• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN R P K P P LATAR BELAKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN R P K P P LATAR BELAKANG"

Copied!
199
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

K O T A K E D I R I

R P K P P

1 - 1

1.1. Latar Belakang

1.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran

1.3. Metodologi dan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan 1.4. Ruang Lingkup

1.5. Keluaran

1.6. Sistematika Pembahasan

1.1.

LATAR BELAKANG

Kota Kediri merupakan salah satu Pemerintah Kota yang ada di wilayah Provinsi Jawa Timur. Kota Kediri terletak di wilayah selatan bagian barat Jawa Timur, dan dijadikan Wilayah Pengembangan Kawasan Lereng Wilis, sekaligus sebagai Pusat Pengembangan Regional Eks Wilayah Pembantu Gubernur Wilayah III Kediri yang mempunyai pengaruh timbal balik dengan daerah sekitarnya.

Dalam sistem Perwilayahan Provinsi Jawa Timur sebagaimana tertuang di dalam RTRW Provinsi Jawa Timur, Kota Kediri termasuk ke dalam Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) Kediri dan sekitarnya yang meliputi Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Nganjuk, Trenggalek dan Tulungagung. Adapun fungsi SWP Kediri dan sekitarnya maupun fungsi pusat pengembangan adalah :

 Pusat SWP : Kota Kediri

 Fungsi SWP Kediri dan sekitarnya adalah: kawasan pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, pertambangan, pendidikan, kesehatan, pariwisata, perikanan, industri dan pembangkit tenaga air.

 Fungsi pusat pengembangan adalah : Pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, Industri, pendidikan, kesehatan.

Dengan fungsi SWP dan pusat pengembangan tersebut serta didukung oleh keberadaan Pabrik Rokok Gudang Garam dengan jumlah karyawan hampir mencapai 39.000 tenaga kerja, maka pengembangan permukiman di Kota Kediri akan semakin pesat dan membutuhkan infrastruktur yang baik sebagai pendukung kegiatan fungsi tersebut.

Perkembangan Kota Kediri yang begitu pesat tersebut belum didukung oleh pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang dapat mengantisipasi dan mengakomodir perkembangan kawasan perkotaan. Hal ini akan menimbulkan beberapa implikasi permasalahan antara lain: (a) tidak meratanya penyediaan infrastruktur permukiman perkotaan, dan (b) tidak tersedianya lingkungan permukiman yang layak, (c) tidak terkendalinya pembangunan permukiman pada daerah-daerah non-permukiman, dan (d) terjadinya permukiman kumuh.

Kondisi yang ada saat ini, permasalahan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan di Kota Kediri serta pembangunan Kota Kediri secara keseluruhan ditangani dan diantisipasi melalui 2 (dua) bentuk perencanaan, yaitu: (1) perencanaan pembangunan yang memberikan arahan pencapaian tujuan pembangunan sektoral dan (2) penyelenggaraan penataan ruang yang memberikan arah pembangunan keruangan. Kedua bentuk perencanaan tersebut diwadahi dalam 2 (dua) dokumen, yaitu: (1) dokumen rencana pembangunan (Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)/Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)) dan (2) dokumen rencana tata ruang (Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana Detail Tata Ruang). Dalam upaya untuk menangani permasalahan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan, beserta permasalahan pembangunan kabupaten/kota secara keseluruhan, kedua produk perencanaan ini perlu saling disinergikan dan dipadukan satu sama lain.

Mempertimbangkan permasalahan yang muncul tersebut, pada Tahun 2012 melalui Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kota Kediri mendapat bantuan fasilitasi Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP). Dari dokumen tersebut, diharapkan Pemerintah Kota Kediri dapat memiliki strategi yang operasional dan sinergi dengan arah pengembangan kota, serta dapat menjadi acuan yang jelas bagi penerapan program-program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan SPPIP di Kota Kediri, Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya kembali memberikan bantuan dalam bentuk Fasilitasi Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) bagi Kota Kediri. RPKPP ini diharapkan merupakan penjabaran SPPIP ke dalam rencana aksi yang operasional dan mendapat legitimasi dari pemangku kepentingan terutama bagi kawasan permukiman prioritas yang sudah ditetapkan di dalam dokumen SPPIP.

RPKPP merupakan rencana aksi program strategis untuk penanganan permasalahan permukiman dan pembangunan infrastruktur permukiman pada kawasan prioritas di perkotaan. RPKPP disusun pada lingkup wilayah perencanaan kawasan dan dengan kedalaman rencana teknis yang dituangkan dalam peta skala 1:5.000 dan 1:1.000. RPKPP ini merupakan penjabaran dari SPPIP untuk kawasan permukiman prioritas yang ditetapkan.

Untuk Kota Kediri, kawasan permukiman prioritas yang ditetapkan di dalam dokumen SPPIP Kota Kediri, meliputi 5 kawasan permukiman prioritas, yaitu :

1. Kawasan Prioritas Ngadirejo-Dandangan (Custer 55, 65, 66, 67, 68, 74, 75)

Kawasan prioritas yang terpilih adalah Permukiman Kumuh Kawasan Ngadirejo dengan nomor cluster 74 dan 75 yang diintegrasikan dengan kawasan sekitar industri besar dandangan (cluster 55) dan kawasan Balowerti (cluster 65, 66, 67, 68). Terpilihnya kawasan ini dapat diterima dikarenakan sesuai dengan hasil dari dokumen RPIJM Kota Kediri 2010-2014. Selain itu di sekitar kawasan (kawasan Dandangan) sudah dilakukan revitalisasi kawasan dan pembangunan rusunawa sehingga dengan terpilihnya kawasan ini dapat dilakukan integrasi kawasan sehingga kawasan yang dilakukan peremajaan semakin lebih luas. 2. Kawasan Prioritas Bandar Kidul (Cluster 28, 79)

Kawasan prioritas yang terpilih adalah kawasan Permukiman Kumuh Bandar Kidul yang berada pada cluster nomor 79 yang diintegrasikan dengan kawasan sentra industri Bandar Kidul (Cluster nomor 28). 3. Kawasan Prioritas Pakelan-Jagalan (Cluster 76, 83, 84)

Kawasan prioritas yang terpilih adalah kawasan Permukiman Kumuh Jagalan yang berada pada cluster nomor 76 yang digabung dengan kawasan Sentra Industri Pakelan-Jagalan (Cluster Nomor 83, 84). 4. Kawasan Prioritas Semampir (Cluster Nomor 82)

Kawasan prioritas yang terpilih adalah Kawasan Permukiman Kumuh Semampir (Nomor Cluster 82). 5. Kawasan Prioritas Kampung Dalem (Cluster 77 dan 78)

Kawasan prioritas yang terpilih antara lain kawasan permukiman kumuh Kampung Dalem (Nomor Cluster 77 dan 78).

PENDAHULUAN

(2)

RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

K O T A K E D I R I

R P K P P

1 - 2

1.2.

MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN PENYUSUNAN RPKPP

1.2.1.

MAKSUD

Maksud dari Pekerjaan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Kota Kediri adalah menindaklanjuti kegiatan penyusunan SPPIP ke dalam rencana aksi yang operasional dan mendapat legitimasi dari pemangku kepentingan terutama bagi kawasan permukiman prioritas yang sudah ditetapkan di dalam dokumen SPPIP, dengan memberikan pendampingan kepada pemangku kepentingan di Kota Kediri.

1.2.2.

TUJUAN

Tujuan yang diharapkan dari kegiatan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Kota Kediri adalah menghasilkan rencana pembangunan kawasan permukiman prioritas dengan muatan rencana tindak yang operasional sebagai pendukung dari dokumen rencana program investasi jangka menengah infrastruktur bidang Cipta Karya, yang dilengkapi dengan rencana pembiayaan dan rencana teknis detail untuk pelaksanaan pembangunan tahun pertama.

1.2.3.

SASARAN

Berdasarkan tujuan tersebut, maka sasaran yang ingin dicapai dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas di Kota Kediri adalah :

1. Terwujudnya peningkatan kapasitas pemangku kepentingan kota dalam Penyusunan RPKPP sebagai dokumen acuan dalam pelaksanaan pembangunan kawasan permukiman prioritas di Kota Kediri.

2. Terwujudnya interaksi dan keterlibatan masyarakat dalam proses rencana pembangunan kawasan permukiman prioritas melalui pendekatan partisipasi masyarakat (Community Based participatory approach).

3. Teridentifikasinya permasalahan, konsepsi penanganan dan program strategis secara rinci pada kawasan permukiman prioritas berdasarkan hasil SPPIP Kota Kediri.

