C. PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MOROWALI UTARA pada tahun 2016:
2. Kebijakan Pengembangan Pola Ruang : 1) Kebijakan Pengembangan Kawasan Lindung
5.3.2. PENGEMBANGAN REGIONAL MANAGEMENT (RM) NAROSO
Dalam RPJM Nasional 20102014 diamanatkan bahwa percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah strategis dan cepat tumbuh perlu didorong sehingga dapat melahirkan rasa keadilan bagi masyarakat berbagai daerah dengan mengembangkan ekonomi yang sinergis tanpa mempertimbangkan batas wilayah administratif tetapi lebih ditekankan pada pertimbangan keterkaitan mata rantai proses industri dan distribusi, upaya tersebut dapat dilakukan melalui pengembangan produk unggulan daerah serta mendorong terwujudnya koordinasi sinkronisasi keterpaduan dan kerjasama antar sektor, antar pemerintah, dunia usaha dalam mendukung peluang berusaha dan investasi daerah.
Dimasa lalu pendekatan topdown lebih mendominasi iklim pembangunan sehingga tidak banyak memberi peluang pada inisiatif, kreativitas, inovasi dan kepentingan lokal. Akibatnya banyak hasil pembangunan tidak mencapai sasaran dan harapan secara umum. Budaya perencanaan sentralistik pada masa lalu hanya menyisakan sedikit ruang pada aspek komunikasi dan partisipasi yang sebenarnya justru dibutuhkan dalam memberdayakan segala potensi dan sumber daya daerah yang berorientasi pasar. Walaupun telah dilakukan upayaupaya perbaikannya, pengaruh dan kontaminasi pola lama terhadap konsepsi pembangunan pasca UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 hingga kini masih dapat ditemui. Hal inilah yang menjadi salah satu permasalahan mendasar bagi pembangunan yang berkeadilan dan mengedepankan persatuan serta kesatuan nasional.
Pembangunan daerah yang telah berlangsung selama ini dirasakan masih belum sepenuhnya mampu mewujudkan kesetaraan pembangunan antar daerah. Kondisi tersebut dicerminkan dengan masih adanya 183 kabupaten yang teridentifikasi sebagai daerah tertinggal, termasuk didalamnya daerah khusus yaitu daerah tertinggal yang memiliki masalah khusus pada aspek : (1) kondisi keterisolasian (kawasan perdesaan di pedalaman dan pesisir serta pulau kecil; (2) letak geografis terpencil, terluar dan terdepan (perbatasan) dan (3) kondisi rawan konflik atau rawan bencana.
Melihat berbagai permasalahan multikompleks dalam pembangunan di Indonesia saat ini, maka perlu adanya berbagai terobosan baru dalam upaya menggalang kekuatan pembangunan di daerah. Terobosan tersebut harus sesuai dan mencerminkan
semangat, situasi, dan kondisi nyata yang ada di masyarakat. Salah satu bentuk implementasi regionalisasi yang dapat dipertimbangkan oleh Pemerintah Kabupaten dan Kota saat ini adalah melalui penerapan Regional Management.
Di negara maju, kerjasama antar daerah menjadi kebutuhan fundamental dalam mengatasi permasalahanpermasalahan internal daerah seperti masalah perbatasan daerah, pengolahan air dan lingkungan serta keamanan bersama, pengembangan produk unggulan daerah dan dan pengolahan serta pemasaran bersama, mengatasi kebakaran dan sebagainya. Karena disadari bahwa tidak ada satupun daerah yang benarbenar terbebas dari tekanan dan masalah secara keseluruhan, yakni setiap daerah paling tidak mengalami satu dari sekian banyak potensi masalah. Seperti disparitas antar daerah, globalisasi, keterbatasan potensi sumberdaya lokal, keterbatasan kemampuan dan pendapatan daerah, serta keterbatasan lainnya. Permasalahan tersebut dapat diatasi melalui pembentukan dan pengembangan kerjasama antar daerah yang memiliki prinsip saling menguntungkan, saling bersinergi, terencana, sistematis, terpadu, tumbuhkan atas inisiatif lokal, lahir atas konsensus bersama tanpa suatu paksaan dari pihak manapun.
Regional Management merupakan sebuah pendekatan dalam pengembangan kerjasama antardaerah dalam mengakselerasi percepatan pembangunan daerah tertinggal yang merupaskan kebutuhan dalam mendorong pembangunan ekonomi wilayah. Fasilitasi RM daerah tertinggal dilakukan dengan koordinasi untuk menghasilkan kesepakatan semua pihak terkait dalam melaksanakan tata kelola Kelembagaan dan Forum RM yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
kebijakan secara bersamasama untuk saling mendukung dan saling menguntungkan.
Berangkat dari latar belakang tersebut maka pada tanggal 11 Januari 2013 Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal telah memfasilitasi pembentukan Regional Management Naroso melalui penandatanganan kesepakatan bersama antara Walikota Palu, Bupati Donggala, Bupati Parigi Moutong dan Bupati Sigi. Regional Management Naroso merupakan salah 1 (satu) dari 7 (tujuh) regional management yang dibentuk selama kurun waktu 2012 2013. dengan demikian sejak tahun 2010 sampai tahun 2013 total Regional Management yang telah dibentuk oleh Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal adalah sebanyak 13 Regional Management. Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal juga telah menfasilitasi penganggaran melalui Dana Dekonsentrasi yaitu Kegiatan Pengembangan Kebijakan, Koordinasi dan Fasilitasi Pembangunan Wilayah Strategis di Provinsi Sulawesi Tengah dengan Satuan Kerja berada di Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah yang bertujuan untuk menfasilitasi pengembangan Regional Management di daerah tertinggal yang bersinergi dengan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet).
