BAB V
ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH PROVINSI SULAWESI TENGAH
Dalam BUKU III Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 20142019, berdasarkan potensi dan keunggulan Wilayah Sulawesi, maka tema besar Pembangunan Wilayah Sulawesi adalah: (1) sebagai salah satu pintu gerbang Indonesia dalam perdagangan internasional dan pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia; (2) Pengembangan industri berbasis logistik; (3) Lumbung pangan nasional dengan pengembangan industri berbasis kakao, padi, jagung; (4) Pengembangan industri berbasis rotan, aspal, nikel, bijih besi dan gas bumi; serta (5) Percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan industri perikanan dan pariwisata bahari.
Tujuan pengembangan Wilayah Sulawesi tahun 20152019 adalah mendorong percepatan dan perluasan pembangunan Wilayah Sulawesi dengan menekankan keunggulan dan potensi daerah, melalui: (a) pengembangan industri berbasis logistik, komoditas kakao, jagung, perikanan, padi, rotan, aspal, nikel, bijih besi, dan gas bumi, serta pengembangan pariwisata bahari; (b) penyediaan infrastruktur wilayah; (c) peningkatan SDM dan ilmu dan teknologi secara terus menerus.
Adapun sasaran pengembangan Wilayah Sulawesi pada tahun 20152019 adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan pusatpusat pertumbuhan ekonomi di koridor ekonomi melalui pengembangan 3 Kawasan Ekonomi Khusus, 5
Kawasan Industri, dan pusatpusat pertumbuhan sebagai penggerak ekonomi daerah pinggiran lainnya;
2. mengentaskan 14 Kabupaten tertinggal untuk mengurangi adanya kesenjangan antar wilayah;
3. Mempercepat pembangunan 1 Kawasan Perkotaan Metropolitan, peningkatan efisiensi pengelolaan 1 Kawasan Perkotaan Metropolitan yang sudah ada saat ini, mewujudkan optimalisasi peran 6 kota otonom berukuran sedang sebagai penyangga (buffer) urbanisasi serta 2 kota baru publik yang mandiri dan terpadu;
4. Mengurangi pengangguran dan meningkatkan keberdayaan masyarakat di desadesa tertinggal.
5. Meningkatkan keterkaitan desakota melalui penguatan sedikitnya 9 pusatpusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) atau Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
6. Mengembangkan 2 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara. 7. Mengurangi indeks risiko bencana pada 24 kabupaten/kota
sasaran yang memiliki indeks risiko bencana tinggi, baik yang berfungsi sebagai PKN, PKSN, PKW, KEK, Kawasan Industri maupun pusat pertumbuhan lainnya.
Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Pulau Sulawesi meliputi:
1. Pengembangan Kawasan Strategis;
kawasan strategis di Pulau Sulawesi khususnya di Provinsi Sulawesi Tengah meliputi: Kawasan Ekonomi Khusus/Kawasan Industri Palu, Kawasan Industri Morowali serta pengembangan pusatpusat pertumbuhan penggerak ekonomi daerah pinggiran seperti Kapet Palapas. Pengembangan kawasan strategis tersebut dilakukan melalui pengembangan potensi ekonomi wilayah, percepatan penguatan konektivitas penguatan kemampuan sumber daya manusia dan iptek serta penguatan regulasi bagi peningkatan iklim investasi dan iklim usaha
2. Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan;
Strategi ini meliputi Pengembangan Kawasan Perkotaan, Pengembangan Desa dan Kawasan Perdesaan serta Peningkatan Keterkaitan Kota dan Desa di Wilayah Sulawesi. Beberapa kawasan di Sulawesi Tengah masuk dalam lokasi prioritas peningkatan keterkaitan desakota untuk memperkuat pusat pertumbuhan di Sulawesi, yaitu
Lokasi Kawasan Kelompok Kawasan Komoditas Unggulan Buol/Tolitoli dan
Terdek at :
Goront alo dan Palu Poso dan sekitarnya
(Kabupaten Poso, Kab.Tojo Unauna, Kabupaten
Arah kebijakan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di Wilayah Sulawesi difokuskan pada promosi potensi daerah tertinggal untuk mempercepat pembangunan, sehingga terbangun kemitraan dengan banyak pihak. Promosi daerah tertinggal ini juga akan mendorong masyarakat semakin mengetahui potensi daerah tersebut dan akan aktif dalam membantu pembangunan, upaya pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan pelayanan dasar publik dan pengembangan perekonomian masyarakat yang berbasis pertanian, perkebunan, perikanan, migas, dan pertambangan nasional yang didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan infrastruktur penunjang konektivitas antara daerah pinggiran, seperti daerah tertinggal dan kawasan perbatasan ke pusat pertumbuhan.
Pada periode RPJMN 20152019 jumlah daerah tertinggal di Sulawesi sebanyak 18 kabupaten. Pada akhir periode RPJMN 20152019 ditargetkan sebanyak 14 kabupaten tertinggal dapat terentaskan.
4. Penanggulangan Bencana;
Untuk mendukung pengembangan Wilayah Sulawesi, maka arahan kebijakan penanggulangan bencana diarahkan untuk mengurangi risiko bencana pada pusatpusat pertumbuhan dan meningkatkan ketangguhan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam menghadapi bencana. Strategi penanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana di Wilayah Sulawesi dilakukan melalui : (1) Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam kerangka pembangunan berkelanjutan; (2) Penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana; (3) Peningkatan kapasitas penanggulangan bencana.
Adapun sebaran risiko bencana dan profil kerawanan di Provinsi Sulawesi Tengah dapat dilihat pada Tabel berikut
Profil Kerawanan dan Risiko Bencana PKN dan PKW di Wilayah Sulawesi Tengah
Lokasi Index Kerawanan (IRBI
2011) Kelas Multi Risiko (IRBI2013)
Kawasan pusat
pertumbu lainnya di Sulawesi Tengah
Tinggi untuk ancaman: banjir dan longsor,
Tinggi untuk bencana abrasi,
Selatan, KPB Bungku, Kawasan Transmigrasi)
Palu Tinggi untuk ancaman:
banjir, tanah
longsor,
gempabumi, banjir, tanah longsor,
na
Arah kebijakan pengembangan Wilayah Sulawesi yakni peningkatan kapasitas pemerintahan daerah yang mendorong pembangunan ekonomi secara merata berbasis pada pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan, dengan strategi:
a. Penguatan peran gubernur melalui sebagai wakil Pemerintah Pusat;
b. Penerapan standar pelayanan dan sistem pengaduan pada tiap pemerintah daerah yang terintegrasi dengan manajemen kinerja; c. Penguatan peran PTSP sebagai sarana penyederhanaan pelayanan
d. Penguatan mutu pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi sesuai arah dan prioritas pembangunan daerah.
e. Peningkatan proporsi belanja modal;
f. Penataan mekanisme monitoring dan evaluasi dana transfer yang terintegrasi di tingkat provinsi secara online;
g. Penguatan tranparansi dan akuntabilitas kebijakan dan pengelolaan keuangan Daerah.
Untuk mewujudkan arah pembangunan wilayah di atas, maka Provinsi Sulawesi Tengah (dengan ibukota Palu) yang berfungsi sebagai pusat pelayanan sekunder berupaya untuk mengsinergikan perencanaan dan sinkronisasi penyusunan program pembangunan antarsektor terkait. Oleh karena itu dalam rangka perencanaan pembangunan wilayahnya, Provinsi Sulawesi Tengah berupaya untuk mensinergikan pengembangan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet) Palapas, Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT), Regional Management (RM) Naroso serta Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kota Palu.