4. Tersedianya instrumen penanganan persoalan pembangunan yang bersifat operasional pada kawasan permukiman prioritas yang dapat diacu oleh seluruh pemangku kepentingan di Kota Kediri

5. Tersusunnya Rencana Teknis Detail (DED) pada Kawasan Pembangunan Tahap 1 (pertama) di dalam kawasan permukiman prioritas untuk penanganan tahun pertama kusus komponen program bidang cipta karya.

1.3.

METODOLOGI DAN JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

1.3.1.

METODOLOGI

Dalam kegiatan penyusunan Rencana Program Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Kota Kediri, secara garis besar ada 3 (tiga) pendekatan yang akan digunkan, yaitu :

1. Pendekatan Normatif, merupakan pendekatan dalam penyusunan RPKPP yang didasarkan pada

strategi dan kebutuhan pengembangan kota secara komprehensif dan mengacu pada dokumen perencanaan pembangunan (development plan) dan dokumen perencanaan penataan ruang (spatial plan) yang terdapat di Kota Kediri, ataupun ketentuan peraturan dan perundangan terkait dengan substansi penyusunan RPKPP.

2. Pendekatan Partisipatif dan Fasilitatif, merupakan pendekatan yang mengedepankan adanya

keterlibatan aktif dan langsung dari seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan pengembangan Kota Kediri maupun pengembangan permukiman, baik di tingkat Kota Kediri, Provinsi Jawa Timur maupun Nasional.

3. Pendekatan Teknis Akademis, merupakan pendekatan dengan menggunakan metodologi yang

dapat dipertanggungjawabkan secara akademis, baik untuk teknik identifikasi, analisa, penyusunan strategi maupun proses pelaksanaan pengambilan kesepakatan.

Penggunaan ketiga pendekatan ini didasarkan pada tujuan dan sasaran yang hendak dicapai sebagaimana disebutkan sebelumnya, yang selanjutnya direpresentasikan dalam lingkup kegiatan yang akan dilakukan. Dalam konteks penyusunan RPKPP Kota Kediri, pihak yang seharusnya terlibat dalam semua proses kegiatan pengambilan keputusan baik dalam menentukan permasalahan, konsepsi penanganan dan program strategis secara rinci pada kawasan permukiman prioritas serta Rencana Teknis Detail (DED) pada Kawasan Pembangunan Tahap 1 (pertama), yaitu :

1. Pemerintah Daerah (institusi di Pemerintah Kota Kediri yang terkait dengan pengembangan permukiman)

2. Akademisi (peneliti, pengajar yang memiliki perhatian kepada pengembangan permukiman)

3. Sektor Privat (pengusaha pada kawasan permukiman prioritas, pengembang perumahan dan kontraktor untuk pengembangan kawasan permukiman)

4. LSM/NGO (yang banyak melakukan studi atau pengamatan terhadap perkembangan dan permasalahan perumahan dan permukiman serta infrastrukktur keciptakaryaan)

5. Masyarakat umum (diwakili oleh tokoh agama, tokoh masyarakat

Kelima pihak tersebut akan terlibat dalam proses penyusunan RPKPP dan difasilitasi dalam kegiatan sebagai berikut : 1) Sosialisasi dan pelatihan di Tingkat Nasional, 2) Konsolidasi di Tingkat Provinsi, 3) Pra FGD dan FGD, 4) Kolokium, 5) Konsultasi Publik, 6) Diseminasi dan 7) diskusi pembahasan.

1.3.2.

JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) akan dilaksanakan dalam jangka waktu 7 (tujuh) bulan sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Secara ilustratif point-point penting yang harus difasilitasi selama 7 (tujuh) bulan sebagai berikut :

Bagan 1.1.

Point-Point Penting yang Harus Difasilitasi selama 7 (Tujuh Bulan) pada Pelaksanaan RPKPP di Kota Kediri

1.4.

RUANG LINGKUP

1.4.1.

LINGKUP KEGIATAN

Lingkup kegiatan penyusunan RPKPP Kota Kediri, meliputi 5 (lima) kegiatan, yaitu: 1. Persiapan,

2. Identifikasi potensi dan persoalan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan prioritas,

3. Perumusan rencana aksi program,

4. Perumusan rencana penanganan kawasan pembangunan tahap 1. 5. Finalisasi dan Sosialisasi

BULAN

1

BULAN

2

BULAN

3

BULAN

4

BULAN

5

BULAN

6

BULAN

7

SOSIALISASI

KONSOLIDASI PRA DAN FGD-1 PRA DAN FGD-2 DISKUSI PARTiSIPATIF

PRA DAN FGD-3 KOLUKIUM

KONSULTASI PUBLIK

(3)

RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

K O T A K E D I R I

R P K P P

1 - 3

Tabel 1.1.

