• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Aspek Kesejahteraan Masyarakat merupakan salah satu indikator keberhasilan   suatu   Pembangunan   daerah.   Hal   ini   dapat   dilihat   dari tingkat kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta   seni   budaya   dan   olahraga.   Penyusunan   RKPD   Kabupaten Morowali   Utara   untuk   penilaian   terhadap   aspek   kesejahteraan masyarakat   masih   mengacu   pada   data   –   data   yang   tersedia   di Kabupaten Morowali (sebagai Kabupaten Induk).

Analisis   kinerja   atas   fokus   kesejahteraan   dan   pemerataan ekonomi   dilakukan   terhadap   indikator   pertumbuhan   PDRB,   PDRB perkapita, Kontribusi sektoral, indeks pembangunan manusia, dan laju inflasi Provinsi.

a. Pertumbuhan PDRB

Indikator   kinerja   ekonomi   makro  daerah   tidak   terlepas   dari asumsi ekonomi makro APBN, artinya asumsi makro tersebut dapat

digunakan   sebagai   arahan   (guideline)   untuk   melakukan   estimasi terhadap   indikator   makro   daerah   PDRB   didefinisikan   sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang   dihasilkan   oleh   seluruh   unit   Ekonomi.   Penyajian   PDRB dihitung berdasarkan harga berlaku dan harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan.

Nilai PDRB harga berlaku nominal menunjukan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah pergeseran dan   struktur   perekonomian   daerah.   Sedangkan   PDRB   atas   dasar harga   konstan   dapat   mencerminkan   perkembangan   riil   ekonomi secara keseluruhan dari tahun ke tahun yang digambarkan melalui laju.

Pertumbuhan   ekonomi.   Produk   Domestik   Regional   Bruto (PDRB) dapat mencerminkan kondisi dan percapaian aktivitas atau kinerja perekonomian daerah.

Produk   Domestik   Regional   Bruto   (PDRB)  menurut  lapangan usaha   adalah   perhitungan   PDRB   dengan   pendekatan   produksi dimana   setiap   sektor/lapangan   usaha   dihitung   nilai   tambahnya selama kurun waktu setahun. Jumlah nilai tambah seluruh sektor merupakan   nilai   PDRB   daerah   tersebut   pada   tahun   yang bersangkutan.   Struktur   perekonomian   suatu   daerah   merupakan gambaran tentang komposisi perekonomian daerah yang terdiri atas sembilan sektor ekonomi. Struktur ekonomi sekaligus menunjukan tinggi   rendahnya   kontribusi   atau   peran   seluruh   sektor   ekonomi terhadap pembentukan PDRB pada daerah tertentu.

Berdasarkan   data   nilai   dan   kontribusi   PDRB   Atas   Dasar Harga Berlaku (ADH Berlaku) Tahun 2013 di Kabupaten Morowali

sebagai kabupaten Induk, maka sektor pertanian dan pertambagan yang memberikan nilai dan kontribusi terbesar PDRB ADH Berlaku. Kedua sektor ini menjadi penyumbang PDRB yang dominan yakni sebesar Rp.  2.182.183  Juta,  dan Rp.  3.577.514  Juta.  Sedangkan sektor   yang   memberikan   kontribusi   terkecil   terhadap   PDRB   Atas Dasar  Harga Berlaku (ADH Berlaku) adalah listrik dan  air  bersih sebesar Rp. 19.037.00 Juta.

Secara umum pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Morowali Utara  selama  lima tahun  terakhir  menunjukan  peningkatan  yang signifikan dengan tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2012   yakni   sebesar   12,75%.   Dihentikannya   semua   kegiatan operasional   pada   bidang   pertambangan   sebagai   akibat diberlakukannya   peraturan   menteri   pertambangan   dan   sumber daya   mineral   Nomor   7   Tahun   2012   tentang   peningkatan   Nikai tambah   mineral   melalui   kegiatan   pengelolahan   dan   permurnian mineral maka diperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 akan   mengalami   penurunan   juga.   Hal   ini   karena   bidang pertambangan   merupakan   bidang   yang   sebelumnya   diandalkan dalam menopang pertubuhan perekonomian di daerah ini.

b. PDRB Perkapita

PDRB   per   kapita   merupakan   gambaran   nilai   tambah   yang bisa   diciptakan   oleh   masing­masing   penduduk   akibat   adanya aktivitas produksi. Angka PDRB per kapita dapat dijadikan sebagai salah   satu   indikator   kesejahteraan   masyarakat,   walaupun   tidak dapat langsung mengambarkan kesejahteraan/kemakmuran suatu kelompok masyarakat atau penduduk.

Akibat naiknya aktivitas ekonomi riil yang ditunjukkan oleh pertumbuhan   ekonomi   berpengaruh   terhadap   PDRB   per   kapita

kabupaten morowali . Pada tahun 2012 perkembangan PDRB per kapita   Morowali   Sebesar   10,67   persen   dengan   pengembangan jumlah penduduk sebesar 1,88 persen. Sementara PDRB per kapita yang dihitung berdasarkan harga berlaku menjukkan peningkatan 21,68 % dari 22.511.358 Rupiah Tahun 2011 menjadi 27.341.598 rupiah tahun 2012. Berdasarkan Kondisi tersebut maka sangkatlah meyakinkan   bahwa   PDRB   per   kapita   akan   juga   mengalami peningkatan pada tahun 2013.

c. Kontribusi Sektoral 

PDRB ADH Berlaku Kabupaten Morowali sebagai kabupaten induk   menurut   lapangan   usaha   tahun   2012,   peningkatan   lebih tinggi terjadi pada sektor primer yang kontribusinya menurun dari 44,72 % pada tahun 2008 menjadi 38,37 pada tahun 2012. Uraian lebih   terinci   mengenai   kinerja   PDRB   dan   perekonomian   daerah kabupaten morowali dalam 5 (Lima) Tahun terakhir.

Sektor pertanian mengalami penurunan kontribusi terhadap PDRB pada setiap tahunnya sejak tahun 2008 sampai tahun 2012, namun   sektor   tersebut   sangat   dominan   peranannya   pada perekonomian   di   kabupaten   Morowali   Utara.   Selain   itu   sektor pertambangan   di   Kabupaten   Morowali   Utara   menjadi   salah   satu andalan yang memberikan kontribusi pada PDRB. Sektor ini terus mengalami   peningkatan   selama   5   tahun   terakhir.   Menurunnya peranan sektor pertanian dalam mendukung perekonomian daerah lebih   disebabkan   karena  peningkatan   peran   sektor­sektor   lainnya lebih   sebagai   bentuk   keberhasilan   pembanguna   yang   telah dilaksanakan.

Sektor yang memberikan kontribusi terkecil terhadap PDRB adalah listrik dan air bersih.  Kontribusi sektor ini juga mengalami

penurunan   yang  pada   tahun   2012   hanya   memberikan   kontribusi sebesar 0.29%.

d. Laju Inflasi

Perkembangan   inflasi   Morowali   Utara   masih   mengacu   pada laju   inflasi   kota   Palu   Provinsi   Sulawesi   Tengah   selama   periode Tahun 2006­2010 yang menunjukan perkembangan yang fluktuatif. Pada Tahun 2010 laju inflasi di kota Palu sebesar 6.4 %, angka ini naik 0.67 % point jika dibandingkan pada tahun 2009. Sedangkan inflasi   tertinggi   terjadi   di   tahun   2008   yaitu   sebesar   10.4   %, pemicunya   adalah   adanya   kenaikan   bahan   bakar   minyak   yang berimplikasi pada kenaikan harga sembilan bahan pokok.

Perkembangan   harga   berbagai   komoditas   pada   bulan   juli 2011   secara   umum   menunjukan   adanya   kenaikan.   Berdasarkan hasil pemantauan BPS pada bulan juli 2011 terjadi inflasi sebesar 1,37 %, dengan indeks dari 130,99 pada bulan juni 2011 menjadi 132,79 pada bulan juli 2011. Laju inflasi Tahun kelender (juli 2011) sebesar 3,18%, sementara laju inflasi “year on year”         (juli 2011 terhadap juli 2010) sebesar 7.42%.

Inflasi   terjadi   karena   adanya   kenaikan   indeks   hampir   pada semua kelompok  pengeluaran, seperti:  Kelompok bahan makanan sebesar   3,88%,   kelompok   makanan   jadi,   minuman,   rokok   dan tembakau   sebesar   0.08%,   kelompok   perumahan,   air,   listrik   dan bahan   bakar   sebesar   0.46%,   kelompok   sedang   sebesar   0.28   %, kelompok   pendidikan,   rekreasi   dan   olahraga   sebesar   3.31%,   dan kelompok   transportasi,   komunikasi   dan   jasa   keuangan   sebesar 0.42%.   Sedangkan   kelompok   kesehatan   tidak   mengalami perubahan.