Secara teori KapetKSCTRM merupakan pendekatan pengembangan wilayah berbasis kekuatan ekonomi lokal. Kapet merupakan perwujudan kepedulian (affirmative policy) pemerintah berdasarkan amanat UUD 1945 terkait tanggung jawab negara dalam pemerataan pembangunan di seluruh wilayah nasional, sedangkan RM merupakan inisiatif Pemerintah Daerah berbasis pada kesamaan tujuan dan bargaining position. RM fokus pada pengelolaan Kerjasama Antar Daerah (KAD) pada bidang tertentu yang disepakati (misalnya: pengelolaan potensi ekonomi/produk unggulan yang sama antar daerah, pengelolaan infrastruktur antar daerah, pengelolaan lingkungan antar daerah, dsb) melalui komitmen pembagian peran dan share antar daerah,
misal: wilayah produksi, wilayah industri dan pemasaran. Sementara itu KSCT merupakan program yang dirancang untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan yang mensinergikan dan mengkoordinasikan berbagai input berupa Sumber Daya Manusia (SDM), Sumber Daya Alam (SDA), dan kebijakan dalam proses pembangunan wilayah/kawasan
lokasi kegiatan ekonomi lain, serta infrastruktur pendukungnya. Sehingga baik Kapet, KSCT, maupun RM terhubungkan dengan sistem konektivitas yang fungsional dalam hubungan huluhilir.
Dalam kondisi riil di lapangan diharapkan KSCT Provinsi Sulawesi Tengah dan RM Naroso dapat mensuplai bahan baku komoditas unggulan tanaman pangan, tanaman perkebunan, perikanan dan peternakan untuk Kapet Palapas yang selanjutnya akan mendukung KEK Palu dalam mewujudkan visinya sebagai “Pusat Industri Berbasis Agro dan Perdagangan Moderen yang berdaya saing tinggi melalui Pengembangan Pengolahan Sumberdaya Alam Lokal Secara Bijak Berwawasan Lingkungan”. Upaya pencapaian visi ini tentunya akan didukung oleh sistem konektivitas MP3EI seperti keberadaan Bandara Mutiara Palu sebagai pintu gerbang utama menuju Sulawesi Tengah; Pelabuhan Pantoloan yang direncanakan akan dikembangkan sebagai salah satu hub internasional; ketersediaan infatruktur jalan yang akan menghubungkan wilayah penghasil bahan baku dengan lokasi pengolahan serta tentunya ketersediaan jaringan listrik yang memadai.
5.1. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
Permasalahan yang masih dihadapi oleh Provinsi Sulawesi Tengah dalam rangka pengembangan wilayah antara lain:
a. Masih tingginya angka kemiskinan
Selama Selama Tahun 2011 sampai dengan 2014 jumlah penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Tengah berkurang dari 443.660 jiwa (16,04%) pada Tahun 2011 menjadi 387.060 jiwa (13,61%) pada 2014. Dengan kata lain jumlah penduduk miskin yang dapat dientaskan selama Tahun 20112014 sebanyak 56.600 jiwa. Walaupun tingkat kemiskinan dapat ditekan hingga
angka 13,61 persen pada Tahun 2014, namun angka ini masih Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 72,14 atau berada pada kategori menengah ke atas. Kendati demikian IPM Sulawesi Tengah masih berada di posisi 22 dari 33 provinsi se Indonesia. Upaya peningkatan IPM merupakan hal yang sangat penting karena SDM merupakan salah satu modal dasar pembangunan dan terkait langsung dangan visi Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah
c. Indeks Williamson yang cenderung naik
Ketimpangan distribusi pendapatan antar wilayah di Sulawesi Tengah yang ditunjukkan oleh Indeks Williamson menunjukkan kenaikan yaitu sejak tahun 20102012. Meskipun ketimpangannya belum terlalu besar, langkah yang paling penting ke depan adalah memanage pengeluaran fiscal dengan baik sehingga dapat mengurangi kesenjangan pembangunan antar daerah.
Tantangan yang akan dihadapi oleh Provinsi Sulawesi Tengah dalam rangka pengembangan wilayah antara lain:
pemanfaatannya. Peningkatan nilai tambah produk perikanan Sulawesi Tengah perlu terus ditingkatkan. Demikian halnya dengan pengoptimalan potensi bahari yang dapat dilakukan melalui penerapan blue economy.
b. Peraturan larangan ekspor bahan mentah mineral mempengaruhi perekonomian beberapa kabupaten yang kekuatan ekonominya dipengaruhi oleh kontribusi sektor pertambangan. Kondisi ini selanjutnya berdampak pada perekonomian Sulawesi Tengah secara keseluruhan
c. Pemanfaatan SDA dewasa ini menuntut adanya pemanfatatan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan meminimalisir dampak dari kegiatan perekonomian yang berkaitan langsung dengan lingkungan misalnya pencegahan konflik pemanfaatan sumber daya tambang dengan kehutanan.
d. Percepatan pembangunan infrastruktur untuk pemerataan pembangunan wilayah. Menurut Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) 12 dari 13 Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah tergolong daerah tertinggal. Salah satu indikatornya adalah ketidakmerataan pembangunan infrastruktur
e. Pengoptimalan organisasi kerjasama regional baik yang sifatnya nasional maupun internasional. Sulawesi Tengah dapat men gambil peran dari adanya organisasi kerjasama ekonomi regional. Sulawesi Tengah sebagai salah atu provinsi yang kaya akan SDA di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dapat mengambil peran penting daloam organisasi kerjasama ekonomi regional Brunei Darussalam IndonesiaMalaysiaPhillippines East ASEAN Growth Area (BIMP EAGA). Organisasi ini merupakan forum pertemuan antarnegara di kawasan regional ASEAN yang bertujuan mempercepat pertumbuhan ekonomi khususnya KTI dengan Negara Brunei
Darussalam Malaysia dan Filipina. Selain itu, Provinsi Sulawesi Tengah juga memiliki peranan yang sangat penting terkait dengan pengelolaan Teluk Tomini mengingat lebih dari separuh wilayah Teluk Tomini berada di Provinsi Sulawesi Tengah. Selain itu Sulawesi Tengah memiliki potensi yang sangat besar di Kawasan Teluk Tomini yaitu Kepulauan Togean yang dalam UndangUndang Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) telah ditetapkan sebagai Kawasan Andalan Nasional. Oleh karena itu Provinsi Sulawesi Tengah perlu terus mengawal program/kegiatan sebagaimana yang tertuang dalam Lampiran Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Teluk Tomini Secara Terpadu dan Berkelanjutan yang telah disepakati oleh Provinsi Sulawesi Tenga, Gorontalo dan Sulawesi Utara.
5.2. ARAH KEBIJAKAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN KABUPATEN/KOTA
5.2.1 KOTA PALU
A. KONDISI SAAT INI
1) Penduduk dan Ketenagakerjaan
Berdasarkan data BPS, hingga Tahun 2013 jumlah penduduk Kota Palu mencapai 356.279 jiwa, yang terbagi atas 179.291lakilaki dan 176.988perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 901,89jiwa/km2, dan Jumlah Rumah Tangga sebanyak 89.075 KK dengan ratarata anggota rumah tangga sebanyak 4.
Gambar 5.1
Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Palu Tahun 20112013
Sumber: BPS, 2014.
Dari sisi ketenagakerjaan, jumlah angkatan kerja di Kota Palu pada Tahun 2013sebanyak 151.797 jiwa lebih tinggi jika dibandingkan tahun 2012 yaitu sebayak 151.714 jiwa. Dari jumlah angkatan kerja tersebut yang bekerja sebanyak 142.537jiwa dan yang menganggur sebanyak 9.260 jiwa, dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 6,10%.
Gambar 5.2
Perkembangan Angkatan Kerja & Tingkat Pengangguran Terbuka Di Kota Palu Tahun 20112013
Sumber: BPS, Ketenagakerjaan Provinsi Sulteng, 2014. 2) Kondisi Perekonomian Daerah
Perkembangan perekonomian Kota Palu selama periode 2011 2013 mengalami peningkatan yang signifikan yang diukur dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dimana laju pertumbuhan PDRB pada tahun 2013 mencapai 9,96% lebih tinggi jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDRB tahun 2012 yaitu sebesar 9,61%.
Jika dilihat dari besaran nilai PDRB Kota Palu, terlihat bahwa pada Tahun 2012 nilai PDRB ADHB mencapai 8.283.620 Juta Rupiah meningkat menjadi 9.728.261 Juta Rupiah pada tahun 2013, sementara PDRB ADHK 2000 dari 3305.959 Juta Rupiah pada Tahun 2012 meningkat menjadi 3.635.395 Juta Rupiah pada tahun 2013.