Regional Management Naroso merupakan satusatunya regional management di Indonesia yang memiliki wilayahnya persis berimpitan dengan lokasi kapet yaitu Kapet Palapas, sehingga konsekuensinya terdapat dua organisasi pengelola wilayah yaitu Regional Management Naroso dan Kapet Palapas. Oleh karena itu perlu sinkronisasi kegiatan antara keduanya untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pendanaan dan organisasi guna mencapai tujuan pembangunan daerahdaerah tertinggal di kawasan tersebut.
Secara administrasi, wilayah Regional RM Naroso meliputi seluruh wilayah Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Sigi memiliki luas sekitar 17.098,62 km2, Kabupaten Parigi Moutong merupakan wilayah dengan luas terbesar, yaitu sebesar 6.231,85 km2. Secara geografis RM Naroso terletak pada 119022” – 124022” Bujur Timur dan 02022” Lintang Utara hingga 03048” Lintang Selatan.
Bentuk kerjasama dalam Regional Management Naroso tersebut berupa pembangunan infrastruktur ekonomi, pembangunan klaster industri produkproduk unggulan yang sama antar kabupaten/kota sehingga pengelolaan huluhilirnya dilakukan secara bersamasama untuk meningkatkan economic of scale, lebih efisien dan berdaya saing. Untuk mengarahkan pembangunan Provinsi Sulawesi Tengah guna mencapai Visi Pembangunan Provinsi Sulawesi Tengah yaitu
“SULAWESI TENGAH SEJAJAR DENGAN PROVINSI MAJU DI KAWASAN TIMUR INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DAN KELAUTAN MELALUI PENINGKATAN KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA YANG BERDAYA SAING PADA TAHUN 2020” maka diperlukan suatu perencanaan yang lebih matang dengan melihat potensi daerah yang ada.
Untuk mendukung Visi tersebut, Regional Managemen Naroso sebagai salah satu Kawasan Strategis dalam pembangunan daerah di Provinsi Sulawesi Tengah harus memiliki rencana ke depan, memiliki arah dan visi serta misi yang jelas.Keberadaan Visi dan Misi Regional Managemen Naroso juga merupakan konsepsi dasar mengenai pembangunan kawasan yang dicitacitakan, sehingga dapat menjadi daya pendorong dan daya ungkit (leverage) bagi
seluruh kawasan yang ada disekitarnya. Dengan menyadari keberadaan seluruh potensi yang dimiliki, baik potensi sumberdaya alam maupun potensi sumberdaya manusia termasuk potensi sosial budaya dan sinergitas diantara berbagai sumberdaya serta partisipasi aktif seluruh stakeholders maka Visi Regional Managemen (RM) Naroso dirumuskan sebagai berikut :
“Menjadikan Kawasan Rm Naroso Terdepan Nasional
Melalui Pembangunan Ekonomi Terpadu Berbasis Komoditas Unggulan”
Makna dari Visi tersebut adalah :
Terdepan: Kualitas, Kuantitas, pengolahan, pemasaran
komoditas unggulan (kakao dansapi potong)
Pembangunan Ekonomi Terpadu: Pembangunan ekonomi
dari hulu ke hilir dari aspek budidaya hingga pengolahan dan pemasaran komoditas kakao dan sapi potong.
Komoditas Unggulan: komoditas yang memiliki daya saing yaitu komoditas kakao dan sapi potong.
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka dirumuskan Misi RM NAROSOsebagai berikut :
Menjadikan Kawasan RM Naroso sebagai pusat ekonomi kreatif yang terdepan baik Regional maupun Nasional.
Percepatan Pembangunan Ekonomi di wilayah RM Naroso
Berbasis Komoditas Unggulan.
Pengelolaan sumberdaya lokal berkelanjutan di wilayah RM Naroso.
Bertolak dari Visi RM NAROSOmaka arah kebijakan pengembangan dijabarkan berdasarkan Misi RM NAROSOsebagai berikut:
1) Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan;
2) Peningkatan usaha ekonomi produktif masyarakat dan keluarga; 3) Pemberdayaan koperasi dan UKM melalui aspek permodalan, manajemen dan teknologi yang mampu mendorong perkembangan aktifitas secara berkelanjutan;
4) Perluasan akses perdagangan komoditi unggulan yang didukung dengan peningkatan mutu produk menghadapi pasar yang semakin kompetitif;
5) Pengembangan Dunia Usaha sektor perkebunan kakao dan peternakan sapi potong melalui pengembangan teknologi;
6) Pengembangan Sistem Distribusi dan stabilisasi harga perkebunan kakao dan peternakan sapi potong
7) Peningkatan mutu dan nilai tambah pada produk perkebunan kakao dan peternakan sapi potong;
8) Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berbasis komoditi unggulan;
9) Pengembangan kemitraan dengan industri skala besar, Perbankan, BUMN dan Koperasi terkait komodits perkebunan kakao dan peternakan sapi potong.
10) Membangun jejaring pasar lokal, regional dan nasional, bila memungkinkan dapat menembus ke pasar internasional.
Membangun sentra usaha potensial dikawasan RM Naroso dengan mendorong lahirnya kebijakan pengembangan bidang usaha tertentu yang mampu mensejahterakan masyarakat secara cepat dan berkelanjutan.
Membangun business center sebagai pusat kegiatan untuk melayani informasi bisnis yang akurat kepada investor untuk melakukan investasi di kawasan RM NAROSO
Mengembangkan Pusat Pelatihan Bisnis yang memberikan pelayanan bagi peningkatan kemampuan daya saing usaha produkproduk unggulan kawasan RM Naroso.
Memfasilitasi berbagai solusi pendanaan dari lembaga donor, pemerintah daerah (kabupaten dan provinsi) maupun pemerintah pusat.
5.3.3.PROGRAM TERPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN