• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PENANGANAN DAN RENCANA AKSI PROGRAM

Dalam dokumen PENDAHULUAN R P K P P LATAR BELAKANG (Halaman 113-120)

4.1. Konsep dan Rencana Penanganan Kawasan Permukiman Prioritas

4.2. Rencana Aksi Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan pada Kawasan Permukiman Prioritas Selama 5 Tahun Berikut Petahapannya

4.3. Kajian Kriteria dan Indikator Penentuan Kawasan Pembangunan Tahap-1 4.4. Konsep dan Rencana Penangananan Kawasan Pembangunan Tahap 1

4.1. KONSEP DAN RENCANA PENANGANAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS

Konsepsi penanganan kawasan permukiman prioritas RPKPP Kota Kediri, merupakan rencana konseptual penataan kawasan yang memuat tujuan pengembangan kawasan, tahapan penanaganan kawasan secara spasial, langkah-langkah strategis yang dilakukan beserta bentuk-bentuk program – program penataan kawasan yang akan dilakukan. Konsepsi tersebut berdasarkan arahan dalam program-program yang disusun dalam kegiatan SPPIP.

4.1.1. TUJUAN PENGEMBANGAN KAWASAN

Secara umum tujuan pengembangan kawasan, akan merujuk pada tujuan yang telah ditetapkan di dalam Dokumen Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP).

TUJUAN (a goal) merupakan hasil akhir yang ingin dicapai individu ataupun kelompok yang sedang bekerja, atau secara ideal, tujuan merupakan hasil yang diharapkan menurut nilai orang-orang. Tujuan kelompok disusun berdasarkan mayoritas individuyangbekerja untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan terdiri dari tujuan jangka pendek (short - range goals) yang merupakan batu loncatan untuk tujuan jangka panjang (long-range goals) (anonim, 2012).

Dalam menentukan Tujuan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan di Kota Kediri, dilakukan analisa terlebih dahulu mengenai:

 Kajian terhadap visi dan misi Kota  Potensi dan permasalahan kota  Isu strategis kota

 Kebutuhan kota

Penajaman terhadap ketiga variabel tersebut, dihasilkan suatu rumusan tujuan pembangunan Permukiman dan infrastruktur perkotaan di Kota Kediri yang nantinya akan menjadi dasar dalam strategi penanganan.

Penajaman Visi, Kebutuhan, Potensi Masalah dan Isu Strategis untuk merumuskan Tujuan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Kota Kediri, sebagaimana Bagan berikut

MAIN ISSUES SUB ISSUES

Sub Issues PERTANAHAN (determinat issues)

 Embrio aktifitas kota terpusat sehingga mengalami titik jenuh  Struktur kota tidak jelas karena

tumpang tindih peruntukan

 Pengembangan industri dan

perdagangan yang kurang

berwawasan lingkungan

 Permukiman baru yang tidak terkendali.

Status lahan

Tidak adanya Land Banking oleh Pemerintah Kota

Sub Issues Kondisi Fisik(secondary issues) Dilalui Sungai Brantas

Sub Issues Permukiman (impact issues)

Ekspansi kawasan ke wilayah kawasan lindung (sempadan sungai dan rel kereta api)

Integrasi kawasan permukiman berupa

spot/klusterperumahanbaru Permukiman kumuh

Kondisi rumah tidak layak huni Garis sempadan bangunan

Sub Issues Infrastruktur Permukiman (impact issues) Pengembangan Infrastruktur (Jalan Lingkar)

Sanitasi (air bersih, limbah dan sampah) Drainase/sedimentasi saluran/genangan Sumber: SPPIP Kota Kediri 2012

KONSEP PENANGANAN DAN

RENCANA AKSI PROGRAM

4

RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN

R P K P P 4 - 2

Dengan demikian rumusan untuk Tujuan SPPIP Kota Kediri dapat dirumuskan sebagai berikut:

 Menciptakan permukiman perkotaan yang aman dan nyaman yang mendukung pariwisata, industri, perdagangan, jasa dan pendidikan

 Mewujudkan infrastruktur perkotaan yang berkualitas

Dari rumusan tujuan tersebut, tiap kata kuncinya dapat diartikan sebagai berikut:  Aman dan nyaman

Memiliki pengertian bahwa permukiman dan infrastruktur yang nantinya akan bebas dari bencana dan berbasis mitigasi bencana. Selain itu permukiman serta infrastruktur permukiman perkotaan juga dikembangkan sesuai dengan preferensi masyarakat akan ketenangan dan kenyamanan.

 berkualitas

berkualitas dalam hal pengembangan permukiman dan infrastruktur berarti mampu mengatasi segala perkembangan kota dan memiliki kualitas yang mumpuni seiring dengan perkembangan kota. Selain itu infrastruktur yang dibangun memiliki mutu yang baik.