Gambar 5.3
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2014.
Dilihat dari distribusi PDRB ADHB tahun 2013,sektor yang paling besar andilnya terhadap pembentukan PDRB Kota Palu adalah sektorJasaJasa dengan kontribusi sebesar31,86%, disusulterbesar kedua dan ketiga masingmasing adalah sektor Perdagangan, Restoran dan Hotel sebesar 12,82%,dan sektorKonstruksi sebesar 12,80%.Sedangkan sektor yang paling kecil kontribusinya adalah sektor Pertanian yaitu hanya sebesar 2,02%.
Gambar 5.4
Distribusi PDRB ADHB Menurut Sektor Lapangan Usaha Kota Palu Tahun 2013
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2014.
Selanjutnya perkembangan PDRB perkapitaKota Palu juga cenderung mengalami peningkatan, yakni pada tahun 2011sebesar Rp. 20.805.441,meningkat menjadi Rp. 23.831.359, pada tahun 2012, dan pada tahun 2013 kembali meningkat hingga menjadi Rp. 27.303.645,.
Gambar 5.5
Perkembangan PDRB Perkapita Kota Palu Tahun 20112013
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2014. 3) Kondisi Kemiskinan
Penduduk merupakan modal potensial bagi pembangunan dan sangat menguntungkan jika diimbangi dengan peningkatan kualitas (mutu modal manusia). Sebaliknya jika jumlah penduduk yang banyak tidak diimbangi dengan kualitas yang memadai, maka akan dapat menimbulkan masalah kemiskinan. Kemiskinan merupakan kondisi kehidupan yang serba kekurangan yang dialami seseorang yang pengeluaran perkapitanya selama sebulan tidak cukup untuk memenuhi standar hidup minimum.
pelaksanaan pembangunan serta menjadi target dan sasaran utama pada bidang kesejahteraan rakyat.
Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin di Kota Palu selama periode 20112013 cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin di Kota Palu sebanyak 31,8 ribu jiwa (9,24%) berkurang menjadi 30,2 ribu jiwa (8,58%) pada tahun 2012, dan selanjutnya kembali menurun hingga menjadi 25,9 ribu jiwa (7,24%) pada tahun 2013.
Gambar 5.6
Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Kota Palu Tahun 20112013
Sumber: BPS, Kemiskinan Kabupaten/Kota seSulteng, 2013. 4) Pendidikan
Di Sektor Pendidikan, Keberhasilan pembangunan di sektor pendidikan dapat dilihat dari beberapa indikator, antara lain yaitu: Angka Melek Huruf (AMH), Ratarata Lama Sekolah (RLS), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).
Perkembangan capaian Angka Melek Huruf (AMH) di Kota Palu cenderung meningkat, yakni dari 99,34% pada tahun 2012 menjadi 99,37% pada tahun 2013. sementara Angka RataRata Lama Sekolah (RLS) pada tahun 2011 sebesar 11,05 tahun meningkat menjadi 11,07 tahun pada tahun 2013.
Selanjutnya capaian Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kota Palu
. Indikator Pendidikan 2011 2012 2013
1. Angka Melek Huruf (%) 99,31 99,34 99,37 2. RataRata Lama Sekolah
(tahun) 10,98 11,05 11,07
3. APK (%)
APK SD/MI 100,78 100,78 99,65 APK SMP/MTs 95,10 98,11 87,23 APK SMA/SMK/MA 80,44 88,01 84,75 4. APM (%)
APM SMP/MTs 63,36 66,11 66,53 APM SMA/SMK/MA 56,37 64,18 66,34 Sumber: BPS, Indikator Sosial Kabupaten/Kota se Sulteng 2013.
5) Kesehatan
Dari segi kesehatan, hingga Tahun 2013, Kota Palu telah memiliki 5 unit RumahSakitPemerintahdan 4 unit RumahSakitSwasta, danditunjangolehprasaranalainnya seperti; Puskesmas induksebanyak12 unit, Puskesmas Pembantu sebanyak 29 unit, dan Posyandu sebanyak 220 unit (BPS, Sulteng Dalam Angka 2014).
Sedangkan tenaga kesehatan yang terdapat di Kota Palu hingga tahun 2013 yaitu: Dokter Umum sebanyak125 Orang, Dokterspesialissebanyak 61orang, Dokter Gigi sebanyak33 orang, Apotekerdanasistensebanyak159 orang, SKM sebanyak 113 orang, Bidansebanyak 449 orang, Perawat sebanyak 1.095 orang, dan sanitarian sebanyak1102 orang (BPS, Sulteng Dalam Angka 2014). 6) Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Capaian pembangunan mutu modal manusia di Kota Palu cenderung mengalami setiap tahunnya, yang direfresentasikan melalui nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Palu. Terlihat bahwa pada tahun 2012 Nilai IPM Kota Palu sebesar 77,48 poin meningkat menjadi 77,88 poin pada tahun 2013, dengan posisi peringkat ke1 se Provinsi Sulawesi Tengah, dan masuk kedalam kategori pembangunan manusia menegah keatas.
Gambar 5.7
Perkembangan IPM Kota Palu Tahun 20112013
Sumber: BPS, 2013.
Perkembangan capaian IPM Kota Palu selama periode Tahun 20102012 berada diatas nilai IPM Provinsi Sulawesi Tengah dan Nasional.
Gambar 5.8
IPM Kota PaluDalam Perspektif Sulteng Tahun 2012
Sumber: BPS, 2013. B. ISU STRATEGIS
1) Belum optimalnya pelayanan umum kepada masyarakat 2) Pelayanan Pendidikan
3) Pelayanan Kesehatan 4) Kurangnya Infrastruktur
6) Keamanan dan Konflik Sosial.
7) Pengembangan Kawasan Industri Palu (KIP) menuju Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
C. PROGRAM PRIORITAS
Prioritas dan sasaran pembangunan daerah Kota Palu pada tahun 2016 sebagai berikut:
a) Reformasi Birokrasi
b) Pendidikan dan Kesehatan c) Penanggulangan Kemiskinan d) Infrastruktur dan Energi
e) Iklim Investasi dan Iklim Usaha
f) Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana g) Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi h) Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat
5.2.2 KABUPATEN DONGGALA
A. KONDISI SAAT INI
1) Penduduk Dan Ketenagakerjaan
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Kabupaten Donggala tahun 2013 sebanyak 287.921 jiwa, yang terbagi atas 147.288 laki laki dan 140.633 perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 67jiwa/km2. Jumlah Rumah Tangga sebanyak 64.701 KK dengan ratarata anggota rumah tangga sebanyak 4 orang.
Gambar 5.9
Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Donggala Tahun 20112013
Sumber: BPS, Sulteng Dalam Angka 2014.
Dari sisi ketenagakerjaan, jumlah angkatan kerja di Kabupaten Donggala pada Tahun 2013 mencapai 110.898 orang, dari angkatan kerja tersebut jumlah yang bekerja sebanyak 104.230 orang dan yang menganggur sebanyak 6.668 orang. Dengan tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 59,87%, dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 6,01%.
Gambar 5.10
Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka Di Kabupaten Donggala Tahun 20112013
Sumber: BPS, BRS Ketenagakerjaan Provinsi Sulteng, 2013
2) Kondisi Perekonomian Daerah
Kondisi perekonomian di Kabupaten Donggala terus menerus menunjukkan perkembangan yang positif, yang ditandai dengan meningkatnya nilai Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Donggala. Pada Tahun 2012 nilai PDRB ADHB Kabupaten Donggala sebesar 5.033.999 Juta Rupiah meningkat menjadi 5.882.456 Juta Rupiah pada Tahun 2013, sementara PDRB ADHK 2000 dari 2.016.656 Juta Rupiah pada Tahun 2012 meningkat menjadi 2.198.967 Juta Rupiah pada tahun 2013. Dengan laju pertumbuhan PDRB pada tahun 2013 sebesar 9,04% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu sebesar 8,95%.
Gambarb5.11
Perkembangan Nilai PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Donggala Tahun 20112013
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2013
kecil andilnya adalah sektor listrik dan air bersih yaitu hanya sebesar 0,25%.
