG

SISI DATAR KELAS VIII D SMP PIUS CILACAP HALAMAN JUDUL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh : Maria Dea Pramudita

NIM : 151414041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”

(Matius 6:34)

“Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil” (Lukas 1:37)

Skripsi ini kupersembahkan untuk:  Tuhan Yesus dan Bunda Maria

 Keluargaku, Papa, Mama, Mbak Arne, dan Risa yang selalu memberikan doa, perhatian, serta kasih sayang yang luar biasa bagiku.

 Sahabatku, Awul-Awul Ketan dan #ONEest2k16  Teman-teman pendidikan matematika kelas B

(6)
(7)
(8)

vii ABSTRAK

Maria Dea Pramudita (151414041). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Untuk Mengembangkan Higher Order Thinking Skills Siswa Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Kelas Viii D Smp Pius Cilacap. Skripsi, Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2019.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan dan hasil penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dalam mengembangkan Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada materi pokok bahasan bangun ruang sisi datar. Penelitian ini penting agar guru-guru khususnya bidang matematika mengetahui contoh bentuk pembelajaran yang efektif untuk mengoptimalkan Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif. Subyek dari penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII D SMP Pius Cilacap tahun ajaran 2018/2019 yang menerima pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Data diperoleh dengan metode observasi keterlaksanaan model pembelajaran dan dilakukan tes tertulis berupa pre-test dan post-test.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share mampu mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa kelas VIII D SMP Pius Cilacap pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar. Adapun perolehan hasil tes Higher Order Thinking Skills (HOTS) siswa adalah nilai post-test keseluruhan siswa di kelas VIII D SMP Pius Cilacap mengalami peningkatan dari nilai pre-test yang telah diperoleh sebelumnya. Namun hanya terdapat 4 siswa dari 20 siswa yang nilai post-test tersebut mampu mencapai batas KKM yang telah ditentukan oleh sekolah.

Kata-kata kunci: Model Pembelajaran Think Pair Share, Higher Order Thinking Skills (HOTS), Bangun Ruang Sisi Datar.

(9)

viii ABSTRACT

Maria Dea Pramudita (151414041). Implementation of Cooperative Learning Model of Think Pair Share Type to Develop Higher Order Thinking Skills Of Students On Subject Polyhedron in D Class of Eight Grades Pius Junior High School Cilacap. Thesis, Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Educational Science, Sanata Dharma University, Yogyakarta. 2019.

This research aims to describe the implementation of cooperative learning model with Think Pair Share type to develop Higher Order Thinking Skills (HOTS) of students on subject polyhedron. This research is important for mathematic teachers in order to know the example of effective learning model to optimize Higher Order Thinking Skills (HOTS) for students in junior high school.

This research was descriptive-qualitative research. The subject of this research are the students in eight grades Pius Junior High School Cilacap for the school year 2018/2019, meanwhile the sample of this research was students of eight grades that are on D class for the school year 2018/2019 who received the cooperative learning model with Think Pair Share type. The data were collected by observation of the implementation of learning type method and written test, divided into two sessions, pre-test and post-test.

The result of this research showed that the implementation of cooperative learning model with Think Pair Share type is able to develop the high level thinking skills of students from eight grades that are on D class Pius Junior High School Cilacap on subject polyhedron. Therefore, the result of the test of Higher Order Thinking Skills are the post-test score for all the students in D class of eight grades Pius Junior High School Cilacap increased from the pre-test score that has been obtained previously. But, from the post-test score, there are only four out of 20 students who are able to achieve the limit of minimum score that has been determined by the school.

Keywords: Think Pair Share Learning, Higher Order Thinking Skills (HOTS), polyhedron.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menyertai dan memberikan pendampingan serta mukjizat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi.

2. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. selaku ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

4. Bapak Beni Utomo, M.Sc. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma.

5. Ibu Cyrenia Novella Krisnamukti, M.Sc. selaku dosen pendamping akademik yang setia dalam membimbing dan memberikan motivasi. 6. Bapak Dewa Putu Wiadnyana Putra, S.Pd., M.Sc., selaku dosen

pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan, serta saran dalam penulisan skripsi ini.

(11)

x

7. Bapak Drs. C. Budi Setyawan selaku kepala sekolah SMP Pius Cilacap yang telah memberikan ijin dalam pengambilan data yang dibutuhkan untuk penelitian.

8. Bapak Vinsensius Prita Iswandaru, Bapak Thomas Sutasman, S.Si., dan guru-guru di SMP Pius Cilacap yang telah membantu memberikan saran dan motivasi yang sangat berguna bagi penulis selama melaksanakan penelitian.

9. Papa Stephanus Sapardi dan Mama Catharina Impun P. yang selalu memberikan dukungan kepada penulis baik dalam bentuk doa, motivasi, maupun materi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Aku mengasihi kalian.

10. Mbakku Agatha Arne Pramudiana dan adikku Veronica Riza Arditta yang selalu mengingatkan dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Aku sayang kalian.

11. Keluarga besar penulis yang selalu mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi.

12. Sahabatku terkasih Awul-Awul Ketan yakni Natalia, Riska, Yolenta, Sasa yang selalu mendukung, mengingatkan, serta memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

13. Keluarga #ONEest2k16 yang berjuang bersama penulis dalam menyelesaikan studi serta saling memberikan semangat dan motivasi satu sama lain dalam menyelesaikan skripsi.

(12)

xi

14. Clara Wahyu Purbalaras selaku teman seperjuangan yang telah membantu menjadi observer dalam penelitian.

15. Sahabatku Gristi, Gema dan Paul yang bersedia menemani penulis mengerjakan skripsi di luar rumah dan memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

16. Teman-teman kelas B Pendidikan Matematika 2015, yang telah berjuang bersama dari awal semester hingga akhir semester. Terima kasih untuk kerjasama dan kebersamaan selama ini.

17. Teman-teman seperbimbingan Pak Dewa yakni Cecil, Ronal, Narko, dan Putri yang saling memberikan masukan, dukungan, serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

18. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 18 Juli 2019

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi Masalah ... 4 C. Rumusan Masalah ... 5 D. Batasan Masalah ... 5 E. Tujuan Penelitian ... 6 F. Manfaat Penelitian ... 6 G. Batasan Istilah ... 7 H. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II KAJIAN TEORI... 9

A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share ... 9

B. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ... 18

C. Bangun Ruang Sisi Datar ... 21

D. Penelitian Yang Relevan ... 32

(14)

xiii

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Jenis Penelitian ... 35

B. Subjek Penelitian... 36

C. Objek Penelitian ... 36

D. Waktu dan Tempat Penelitian ... 36

E. Metode Pengumpulan Data ... 36

F. Instrumen Pengumpulan Data ... 37

G. Validitas Instrumen Penelitian ... 40

H. Teknik Analisis Data ... 41

I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Deskripsi Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 47

B. Hasil dan Analisis Penelitian ... 60

C. Pembahasan ... 67 D. Keterbatasan Penelitian ... 73 BAB V PENUTUP... 74 A. Kesimpulan ... 74 B. Saran... 74 DAFTAR PUSTAKA ... 76 LAMPIRAN ... 77