Berdasarkan tujuan tersebut, maka metode penanganan terhadap kawasan permukiman prioritas di Kota Kediri, didasarkan pada permasalahan yang terjadi di masing-masing kawasan permukiman prioritas serta tujuan akhir yang diharapkan dari penanganan di masing-masing kawasan permukiman prioritas.

Pendekatan yang dipergunakan untuk penanganan kawasan permukiman prioritas di Kota Kediri adalah

HOUSING BASED COMMUNITY DEVELOPMENT (HBCD) adalah peningkatan kualitas lingkungan

perumahan (Neighbourhood Upgrading) dengan mengedepankan TRIDAYA, berbasis pada area (Area

Based Development), dengan rumah (Housing/Shelter) sebagai komponen utama dengan target adalah masyarakat ekonomi lemah. Jadi fokus dari HBCD adalah mengatasi/mengurangi kemiskinan (proverty elleviatiom) serta pengembangan komunitas menyangkut : sumberdaya perumahan (rumah beserta infrastrukturnya), sumberdaya sosial dan sumberdaya ekonomi. Untuk lebih jelasnya lihat Bagan berikut.

Bagan 4.1.

KONSEP HOUSING BASED COMMUNITY DEVELOPMENT (HBCD)

Dari konsep tersebut, secara umum tujuan yang ingin dicapai adalah :

1. Terwujudnya Lingkungan permukiman yang aman, nyaman, dan berkualitas 2. Tersedianya infrastruktur yang berkualitas

3. Tumbuhnya kegiatan ekonomi lokal untuk meningkatkan pendapatan masyarakat 4. Terwujudnya kehidupan sosial yang baik

5. Terwujudnya kelembagaan ekonomi, kelembagaan sosial yang baik

Dari tujuan yang telah ditetapkan di dalam SPPIP, serta tujuan dari pendekatan yang akann digunakan dalam penanganan Kawasan Permukiman Prioritas Kota Kediri, maka tujuan tersebut, dapat dicapai dengan beberapa tahapan sebagaimana Bagan 4.2. berikut :

Bagan 4.2. Tahapan Penanganan untuk Mencapai Tujuan

Untuk mencapai tujuan tersebut, konsep penanganan terhadap kawasan permukiman prioritas di Kota Kediri didasarkan pada permasalahan di masing-masing kawasan permukiman prioritas, yang secara umum dibagi dalam 2 (dua) konsep yaitu :

1. Konsep penanganan untuk masing-masing kawasan permukiman prioritas

2. Konsep penanganan untuk masing-masing cluster yang ada di tiap kawasan permukiman prioritas, yang dibagi menjadi :.

a. Konsep Penanganan Secara Fisik (secara spasial dan infrastruktur), b. Konsep Penanganan Non Fisik serta

c. Konsep Kemitraan.

4.1.2. KONSEP PENANGANAN UNTUK KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS

Sebagaimana disebutkan di dalam Dokumen SPPIP, bahwa kawasan permukiman prioritas terpilih sesuai dengan prioritas penanganan adalah :

1. Kawasan permukiman prioritas Ngadirejo-Dandangan 2. Kawasan permukiman prioritas Bandar Kidul

3. Kawasan permukiman prioritas Pakelan Jagalan 4. Kawasan permukiman prioritas Semampir 5. Kawasan permukiman prioritas Kampung Dalem

Dengan mengacu kepada dokumen SPPIP, maka konsep penanganan untuk kawasan permukiman prioritas Kota Kediri, sebagai berikut :

HOUSING COMMUNITY INFRASTRUKTUR FINANCE LAND HRD Institution Building Policy Support Regulation Uppgrading Housing and Infrastructure Project Finance Area Based Developme nt S u p p o rt in g A c ti v it ie s TRIDAYA Sosial Development Economic Development Proverty Elleviatiom

RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN

R P K P P 4 - 3

Tabel 4.1

Konsep Dan Strategi Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas Ngadirejo-Dandangan

LOKASI PERMASALAHAN KONSEP

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS

NGADIREJO-DANDANGAN  Kawasan Prioritas Ngadirejo-Dandangan Fisik  Permukiman kumuh

 Memiliki kepadatan bangunan yang cukup tinggi terutama kawasan sekitar pabrik Gudang Garam  Kurangnya sarana dan prasarana infrastruktur kawasan

 Kondisi lingkungan yang kurang memadai

 Keterbatasan lahan pada kawasan padat penduduk di sekitar kawasan industri Permukiman

 Permukiman kumuh

 Masih banyaknya rumah yang belum layak huni, ditinjau dari segi kesehatan, keindahan, sosial budaya dan lingkungan hidup. kawasan-kawasan permukiman yang terdapat di lahan-lahan ilegal dengan kondisi lingkungannya yang tidak sehat khususnya perukiman yang terdapat di sekitar kawasan industri

 Kondisi fasilitas, sarana dan prasarana dasar permukiman, diantaranya : drainase permukiman, SPAL, sarana air bersih, jalan lingkungan, pematusan, drainase masih banyak yang kurang memadai

 Kepadatanpenduduk > 400 jiwa/Ha  Kepadatan bangunan yang sangat tinggi

 Kualitas bangunan kost-kostan yang sebagian besar tidak layak huni termasuk sanitasinya Jalan

 Beberapa jalan dalam kondisi rusak dan perlu diperbaiki  Sarana dan prasarana kurang memadai

 Masih terdapat jalan tanah dan makadam (jalan yang membatasi lingkungan permukiman dengan sempadan sungai Brantas)  Kemacetan lalu lintas terutama pada kawasan disekitar pabrik Gudang Garam

Drainase

 Daerah Rawan banjir terjadi terutama pada kawasan-kawasan permukiman yang dilalui Kali Kresek

 Sebagian besar jaringan drainase tidak terpelihara dengan baik karena banyaknya sampah dan volume saluran yang terlalu kecil  Beberapa ruas jalan/gang yang ada dikawasan prioritas Ngadirejo Dandangan belum memiliki jaringan drainase yang memadai  Telah terjadi alih fungsi lahan, yang berubah menjadi permukiman dan kegiatan lain

 Kegiatan budidaya yang tidak dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah lingkungan Air Bersih

 jaringan air bersih PDAM, Sebagian besar masyarakat menggunakan sumur bor/sumur pompa. Pengambilan air bawah tanah dalam jumlah besar akan sangat mempengaruhi persediaan air pada bagian bawah

Sanitasi

 Sarana dan prasarana sanitasi yang kurang memadai  Masih terbatasnya pelayanan MCK Umum

 Kurangnya air bersih sebagai pendukung MCK  Kondisi MCK Umum banyak yang rusak

 Sanitasi kurang memadai karena masih banyaknya masyarakat yang memanfaatkan sungai untuk membuang limbah rumah tangga Persampahan

 Belum meratanya sistem pelayanan persampahan

 Sarana dan prasarana persampahan kurang memadai (kurangnya bak sampah, TPS dsb)karena masih banyak masyarakat membang sampah tidak pada tempatnya (sungai/saluran)

 Kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan  Kurangnya partsisipasi masyarakat dalam pengelolaan persampahan Ruang Terbuka Hijau

 Terbatasnya ruang terbuka hijau, seperti jalur hijau di sepanjang jalan utama maupun ruang terbuka hijau di sempadan sungai maupun rel kereta api  Belum ada penataan disepanjang sungai dalam bentuk ruang terbuka hijau

 Ruang terbuka hijau sepanjang tepi jalan dan gang masih sangat minim Lingkungan

 Sanitasi kurang memadai karena masih banyaknya masyarakat yang memanfaatkan sungai untuk membuang limbah rumah tangga Ekonomi

 Permukiman padat dan kumuh

 Ketersediaan sarana dan prasarana infrastruktur kawasan belum memadai  Kemampuan sumberdaya manusia dalam pengolahan hasil masih terbatas  Kondisi sektor informal yang kurang memadai

Sosial

 Permasalahan sosial

 Rendahnya SDM ditandai dengan masih tingginya permasalahan sosial yang terjadi diantaranya adalah masalah keluarga miskin, pengangguran maupun permasalahan sosial lainnya

 Rendahnya tingkat pendapatan masyarakat

 Rendahnya tingkat kesadaran penduduk akan kepedulian terhadap lingkungan

PEREMAJAAN LINGKUNGAN (RENEWAL): Dilakukan pada kawasan dengan permasalahan permukiman dan infrastruktur yang kompleks (kumuh berat).

 Penataan kembali kawasan perumahan dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang

 Penyediaan sarana dan prasarana dasar bagi permukiman yang belum terlayani

 Adanya revitalisasi kawasan sebagai bentuk penataan ulang kawasan untuk masyarakat.  Penerapan green roof untuk menambah

kuantitas ruang terbuka hijau.

 Revitalisasi kawasan permukiman dalam bentuk pengembangan pelayanan sarana dan

prasarana dasar terhadap masyarakat untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kualitas hidup masyarakat

 Peremajaan rumah-rumah non permanent tidak layak huni, khususnya pada daerah yang potensial untuk dikembangkan.

 Menetapkan koefisien dasar hijau minimal.  Melakukan rehabilitas, pengawasan dan

perbaikan untuk meningkatkan kualitas jalan dan drainase

 Melakukan rehabilitas, pengawasan dan perbaikan serta memaksimalkan peran perusahaan air minum dalam penyediaan pelayanan air bersih untuk masyarakat.  Peningkatan peran masyarakat dalam

pengelolaan limbah dan sampah.

 Sosialisasi kepada masyarakat dan penerapan 4R dalam pengelolaan sampah dengan sistem bank sampah.

 Meningkatkan pemanfaaatan IPAL untuk pengelolaan limbah melalui program-program KLH

 Melakukan rehabilitas, pengawasan dan perbaikan drainase secara teratur.  Pemaksimalan kuantitas drainase tertutup  Pengawasan teratur dari KLH untuk standar

baku mutu polutan pabrik sebagai usaha mengontrol pencemaran

 Penerapan IPAL sebagai teknologi minimal yang dimiliki industribesar untuk pengolahan limbah.

RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN

R P K P P 4 - 4

Tabel 4.2.

Konsep dan Strategi Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas Bandar Kidul

LOKASI PERMASALAHAN KONSEP STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN

PERMUKIMAN PRIORITAS BANDAR KIDUL Kawasan Prioritas

Bandar Kidul

Fisik

 Kurangnya sarana dan prasarana infrastruktur kawasan  Kondisi lingkungan yang kurang memadai

Permukiman

 Kondisi fasilitas, sarana dan prasarana dasar permukiman, diantaranya : drainase permukiman, SPAL, sarana air bersih, jalan lingkungan, pematusan, drainase masih banyak yang kurang memadai

 Adanya bangunan kost-kostan yang tidak layak huni termasuk sanitasinya Jalan

 Beberapa jalan dalam kondisi rusak dan perlu diperbaiki  Sarana dan prasarana kurang

 Masih terdapat jalan tanah dan makadam Drainase

 Terjadinya banjir/genangan pada beberapa lokasi

 Sebagian besar jaringan drainase tidak terpelihara dengan baik karena banyaknya sampah dan volume saluran yang terlalu kecil  Beberapa ruas jalan/gang yang ada belum memiliki jaringan drainase yang memadai

 Telah terjadi alih fungsi lahan, yang berubah menjadi permukiman dan kegiatan lain  Kegiatan budidaya yang tidak dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah lingkungan Air Bersih

 Belum seluruhnya kawasan prioritas terlayani oleh jaringan air bersih PDAM

 Sebagian besar masyarakat menggunakan sumur bor/sumur pompa. Pengambilan air bawah tanah dalam jumlah besar akan sangat mempengaruhi persediaan air pada bagian bawah

Sanitasi

 Sarana dan prasarana sanitasi yang kurang memadai

 Sanitasi kurang memadai karena masih banyaknya masyarakat yang memanfaatkan sungai untuk membuang limbah rumah tangga