Gambar 5.12
Distribusi PDRB ADHB Menurut Sektor Lapangan Usaha Kabupaten Donggala Tahun 2013
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2014.
Selanjutnya PDRB per kapita Kabupaten Donggala juga cenderung meningkat, yakni dari Rp. 16.532.611, pada Tahun 2011 meningkat menjadi Rp. 18.983.744, pada Tahun 2012, selanjutnya pada Tahun 2013 meningkat menjadi Rp. 21.348.750,.
Gambar5.13
Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Donggala Tahun 20112013
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2013.
3) Kondisi Kemiskinan
Pertumbuhan ekonomi yang signifikan di Kabupaten Donggala berimplikasi terhadap penurunan angka kemiskinan. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan penduduk miskin di Kabupaten Donggala cenderung menurun pada periode 20112012, sementara pada tahun 2013 cenderung meningkat.
Pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin di Kabupaten Donggala sebanyak 51,1 ribu jiwa (18,03%) berkurang menjadi 48,6 ribu jiwa (17,03%) pada tahun 2012, dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 49,6 ribu jiwa (17,18%).
Gambar 5.14
Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Di Kabupaten Donggala Tahun 20112013
Sumber: BPS, Kemiskinan Kabupaten/Kota seSulteng, 2013
4) Pendidikan
beberapa indikator, antara lain yaitu: Angka Melek Huruf (AMH), Ratarata Lama Sekolah (RLS), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).
Perkembangan capaian Angka Melek Huruf (AMH) di Kabupaten Donggala periode 20122013 cenderung meningkat, yakni dari 94,71% pada tahun 2012 menjadi 94,75% pada tahun 2013. sementara Angka RataRata Lama Sekolah (RLS) pada tahun 2012 sebesar 7,65 tahun meningkat menjadi 7,67 tahun pada tahun 2013.
Selanjutnya capaian Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kabupaten Donggala selama periode 20122013 sebagai berikut:
APK SD/Mi cenderung meningkat dari 104,81% pada tahun 2012 menjadi 107,38% di tahun 2013.
APK SMP/MTs cenderung meningkat, yaitu dari 77,41% pada tahun 2012 menjadi 83,31% pada tahun 2013.
APK SMA/SMK/MA cenderung meningkat, yaitu dari 69,90% pada tahun 2012 menjadi 82,45% pada tahun 2013.
Tabel 5.2
Perkembangan Capaian Indikator Bidang Pendidikan Kabupaten Donggala Tahun 20112013
No
. Indikator Pendidikan 2011 2012 2013
1. Angka Melek Huruf (%) 94,69 94,71 94,75 2. RataRata Lama Sekolah (tahun) 7,54 7,65 7,67 3. APK (%)
APK SD/MI 104,74 104,81 107,38
APK SMP/MTs 77,21 77,41 83,31
APK SMA/SMK/MA 43,63 69,90 82,45 4. APM (%)
APM SD/MI 91,00 91,71 92,04
APM SMP/MTs 58,92 59,03 62,37
APM SMA/SMK/MA 34,44 44,31 56,52
Sumber: BPS, Indikator Sosial Kabupaten/Kota se Sulteng 2013. 5) Kesehatan
Dibidang kesehatan, Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata. Upayaupaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat telah banyak dilakukan oleh pemerintah antara lain dengan melakukan penyuluhan kesehatan dan penyediaan fasilitas
kesehatan seperti puskesmas, posyandu, pos obat desa dan penyediaan sarana air bersih.
Hingga tahun 2013jumlah rumah sakit yang terdapat di Kabupaten Donggala sebanyak 1 unit, puskesmas induk sebanyak 14 unit, puskesmas pembantu 72 unit, dan posyandu 4447 unit (BPS, Sulteng Dalam Angka 2014).
Dari segi tenaga kesehatan, hingga tahun 2013 di Kabupaten Donggala telah terdapat dokter umum sebanyak 42 orang, dokter spesialis 2orang, dokter gigi sebanyak 5 orang, perawat 226 orang, bidan 241 orang, apoteker 41 orang, SKM sebanyak 72 orang, dan sanitarian sebanyak 64 orang (BPS, Sulteng Dalam Angka, 2014). 6) Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Gambar 5.16
Perkembangan IPM Kabupaten Donggala Tahun 20112013
Sumber: BPS, 2013.
Capaian IPM Kabupaten Donggala selama periode Tahun 2011 2013 masih dibawah IPM Provinsi Sulawesi Tengah dan IPM Nasional.
Gambar 5.17
IPM Kabupaten Donggala Dalam Perspektif Sulteng Tahun 2012
Sumber: BPS, 2013.
B. ISU STRATEGIS
1) Revitalisasi Pertanian, Kehutanan, Perikanan dan Kelautan 2) Pengembangan Wisata
C. PROGRAM PRIORITAS
Prioritas dan sasaran pembangunan daerah Kabupaten Donggala pada tahun 2016 sebagai berikut :
a) Program Peningkatan produksi pertanian/ perkebunan b) Program Penerapan Teknologi pertanian / perkebunan
c) Program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman pangan untuk mencapai swasembada pangan
d) Program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman holtikultura yang berkelanjutan
e) Program pencapaian swasembada daging sapi (PSDS) dan
peningkatan penyediaan pangan hewani yang aman, sehat, utuh dan halal.
f) Program Penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana pertanian
g) Program peningkatan nilai tambah, daya saing industry hilir, pemasaran dan eksport hasil pertanian.
h) Program peningkatan ketahanan pangan i) Program pengembangan perikanan tangkap
j) Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir k) Program pengembangan budidaya perikanan
l) Program pengembangan sarana dan prasarana perikanan dan kelautan
5.2.3 KABUPATEN POSO
A. KONDISI SAAT INI
1) Penduduk dan Ketenagakerjaan
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Kabupaten Poso Tahun 2013 sebanyak 225.379 jiwa, yang terbagi atas 116.827 laki laki dan 108.552 perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 32jiwa/km2. Jumlah Rumah Tangga sebanyak 50.991 KK dengan ratarata anggota rumah tangga sebanyak 4 orang.
420
Gambar 5.18
Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Poso Tahun 20112013
Sumber: BPS, Sulteng Dalam Angka 2014.
Dari sisi ketenagakerjaan, jumlah angkatan kerja di Kabupaten Poso Tahun 2013 mencapai 113.535 orang lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Dari angkatan kerja tersebut yang bekerja sebanyak 110.266 orang dan yang menganggur sebanyak 3.269 orang, dengan tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 72,80%, dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 2,88%.
Gambar 5.19
Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka Di Kabupaten Poso Tahun 20112013
Sumber: BPS, 2014.
Pembangunan perekonomian di Kabupaten Poso mengalami perkembangan yang signifikan, hal ini dapat dilihat dari perkembangan Produk Domestik Regional Bruto. Terlihat bahwa pada Tahun 2012 nilai PDRB ADHB Kabupaten Poso mencapai 2.858.682 Juta Rupiah meningkat menjadi 3.305.166 Juta Rupiah pada tahun 2013, sementara PDRB ADHK 2000 dari 1.301.575 Juta Rupiah pada Tahun 2012 meningkat menjadi 1.411.369 Juta Rupiah pada Tahun 2013. Dengan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 sebesar 8,44% lebih tinggi dibandingkan dengan Tahun 2012 yaitu sebesar 8,32%.
Gambar 5.20
Perkembangan Nilai PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Poso Tahun 20112013
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2014.
Selanjutnya dilihat dari distribusi PDRB ADHB Kabupaten Poso Tahun 2013, Sektor yang paling berperan dalam pembentukan PDRB Kabupaten Poso adalah sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 37,51%, disusul terbesar kedua dan ketiga masingmasing yaitu sektor jasajasa sebesar 20,23%, dan sektor perdagangan, restoran
dan hotel sebesar 14,48%. Sedangkan sektor yang paling kecil andilnya adalah sektor listrik, gas dan air bersih yaitu hanya sebesar 0,52%.
Gambar5.21
Distribusi PDRB ADHB Menurut Sektor Lapangan Usaha Kabupaten Poso Tahun 2013
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2014.
Seiring meningkatnya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Poso juga diikuti dengan meningkatnya PDRB per kapita Kabupaten Poso, yakni dari Rp. 12.627.301, pada Tahun 2012 meningkat menjadi Rp. 14.664.926, pada Tahun 2013.
Gambar5.22
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2014. 3) Kondisi Kemiskinan
Dari sisi kemiskinan, Perkembangan penduduk miskin di Kabupaten Poso cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya. Terlihat bahwa pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin di Kabupaten Poso mencapai 43,0 ribu jiwa (20,10%) berkurang menjadi 40,9 ribu jiwa (18,46%) pada tahun 2012, dan pada tahun 2013 berkurang hingga menjadi 41,3 ribu jiwa (18,22%).
Gambar 5.23
Perkembangan Jumlah dan Persentase Kemiskinan Di Kabupaten Poso Tahun 20102012
Sumber: BPS, Kemiskinan Kabupaten/Kota seSulteng, 2013. 4) Kesehatan
Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata. Upayaupaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat telah banyak dilakukan oleh pemerintah antara lain dengan melakukan penyuluhan kesehatan dan penyediaan fasilitas kesehatan seperti puskesmas, posyandu, pos obat desa dan penyediaan sarana air bersih.
Pada Tahun 2013, Kabupaten Poso memiliki 1 unit Rumah Sakit Pemerintah dan 1 unit Rumah Sakit Swasta, dan ditunjang oleh prasarana lainnya yaitu:PuskesmasInduk sebanyak21 unit, Puskesmas Pembantu sebanyak 66 unit, dan Posyandu sebanyak 264 unit (BPS, Sulteng Dalam Angka 2014).
Dari segi tenaga kesehatan, hingga Tahun 2013di Kabupaten Poso telah terdapat Dokter Umum sebanyak 34 Orang, Dokter spesialias sebanyak 9 orang,Dokter Gigi sebanyak 9 orang, Apoteker dan asisten sebanyak 81 orang, SKM sebanyak 148 orang, Bidan sebanyak 311 orang, Perawat sebanyak 505 orang, dan sanitarian sebanyak 54 orang (BPS, Sulteng Dalam Angka 2014).
5) Pendidikan
Pendidikan merupakan pondasi yang fundamental dalam pembangunan mutu modal manusia. Keberhasilan pembangunan di sektor pendidikan dapat dilihat dari beberapa indikator, antara lain yaitu: Angka Melek Huruf (AMH), Ratarata Lama Sekolah (RLS), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).
sementara Angka RataRata Lama Sekolah (RLS) pada tahun 2012 sebesar 8,80 tahun meningkat menjadi 8,82 tahun pada tahun 2013.
Selanjutnya capaian Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kabupaten Poso selama periode 20122013 sebagai berikut:
. Indikator Pendidikan 2011 2012 2013
1. Angka Melek Huruf (%) 97,94 97,97 97,98 2. RataRata Lama Sekolah (tahun) 8,78 8,80 8,82 3. APK (%)
APK SD/MI 101,36 103,60 100,75 APK SMP/MTs 103,14 103,28 91,09 APK SMA/SMK/MA 75,88 75,95 89,09 4. APM (%)
APM SD/MI 88,06 91,58 92,38
APM SMP/MTs 69,30 69,30 73,25 APM SMA/SMK/MA 50,38 65,38 67,21 Sumber: BPS, 2014.
6) Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Capaian pembangunan mutu modal manusia di Kabupaten Poso cenderung meningkat setiap tahunnya, yang direfresentasikan melalui nilai IPM.
Pada tahun 2013 nilai IPM Kabupaten Poso sebesar 71,54 poin meningkat jika dibanding dengan tahun sebelumnya yakni sebesar 71,20 poin, dengan posisi peringkat ke4 se Sulawesi Tengah.
Gambar 5.24
Perkembangan IPM Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah, dan Nasional Tahun 20112013
Sumber: BPS, 2014.
Capaian IPM Kabupaten Poso selama periode Tahun 20112013 masih dibawah nilai IPM Provinsi Sulawesi Tengah, dan Nasional.
Gambar 5.25
IPM Kabupaten PosoDalam Perspektif Sulawesi Tengah Tahun 2013
Sumber: BPS, 2013. B. ISU STRATEGIS
1) Rendahnya daya saing hasil produksi pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan;
3) Potensi pariwisata berbasis budaya lokal yang tinggi tidak memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dan daerah
4) Belum terwujudnya masyarakat Poso yang harmonis, religius, sehat dan cerdas
C. PROGRAM PRIORITAS KABUPATEN POSO.
Prioritas dan sasaran pembangunan daerah Kabupaten Poso pada tahun 2016 sebagai berikut :
a) Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi b) Peningkatan Pelayanan Dasar
c) Peningkatan Partisipasi Masyarakat dan Kelembagaan Pemerintah d) Peningkatan Harmoni Sosial
e) Pengendalian Pemanfaatan Sumber Daya Alam 5.2.4 KABUPATEN BANGGAI
428
A. KONDISI SAAT INI
1) Penduduk Dan Ketenagakerjaan
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Kabupaten Banggai Tahun 2013 yaitu 342.698 jiwa, yang terbagi atas 174.614 lakilaki dan 168.084 perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 35jiwa/km2. Jumlah Rumah Tangga sebanyak 83.634 KK dengan ratarata anggota rumah tangga sebanyak 4 orang.
Gambar 5.26
Perkembangan Penduduk di Kabupaten Banggai Tahun 20112013
Sumber: BPS, Sulteng Dalam Angka 2014.
Dari sisi ketenagakerjaan, jumlah angkatan kerja di Kabupaten Banggai Tahun 2013 mencapai 146.238 orang, dari jumlah angkatan kerja tersebut yang bekerja sebanyak 139.012 orang, dan yang menganggur sebanyak 7.226 orang. Dengan tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 62,13%, dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 4,94%.
Gambar 5.27
Terbuka Di Kabupaten Banggai Tahun 20112013
Sumber: BPS, 2014.
2) Kondisi Makro Ekonomi Daerah
Perkembangan perekonomian di Kabupaten Banggai terus menunjukan geliat yang semakin membaik, hal ini dapat dilihat dari perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Banggai. Pada Tahun 2012 nilai PDRB ADHB Kabupaten Banggai sebesar 6.408.927 Juta Rupiah meningkat menjadi 8.080.946 Juta Rupiah pada tahun 2013, sementara PDRB ADHK 2000 dari 2.699.477 Juta Rupiah pada Tahun 2012 meningkat menjadi 3.155.670 Juta Rupiah pada tahun 2013. Dengan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 sebesar 15,43% meningkat menjadi 16,90% pada Tahun 2013.
Gambar 5.28
Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banggai Tahun 20112013
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2014.
Dilihat dari distribusi PDRB ADHB tahun 2013, Sektor yang paling berperan dalam pembentukan PDRB Kabupaten Bangai adalah sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 42,17%, disusul terbesar kedua dan ketiga masingmasing adalah Sektor Bangunan sebesar 15,93%, dan Sektor JasaJasa sebesar 10,91%. Sedangkan sektor yang paling kecil andilnya yaitu sektor listrik dan air bersih yaitu hanya sebesar 0,50%.
Gambar5.29
Distribusi PDRB ADHB Menurut Sektor Lapangan Usaha Kabupaten Banggai Tahun 2013
Selanjutnya perkembangan PDRB perkapita Kabupaten Banggai juga cenderung mengalami peningkatan, yakni pada Tahun 2011sebesarRp. 11.584.894, meningkat menjadi Rp. 19.156.228, pada Tahun 2012, dan pada Tahun 2013 meningkat menjadi Rp. 23.580.370,.
Gambar 5.30
Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Banggai Tahun 20112013
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2014.
3) Kondisi Kemiskinan
Penduduk merupakan modal potensial bagi pembangunan dan sangat menguntungkan jika diimbangi dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang memadai, sebaliknya jika tidak maka akan dapat menimbulkan masalah kemiskinan.
Perkembangan penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin di Kabupaten Banggai selama tiga tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 5.31
Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Banggai Tahun 20112013
Sumber: BPS, Kemiskinan Kabupaten/Kota seSulteng, 2013.
Terlihat bahwa pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin di Kabupaten Banggai sebanyak 37,2 ribu jiwa (11,25%) berkurang menjadi 35,5 ribu jiwa (10,48%) pada tahun 2012, dan pada tahun 2013 kembali menurun hingga menjadi 33,8 ribu jiwa (9,81%).
4) Bidang Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang sangat urgen didalam mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Keberhasilan pembangunan di sektor pendidikan dapat dilihat dari beberapa perkembangan indikator pendidikan, antara lain yaitu: Angka Melek Huruf (AMH), Ratarata Lama Sekolah (RLS), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).
Perkembangan capaian Angka Melek Huruf di Kabupaten Banggai cenderung meningkat pada periode 20122013, yakni dari 95,99% pada tahun 2012 menjadi 96,05% pada tahun 2013. sementara Angka RataRata Lama Sekolah pada tahun 2012 sebesar 8,03 tahun meningkat menjadi 8,05 tahun pada tahun 2013.
APK SD/Mi cenderung menurun dari 108,87% pada tahun 2012
. Indikator Pendidikan 2011 2012 2013
1. Angka Melek Huruf (%) 95,96 95,99 96,05 2. RataRata Lama Sekolah
(tahun) 7,97 8,03 8,05
3. APK (%)
APK SD/MI 103,11 108,87 104,77
APK SMP/MTs 95,85 96,18 88,03
APK SMA/SMK/MA 74,22 74,44 73,57 4. APM (%)
APM SD/MI 90,55 93,12 92,72
APM SMP/MTs 69,04 69,16 68,45
APM SMA/SMK/MA 54,65 55,05 53,38 Sumber: BPS, 2014.
5) Bidang kesehatan
Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata. Upayaupaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat telah banyak dilakukan oleh pemerintah antara lain dengan melakukan penyuluhan kesehatan dan penyediaan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, posyandu, dan penyediaan sarana air bersih.
Pada tahun 2013di Kabupaten Banggai jumlah rumah sakit pemerintah sebanyak 1 unit, puskesmas induk sebanyak 24 unit, puskesmas pembantu sebanyak 104 unit, dan posyandu 392 unit (BPS, Sulteng Dalam Angka 2014).
Sedangkan tenaga kesehatan yang terdapat di
Kabupaten Banggai, hingga tahun 2013 yaitu dokter spesialis sebanyak 14orang, dokter umum sebanyak 35 orang, dokter gigi sebanyak 4 orang, perawat sebanyak 497 orang, bidan sebanyak 364 orang, apoteker dan farmasi sebanyak 48 orang dan sanitarian sebanyak 54 orang (BPS, Sulteng Dalam Angka 2014).
6) Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Capaian pembangunan mutu modal manusia di Kabupaten Banggai cenderung meningkat sejak periode 20122013, hal ini tercermin dari peningkatan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Banggai, yakni dari 72,37 poin pada tahun 2012 menjadi 72,75 poin pada tahun 2013, dengan posisi peringkat peringkat ke 2 seSulawesi Tengah.
Gambar 5.32
Tahun 20112013
Sumber: BPS, 2013.
Perkembangan capaian IPM Kabupaten Banggai selama
periode Tahun 20112013 diatas IPM Provinsi Sulawesi Tengah dan dibawah IPM Nasional.
Gambar 5.33
IPM Kabupaten Banggai Dalam Perspektif Sulteng Tahun 2013
Sumber: BPS, 2013.
B. ISU STRATEGIS
1) Belumoptimalnya kualitas pelayanan public
2) Belum optimalnya pelayanan pengembangan ekonomi daerah C. PROGRAM PRIORITAS
Program prioritas Kabupaten Banggai pada tahun 2016:
a) Pengentasan kemiskinan, melalui pengembangan ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada Koperasi dan UMKM dengan mengoptimalkan potensi lokal
b) Pembangunan terhadap wilayah tertinggal/perdesaan
c) Penuntasan wajib belajar di tingkat pendidikan dasar, dengan program pendidikan untuk semua
d) Pemberdayaan sektor ekonomi yang mendukung peningkatan pendapatan daerah
e) Tercapainya masyarakat yang sehat dalam lingkungan yang sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata
f) Kemandirian pangan dipertahankan pada tingkat aman dan dalam kualitas gizi yang memadai
g) Pembangunan dan peningkatan infrastruktur dasar dan kewilayahan untuk mendukung peningkatan perekonomian serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Peta Administrasi Kabupaten Tolitoli
A. KONDISI SAAT INI
1) Penduduk Dan Ketenagakerjaan
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Kabupaten Tolitoli Tahun 2013 sebanyak 220.612 jiwa, yang terbagi atas 112.616 laki laki dan 107.996 perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 54 jiwa/km2, dan Jumlah Rumah Tangga sebanyak 49.900 KK dengan ratarata anggota rumah tangga sebanyak 4.
Gambar 5.34
Perkembangan Penduduk di Kabupaten Tolitoli Tahun 20112013
Sumber: BPS, Sulteng Dalam Angka 2014.
Dari sisi ketenagakerjaan, jumlah angkatan kerja di Kabupaten Tolitoli Tahun 2013 mencapai 85.757 jiwa lebih rendah jika dibandingkan Tahun 2012 yaitu sebayak 92.488 jiwa. Dari jumlah angkatan kerja tersebut yang bekerja sebanyak 82.324 jiwa dan yang menganggur sebanyak 3.433 jiwa, dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 58,75%, dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 4,0 %.
Gambar 5.35
Perkembangan Angkatan Kerja & Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Tolitoli Tahun 20112013
Sumber: BPS, 2014.
Perkembangan nilai Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tolitoli selama periode 20122013 cenderung meningkat. Pada Tahun 2012 nilai PDRB ADHB Kabupaten Tolitoli sebesar 3.540.108 Juta Rupiah meningkat menjadi 4.091.982 Juta Rupiah pada Tahun 2013, sementara PDRB ADHK 2000 dari 1.515.584 Juta Rupiah pada Tahun 2012 meningkat menjadi 1.636.993 Juta Rupiah pada Tahun 2013. Sedangkan laju pertumbuhan PDRB pada tahun 2012 sebesar 8,20% sedikit mengalami perlambatan di Tahun 2013 yaitu sebesar 8,01%.
Gambar 5.36
Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tolitoli Tahun 20112013
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2014.
Berdasarkan distribusi PDRB ADHB Tahun 2013, sektor yang paling besar kontribusinya terhadap pembentukan PDRB adalah sektor Pertanian yaitu 45,55%, disusul sektor JasaJasa sebesar 16,94%, sektor Perdagangan, Restoran dan Hotel sebesar 10,76% dan sektor Industri Pengolahan sebesar 6,66%, sedangkan sektor yang paling kecil kontribusinya adalah sektor Listrik dan Air Bersih yaitu hanya sebesar 0,46%.
Gambar 5.37
Distribusi PDRB ADHB Menurut Sektor Lapangan Usaha
Kabupaten Tolitoli Tahun 2013
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2013.
Selanjutnya PDRB per kapita Kabupaten Tolitoli selama periode Tahun 20112013 cenderung meningkat, yakni dari Rp. 14.313.357, pada Tahun 2011 meningkat menjadi Rp. 16.273.142,, dan pada Tahun 2013 meningkat menjadi Rp. 18.548.322,.
Gambar 5.38
Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Tolitoli Tahun 20112013
3) Kondisi Kemiskinan
Kemiskinan merupakan kondisi kehidupan yang serba kekurangan yang dialami seseorang yang pengeluaran perkapitanya selama sebulan tidak cukup untuk memenuhi standar hidup minimum.
Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin di Kabupaten Tolitoli cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tolitoli sebanyak 32,4 ribu jiwa (15,03%) berkurang menjadi 30,9 ribu jiwa (14,12%) pada tahun 2012, selanjutnya pada tahun 2013 berkurang menjadi 30,7 ribu jiwa (13,86%).
Gambar 5.39
Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Tolitoli Tahun 20112013
Sumber: BPS, Kemiskinan Kabupaten/Kota seSulteng, 2013.
4) Pendidikan
Dibidang Pendidikan, pembangunan sektor pendidikan diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pendidikan dengan memanfaatkan secara optimal fasilitas
pendidikan yang ada. Keberhasilan pembangunan di sektor pendidikan dapat dilihat dari beberapa indikator, antara lain yaitu: Angka Melek Huruf (AMH), Ratarata Lama Sekolah (RLS), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).
Perkembangan capaian Angka Melek Huruf (AMH) di Kabupaten Tolitoli cenderung meningkat pada periode 20122013, yakni dari 95,37% pada tahun 2012 menjadi 95,76% pada tahun 2013. sementara Angka RataRata Lama Sekolah (RLS) pada tahun 2012 sebesar 7,86 tahun meningkat menjadi 8,09 tahun pada tahun 2013.
Selanjutnya capaian Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kabupaten Tolitoli selama periode 20122013 sebagai berikut: RataRata Lama Sekolah
APM SMA/SMK/MA Sumber: BPS, 2014.
Sementara capaian Angka Partisipasi Murni (APM) di Kabupaten Tolitoli selama periode 20122013 sebagai berikut:
APM SD/Mi cenderung meningkat, yaitu dari 90,13% pada tahun 2012 menjadi 90,88% pada tahun 2013.
APM SMP/MTs cenderung meningkat, yaitu dari 56,91% pada tahun 2012 menjadi 62,51% pada tahun 2013.
APM SMA/SMK/MA cenderung meningkat, yaitu dari 44,16% pada tahun 2012 menjadi 50,86% pada tahun 2013.
5) Kesehatan
Keberhasilan pembangunan di Sektor kesehatan tidak lepas dari dukungan sarana dan prasarana penunjang kesehatan. Hingga Tahun 2013 fasilitas kesehatan yang terdapat di Kabupaten Tolitoli yaitu Rumah Sakit Pemerintah sebanyak 1 unit, dan ditunjang oleh prasarana lainnya terdiri dari: Puskesmas induk sebanyak14 unit, Puskesmas Pembantu sebanyak 74 unit, dan Posyandu sebanyak 246 unit (BPS, Sulteng Dalam Angka 2014).
Sedangkan tenaga kesehatan yang terdapat di Kabupaten Tolitoli pada Tahun 2013 yaitu Dokter Umum sebanyak 23 orang, Dokter spesialias sebanyak 6 orang, Dokter Gigi sebanyak4 orang, Apoteker dan Asisten sebanyak 40 orang, SKM sebanyak 70 orang, Bidan sebanyak 173 orang, Perawat sebanyak 475 orang, dan Sanitarian sebanyak 27 orang (BPS, Sulteng Dalam Angka 2014).
6) Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Capaian pembangunan mutu modal manusia di Kabupaten Tolitoli cenderung mengalami peningkatan sejak periode 20122013,
yakni dari 69,67 poin pada tahun 2012 meningkat menjadi 70,24 poin pada tahun 2013, dengan posisi peringkat ke9 seSulteng pada tahun 2013.
Gambar 5.40
Perkembangan IPM Kabupaten Tolitoli Tahun 20112013
Sumber: BPS, 2014.
Perkembangan capaian IPM Kabupaten Tolitoli selama periode Tahun 20112013 dibawah nilai IPM Provinsi Sulawesi Tengah dan IPM Nasional.
Gambar 5.41
IPM Kabupaten Tolitoli Dalam Perspektif Sulteng Tahun 2013
Sumber: BPS, 2014.
B. ISU STRATEGIS
2) Kurangnya fasilitas infrastruktur yangb menyebabkan kesenjangan antar wilayah
3) Belum optimalnya pembinaan ekonomi dan dunia usaha
4) Kurangnya pembinaan sosial dan kelembagaan pada organisasi masyarakat
5) Banyaknya titik rawan bencana pada daerah tertinggal 6) Masih terdapat desa rawan konflik
7) Masih tingginya tingkat kemiskinan
8) Kurangnya pemberdayaan sumberdaya manusia 9) Kurangnya investor untuk membuka lapangan kerja
C. PROGRAM PRIORITAS
Prioritas dan sasaran pembangunan daerah Kabupaten Tolitoli pada tahun 2016 sebagai berikut :
a) Peningkatkan Dunia Usaha Kecil dan Menengah melalui peran pemerintah sebagai entrepreneur
b) Peningkatan Pembangunan Infrastruktur dan Fasilitas Umum, dengan mempertimbangkan aspek pemerataan dan perimbangan wilayah kecamatan secara proporsional
c) Peningkatan Perekonomian Masyarakat Berbasis Wilayah melalui Azas pemerataan pendapatan
d) Peningkatan Pelayanan Prima Kepada Masyarakat melalui prinsip pro rakyat transparansi dan akuntabilitas
e) Peningkataan dan pengembangan sumberdaya manusia, yang dibarengi dengan pengelolaan sumberdaya alam yang berwawasan lingkungan
f) Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam pembangunan partisipasitif. dengan sasaran pengembangan pelaksanaan pemberdayaan dan kapasitas masyarakat
g) Peningkatan kehidupan beragama, politik, hukum,budaya atas prinsip saling menghormati, menghargai, menjunjung tinggi perbedaan
5.2.6 KABUPATEN TOJO UNAUNA
A. KONDISI SAAT INI
1) Penduduk Dan Ketenagakerjaan
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Kabupaten Tojo UnaUna pada Tahun 2013 berjumlah 143.788 jiwa, yang terbagi atas 73.630 lakilaki dan 70.158 perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 25jiwa/km2. Jumlah Rumah Tangga sebanyak 32.754 KK dengan ratarata anggota rumah tangga sebanyak 4.
Gambar 5.42
Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Tojo UnaUna Tahun 20112013
Sumber: BPS, Sulteng Dalam Angka 2014.
Dari sisi ketenagakerjaan, jumlah angkatan kerja di Kabupaten Tojo UnaUna Tahun 2013 mencapai 71.379 jiwa lebih rendah jika dibandingkan tahun 2012 yaitu sebayak 67.772 jiwa. dari jumlah angkatan kerja tersebut yang bekerja sebanyak 69.795 jiwa dan yang menganggur sebanyak 1.584 jiwa, dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 76,27%, dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 2,22%.
Gambar 5.43
Perkembangan Angkatan Kerja & Tingkat Pengangguran Terbuka Di Kabupaten Tojo UnaUna Tahun 20112013
Sumber: BPS, 2014.
2) Kondisi Perekonomi Daerah
Perekonomian Daerah Kabupaten Tojo UnaUna menunjukkan perkembangan yang signifikan, sebagaimana tercermin dari perkembangan nilai Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tojo UnaUna.
Pada Tahun 2012 nilai PDRB ADHB Kabupaten Tojo UnaUna mencapai 1.594.645 Juta Rupiah meningkat menjadi 1.833.905 Juta Rupiah pada tahun 2013, sementara PDRB ADHK 2000 dari 581.844 Juta Rupiah meningkat menjadi 629.217 Juta Rupiah pada tahun 2013. Dengan laju pertumbuhan PDRB pada tahun 2013 sebesar 8,14%, lebih tinggi dibandingkan dengan Tahun 2012 sebesar 8,11%.
Gambar 5.44
Perkembangan Nilai dan Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Tojo UnaUna Tahun 20112013
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2014.
hotel sebesar 13,80%. Sedangkan sektor yang paling kecil andilnya adalah sektor listrik dan air bersih yaitu hanya sebesar 0,83%.
Gambar 5.45
Distribusi PDRB ADHB Menurut Sektor Lapangan Usaha Kabupaten Tojo UnaUna Tahun 2013
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2014.
Selanjutnya PDRB per kapita Kabupaten Tojo UnaUna juga mengalami peningkatan, yakni pada tahun 2010sebesar Rp. 8.736.793, menjadi Rp. 9.858.817, pada tahun 2011, dan pada tahun 2012 meningkat menjadi Rp. 11.190.520,
Gambar 5.46
Perkembangan PDRB Perkapita
Kabupaten Tojo UnaUna Tahun 20112013
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2014.