Fokus Kesejahteraan sosial a. Angka Melek Huruf

Angka   melek   huruf   seringkali   digunakan   dalam menggambarkan   kualitas   sumber   daya   manusia.   Peningkatan wawasan   pengetahuan   masyarakat   amat   dipengaharui   oleh kemampuan   membaca   dan   menulis.   Keterampilan   baca   tulis   ini dibutuhkan   untuk   mempelajari   dan   menguasai   keterampilan lainnya.   Dengan   kemampuan   membaca   dan   menulis   akan meningkat peluang untuk mendapat pekerjaan maupun pelayanan yang   lebih   baik.   Karena   itu   indikator   ini   tidak   hanya   digunakan untuk   menggambarkan   keberhasilan   pembangunan   bidang pendidikan   tapi   juga   sebagai   indeks   keberhasilan   pembangunan secara umum.

Pendidikan penduduk Kabupaten Morowali terus mengalami perbaikan. Hal ini tampak pada patisipasi usia sekolah baik untuk SD (7­12)  maupun  SLTP  (13­15) cenderung stabil.  Dalam  kurung waktu   yang   sama   angka   melek   huruf   dan   tingkat   pendidikan ditamatkan mengalami peningkatan.

Angka melek huruf Kabupaten Morowali dalam kurun waktu dua tahun terakhir, menunjukan trend yang cukup baik, dan masih diatas angka melek huruf Sulawesi Tengah sebesar 94.97 % pada tahun   2011,   angka   melek   huruf   tertinggi   di   Kabupaten   Morowali mencapai 95.29 % pada tahun 2011 dan menjadi 96,20 % tahun 2012.   Meningkatnya   capaian   angka   melek   huruf   di   Kabupaten Morowali pada periode 2011­2012 tidak mengherankan karena (1) . Angka   melek   huruf   periode   sebelumnya   relatif   rendah,   (2). Berhasilnya program kerja  paket sebagai upaya penuntusan buta huruf,(3).   Adanya   upaya   pemerintah   daerah   membuat   program

sekolah   gratis.   Keberhasilan   peningkatan   angka   melek   huruf   di Kabupaten   induk   tentunya   merupakan   bagian   dari   peningkatan kualitas sumber daya manusia Kabupaten Morowali Utara.

b. Angka Rata­Rata Lama Sekolah

Rata­rata   lama   sekolah   (Mean   years   of   schooling/   MYS) merupakan indikator kualitas sumber daya manusia, indikator ini menunjukan   seberapa   tinggi   tingkat   pendidikan   penduduk. Semakin tinggi   angka rata­rata lama sekolah penduduk semakin menunjukan keadaan meningkatnya kualitas sumberdaya manusia secara agregatif. Rata­rata lama sekolah penduduk umur 10 tahun keatas   di   kabupaten   morowali   dan   morowali   utara   tahun   2011 mencapai  9.52 tahun meningkat menjadi 9.53 tahun pada tahun 2012.

c. Kesehatan

Pentingnya kesehatan dan gizi tercermin dari Undang­Undang kesehatan   No.23   /   1992   (BPS,   menegkependudukan/BKKBN, Depkes,   DHS;   1997)   yang   menyatakan   bahwa   pembangunan   di bidang   kesehatan   bertujuan   untuk   meningkatkan   kesadaran, kemauan   dan   kemampuan   masyarakat   dalam   rangka   terciptanya hidup yang sehat.

  Morowali   Utara   secara   umum.   Relatif   membaiknya penghasilan pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Morowali Utara diperkirakan tahun 2012 sebesar 21.8 juta rupiah per kapita pertahun   atas   dasar   harga   berlaku.   Hal   ini   di   harapkan   dapat membantu   memenuhi   kebutuhan   akan   jasa   kesehatan   yang semakin   hari   semakin   meningkat.   Namun   bagi   masyarakat   yang

berpenghasilan   rendah   tentu   lebih   sulit   memenuhi   kebutuhan kesehatan, karentua memenuhi 

Selain kebutuhan pangan dan jasa kesehatan, kandungan gizi dalam makanan yang  dikonsumsi setiap hari juga berperan penting agar tubuh tetap sehat selain melakukan olahraga secara teratur. Tidak   hanya   masyarakat   berpenghasilan   rendah,   masyarakat berpenghasilan   tinggi   relatifpun   sering   mengkonsumsi   makanan yang melah ngandung gizi dan komposisi yang kurang baik, kurang dipahami bahwa makanan yang bergizi baik tidak selalu harus yang bernilai mahal. Makanan yang nilainya relatif murah juga banyak yang   mengandung   gizi   dengan   komposisi   yang   tuseimbang dibutuhkan tubuh. Sejauh mana keberhasilan yang telah di capai di bidang   kesehatan   dapat   dilihat   dari   tiga   aspek.   Ketiga   aspek tersebut ialah status kesehatan, akses pada fasilitas kesehatan, dan ketersediaan fasilitas kesehatan.