Persampahan

 Belum adanya sistem pelayanan persampahan

 Sarana dan prasarana persampahan kurang memadai (kurangnya bak sampah, TPS dsb) karena masih banyak masyarakat membang sampah tidak pada tempatnya (sungai/saluran)

 Kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan  Kurangnya partsisipasi masyarakat dalam pengelolaan Lingkungan

 Permasalahan limbah industri tenun ikat yang belum memenuhi standar dan dikelola menggunakan IPAL sehingga limbah industri rumah tangga tersebut perlu mendapat perhatian agar tidak mencemari lingkungan yang ada

 Sanitasi kurang memadai karena masih banyaknya masyarakat yang memanfaatkan sungai untuk membuang limbah rumah tangga

 Minimnya fasilitas sanitasi di beberapa tempat kost di kawasan ini serta kondisi bangunan yang kurang memprihatinkan Ekonomi

 Ketersediaan sarana dan prasarana infrastruktur kawasan belum memadai  Kemampuan sumberdaya manusia dalam pengolahan hasil masih terbatas  Keterbatasan pemasaran

 Belum adanya pengolahan limbah industri tenun ikat Sosial

 Rendahnya SDM ditandai dengan masih tingginya permasalahan sosial yang terjadi diantaranya adalah masalah keluarga miskin, pengangguran maupun permasalahan sosial lainnya

 Rendahnya tingkat pendapatan masyarakat

 Rendahnya tingkat kesadaran penduduk akan kepedulian terhadap lingkungan

PERBAIKAN ATAU

PENINGKATAN KUALITAS FISIK (UPGRADING) : dilakukan pada kawasan dengan permasalahan permukiman dan infrastruktur yang tidak terlalu berat (kumuh ringan-sedang)

 Pembangunan rumah layak huni dengan pola berimbang dengan peran

swasta/developer

 Menetapkan pembangunan IPAL Komunal pada lahan-lahan kosong tersebut  Dapat meningkatkan kualitas lingkungan

dengan memperbanyak RTH privat maupun taman-taman lingkungan

 Menetapkan program revitalisasi kawasan permukiman

 Perbaikan bangunan non permanent dan penataan bangunan di sekitar kawasan sempadan sungai.

 Pemaksimalan fungsi jalan untuk mendukung distribusi produk-produk industri.

 Meningkatkan pelayanan Perusahaan Air Minum untuk akses air bersih

 Meningkatkan peran masyarakat dalam mengelola sampah dari sumber untuk efisiensi biaya dan waktu pengelolaan sampah.

 Sosialisasi program 4R untuk menciptakan masyarakat mandiri dalam pengelolaan sampah.

 Melaksanakan pengawasan dan rehabilitasi sungai dengan pelestarian kawasan sempadan sungai

 Menetapkan program pemberdayaan masyarakat dalam bentuk pembangunan IPAL untuk pengelolaan limbah.

 Pengawasan, perbaikan dan rehabilitasi drainase.

 Penetapan sanksi dan pengawasan teratur mengenai kualitas sungai.

RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN

R P K P P 4 - 5

Tabel 4.3.

Konsep dan Strategi Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas Pakelan-Jagalan

LOKASI PERMASALAHAN KONSEP STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN

PERMUKIMAN PRIORITAS JAGALAN Kawasan Prioritas Jagalan

Fisik

 Permukiman kumuh

 Memiliki kepadatan bangunan yang cukup tinggi  Kurangnya sarana dan prasarana infrastruktur kawasan  Kondisi lingkungan yang kurang memadai

 Keterbatasan lahan pada kawasan padat penduduk Permukiman

 Permukiman kumuh

 Masih banyaknya rumah yang belum layak huni, ditinjau dari segi kesehatan, keindahan, sosial budaya dan lingkungan hidup.  Kondisi fasilitas, sarana dan prasarana dasar permukiman, diantaranya : drainase permukiman, SPAL, sarana air bersih, jalan

lingkungan, pematusan, drainase masih banyak yang kurang memadai  Kepadatan penduduk cukup tinggi

 Kepadatan bangunan yang sangat tinggi Jalan

 Beberapa jalan dalam kondisi rusak dan perlu diperbaiki  Sarana dan prasarana kurang

Drainase

 Daerah Rawan banjir

 Sebagian besar jaringan drainase tidak terpelihara dengan baik karena banyaknya sampah dan volume saluran yang terlalu kecil  Beberapa ruas jalan/gang yang ada belum memiliki jaringan drainase yang memadai