3) Kondisi Kemiskinan
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tojo UnaUna telah memberikan implikasi terhadap pengurangan jumlah penduduk miskin. Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin di Kabupaten Tojo UnaUna selama periode Tahun 2011 2013 mengalami penurunan, dimana pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin sebanyak 31,5 ribu jiwa (22,37%) berkurang menjadi 29,9 ribu jiwa (20,98%) pada tahun 2012, dan pada Tahun 2013 berkurang hingga menjadi 29,7 ribu jiwa (20,61%).
Gambar 5.47
Trend Kemiskinan Kabupaten Tojo UnaUna Tahun 20112013
Sumber: BPS, 2014. 4) Pendidikan
beberapa indikator, antara lain yaitu: Angka Melek Huruf (AMH), Ratarata Lama Sekolah (RLS), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).
Perkembangan capaian Angka Melek Huruf (AMH) di Kabupaten Tojo UnaUna periode 20122013 cenderung meningkat, yakni dari 97,56% pada tahun 2012 menjadi 97,58% pada tahun 2013. sementara Angka RataRata Lama Sekolah (RLS) pada tahun 2012 sebesar 7,92 tahun meningkat menjadi menjadi 7,94 tahun pada tahun 2013.
Selanjutnya capaian Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kabupaten Tojo UnaUna selama periode 20122013 sebagai berikut:
. Indikator Pendidikan 2011 2012 2013 1. Angka Melek Huruf (%) 97,54 97,56 97,58 2. RataRata Lama Sekolah
(tahun) 7,91 7,92 7,94
3. APK (%)
APK SD/MI 105,72 106,15 105,45 APK SMP/MTs 68,97 70,49 64,69 APK SMA/SMK/MA 68,52 73,16 56,32
4. APM (%)
APM SD/MI 93,73 93,73 91,49
APM SMP/MTs 50,74 58,95 46,58 APM SMA/SMK/MA 43,85 46,00 40,22
Sumber: BPS, 2014.
Sementara capaian Angka Partisipasi Murni (APM) di Kabupaten Tojo UnaUna selama periode 20112012 sebagai berikut:
APM SD/Mi cenderung menurun, yakni dari 93,73% pada tahun 2012 menjadi 91,49% pada tahun 2013.
APM SMP/MTs cenderung menurun dari 58,95% pada tahun 2012 menjadi 46,58% pada tahun 2013.
APM SMA/SMK/MA cenderung menurun, yaitu dari 46,0% pada tahun 2012 menjadi 40,22% pada tahun 2013.
5) Kesehatan
Capaian pembangunan dibidang kesehatan di Kabupaten Tojo Una Una juga cenderung mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari perkembangan indikator kesehatan berikut ini:
Angka Usia Harapan Hidup di Kabupaten Tojo UnaUna cenderung meningkat periode 20122013, yakni dari 64,20 tahun pada tahun 2012 menjadi 64,22 tahun pada tahun 2013. Sementara cakupan Puskesmas Pembantu per Desa/Kelurahan di KabupatenTojo Una Una (per seratus Desa/Kelurahan) cenderung meningkat dari 36,89 pada tahun 2011 menjadi 36,99 pada tahun 2012.
Spesialias sebanyak 4 orang,Dokter Gigi sebanyak 4 Orang, Apoteker dan Asisten sebanyak 31 orang, SKM sebanyak 51 orang, Bidan sebanyak 199 orang,Perawat sebanyak 309 orang, dan Sanitarian sebanyak 31 orang (Sulteng Dalam Angka, 2014).
6) Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Capaian pembangunan mutu modal manusia di Kabupaten Tojo UnaUna cenderung meningkat sejak periode 20122013, hal ini dapat dilihat dari capaian indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Tojo UnaUna, yakni dari 69,71 poin pada tahun 2012 menjadi 70,0 poin pada tahun 2013, dengan peringkat ke10 seSulawesi Tengah.
Gambar 5.48
Perkembangan IPM Kabupaten Tojo UnaUna,
Provinsi Sulawesi Tengah, dan Nasional Tahun 20112013
Sumber: BPS, 2014.
Perkembangan capaian IPM Kabupaten Tojo UnaUna selama periode Tahun 20112013 berada dibawah IPM Provinsi Sulawesi Tengah dan IPM Nasional.
Gambar 5.49
IPM Kabupaten Tojo UnaUna Dalam Perspektif Sulteng Tahun 2012
Sumber: BPS, 2014 B. ISU STRATEGIS
1) Kualitas Sumberdaya Aparatur 2) Tingginya Angka Kemiskinan
3) Infrastruktur Perhubungan Darat, Udara dan Laut Masih Kurang Memadai
4) Masih Terdapat PraktekPraktek Illegal Logging, Illegal Fishing dan Penyakit Sosial Lainnya
5) Masih Terdapatnya Angka Penyakit Menular Dan Sumberdaya Tenaga Kesehatan Masih Kurang
6) Pendidikan Yang Belum Merata
7) Kepariwisataan Belum Tertata Dengan Baik
C. PROGRAM PRIORITAS
Prioritas dan sasaran pembangunan daerah Kabupaten Tojo Unauna pada tahun 2016 sebagai berikut :
a) Melanjutkan Pendidikan Dan Kesehatan Gratis b) Percepatan Pembangunan Infrastruktur
c) Mengembangkan Perekonomian Lokal Berbasis Agrobisnis Dan Pariwisata Unggulan
e) Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (Sdm) DanPerluasan Kesempatan Kerja
f) Percepatan Pembangunan Wilayah Kepulauan, Perbatasan Dan Daerah Tertinggal
g) Peningkatan Kualitas Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Pelestarian Lingkungan Hidup
5.2.7 KABUPATEN MOROWALI
A. KONDISI SAAT INI
456
1) Penduduk dan Ketenagakerjaan
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Kabupaten Morowali Tahun 2013 sebanyak 108.873 jiwa, yang terbagi atas 55.678 laki laki dan 53.195 perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 36jiwa/km2, dan Jumlah Rumah Tangga sebanyak 26.750 KK dengan ratarata anggota rumah tangga sebanyak 4 orang.
Gambar 5.50
Perkembangan Penduduk di Kabupaten Morowali Tahun 20112013
Sumber: BPS, Sulteng Dalam Angka 2014.
Dari sisi ketenagakerjaan, jumlah angkatan kerja di Kabupaten Morowali Tahun 2013 mencapai 91.734 jiwa lebih rendah dibanding Tahun 2012 sebayak 94.181 jiwa. Dari jumlah angkatan kerja tersebut yang bekerja sebanyak 88.985 jiwa dan yang menganggur sebanyak 2.749 jiwa, dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 62,47%, dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3%.
Perkembangan Angkatan Kerja & Tingkat Pengangguran Terbuka Di Kabupaten Morowali Tahun 20112013
Sumber: BPS, 2014.
2) Kondisi Perekonomian Daerah
Perkembangan perekonomian Kabupaten Morowali selama periode 20112013 terus menujukkan trend yang meningkat, yang tercermin dari meningkatnya nilai PDRB Kabupaten Morowali.
Pada Tahun 2012 nilai PDRB ADHB Kabupaten Morowali mencapai 2.380.190 Juta Rupiah meningkat menjadi 3.061.475 Juta Rupiah pada Tahun 2013, sementara PDRB ADHK 2000 dari 915.840 Juta Rupiah pada Tahun 2012 meningkat menjadi 1.056.477 Juta Rupiah pada Tahun 2013. Dengan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Morowali Tahun 2013 sebesar 15,35% lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 15,21%.
Gambar 5.52
Perkembangan Nilai PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Morowali Tahun 20112013
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota seSulteng, 2014.
Berdasarkan distribusi PDRB ADHB tahun 2013, sektor yang paling besar kontribusinya terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Morowali adalah sektor Pertambangan dan Penggalian dengan kontribusi sebesar 46,26%, disusul terbesar kedua yaitu sektor Pertanian dengan kontribusi sebesar 25,66%, dan terbesar ketiga adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 11,30%. Sedangkan sektor yang paling kecil kontribusinya adalah sektor Listrik dan Air Bersih yaitu hanya sebesar 0,33%.
Gambar5.53
Distribusi PDRB ADHB Menurut Sektor Lapangan Usaha Kabupaten Morowali Tahun 2013