- Status Kesehatan

Status   Kesehatan   menggambarkan   derajat   kesehatan masyarakat   sebagai   hasil   upaya   pembangunan   bidang kesehatan.Indikator   yang   dapat   di   gunakan   ialah   persentase penduduk yang  mengalami keluhan kesehatan, Hasil susenas 2011 menunjukan   sekitar   37,33   persen   penduduk   kabupaten   Morowali mendapat   keluhan   kesehatan,lebih   tinggi   di   bandingkan   provinsi sulawesi  tengah  yang  menjukan  angka  sekitar  34,02  persen.pada tahun 2011 keluhan kesehatan menurun menjadi 36,22.

Indikator lain yang dapat menunjukan status kesehatan ialah persentase   penduduk   yang   mempunyai   keluhan   kesehatan   dan merasa   tergangu   (sakit).   Berbeda   dengan   indikator   sebelumnya,

indikator   ini   lebih   spesifik   karena   keluhan   penduduk   yang   lebih diperhatikan tidak hanya yang mengeluh, akan tetapi juga berakibat tergangunya   kegiatan   yang   bisa   dilakukan.   Besarnya   presentase penduduk kabupaten morowali yang mengalami keluhan kesehatan di tahun 2011 mencapai 37.33%. Hal ini disebabkan karena tidak semua   penduduk   yang   mempunyai   keluhan   kesehatan   merasa tergangu kegiatan yang bisa dilakukan.

- Akses Fasilitas Kesehatan

Salah   satu   faktor   yang   berpengaruh   besar   terhadap   status kesehatan penduduk adalah akses fasilitas kesehatan, semakin sulit akses penduduk terhadap fasilitas kesehatan, akan semakin jelek status   kesehatan   penduduk   tersebut.   Penduduk   yang   bertempat tinggal di daerah pedesaan biasanya mempunyai akses yang lebih sulit dibandingkan penduduk yang bermukim di daerah perkotaan. Apalagi   penduduk   yang   tinggal   di   daerah   yang   berbukit   –   bukit semakin   sulit   mencapai   fasilitas   kesehatan   karena   terbatasnya fasilitas yang tersedia di desa.

Indikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan akses penduduk   terhadap   fasilitas   kesehatan   ialah   besarnya   angka kunjungan selama sebulan ke fasilitas kesehatan yang di peroleh dari hasil susenas. Rata­rata frekuensi kunjungan penduduk yang mengalami keluhan kesehatan ke fasilitas kesehatan di kabupaten morowali   tahun   2010   cenderung   meningkat   dibandingkan   tahun sebelumnya.

Hal   ini   menunjukan   semakin   baiknya   tingkat   kesadaran penduduk   kabupaten   morowali   utara   terhadap   kunjungan kesehatan ke fasilitas kesehatan. Angka ini memang kasar karena seseorang kemungkinan melakukan kunjungan lebih dari satu kali.

Selain  itu  kunjungan yang dimaksud tidak  hanya bersifat  kuratif atau   pengebotan   atas   penyakit   yang   di   derita,   akan   tetapi termaksud juga bersifat preventuf atau pencegahan yang dilakukan agar   tidak   terkena   penyakit.   Meskipun   demikian   paling   tidak indikator   ini   dapat   memberikan   gambaran   kasar   berapa   banyak penduduk   kabupaten   morowali   dan   morowali   utara   yang berkunjung ke fasilitas kesehatan.

d. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

IPM merupakan salah satu indikator penting yang digunakan dalam perencanaan kebijakan dan evaluasi pembangunan, karena nilai IPM mencakup 3 bidang pembangunan manusia yang diangap paling   mendasar,   yaitu   angka   harapan   hidup,   pengetahuan,   dan hidup   layak.   Nilai   ini   menggambarkan   potret   pembangunan manusia   kabupaten   morowali   utara   dari   kondisi   fisik   manusia (kesehatan dan kesejahteraan), maupun non fisik (intelektualitas).