 Telah terjadi alih fungsi lahan, yang berubah menjadi permukiman dan kegiatan lain  Kegiatan budidaya yang tidak dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah lingkungan Air Bersih

 Belum seluruhnya kawasan prioritas terlayani oleh jaringan air bersih PDAM

 Sebagian besar masyarakat menggunakan sumur bor/sumur pompa. Pengambilan air bawah tanah dalam jumlah besar akan sangat mempengaruhi persediaan air pada bagian bawah

Sanitasi

 Sarana dan prasarana sanitasi yang kurang memadai  Masih terbatasnya pelayanan MCK Umum

 Kurangnya air bersih sebagai pendukung MCK  Kondisi MCK Umum banyak yang rusak

 Sanitasi kurang memadai karena masih banyaknya masyarakat yang memanfaatkan sungai untuk membuang limbah rumah tangga  Permasalahan limbah tahu Pembuangan limbah industri tahu jika tidak dikendalikan akan merusak ekosistem Sungai Brantas Persampahan

 Belum meratanya sistem pelayanan persampahan

 Sarana dan prasarana persampahan kurang memadai (kurangnya bak sampah, TPS dsb)karena masih banyak masyarakat membang sampah tidak pada tempatnya (sungai/saluran)

 Kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan  Kurangnya partsisipasi masyarakat dalam pengelolaan persampahan Ruang Terbuka Hijau

 Terbatasnya ruang terbuka hijau, seperti jalur hijau di sepanjang jalan utama maupun ruang terbuka hijau di sempadan sungai maupun rel kereta api

 Belum ada penataan disepanjang sungai dalam bentuk ruang terbuka hijau  Ruang terbuka hijau sepanjang tepi jalan dan gang masih sangat minim Lingkungan

 Sanitasi kurang memadai karena masih banyaknya masyarakat yang memanfaatkan sungai untuk membuang limbah rumah tangga  Permasalahan limbah industri tahu yang belum memenuhi standar dan dikelola menggunakan IPAL sehingga limbah industri rumah

tangga tersebut perlu mendapat perhatian agar tidak mencemari lingkungan yang ada Ekonomi

 Permukiman padat dan kumuh

 Ketersediaan sarana dan prasarana infrastruktur kawasan belum memadai  Kemampuan sumberdaya manusia dalam pengolahan hasil masih terbatas  Kondisi sektor informal yang kurang memadai

Sosial

P

ermasalahan sosial

 Rendahnya SDM ditandai dengan masih tingginya permasalahan sosial yang terjadi diantaranya adalah masalah keluarga miskin, pengangguran maupun permasalahan sosial lainnya

 Rendahnya tingkat pendapatan masyarakat

 Rendahnya tingkat kesadaran penduduk akan kepedulian terhadap lingkungan

PERBAIKAN ATAU PENINGKATAN KUALITAS FISIK (UPGRADING) : dilakukan pada kawasan dengan permasalahan permukiman dan infrastruktur yang tidak terlalu berat (kumuh ringan-sedang)

 Penetapan koefisesian RTH privat minimal untuk permukiman yang disediakan  Penerapan green roof

 Adanya perbaikan permukiman non permanen dengan kondisi tidak layak huni.

 Peremajaan dan penertiban rumah-rumah yang melanggar garis sempadan rel dan sungai

 Pengembangan kawasan sesuai peruntukan dan dokumen tata ruang yang berlaku  Penetapan koefisien RTH bagi kawsaan

permukiman, perkantoran dan industri  Penetapan garis sempadan sungai dan rel

kereta api

 Pemeliharaan, pengawasan dan rehabilitasi jalan.

 Meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan air bersih

 Pemeliharaan, pengawasan dan rehabilitasi jalan untuk distribusi dan mobilitas masyarakat.

 Mengembangkan system pengelolaan air limbahagar dapatdimanfaatkankembali (recyclingsystem).

 Sosialisasi dan menerapkan program-program pengelolaan sampah mandiri

 Menetapkan jalur-jalur alternatif untuk mengurangi kemacetan pada jam-jam sibuk.  Penertiban parkir yang menggunakan badan

jalan

 Menetapkan sumber yang berbeda untuk jaringan air bersih.