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-Kisi Soal Pre-test ... 38

Tabel 2. Kisi-Kisi Soal Post-test ... 39

Tabel 3. Kategori Keterlaksanaan Pembelajaran ... 42

Tabel 4. Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran ... 43

Tabel 5. Skor Maksimal Pre-test ... 43

Tabel 6. Skor Maksimal Post-test ... 44

Tabel 7. Kategori Nilai Tes Siswa ... 45

Tabel 8. Jadwal Penelitian ... 47

Tabel 9. Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran ... 61

Tabel 10. Perbandingan Nilai Pre-test dan Post-test ... 65

Tabel 11. Kategori Nilai Pre-test berdasarkan Indikator HOTS ... 69

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Unsur-Unsur Bangun Ruang ... 22

Gambar 2. Bangun Ruang Prisma ... 23

Gambar 3. Unsur-Unsur Bangun Ruang Prisma ... 24

Gambar 4. Jaring-Jaring Prisma Segitiga ... 25

Gambar 5. Jaring-Jaring Prisma Segi lima ... 25

Gambar 6. Jaring-Jaring Prisma Segi enam ... 26

Gambar 7. Bagian-Bagian Kubus ... 26

Gambar 8. Jaring-Jaring Kubus ... 28

Gambar 9. Contoh Jaring-Jaring Kubus ... 29

Gambar 10. Bagian-Bagian Balok ... 29

Gambar 11. Jaring-Jaring Balok ... 31

Gambar 12. Contoh Jaring-Jaring Balok... 32

Gambar 13. Hasil Keterlaksanaan Model Pembelajaran ... 64

Gambar 14. Rata-Rata Nilai Pre-test dan Post-test ... 67

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A

LAMPIRAN A. 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 77

LAMPIRAN A. 2 : Soal Pre-test HOTS ... 128

LAMPIRAN A. 3 : Soal Post-test HOTS ... 130

LAMPIRAN A. 4 : Kunci Jawaban Soal Pre-test HOTS ... 132

LAMPIRAN A. 5 : Kunci Jawaban Soal Post-test HOTS ... 134

LAMPIRAN A. 6 : Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran LAMPIRAN A. 6a : Pertemuan Pertama ... 139

LAMPIRAN A. 6b : Pertemuan Kedua ... 142

LAMPIRAN A. 6c : Pertemuan Ketiga ... 145

LAMPIRAN A. 6d : Pertemuan Keempat ... 148

(18)

xvii LAMPIRAN B

LAMPIRAN B. 1 : Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran oleh Observer

LAMPIRAN B. 1a : Pertemuan Pertama ... 154

LAMPIRAN B. 1b : Pertemuan Kedua ... 157

LAMPIRAN B. 1c : Pertemuan Ketiga ... 160

LAMPIRAN B. 1d : Pertemuan Keempat ... 163

LAMPIRAN B. 1e : Pertemuan Kelima ... 166

LAMPIRAN B. 2 : Hasil Pre-test Siswa ... 169

(19)

xviii LAMPIRAN C : Lembar Validasi

LAMPIRAN C. 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 236

LAMPIRAN C. 2 : Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran ... 239

LAMPIRAN C. 3 : Soal Pre-test ... 241

(20)

xix LAMPIRAN D

LAMPIRAN D. 1 : Surat Ijin Penelitian ... 245 LAMPIRAN D. 2 : Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ... 246 LAMPIRAN D. 3 : Dokumentasi Kegiatan ... 247

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pentingnya penguasaan matematika oleh siswa perlu diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat lanjutan yang digunakan untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Tetapi tidak semua siswa mampu menguasainya dengan baik, padahal matematika adalah ilmu yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari. Selain itu matematika digunakan sebagai alat ukur untuk menentukan kemajuan pendidikan di suatu negara sehingga beberapa studi internasional secara berkala mengukur dan membandingkan kemajuan pendidikan matematika di berbagai negara, maka negara perlu mengadakan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan pendidikan yang telah dilaksanakan.

Menurut Wardhani & Rumiati (2011) salah satu studi internasional yang diikuti Indonesia untuk melihat prestasi hasil belajar matematika dan sains peserta didik kelas VIII jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study). TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) merupakan studi

internasional yang salah satu kegiatannya adalah menguji kemampuan matematika siswa kelas 4 SD dan siswa kelas 8 SMP. Dimensi penilaian pada TIMSS meliputi dimensi konten dan dimensi kognitif, dimana untuk penilaian terhadap siswa SMP dimensi konten sejalan dengan materi (konten) pada

(22)

2

standar isi mata pelajaran matematika SMP yaitu bilangan, aljabar, geometri, data dan peluang. Sedangkan dimensi kognitif terdiri atas tiga domain yaitu mengetahui fakta dan prosedur (pengetahuan), menggunakan konsep (penerapan), memecahkan masalah rutin dan menalar (penalaran). Dalam dimensi kognitif, pemecahan masalah merupakan fokus utama yang muncul dalam soal-soal tes terkait dengan hampir semua topik dalam tiap domain konten. Soal-soal matematika dalam studi TIMSS mengukur tingkatan kemampuan siswa dari sekedar mengetahui fakta, prosedur atau konsep tersebut hingga menggunakannya untuk memecahkan masalah yang sederhana sampai masalah yang memerlukan penalaran tinggi.

Sebagian besar siswa Indonesia dapat sampai pada tingkat pengetahuan dan penerapan, namun pada tingkat penalaran untuk berpikir tingkat tinggi, siswa Indonesia masih mengalami kesulitan, hal ini disebabkan karena banyaknya pembelajaran yang dilakukan di Indonesia masih belum mengarahkan siswa untuk berpikir tingkat tinggi. Oleh karena itu, pada kurikulum 2013 yang saat ini berkembang di Indonesia menuntut adanya proses pembelajaran yang menekankan pada Higher Order Thinking Skills (HOTS) sehingga mengarahkan siswa untuk berpikir tingkat tinggi.

Namun pada kenyataannya di Indonesia masih terdapat beberapa sekolah yang belum melaksanakan proses pembelajaran yang menekankan pada Higher Order Thinking Skills (HOTS) siswa, hal ini disebabkan oleh guru yang masih

mendominasi dalam menggunakan metode ceramah ketika memberikan materi pembelajaran sehingga tidak membuat siswa untuk berpikir tingkat tinggi

(23)

3

dalam pemecahan masalah yang diberikan. Salah satu sekolah yang belum melaksanakan proses pembelajaran yang menekankan pada Higher Order Thinking Skills (HOTS) adalah SMP Pius di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Hal tersebut diungkapkan oleh salah satu guru mata pelajaran matematika kelas IX yang mengatakan bahwa nilai siswa menjadi turun ketika siswa diberikan soal yang membuat siswa menjadi lebih berpikir tingkat tinggi yaitu soal dengan model HOTS. Adapun penyebabnya adalah guru di sekolah tersebut belum membiasakan siswa untuk mengerjakan soal-soal yang permasalahannya memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi selama pembelajaran berlangsung sehingga siswa hanya terbiasa dengan permasalahan yang sederhana. Hal ini karena guru di SMP Pius Cilacap masih menggunakan model pembelajaran konvensional dimana guru menjelaskan materi, memberikan contoh, dan memberikan latihan soal kepada siswa sehingga siswa tidak memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi selama pembelajaran berlangsung.