Lingkup Kegiatan dan Capaian Kegiatan Penyusunan RPKPP Kota Kediri

LINGKUP KEGIATAN CAPAIAN KEGIATAN

1. Persiapan

Melakukan persiapan pelaksanaan kegiatan, termasuk di dalamnya melakukan koordinasi tim untuk pelaksanaan kegiatan, penyepakatan rencana kerja dan metodologi pelaksanaan kegiatan, penyiapan peta dasar, sampai dengan pengumpulan data dan informasi. Persiapan ini juga didukung dengan mengikuti konsolidasi di tingkat provinsi.

Rencana kerja dan metodologi pelaksanaan kegiatan

peta dasar

Data dan informasi yang diperlukan

Desain pengumpulan data dan informasi

2. Identifikasi Potensi dan Permasalahan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur

Permukiman Perkotaan Pada Kawasan Prioritas

Melakukan review dan kajian terhadap kebijakan, strategi, dan program pembangunan daerah berdasarkan dokumen kebijakan terkait yang telah tersedia dan dijadikan acuan pelaksanaan pembangunan oleh pemerintah daerah serta dokumen SPPIP yang telah dibuat

Review kebijakan, strategi, dan program daerah dari tiap dokumen kebijakan terkait yang telah tersedia dan dijadikan acuan pelaksanaan pemerintah daerah serta dokumen SPPIP

Melakukan kajian mikro terhadap kawasan permukiman prioritas berdasarkan arahan dalam SPPIP

Kajian mikro kawasan permukiman prioritas

Presentasi audio-visual kawasan permukiman prioritas hasil investigasi di lapangan

Melakukan identifikasi potensi dan permasalahan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan permukiman prioritas

Potensi dan permasalahan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan permukiman prioritas

Pemetaan spasial potensi dan permasalahan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan permukiman prioritas

3. Perumusan Rencana Aksi Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan

Pada Kawasan Prioritas

Melakukan identifikasi kebutuhan penanganan

kawasan permukiman prioritas

Kebutuhan penanganan kawasan permukiman prioritas

Melakukan penyusunan konsep penanganan kawasan permukiman prioritas untuk pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. Proses penyusunan ini dilakukan dengan Focus Group Discusion (FGD) bersama dengan pemangku kepentingan kabupaten/kota dan kawasan

Konsep penanganan kawasan permukiman prioritas untuk pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan

Peta konsep penanganan kawasan permukiman prioritas untuk pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan

Penyelenggaraan FGD bersama dengan pemangku kepentingan kota dan kawasan untuk merumuskan konsep penanganan kawasan permukiman prioritas

Melakukan penyusunan rencana aksi program penanganan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan berdasarkan arahan dalam program pembangunan dalam dokumen SPPIP berikut dengan tahapan pelaksanaan penanganannya. Adapun proses penyusunan ini dilakukan dengan FGD bersama dengan pemangku kepentingan kota dan kawasan.

Rencana aksi program penanganan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan

Penyelenggaraan FGD bersama dengan pemangku kepentingan kota dan kawasan untuk merumuskan dan menyepakati rencana aksi program penanganan

LINGKUP KEGIATAN CAPAIAN KEGIATAN

4. Perumusan Rencana Penanganan Kawasan Pembangunan Tahap 1

Merumuskan kriteria dan indikator penentuan

kawasan pembangunan tahap 1

Kriteria dan indikator penentuan kawasan pembangunan tahap 1

Melakukan pemilihan dan penetapan kawasan

pembangunan tahap 1

Kawasan pembangunan tahap 1

Melakukan perumusan konsep penanganan kawasan pembangunan tahap 1 berdasarkan pada kebutuhan kawasan yang telah disepakati bersama oleh pemangku kepentingan kabupaten/kota dan kawasan. Adapun kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan perencanaan partisipatif yang melibatkan semua pihak terkait

Konsep penanganan kawasan pembangunan tahap 1

Diskusi partisipatif dengan masyarakat setempat untuk perumusan konsep penanganan kawasan pembangunan tahap 1

Bersama dengan pemangku kepentingan kota dan kawasan melakukan penyusunan rencana penanganan kawasan pembangunan tahap 1 dengan tingkat kedalaman informasi skala 1:1.000 dan menyepakatinya dalam suatu FGD