 Menetapkan sistem pengelolaan limbah dan sampah pada kawasan industri agar tidak mencemari kawasan permukiman dan perkantoran

 Penyediaan infrastruktur yang memadai sesuai fungsi penggunaan lahan

RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN

R P K P P 4 - 6

Tabel 4.4.

Konsep dan Strategi Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas Semampir LOKASI

PERMASALAHAN KONSEP

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS SEMAMPIR

Kawasan Prioritas Semampir

Fisik

 Permukiman kumuh

 Kurangnya sarana dan prasarana infrastruktur kawasan  Kondisi lingkungan yang kurang memadai

Permukiman

 Permukiman kumuh terutama pada kawasan barak penampungan gelandangan dan pengemis masih banyak bangunan yang tidak permanen

 Masih banyaknya rumah yang belum layak huni, ditinjau dari segi kesehatan, keindahan, sosial budaya dan lingkungan hidup.  Kondisi fasilitas, sarana dan prasarana dasar permukiman, diantaranya : drainase permukiman, SPAL, sarana air bersih, jalan

lingkungan, pematusan, drainase masih banyak yang kurang memadai  Kepadatanpenduduk dan bangunan cukup tinggi

 Masih adanya bangunan semi permanen Jalan

 Beberapa jalan dalam kondisi rusak dan perlu diperbaiki  Sarana dan prasarana kurang memadai

 Masih terdapat jalan tanah dan makadam (jalan yang membatasi lingkungan permukiman dengan sempadan sungai Brantas) Drainase

 Tidak terdapat saluran drainase yang berfungsi untuk mengalirkan air hujan sehingga dapat memicu terjadinya genangan  Sebagian besar jaringan drainase tidak terpelihara dengan baik dan kurang maksimal

 Beberapa ruas jalan/gang yang belum memiliki jaringan drainase yang memadai  Telah terjadi alih fungsi lahan, yang berubah menjadi permukiman dan kegiatan lain  Kegiatan budidaya yang tidak dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah lingkungan Air Bersih

 Belum terlayani oleh jaringan air bersih PDAM

 Sebagian besar masyarakat menggunakan sumur bor/sumur pompa. Pengambilan air bawah tanah dalam jumlah besar akan sangat mempengaruhi persediaan air pada bagian bawah

Sanitasi

 Sarana dan prasarana sanitasi yang kurang memadai  Masih terbatasnya pelayanan MCK Umum

 Kurangnya air bersih sebagai pendukung MCK  Kondisi MCK Umum banyak yang rusak

 Sanitasi kurang memadai karena masih banyaknya masyarakat yang memanfaatkan sungai untuk membuang limbah rumah tangga Persampahan

 Belum meratanya sistem pelayanan persampahan

 Sarana dan prasarana persampahan kurang memadai (kurangnya bak sampah, TPS dsb)karena masih banyak masyarakat membang sampah tidak pada tempatnya (sungai/saluran)

 Kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan  Kurangnya partsisipasi masyarakat dalam pengelolaan persampahan Ruang Terbuka Hijau

 Terbatasnya ruang terbuka hijau, seperti jalur hijau di sepanjang jalan utama maupun ruang terbuka hijau di sempadan sungai  Belum ada penataan disepanjang sungai dalam bentuk ruang terbuka hijau

 Ruang terbuka hijau sepanjang tepi jalan dan gang masih sangat minim Lingkungan

 S anitasi kurang memadai karena masih banyaknya masyarakat yang memanfaatkan sungai untuk membuang limbah rumah tangga  Permasalahan limbah industri tahu yang belum memenuhi standar dan dikelola menggunakan IPAL sehingga limbah industri rumah

tangga tersebut perlu mendapat perhatian agar tidak mencemari lingkungan yang ada Ekonomi

 Ketersediaan sarana dan prasarana infrastruktur kawasan belum memadai

 Kemampuan sumberdaya manusia dalam pengolahan hasil perikanan belum maksimal Sosial

 Permasalahan sosial

 Rendahnya SDM ditandai dengan masih tingginya permasalahan sosial yang terjadi diantaranya adalah masalah keluarga miskin,

Dalam dokumen PENDAHULUAN R P K P P LATAR BELAKANG (Halaman 113-120)