Model pembelajaran konvensional yang masih digunakan oleh guru di SMP Pius Cilacap membuat siswa kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas menunjukkan bahwa siswa tampak lebih antusias dalam proses pembelajaran apabila terbentuk dalam kelompok. Oleh karena itu salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan guru adalah model pembelajaran Think Pair Share (TPS). Model pembelajaran ini memiliki tiga tahap yang harus

(24)

4

tahap Share dimana pada tahap Think siswa diberikan waktu berpikir secara individu untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan, kemudian pada tahap Pair siswa diminta untuk berdiskusi dalam kelompok mengenai penyelesaian permasalahan yang telah diperoleh secara individu, dan pada tahap Share siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan teman-teman kelompok lain. Dengan demikian diharapkan siswa mampu bekerjasama, saling membutuhkan, dan saling bergantung pada kelompok kecil secara kooperatif.

Berdasarkan uraian diatas peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Untuk Mengembangkan Higher Order Thinking Skills Siswa

Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Kelas VIII D SMP Pius Cilacap”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut:

1. Guru masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional dan monoton sehingga siswa merasa bosan saat mengikuti pembelajaran matematika.

2. Rendahnya kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) siswa di SMP Pius Cilacap.

(25)

5 C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dalam pembelajaran matematika untuk mengembangkan Higher

Order Thinking Skills (HOTS) siswa kelas VIII D SMP Pius Cilacap pada

pokok bahasan bangun ruang sisi datar?

2. Bagaimana hasil belajar Higher Order Thinking Skills (HOTS) siswa kelas VIII D SMP Pius Cilacap pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar setelah dilakukan pembelajaran di kelas menggunakan model pembelajaran Think Pair Share?

D. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka penelitian dibatasi pada masalah-masalah sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan di SMP Pius Cilacap tahun ajaran 2018/2019.

2. Penelitian ini membahas mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share untuk mengembangkan Higher Order Thinking Skills (HOTS) siswa kelas VIII D SMP Pius Cilacap pada materi

(26)

6 E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

Share dalam mengembangkan Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada

pokok bahasan bangun ruang sisi datar.

2. Mendeskripsikan hasil belajar Higher Order Thinking Skills (HOTS) siswa kelas VIII D SMP Pius Cilacap pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar setelah dilakukan pembelajaran di kelas menggunakan model pembelajaran Think Pair Share.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat untuk: 1. Guru

a. Membantu dalam usaha mencari bentuk pembelajaran yang efektif untuk mengoptimalkan Higher Order Thinking Skills (HOTS) siswa. b. Menjadi referensi ilmiah bagi guru serta memotivasi guru dalam

melakukan penelitian pada pokok bahasan yang lain. 2. Siswa

a. Mengoptimalkan Higher Order Thinking Skills (HOTS).

b. Lebih mampu menguasai materi pembelajaran matematika dengan lebih baik.

(27)

7 3. Peneliti

Mengetahui penerapan dan hasil penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dalam mengembangkan Higher Order Thinking Skills (HOTS) siswa pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar.

G. Batasan Istilah

Istilah-istilah dalam rumusan diatas didefinisikan sebagai berikut: 1. Think Pair Share

Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat

variasi suasana pola diskusi kelas. Think Pair Share dimaksudkan sebagai alternatif terhadap metode tradisional yang diterapkan di kelas, seperti ceramah, tanya jawab satu arah, yaitu guru terhadap siswa merupakan suatu cara yang efektif untuk mengganti suasana pola diskusi kelas. Think Pair Share memberikan kepada para siswa waktu untuk berpikir dan merespon

serta saling membantu satu sama lain. 2. Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Higher Order Thinking Skills digambarkan sebagai proses berfikir

secara kritis dalam menyelesaikan serta mengevaluasi suatu permasalahan baik dalam tugas yang telah ada maupun berbeda.

(28)

8 H. Sistematika Penulisan

Bab I merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penulisan

Bab II merupakan landasan teori yang memaparkan teori-teori yang menjadi landasan dalam penelitian. Teori-teori yang digunakan yaitu kemampuan berpikir tingkat tinggi atau HOTS (Higher Order Thinking Skills) dan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.

Bab III merupakan metodologi penelitian yang memaparkan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, metode pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, validitas pengumpulan data, teknik analisis data, dan prosedur pelaksanaan penelitian.

Bab IV merupakan analisis data dan pembahasan yang memaparkan pelaksanaan penelitian, hasil analisis dan pembahasan.

Bab V merupakan penutup yang memaparkan terkait kesimpulan yang disesuaikan dengan tujuan penelitian dan saran-saran peneliti.

(29)

9 BAB II KAJIAN TEORI

A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share 1. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger, dkk (1992) dalam Miftahul Huda (2011:29) model pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.

Parker (1994) dalam Miftahul Huda (2011:29) mendefinisikan kelompok kecil kooperatif sebagai suasana pembelajaran dimana para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama.

Arif Rohman (2009: 186) mendefinisikan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah model pembelajaran yang menekankan pada saling ketergantungan positif antar individu siswa, adanya tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi proses kelompok.

Dari pendapat diatas jelas bahwa model pembelajaran kooperatif menekankan kerja kelompok kecil yang heterogen dan antar anggota

(30)

kelompok memiliki ketergantungan positif, memiliki tanggung jawab bersama demi keberhasilan pembelajaran kelompoknya. Menurut Johnson & Johnson (1994) dan Sutton (1992) dalam Trianto (2009:60-61), terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:

1) Pertama, saling ketergantungan yang bersifat positif antar siswa. Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain.

2) Kedua, interaksi antar siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antar siswa, dimana interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.

3) Ketiga, tanggung jawab individual. Tanggung jawab indivifual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal: (a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak dapat hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman sekelompoknya.

4) Keempat, keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar kooperatif, selain diruntut untuk mempelajari materi yang diberikan, seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus.

(31)

5) Kelima, proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.

Selain lima unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran ini juga mengandung prinsip-prinsip yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin (1995) adalah sebagai berikut:

1) Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.

2) Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan orang lain.

3) Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai. Jadi prinsip-prinsip diatas yang membedakan model pembelajaran kooperatif dengan model lainnya, dimana model pembelajaran ini

(32)

melibatkan peran aktif dan kerja sama siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan serta terkesan menggembirakan dan menyenangkan karena memberikan motivasi belajar melalui pemberian penghargaan kepada kelompok dan individu.

2. Model Pembelajaran Think Pair Share

a. Pengertian Model Pembelajaran Think Pair Share

Menurut Aris Shoimin (2017:208-209), Think Pair Share adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang memberi siswa waktu untuk berpkir dan merespons serta saling bantu satu sama lain. Model ini memperkenalkan ide “waktu berpikir atau waktu tunggu” yang menjadi faktor kuat dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam merespons pertanyaan. Pembelajaran kooperatif model Think Pair Share ini relatif lebih sederhana karena tidak menyita waktu yang lama untuk mengatur tempat duduk ataupun mengelompokkan siswa. Pembelajaran ini melatih siswa untuk berani berpendapat dan menghargai pendapat teman.