Rencana penanganan kawasan

pembangunan tahap 1

Penyelenggaraan FGD bersama dengan pemangku kepentingan kota dan kawasan untuk merumuskan rencana penanganan kawasan pembangunan tahap 1

Melakukan penyusunan Rencana Teknis Rinci (Detailed Engineering Design/DED) untuk pelaksanaan tahun pertama di dalam kawasan pembangunan tahap 1 yang meliputi permukiman dan infrastruktur permukiman. Rencana detail desain tersebut juga disajikan dalam bentuk 3 dimensi

Rencana Teknis Rinci (Detailed Engineering Design/DED) untuk pelaksanaan tahun pertama di dalam kawasan pembangunan tahap 1

Visualisasi 3D untuk DED kawasan

Mengikuti kegiatan kolokium yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat melalui Direktorat Pengembangn Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum untuk memberikan pemaparan dan pembahasan capaian kegiatan penyusunan RPKPP

Masukan untuk penyempurnaan hasil

Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan

Menyelenggarakan konsultasi publik untuk menjaring masukan terhadap konsep, rencana penanganan, dan rencana aksi program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan prioritas untuk jangka waktu 5 tahun dan kawasan pembangunan tahap 1 untuk jangka waktu 1 tahun pertama

Masukan untuk penyempurnaan hasil

5. Finalisasi dan Sosialisasi

Menyelenggarakan sosialisasi hasil penyusunan RPKPP melalui diseminasi kepada dinas/instansi terkait dan masyarakat di kawasan prioritas

(4)

RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

K O T A K E D I R I

R P K P P

1 - 4

1.4.2.

LINGKUP WILAYAH

Ruang lingkup wilayah kegiatan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Kota Kediri mengacu pada arahan yang terdapat didalam dokumen Strategi Pembangunan Permukiman dan Infarstruktur Perkotaan (SPPIP) Kota Kediri, dimana dalam dokumen tersebut terpilih 5 (lima) kawasan permukiman prioritas, dengan luas total adalah 235,68 Ha. 5 (lima) kawasan permukiman prioritas sesuai dengan urutan skala prioritas, adalah:

1. Kawasan Prioritas Ngadirejo-Dandangan (Custer 55, 65, 66, 67, 68, 74, 75) dengan luas 130,13 Ha Kawasan prioritas yang terpilih adalah Permukiman Kumuh Kawasan Ngadirejo dengan nomor cluster 74 dan 75 yang diintegrasikan dengan kawasan sekitar industri besar dandangan (cluster 55) dan kawasan Balowerti (cluster 65, 66, 67, 68). Terpilihnya kawasan ini dapat diterima dikarenakan sesuai dengan hasil dari dokumen RPIJM Kota Kediri 2010-2014. Selain itu di sekitar kawasan (kawasan Dandangan) sudah dilakukan revitalisasi kawasan dan pembangunan rusunawa sehingga dengan terpilihnya kawasan ini dapat dilakukan integrasi kawasan sehingga kawasan yang dilakukan peremajaan semakin lebih luas. 2. Kawasan Prioritas Bandar Kidul (Cluster 28, 79) dengan luas 62,97 Ha

Kawasan prioritas yang terpilih adalah kawasan Permukiman Kumuh Bandar Kidul yang berada pada cluster nomor 79 yang diintegrasikan dengan kawasan sentra industri Bandar Kidul (Cluster nomor 28). 3. Kawasan Prioritas Pakelan-Jagalan (Cluster 76, 83, 84) dengan luas 25,15 Ha

Kawasan prioritas yang terpilih adalah kawasan Permukiman Kumuh Jagalan yang berada pada cluster nomor 76 yang digabung dengan kawasan Sentra Industri Pakelan-Jagalan (Cluster Nomor 83, 84). 4. Kawasan Prioritas Semampir (Cluster Nomor 82) dengan luas 8,69 Ha

Kawasan prioritas yang terpilih adalah Kawasan Permukiman Kumuh Semampir (Nomor Cluster 82). 5. Kawasan Prioritas Kampung Dalem (Cluster 77 dan 78) dengan luas 8,74 Ha

Kawasan prioritas yang terpilih antara lain kawasan permukiman kumuh Kampung Dalem (Nomor Cluster 77 dan 78).