Pencapaian   hasil   IPM   merupakan   hasil   pencapaian   jangka waktu yang panjang. Peningkatan IPM pada prinsipnya merupakan perubahan   pola   pikir   manusia,   yaitu   perubahan   yang   semakin berprilaku   hidup   bersih   dan   sehat.   Hal   ini   menunjukan   bawha pembangunan   manusia   di   kabupaten   morowali   utara   terus mengalami   perbaikan   dengan   tingkat   kecepatan   pengurangan ketertinggalan   mencapai   1.67   poin.   Walaupun   demikian,   sampai tahun 2012 penduduk morowali utara belum dapat dikategorikan ke dalam tingkat kesejahteraan tinggi menurut skala internasional. e. Pengembangan Penduduk Miskin

Batas   garis   kemiskinan   di   kabupaten   morowali   mengikuti batas kemiskinan Provinsi Sulawesi Tengah yang pada tahun 2011 sebesar 168.025 rupiah perkapita sebulan, artinya setiap penduduk

morowali   dan   morowali   utara   yang   memiliki   total   pengeluaran perbulan   (makanan   non   makanan)   kurang   dari   182.783   rupiah dimasukan   kedalam   penduduk   miskin.   Jumlah   penduduk   miskin Sulawesi   Tengah   pada   tahun   2011   mencapai   432.175   jiwa   atau sekitar 16.04 % dari total penduduk Sulawesi Tengah. Berdasarkan data   Sulawesi   Tengah   dalam   angka   pada   tahun   2013   penduduk miskin pada kedua kabupaten ini mengalami penurunan mencapai 17.25% atau sebesar 37.7 ribu jiwa.

f. Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan   merupakan   masalah   Nasional   yang   timbul akibat   tidak   adanya   keseimbangan   anatara   pertambahan   jumlah tenaga   kerja   dari   tahun   ke   tahun   dengan   perkembangan   jumlah lapangan   usaha   yang   menampung   tenaga   kerja   tersebut. Berdasarkan data pencari kerja yang terdaftar di dinas tenaga kerja Transmigrasi dan Sosial kabupaten Morowali tahun 2012, terlihat penurunan   jumlah   pencari   kerja   yang   belum   tersalurkan.   Pada tahun   2012   semua   pencari   kerja   di   Kabupaten   Morowali   sudah ditempatkan. Berdasarkan komposisinya, pencari kerja yang masih terdaftar, terdiri dari lulusan SLTA (50.62%), Diploma (27.49%) dan universitas/sarjana   (20.94%)   dan   sisanya   0.95   lulusan   SD   dan SLTP.

Aspek Pelayanan Umum 

a. Angka Partisipasi Sekolah

Angka partisipasi menurut jenjang pendidikan adalah ukuran banyaknya   penduduk   yang   bersekolah   dalam   suatu   jenjang pendidikan.   Untuk   mengetahui   besarnya   tingkat partisipasi/kesempatan/daya   serap   penduduk   usia   sekolah   pada jenjang   pendidikan   SD   dan   SLTP,   angka   partisipasi   murni

merupakan   indikator   yang   baik.   Angka   ini   selalu   lebih   kecil   dari angka partisipasi kasar.

Aspek ini menarik untuk diteliti yaitu mengukur keberhasilan pemerintahan   Kabupaten   Morowali   Utara   dalam   melaksanakan pendidikan dasar 9 tahun yang dapat dilihat dari tingkat partisipasi sekolah usia 7­12 tahun dan usia 13­15 tahun, dimana persentase partisipasi sekolah penduduk usia 7­12 tahun mencapai 59.66 % pada tahun 2011, untuk usia 13­15 tahun menunjukan penurunan tidak signifikan dari 14.43 % pada tahun 2010 menjadi 19.71 % pada   tahun   2011.   Meskipun   demikian   pada   tahun   2010,   angka kabupaten morowali sebagai kabupaten induk sedikit lebih rendah dibandingkan Propinsi Sulawesi Tengah untuk kelompok umur 7­12 tahun maupun 13­15 tahun.

Beberapa faktor yang melatar belakangi kondisi ini antara lain : 1) Kondisi   geografis,   hambatan   geografis   dalam   artian   wilayah   yang cukup   luas   dengan   topografinya   sehingga   menyebabkan   jarak tempuh   dalam   mengakses   fasilitas   sekolah   jauh   lebih   sulit,   2) Kemampuan ekonomi masyarakat yang relati masih rendah, dan 3) masih   terdapat   hambatan   budaya,   dimana   kesadaran   untuk mencapai   pendidikan   yang   lebih   tinggi   belum   merupakan kebutuhan.   Jadi   program   pendidikan   selama   ini   telah   melipat gandakan angka partisipasi pada jenjang sekolah dasar.