Menurut Miftahul Huda (2013:206) manfaat model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain, mengoptimalkan partisipasi siswa, dan memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.

(33)

Trianto (2009:81-82) mengungkapkan bahwa model pembelajaran tipe Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespons dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya.

Menurut Jumanta Hamdayama (2014: 202-203) model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terdiri atas lima langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas, yaitu tahap pendahuluan think, pair, dan share, penghargaan. Penjelasan dari setiap

langkah-langkah adalah sebagai berikut: 1) Tahap Pendahuluan

Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi sekaligus memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pembelajaran. Pada tahap ini, guru juga menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan waktu untuk setiap tahap kegiatan.

(34)

2) Tahap Think (berpikir secara individu)

Proses Think Pair Share dimulai pada saat guru melakukan demonstrasi untuk menggali konsepsi awal siswa. Pada tahap ini, siswa diberi batasan waktu (think time) oleh guru untuk memikirkan jawabannya secara individual terhadap pertanyaan yang diberikan. Dalam penentuannya, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan.

3) Tahap Pairs (berpasangan dengan teman sebangku)

Pada tahap ini, guru mengelompokkan siswa secara berpasangan. Guru menentukan bahwa pasangan setiap siswa adalah teman sebangkunya. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak pindah mendekati siswa lain yang pintar dan meninggalkan teman sebangkunya. Kemudian, siswa mulai bekerja dengan pasangannya untuk mendiskusikan mengenai jawaban atas permasalahan yang telah diberikan oleh guru. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk mendiskusikan berbagai kemungkinan secara bersama.

4) Tahap Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas)

Pada tahap ini, siswa dapat mempresentasikan jawaban secara perseorangan atau secara kooperatif kepada teman-teman di kelas

(35)

sebagai keseluruhan kelompok. Setiap anggota dari kelompok dapat memperoleh nilai dari hasil pemikiran mereka.

5) Tahap Penghargaan

Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik secara individu maupun kelompok. Nilai individu berdasarkan hasil jawaban pada tahap think, sedangkan nilai kelompok berdasarkan jawaban pada tahap pair dan share, terutama pada saat presentasi memberikan penjelasan terhadap seluruh kelas.

b. Kelebihan Model Pembelajaran Think Pair Share

Suatu model pembelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan. Demikian pula dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Menurut Jumanta Hamdayama (2014: 203-204) model pembelajaran ini mempunyai beberapa kelebihan diantaranya sebagai berikut:

1) Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan model pembelajaran Think Pair Share menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru pada awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.

(36)

2) Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa seara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan mempengatuhi hasil belajar siswa.

3) Memotivasi siswa dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik dari pada model pembelajaran dengan konvensional.

4) Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kecenderungan siswa merasa malas karena proses belajar dikelas hanya mendengarkan apa yang sampaikan guru dan semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar, model pembelajaran Think Pair Share akan lebih menarik dan tidak menonton dibandingkan model pembelajaran konvensional.

5) Penerimaan individu lebih besar. Dalam model pembelajaran konvensional, siswa yang aktif dalam kelas hanya berpusat pada siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru. Dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share, hal ini dapat diminimalisir sebab

(37)

semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru.

6) Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam proses belajar mengajar adalah hasil belajar yang diraih oleh siswa. Dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share,

perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.

7) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama yang diterapkan dalam model pembelajaran Think Pair Share menuntut siswa untuk dapat bekerjasama oleh tim, sehingga

siswa dituntut untuk dapat bekerjasama dalam tim, dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima.

c. Kekurangan Model Pembelajaran Think Pair Share

Selain keunggulan diatas, menurut Jumanta Hamdayama (2014: 204-205) model pembelajaran Think Pair Share juga memiliki kekurangan, diantaranya sebagai berikut:

1) Tidak selamanya mudah bagi siswa untuk mengatur cara berpikir sistematik.

(38)

3) Jika ada perselisihan, tidak ada penengah dari siswa dalam kelompok yang bersangkutan sehingga banyak kelompok yang melapor dan dimonitor.

4) Jumlah murid yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu murid tidak mempunyai pasangan. 5) Jumlah kelompok yang terbentuk banyak.

6) Menggantungkan pada pasangan.

B. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi 1. Tahap Berpikir Siswa SMP

Menurut Piaget dalam Hudojo (1990: 35-37) Perkembangan kecerdasan anak dapat dibagi menjadi empat periode, yakni: (a) periode sensori motoric pada usia 0-2 tahun; (2) periode pra-operasional pada usia 2-7 tahun; (3) periode konkrit pada usia 7-11 atau 12 tahun; (4) periode operasi formal pada usia 11 atau 12 tahun ke atas. Berdasarkan hal tersebut peserta didik pada tingkat SMP berada pada periode konkrit dan sudah mulai memasuki periode operasi formal. Terdapat perbedaan antara periode konkrit dan periode operasi formal. Dalam periode konkrit peserta didik belum mampu menyelesaikan masalah klasifikasi tanpa adanya data yang konkrit sedangkan periode operasi formal peserta didik sudah mampu menyelesaikan suatu masalah tanpa menggunakan data yang konkrit.

(39)

Menurut Abu Ahmadi (2009: 175) tahapan atau periode berpikir konkrit ini kegiatan berpikirnya masih memerlukan situasi-situasi yang nyata atau konkrit. Konsekuensinya dalam pembelajaran hendaknya disajikan dengan peragaan langsung. Sedangkan pada tahap operasi formal peserta didik berhadapan dengan situasi atau masalah yang tidak tewujud. Walaupun pada tahap ini peserta didik tidak dihadapkan pada situasi atau masalah yang tidak terwujud, tetapi dengan pertolongan bagan-bagan, corat-coret ini dapat memperlihatkan hubungan persoalan satu dengan yang lain, dan terlihat pula masalah yang dihadapi secara keseluruhan, selain itu pada tahap ini kecerdasan berpikir sendirilah yang memiliki peranan penting dalam memecahkan masalah, maka pada tahap ini dikatakan tahap berpikir tingkat tinggi.

2. Higher Order Thinking Skills (HOTS)

a. Pengertian Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Menurut Ridwan Abdullah (2019: 1) keterampilan berpikir tingkat tinggi perlu dimiliki oleh siswa agar mereka dapat menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang pada umumnya membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Misalnya untuk dapat mengambil keputusan, siswa harus mampu berpikir kritis. Sedangkan untuk dapat berpikir secara kritis, siswa

(40)

harus mampu berpikir logis, reflektif, dan memiliki pengetahuan awal terkait dengan permasalahan yang dihadapi.

Higher Order Thinking Skills akan berkembang jika individu

menghadapi masalah yang tidak dikenal, pertanyaan yang menantang, atau menghadapi ketidakpastian/dilemma. Menurut Lewis dan Smith dalam Ridwan Abdullah (2019: 2), berpikir tingkat tinggi akan terjadi jika seseorang memiliki informasi yang disimpan dalam ingatan dan memperoleh informasi baru, kemudian menghubungkan, dan/atau menyusun dan mengembangkan informasi tersebut untuk mencapai suatu tujuan atau memperoleh jawaban/solusi yang mungkin untuk suatu situasi yang membingungkan.

b. Indikator Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Menurut Lewy (dalam Jurnal Pendidikan Matematika, 2009) dalam A revision of bloom’s Taxonomy: an overview - Theory Into Practice menyatakan bahwa indikator untuk mengukur kemampuan

berpikir tingkat tinggi meliputi: 1) Menganalisis (C4)

a) Menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi kedalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya.