Sebagai acuan luasan untuk kawasan terpilih sebagaimana disebutkan di atas adalah hingga 500 Ha atau dapat disesuaikan dengan batas deliniasi kawasan permukiman yang disepakati. Untuk Kota Kediri luas total Kawasan Permukiman Prioritas yang disepakati adalah 235,68 Ha terdiri dari 5 (lima) kawasan permukiman prioritas sebagaimana disebutkan diatas.

Sedangkan Kawasan Pembangunan Tahap 1 adalah kawasan permukiman yang disepakati oleh masyarakat dan pihak daerah sebagai kawasan yang memiliki nilai strategis dalam konteks pembangunan kawasan dan dilakukan pembangunan tahun I (pertama) dalam rencana pentahapan pembangunan kawasan. Luasan per kawasan pengembangan tahap 1 antara 20 - 30 Ha atau lainnya berdasarkan kesepakatan dengan pihak daerah.

Untuk lebih jelasnya, lokasi Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Kota Kediri sebagaimana terlihat pada Gambar 1.1.

1.4.3.

KEDALAMAN SUBSTANSI RPKPP

Kedalaman substansi dari RPKPP sampai dengan rencana aksi program yang dijabarkan ke dalam rencana teknis. Rencana aksi program merupakan penjabaran dari strategi skala kawasan yang dirumuskan pada SPPIP yang disusun untuk jangka waktu 5 tahun dan didetailkan pada program tahunan/1 (satu) tahun. Untuk komponen bidang permukiman pada program tahun pertama di kawasan pembangunan tahap 1, dilakukan penyusunan Rencana Detail Desain/Detailed Engineering Design (DED). Rumusan program dan kegiatan disusun dengan mengacu pada nomenklatur program di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) No. 2 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pekerjaan Umum; Lampiran A.VII Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah jo. Permendagri No. 59 Tahun 2007 jo. Permendagri No. 21 Tahun 2011, berikut penyesuaiannya di kota/kabupaten yang bersangkutan yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda) kota/kabupaten; serta Rencana Strategi (Renstra) Kementerian/Lembaga lainnya.

Fokus dari obyek yang diatur di dalam RPKPP adalah program dan kegiatan terkait dengan infrastruktur permukiman, yang terdiri atas:

 sistem penyediaan air minum untuk kawasan permukiman;

 sistem pengelolaan air limbah untuk kawasan permukiman;

 sistem pengelolaan persampahan untuk kawasan permukiman;

 sistem drainase permukiman; dan

 sistem jaringan jalan lingkungan di dalam kawasan permukiman; dan

 ruang terbuka hijau (RTH)

Selain fokus pada permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan, program dan kegiatan yang disusun dapat juga mencakup infrastruktur bidang lainnya yang dibutuhkan di dalam pembangunan kawasan permukiman seperti sarana pemadam kebakaran dan penerangan jalan lingkungan sesuai dengan kebutuhan di masing-masing kabupaten/kota. Dalam penerapannya, RPKPP dapat berupa penataan kawasan ataupun revitalisasi kawasan.

1.5.

KELUARAN

Keluaran yang dihasilkan dari kegiatan Penyusunan RPKPP meliputi 5 (lima) dokumen, yaitu: 1. Dokumen Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP),

2. Dokumen Penyelenggaraan Kegiatan (Proceeding Kegiatan), 3. Dokumen Rencana Detail Desain (DED),

4. Dokumen Profil Kawasan Permukiman Prioritas, dan 5. Dokumen Konsep Pembangunan Kawasan Prioritas, dengan rincian muatan tiap dokumen sebagai berikut:

Tabel 1.2.

Dokumen Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Kota Kediri

MUATAN

Profil kawasan permukiman prioritas berdasarkan arahan indikasi dalam SPPIP

Kajian mikro kawasan permukiman prioritas berdasarkan arahan dalam SPPIP

Potensi dan permasalahan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan permukiman prioritas

Konsep dan rencana penanganan pada kawasan permukiman prioritas

Rencana aksi program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan prioritas selama 5 tahun

Kawasan di dalam kawasan prioritas yang akan dilakukan pembangunannya pada tahap pertama (dilakukan penyusunan rencana penanganan secara lebih rinci dan operasional, dengan tingkat kedalaman skala perencanaan 1:1.000)

Rencana Detail Desain (Detailed Engineering Design/DED) infrastruktur permukiman untuk kawasan prioritas yang pembangunannya akan dilaksanakan pada tahun pertama yang disajikan dalam bentuk 3D.