(41)

b) Mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit.

c) Mengidentifikasi/merumuskan pertanyaan. 2) Mengevaluasi (C5)

a) Memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, dan metodologi dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.

b) Membuat hipotesis, mengkritik dan melakukan pengujian. c) Menerima atau menolak suatu pernyataan berdasarkan kriteria

yang telah ditetapkan. 3) Mencipta (C6)

a) Membuat generalisasi suatu ide atau cara pandang terhadap sesuatu.

b) Merancang suatu cara untuk menyelesaikan masalah.

c) Mengorganisasikan unsur-unsur atau bagian-bagian menjadi struktur baru yang belum pernah ada sebelumnya.

C. Bangun Ruang Sisi Datar

Bangun Ruang adalah sebuah bangun tiga dimensi yang mempunyai ruang/volume/isi serta sisi-sisi yang membatasinya. Secara garis besar, bangun ruang dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bangun ruang sisi datar dan

(42)

bangun ruang sisi lengkung. Yang termasuk dalam bangun ruang sisi datar yaitu kubus, balok, prisma, dan limas. Sedangkan bangun ruang sisi lengkung terdiri dari kerucut, tabung, dan bola.

1. Unsur-Unsur Bangun Ruang

Gambar 1. Unsur-Unsur Bangun Ruang a. Sisi

Sisi adalah daerah yang membatasi bagian luar dan dalam dari suatu bangun ruang.

b. Rusuk

Rusuk adalah perpotongan dua buah bidang yang berupa garis. c. Titik Sudut

Titik sudut adalah perpotongan tiga buah rusuk. d. Diagonal Bidang

Diagonal bidang adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan pada setiap sisi bangun ruang.

(43)

e. Diagonal Ruang

Diagonal ruang adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan dalam suatu ruang di dalam bangun ruang.

f. Bidang Diagonal

Bidang diagonal adalah bidang yang dibatasi oleh dua rusuk dan dua diagonal bidang suatu bangun ruang.

2. Macam-Macam Bangun Ruang Sisi Datar

Bangun ruang sisi datar adalah bangun ruang yang setiap sisinya tersusun dari bangun datar. Jika pada sebuah bangun ruang memiliki satu saja sisi yang lengkung maka ia tak dapat dikelompokkan menjadi bangun ruang sisi datar.

a. Prisma

Gambar 2. Bangun Ruang Prisma

Prisma adalah bangun ruang tiga dimensi yang alas serta tutupnya kongruen dan sejajar berbentuk segi-n. Sisi-sisi tegak pada prisma berbentuk persegi, persegi panjang, atau jajargenjang. Berdasarkan tegak rusuknya, prisma dibedakan menjadi dua, yakni

(44)

prisma tegak dan prisma miring. Prisma tegak adalah prima yang rusuk-rusuknya tegak lurus dengan alas dan tutupnya. Sedangkan prisma miring adalah prisma yang rusuk-rusuk tegaknya tidak tegak lurus pada alas dan tutupnya. Jika dilihat dari bentuk alasnya prisma dibedakan lagi menjadi prisma segitiga, prisma segi empat, prisma segi lima, dan seterusnya. Prisma yang alas dan tutupnya berbentuk persegi disebut balok dan kubus sedangkan prisma yang alas dan tutupnya berbentuk lingkaran disebut tabung.

Gambar 3. Unsur-Unsur Bangun Ruang Prisma

Prisma terdiri dari bidang alas dan bidang atas yang sama dan kongruen, sisi tegak, titik sudut, dan tinggi. Tinggi prisma merupakan jarak antara bidang alas dan bidang atas. Berikut ini merupakan beberapa sifat prisma, yaitu:

1) Prisma mempunyai bentuk alas dan atap yang konguen atau sama dan sebangun.

(45)

3) Prisma mempunyai rusuk yang tegak dan juga ada yang tidak tegak.

4) Setiap diagonal bidang bidang pada sisi yang sama memiliki ukuran yang sama.

Jaring-Jaring Prisma adalah sebagai berikut: 1) Prisma Segitiga

Gambar 4. Jaring-Jaring Prisma Segitiga 2) Prisma Segi lima

(46)

3) Prisma Segi enam

Gambar 6. Jaring-Jaring Prisma Segi enam Rumus dalam bangun ruang prisma:

1) Volume : 𝐿𝑎 × 𝑡

2) Luas Permukaan : (2 × 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑙𝑎𝑠) + (𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑎𝑙𝑎𝑠 × 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖) b. Kubus

Kubus adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibatasi oleh enam sisi serupa berupa bujur sangkar. Dikenal juga dengan sebutan bidang enam beraturan. Kubus sebenarnya merupakan bentuk khusus dari prisma segiempat karena tingginya sama dengan sisi alas.

(47)

1) Sisi kongruen berjumlah 6 buah yang terdiri dari:  bidang alas kubus: ABCD

 bidang atas kubus: EFGH

 sisi tegak kubus: ABEF, CDGH, ADEH, dan BCFG.

2) Rusuk sama panjang berjumlah 12 buah (AB = BC = CD = DA = EF = FG = GH = HE = AE = BF = CG = DH).

3) Titik sudut sebanyak 8 titik (A, B, C, D, E, F, G, H).

4) Diagonal bidang yang sama panjang berjumlah 6 buah (AC = BD = EG = FH = AF = BE = CH = DG = AH = DE = BG = CF). 5) Diagonal ruang yang sama panjang berjumlah 4 buah (AG = BH

= CE = DF).

6) Bidang diagonal kongruen yang sebanyak 6 buah (ABGH, EFCD, BCHE, FGDA, BFHG, dan AEGC).

Sifat-sifat kubus adalah sebagai berikut:

1) Semua sisi kubus berbentuk persegi dengan luas yang sama. 2) Semua rusuk kubus panjangnya sama.

3) Setiap diagonal bidang pada kubus memiliki panjang yang sama. Perhatikan ruas garis BG dan CF pada gambar diatas. Kedua garis tersebut merupakan diagonal bidang kubus ABCD.EFGH yang memiliki ukuran sama panjang.

(48)

4) Setiap diagonal ruang pada kubus panjangnya sama. Dari kubus ABCD.EFGH pada gambar diatas , terdapat dua diagonal ruang, yaitu HB dan DF yang keduanya berukuran sama panjang.

5) Setiap bidang diagonal pada kubus berbentuk persegi panjang. Perhatikan bidang diagonal ACGE pada gambar diatas.

Apabila kubus dipotong menurut rusuk-rusuknya kemudian tiap sisinya direntangkan maka akan menghasilkan sebuah bangun datar yang disebut jaring-jaring kubus.

Gambar 8. Jaring-Jaring Kubus

Ada sebelas macam jaring-jaring kubus yang susunannya berbeda satu sama lain. Masing-masing terdiri dari enam buah persegi kongruen yang saling berhubungan. Perhatikan gambar di bawah ini.

(49)

Gambar 9. Contoh Jaring-Jaring Kubus Rumus dalam bangun ruang kubus:

1) Volume : 𝑠 × 𝑠 × 𝑠

2) Luas Permukaan : 6 × 𝑠 × 𝑠 c. Balok

Balok merupakan bangun ruang yang memiliki tiga pasang sisi segi empat. Dimana sisi-sisi yang berhadapan memiliki bentuk dan ukuran yang sama. Berbeda dengan kubus yang semua sisinya kongruen berbentuk persegi, pada balok hanya sisi yang berhadapan yang sama besar. Dan tidak semuanya berbentuk persegi, kebanyakan berbentuk persegi panjang.

Gambar 10. Bagian-Bagian Balok

Bagian-bagian dari bangun ruang sisi datar yang satu ini sama seperti kubus. Sebuah balok terdiri dari sisi, sudut, diagonal bidang,

(50)

diagonal ruang, dan yang terakhir adalah bidang diagonal. Berikut adalah penjelasan bagian-bagian balok:

1) Sisi berbentuk persegi dan persegi panjang yang berjumlah 6 buah yaitu:

 bidang alas kubus: ABCD  bidang atas kubus: EFGH

 sisi tegak kubus: ABEF, CDGH, ADEH, dan BCFG.

2) Rusuk berjumlah 12 buah yang bisa dikelompokkan menjadi 3 yaitu:

 panjang (p) yaitu rusuk terpanjang dari alas balok serta rusuk lainnya yang sejajar: AB, DC, EF dan HG.

 lebar (l) yang merupakan rusuk terpendek dari alas balok serta rusuk lainnya yang sejajar: BC, AD, FG, dan EH.

 tinggi (t) yaitu rusuk yang tegak lurus terhadap panjang dan lebar balok: AE, BF, CG, dan DH.

3) Titik sudut sebanyak 8 titik (A, B, C, D, E, F, G, H).

4) Diagonal bidang yang berjumlah 6 buah (AC, BD, EG, FH, AF, BE, CH, DG, AH, DE, BG, dan CF).

5) Diagonal ruang yangberjumlah 4 buah (AG, BH, CE, dan DF). 6) Bidang diagonal yang berbentuk persegi panjang sebanyak 6 buah

(51)

Sifat-sifat balok adalah sebagai berikut:

1) Sedikitnya sebuah balok memiliki dua pasang sisi yang berbentuk persegi panjang.

2) Rusuk-rusuk yang sejajar berukuran sama panjang: AB = CD = EF = GH, dan AE = BF = CG = DH.

3) Setiap diagonal bidang pada sisi yang berhadapan ukurannya sama panjang:

ABCD dengan EFGH, ABFE dengan DCGH, dan BCFG dengan ADHE memiliki ukuran yang sama panjang.

4) Setiap diagonal ruang pada balok memiliki ukuran sama panjang. 5) Setiap bidang diagonalnya berbentuk persegi panjang.

Gambar 11. Jaring-Jaring Balok

Sama seperti kubus, jaring-jaring balok juga diperoleh dengan cara membuka balok tersebut sehingga terlihat seluruh permukaan balok. Coba perhatikan alur pembuatan jaring-jaring balok di atas.

(52)

Jaring-jaring balok lebih banyak jika dibandingkan dengan jaring-jaring pada kubus. Hal ini dikarenakan selain persegi sisi-sisi pada balok juga terdiri dari persegi panjang sehingga hasil jaringnya menjadi lebih variatif. Berikut beberapa contoh dari jaring-jaring balok:

Gambar 12. Contoh Jaring-Jaring Balok Rumus dalam bangun ruang kubus:

1) Volume : 𝑝 × ℓ × 𝑡

2) Luas Permukaan : 2(𝑝ℓ + 𝑝𝑡 + ℓ𝑡)

D. Penelitian Yang Relevan

Menurut Dyadara Eva Hermawati dalam “Implementasi Model Pembelajaran Blended Learning Dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Higher Order Thinking Skills (HOTS) dan Keaktifan Belajar Siswa Kelas VII

(53)

penelitian menunjukkan bahwa: 1) Tidak cukup data untuk menyatakan bahwa model pembelajaran Blended Learning dapat menumbuhkan Higher Order Thinking Skills (HOTS) siswa, hal ini dikarenakan siswa belum memiliki

kesiapan dalam mengikuti tes. 2) Model pembelajaran Blended Learning data mengembangkan keaktifan belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dengan peningkatan keaktifan belajar siswa pada setiap pertemuan yaitu 15,18% untuk pertemuan kedua dan 12,09% untuk pertemuan ketiga. Secara keseluruhan rata-rata persentase keaktifan belajar siswa adalah 83,33% dalam kategori tinggi.

Penelitian ini relevan pada topik yang digunakan yaitu Higher Order Thinking Skills (HOTS), hanya saja model pembelajaran yang diterapkan

berbeda. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.

E. Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang yang mengatakan bahwa Higher Order Thinking Skills (HOTS) siswa kelas VIII D di SMP Pius Cilacap masih kurang

karena dipengaruhi salah satunya adalah model pembelajaran yang konvensional sehingga membuat siswa bosan dan guru tidak membiasakan memberikan siswa soal yang meminta siswa untuk berpikir tingkat tinggi. Misalnya guru hanya menjelaskan materi, memberikan contoh dan memberikan latihan saja. Selain itu siswa lebih menyukai model pembelajaran

(54)

yang melibatkan proses pembelajaran secara berkelompok dibandingkan secara individu, tetapi guru jarang melibatkan siswa dalam berkelompok sehingga siswa kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran yang jarang berkelompok.

Oleh karena itu sebaiknya pembelajaran matematika dibuat lebih menarik dan tidak monoton yang juga melibatkan siswa untuk diskusi dalam kelompok sehingga siswa lebih berminat serta bersemangat pada pembelajaran tersebut. Ada berbagai macam model pembelajaran yang ditawarkan bagi guru yang melibatkan diskusi dalam kelompok salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), model pembelajaran ini meminta siswa untuk berpasangan dalam berdiskusi. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada siswa untuk berpikir secara individu mengenai suatu permasalahan dalam proses pembelajaran dimana siswa dituntut untuk aktif dalam mencari referensi untuk memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share diharapkan dapat mengembangkan Higher Order Thinking Skills (HOTS) siswa kelas VIII D di SMP Pius Cilacap.

(55)

35 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskripsi dalam Sukardi (2003: 157) bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik obyek atau subyek yang diteliti secara tepat. Menurut Sugiyono (2009: 15) penelitian kualitatif adalah suatu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive, teknik pengumpulan dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Penelitian kualitatif bertumpu pada latar belakang alamiah secara holistik, memposisikan manusia sebagai alat penelitian, melakukan analisis data secara induktif, lebih mementingkan proses daripada hasil serta hasil penelitian yang dilakukan disepakati oleh peneliti dan subjek penelitian. Deskriptif kualitatif adalah metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share untuk mengembangkan Higher Order Thinking Skills siswa kelas VIII D SMP Pius Cilacap pada pokok bahasan

(56)

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII D SMP Pius Cilacap pada tahun ajaran 2018/2019 yang menerima pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.

C. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar di kelas VIII D SMP Pius Cilacap tahun ajaran 2018/2019.

D. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2018/2019, yaitu pada bulan Desember 2018 - Juni 2019. Sedangkan pengambilan data dilakukan pada bulan April – Mei 2019. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Pius Cilacap yang beralamat di Sidakaya Ratu, Tambakreja, Cilacap Selatan, Cilacap, Jawa Tengah 53213.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang akan digunakan untuk mengetahui Higher Order Thinking Skills siswa kelas VIII D SMP Pius Cilacap setelah

diberikan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah sebagai berikut:

(57)

1. Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

Dalam penelitian ini, observer mengamati keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share yang dilaksanakan selama proses pembelajaran di kelas. Observasi dilakukan setiap pertemuan dan menilainya dengan mengisi lembar keterlaksanaan model pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung di kelas VIII D SMP Pius Cilacap.

2. Tes Tertulis

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tes tertulis untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa berupa pre-test dan post-test. Pemberian pre test bertujuan untuk mengetahui Higher Order Thinking Skills siswa sebelum menggunakan pembelajaran di kelas menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share yaitu pada saat pertemuan pertama, sedangkan pemberian post test bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terhadap Higher Order Thinking Skills siswa pada saat pertemuan

terakhir.

F. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen pembelajaran dan instrumen penelitian.

(58)

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). RPP yang disusun adalah RPP dengan kurikulum 2013 revisi 2016. RPP ini dirancang sebanyak tiga materi dengan banyaknya pertemuan tujuh kali yang waktu setiap pertemuannya adalah 2×40 menit.

2. Instrumen Penelitian a) Soal Tes Tertulis

Soal tes tertulis dalam penelitian ini berupa pre-test dan post-test yang digunakan untuk mengetahui Higher Order Thinking Skills

siswa pada penerapan model pembelajaran Think. Soal tes tertulis yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal uraian sebanyak 5 nomor untuk pre-test dan 3 nomor untuk post-test. Penyusunan instrumen soal tes Higher Order Thinking Skills (HOTS) siswa mengacu pada indikator pembelajaran dan kisi-kisi yang telah ditentukan peneliti. Kisi-kisi soal pre-test dan post-test adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Kisi-Kisi Soal Pre-test

NO Indikator HOTS Indikator Soal No. Soal 1. Menganalisis informasi

yang masuk dan menstrukturkan

informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungan

Siswa mampu membaca informasi yang diberikan dan mengetahui hubungan atau pola dari setiap informasi tersebut pada materi luas permukaan prisma dan volume limas 1, 2 2. Mengevaluasi (Menerima atau Siswa mampu membaca informasi 3,4

(59)

NO Indikator HOTS Indikator Soal No. Soal menolak suatu

pernyataan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan)

pada soal sebagai penyataan yang mendukung dan menganalisis informasi dari setiap pernyataan untuk menerima atau menolak pernyataan tersebut pada materi volume prisma dan limas

3. Menciptakan

(Merancang suatu cara untuk menyelesaikan masalah)

Siswa mampu menganalisis informasi serta kreatif dalam menyelesaikan masalah tersebut pada materi unsur-unsur bangun ruang

5

Tabel 2. Kisi-kisi Soal Post-test

NO Indikator HOTS Indikator Soal No. Soal 1. Menganalisis informasi

yang masuk dan menstrukturkan

informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungan

Siswa mampu membaca informasi yang diberikan dan mengetahui hubungan atau pola dari setiap informasi tersebut pada materi luas pemukaan prisma dan volume prisma 1, 2 2. Mengevaluasi (Menerima atau menolak suatu pernyataan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan)

Siswa mampu membaca informasi pada soal sebagai penyataan yang mendukung dan menganalisis informasi dari setiap pernyataan untuk menerima atau menolak pernyataan tersebut.

-

3. Menciptakan

(Merancang suatu cara untuk menyelesaikan masalah)

Siswa mampu menganalisis informasi serta kreatif dalam menyelesaikan masalah

(60)

NO Indikator HOTS Indikator Soal No. Soal tersebut pada materi

volume prisma

b) Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Instrumen observasi keterlaksanaan model pembelajaran Think Pair Share dalam pembelajaran matematika berupa lembar

keterlaksanaan yang diisi observer selama proses pembelajaran berlangsung di kelas VIII D SMP Pius Cilacap.

G. Validitas Instrumen Penelitian

Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu harus divalidasi untuk dapat mengetahui apakah instrumen yang dibuat telah memenuhi syarat valid dan dapat digunakan untuk pengambilan data. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.

Validas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya. Artinya, tes tersebut mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Dalam hal tertentu, untuk tes ataupun instrumen lain yang telah disusun sesuai dengan kurikulum (materi dan tujuannya) agar memenuhi validitas isi, dapat dimintakan bantuan ahli bidang studi untuk menelaah apakah instrumen yang digunakan telah memadai atau tidak sebagai sampel. Dengan demikian validitas isi tidak memerlukan uji coba dan analisis statistik atau dinyatakan dalam bentuk angka-angka (Nana

(61)

Sudjana, 2016: 13-14). Validitas isi dalam penelitian ini dilakukan oleh dosen pakar dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti meminta pertimbangan dari dosen pembimbing serta dosen pengampu mata kuliah pendidikan untuk memvalidasi instrumen penelitian yakni Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar keterlaksanaan model pembelajaran, soal pre-test, dan soal post-test.

H. Teknik Analisis Data

1. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Think Pair Share Setiap Pertemuan

Pada lembar observasi pembelajaran di kelas terdapat sejumlah pernyataan yang diamati oleh observer selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan pada saat pembelajaran berlangsung. Pada lembar observasi terdapat dua pilihan jawaban, yaitu “Ya” dan “Tidak”. Dengan ketentuan skor 1 diberikan apabila observer memilih jawaban “Ya” dan skor 0 diberikan apabila observer memilih jawaban “Tidak”.

Setelah diperoleh skor total dari hasil observasi, dilakukan analisis dengan rumus sebagai berikut:

𝑃 =𝐼𝑡 𝐼𝑠

× 100% Keterangan:

𝑃 : persentase hasil pengamatan yang akan dihitung 𝐼𝑡 : jumlah indikator yang terlaksana

(62)

𝐼𝑠 : jumlah indikator seluruhnya

Persentase keterlaksanaan model pembelajaran yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan kategori keterlaksanaan pembelajaran menurut Suharsimi Arikunto (1988). Kategori keterlaksanaan pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Kategori Keterlaksanaan Pembelajaran Persentase Kategori 81% - 100% Sangat Baik 61% - 80% Baik 41% - 60% Cukup 21% - 40% Kurang 0% - 20% Sangat Kurang

2. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Think Pair Share secara keseluruhan