Dokumen spasial terkait dengan konsep, rencana penanganan, rencana aksi program dalam skala :

-

1:5.000 (untuk kawasan prioritas)

-

1:1.000 (untuk kawasan pembangunan tahun pertama) PENYAJIAN

Dokumen ini disajikan sebagai Laporan Utama

(5)

RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

(6)

RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

K O T A K E D I R I

R P K P P

1 - 6

Tabel 1.3.

Dokumen Penyelenggaraan (Proceeding) Kegiatan

MUATAN

Notulensi dari tiap penyelenggaraan kegiatan-kegiatan penyepakatan dan sosialisasi;

Absensi dan daftar hadir tiap penyelenggaraan kegiatan penyepakatan dan sosialisasi;

Materi yang disampaikan;

Bentuk-bentuk kesepakatan yang dihasilkan; dan

Proses penyelenggaraan partisipatif melalui pendekatan Community Based Participatory Approach (CPA)

PENYAJIAN

Dokumen ini disajikan sebagai dokumen yang terpisah dengan dokumen proses (Laporan Pendahuluan, Laporan Antara, Laporan Akhir Sementara, dan Laporan Akhir) dan dokumen RPKPP;

Kegiatan yang dilaporkan setidaknya adalah kegiatan FGD, diskusi partisipatif, kolokium, konsultasi publik, dan diseminasi;

Bentuk-bentuk kesepakatan tertuang dalam berita acara kegiatan yang dihasilkan yang ditanda tangani oleh perwakilan pihak yang hadir dan menyetujui;

Tiap kegiatan yang diselenggarakan dilengkapi dengan dokumentasi foto penyelenggaraan

Tabel 1.4.

Dokumen Rencana Detail Desain (DED)

MUATAN

DED untuk komponen infrastruktur permukiman dan sektor terkait lainnya pada kawasan pembangunan tahap pertama

Rencana Anggaran Biaya (RAB)

PENYAJIAN

Dokumen ini disajikan dalam bentuk laporan tertulis

Penulisan dokumen ini dilengkapi dengan tabel, gambar, dan peta yang representatif

Tabel 1.5.

Dokumen Profil Kawasan Permukiman Prioritas

MUATAN

Profil Kawasan Prioritas (aspek fisik dan non-fisik)

Hasil kajian potensi dan permasalahan kawasan prioritas

PENYAJIAN

Dokumen ini disajikan dalam bentuk audio visual (film dokumenter)

Tabel 1.6.

Dokumen Konsep Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas

MUATAN

Rumusan skenario penanganan kawasan

Konsep 3 dimensi (3D) pembangunan kawasan permukiman prioritas

PENYAJIAN

Dokumentasi ini disajikan dalam bentuk audio visual

1.6.

SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Laporan Antara ini terdiri dari beberapa bab, yang masing-masing memuat hal yang berbeda. Adapun penjelasan dari tiap bab tersebut adalah sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bab yang menjelaskan mengenai latar belakang pekerjaan, pemahaman tujuan dan sasaran, ruang lingkup kegiatan dan wilayah, pemahaman terhadap keluaran, jangka waktu pelaksanaan kegiatan, dan sistematika pembahasan laporan.

BAB 2 KAJIAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN

Bab ini merupakan bab yang menjelaskan mengenai kebijakan pembangunan baik kebijakan yang tercantum di dalam dokumen dokumen rencana pembangunan (Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPD)/Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD)) maupun kebijakan yang

tertuang di dalam dokumen rencana tata ruang (Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana Detail Tata Ruang).

BAB 3 POTENSI DAN PERMASALAHAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR

PERKOTAAN

Pada bab ini akan dijelaskan tentang potensi dan permasalahan di masing-masing Kawasan Permukiman Prioritas sekaligus analisa kebutuhan untuk masing-masing kawasan permukiman prioritas

BAB 4 KONSEP PENANGANAN DAN RENCANA AKSI PROGRAM

Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep dan rencana penanganan untuk masing-masing kawasan permukiman prioritas termasuk rencana aksi program untuk masing-masing kawasan permukiman prioritas

(7)

RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN

R P K P P

2 - 1

2.1. Arahan Kebijakan, Strategi dan Program Pembangunan Daerah 2.2. Gambaran Mikro Kawasan Berdasarkan Arahan SPPIP

2.1.

ARAHAN KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

2.1.1.