Keterlaksanaan model pembelajaran Think Pair Share dalam proses pembelajaran di kelas secara keseluruhan dapat diperoleh dari rerata presentase keterlaksanaan model pembelajaran dari keenam pertemuan atau dapat ditulis sebagai berikut:

keterlaksanaan keseluruhan =𝑃𝐼 + 𝑃𝐼𝐼 + 𝑃𝐼𝑉 + 𝑃𝑉 + 𝑃𝑉𝐼 5

Setelah memperoleh hasil persentase keterlaksanaan model pembelajaran dalam proses pembelajaran di kelas, baik pada setiap pertemuan maupun secara keseluruhan, maka selanjutnya dibandingkan dengan kriteria keterlaksanaan model pembelajaran seperti tabel berikut:

(63)

Tabel 4. Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran Interval Kriteria 81 < 𝐾 ≤ 100 Sangat Tinggi 61 < 𝐾 ≤ 80 Tinggi 41 < 𝐾 ≤ 60 Sedang 21 < 𝐾 ≤ 40 Rendah 0 < 𝐾 ≤ 20 Sangat Rendah Keterangan: K = Keterlaksanaan keseluruhan

Source : (Suharsimi Arikunto, 2009:245)

3. Analisis Data Tes Tertulis

Data tes tertulis Higher Order Thinking Skills (HOTS) digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share. Bentuk soal pre-test dan post-test berupa soal uraian dengan jumlah soal yang berbeda.

a. Analisis Data Berdasarkan Skor Maksimal Tes Tertulis

Adapun rincian skor maksimal pre-test Higher Order Thinking Skills (HOTS) berdasarkan setiap indikator pada kisi-kisi soal adalah

sebagai berikut:

Tabel 5. Skor Maksimal Pre-test

No Soal Indikator Skor

Maksimal 1,2 Mengetahui pola atau hubungan dari setiap

data

15 3,4 Menganalisis informasi dari setiap

pernyataan

20 5 Kreatif dalam menyelesaikan masalah 10

(64)

Setelah hasil pre-test siswa diberi skor sesuai dengan skor diatas, maka skor tersebut diubah dalam bentuk nilai dengan rumus sebagai berikut:

Nilai = Skor Perolehan

Skor Maksimum× 100

Sedangkan rincian skor maksimal post-test Higher Order Thinking Skills (HOTS) berdasarkan setiap indikator pada kisi-kisi soal

adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Skor Maksimal Post-test

No Soal Indikator Skor

Maksimal 1,2 Mengetahui pola atau hubungan dari setiap

data

20 3 Kreatif dalam menyelesaikan masalah 20

Kemudian hasil post-test siswa diberi skor sesuai dengan skor diatas, maka skor tersebut diubah dalam bentuk nilai dengan rumus sebagai berikut:

Nilai = Skor Perolehan

Skor Maksimum× 100

Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan mencari nilai rata-rata, nilai tertinggi, nilai terendah, jumlah siswa yang tuntas, jumlah siswa yang tidak tuntas, dan standar deviasi.

Selain itu data yang diperoleh juga dilihat berdasarkan nilai yang didapatkan dari setiap indikator kemampuan Higher Order Thinking Skills (HOTS) yang digunakan pada masing-masing tes, kemudian nilai

(65)

tersebut dikelompokkan dalam kategori nilai tes siswa menurut Suharsimi Arikunto (2013: 281) seperti tabel berikut:

Tabel 7. Kategori Nilai Tes Siswa

Nilai Kategori 80 ≤ 𝑋 < 100 Baik Sekali 66 ≤ 𝑋 < 80 Baik 56 ≤ 𝑋 < 66 Cukup 40 ≤ 𝑋 < 56 Kurang 0 ≤ 𝑋 < 40 Gagal

b. Analisis Data Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) Data yang diperoleh juga dilihat berdasarkan kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditentukan oleh sekolah. Adapun KKM yang diberikan adalah 75 sehingga nilai tes yang berada di bawah ketentuan tersebut dinyatakan tidak tuntas, sedangkan nilai tes yang berada di atas atau sama dengan ketentuan tersebut dinyatakan tuntas. Nilai yang digunakan dalam analisis data adalah nilai pre-test dan nilai post-test yang telah diperoleh.

I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan yang pertama dilakukan oleh peneliti adalah mempersiapkan surat izin untuk mengajukan penelitian di SMP Pius Cilacap. Setelah mendapat izin untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut, peneliti melakukan observasi untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di sekolah dan untuk mengetahui karakteristik siswa serta situasi kelas. Selain itu, pada tahap persiapan peneliti juga

(66)

mempersiapkan instrumen yang nantinya akan digunakan sebagai alat pengambilan data saat penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap pelaksanaan yang pertama dilakukan oleh peneliti adalah memberikan soal pre-test untuk dikerjakan oleh siswa secara individu. Kemudian peneliti melaksanakan pembelajaran materi bangun ruang sisi datar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share di kelas tersebut. Pelaksanaan pembelajaran berpedoman pada RPP

yang telah disusun untuk masing-masing pertemuan. Selama kegiatan berlangsung, dilakukan pengamatan terkait pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share. Setelah kegiatan pembelajaran pada materi tersebut selesai, peneliti

memberikan soal post-test untuk dikerjakan oleh siswa secara individu dan dilanjutkan dengan pengisian angket respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.

3. Tahap Analisis Data

Setelah penelitian dilaksanakan, langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah menganalisis data. Data yang dianalisis pada tahap ini adalah data observasi keterlaksanaan model pembelajaran oleh observer dan data hasil tes tertulis. Data dianalisis berdasarkan teknik analisis data yang telah ditentukan.

(67)

Gambar

Gambar 1. Unsur-Unsur Bangun Ruang  a.  Sisi
Gambar 2. Bangun Ruang Prisma
Gambar 3. Unsur-Unsur Bangun Ruang Prisma
Gambar 4. Jaring-Jaring Prisma Segitiga  2)  Prisma Segi lima
+7

Referensi

Dokumen terkait

Persepsi konsumen tentang kualitas pelayanan yang lebih dari yang diharapkan akan mewujudkan kepuasan konsumen, selain kualitas pelayanan faktor lainnya yang tidak kalah

Keluhan - keluhan tersebut muncul akibat dari kurangnya layanan kualitas yang diberikan oleh KFC dari segi kualitas layanan yang akan berpengaruh pada emosi penilaian

Hasil penelitian responden dengan status gizi normal yang tidak memiliki gangguan tidur yaitu sebanyak 36 orang (67,9%) sedangkan yang memiliki masalah gangguan tidur

Seperti halnya dengan pelimpahan wewenang tentang pemberian hak atas tanah yang hinbgga kini berlaku, maka dalam Peraturan ini pelimpahan wewenang pemberian hak atas tanah yang

Bahwa pemberian Hak Guna Bangunan yang timbul/berasal dari Undang-Undang No.3 Prp tahun 1960 dan Peraturan Presidium Kabinet Republik Indonesia No.5/Prk/1965

Polychaeta pada kawasan mangrove muara sungai kali Lamong-pulau Galang memiliki komposisi spesies yang berbeda di setiap stasiun dan kedalaman substrat..

Hasil uji hipotesis menggunakan uji t dua sampel independen dengan SPSS 16 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan keterampilan proses sains

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak air dan ekstrak etanolik daun manggis ( Garcinia mangostana L.) terhadap pertumbuhan bakteri Bacillus