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA

RUANG WILAYAH PROVINSI TAHUN 2011

2031

Sesuai dengan Bab III, Pasal 4, VISI Penataan Ruang Provinsi Jawa Timur:

“Terwujudnya ruang wilayah Provinsi berbasis agribisnis dan jasa komersial yang berdaya saing global dalam pembangunan berkelanjutan”.

Sedangkan berdasarkan Pasal 5, Misi Penataan ruang Jatim adalah:

a. Keseimbangan pemerataan pembangunan antarwilayah dan pertumbuhan ekonomi;

b. Pengembangan pusat pertumbuhan wilayah dalam meningkatkan daya saing daerah dalam kancah asia; c. Penyediaan sarana dan prasarana wilayah secara berkeadilan dan berhierarki serta bernilai tambah tinggi; d. Pemantapan fungsi lindung dan kelestarian sumber daya alam dan buatan;

e. Optimasi fungsi budi daya kawasan dalam meningkatkan kemandirian masyarakat dalam persaingan global;

f. Keterpaduan program pembangunan berbasis agribisnis dan jasa komersial yang didukung seluruh pemangku kepentingan; dan

g. Kemudahan bagi pengembangan investasi daerah serta peningkatan kerja sama regional.

Berdasarkan Pasal 6, Penataan Ruang Wilayah Provinsi bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah provinsi yang berdaya saing tinggi dan berkelanjutan melalui pengembangan sistem agropolitan dan sistem metropolitan.

Sebagai langkah operasional untuk mewujudkan tujuan penataan ruang Provinsi Jawa Timur tersebut, maka tujuan tersebut dijabarkan kedalam beberapa kebijakan dan strategi sebagai berikut :

Tabel 2.1

Kebijakan dan Strategi Perwujudan Tujuan Penyelenggaraan Penataan Ruang Provinsi Jawa Timur

Kebijakan Penataan Ruang

Strategi Penataan Ruang

Kebijakan Dan Strategi Pengembangan Wilayah 1. Pemantapan Sistem

Perkotaan PKN sebagai perkotaan metropolitan di Jawa Timur.

a. Mengembangkan ekonomi wilayah berbasis strategi pemasaran kota (city marketing)

b. Memantapkan fungsi-fungsi perdagangan jasa berskala nasional dan internasional

c. Mengembangkan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi skala internasional

d. Meningkatkan kemudahan investasi untuk pembangunan infrastruktur metropolitan melalui deregulasi

e. Meningkatkan aksesibilitas barang, jasa, dan informasi antara perkotaan metropolitan dengan perkotaan lainnya

f. Mengembangkan metropolitan berbasis ekologi atau eco-metropolis; dan g. Mengembangkan revitalisasi kawasan kota bersejarah dan atau kota tua di

kota-kota PKN sebagai daerah tujuan wisata budaya yang bernilai ekonomi. 2. Peningkatan sistem

keterkaitan antara kantong-kantong produksi utama di Jawa Timur dengan pusat pengolahan dan pemasaran sebagai inti pengembangan agropolitan.

a. Memantapkan sentra-sentra produksi pertanian unggulan sebagai penunjang agribisnis dan agroindustri

b. Mengembangkan sarana dan prasarana produksi pertanian ke pusat-pusat pemasaran sampai terbuka akses ke pasar eksport

c. Memantapkan suprastruktur pengembangan pertanian yang terdiri dari lembaga tani dan lembaga keuangan.

d. Mengembangkan pertanian dan kawasan perdesaan berbasis eco-region

Kebijakan Dan Strategi Struktur Ruang Mendorong pertumbuhan

wilayah di perdesaan dan perkotaan dan juga pemerataan pelayanan agar tidak terjadi pemusatan kegiatan di suatu wilayah.

1. Pembentukan sistem perkotaan.

a. Menetapkan pusat-pusat kegiatan secara berhirarki dengan membentuk PKN, PKW, dan PKL yang meliputi PKN Gerbangkertosusila dan Perkotaan Malang, serta pusat-pusat kegiatan regional dan pusat-pusat kegiatan di masing-masing Kabupaten/Kota.

b. Merevitalisasi dan melakukan percepatan pembangunan kawasan metropolitan sebagai pusat pertumbuhan utama di Jawa Timur yang didukung oleh pusat-pusat pertumbuhan wilayah dan pusat-pusat-pusat-pusat pertumbuhan lokal.

c. Mengembangkan kawasan perkotaan sesuai dengan fungsi dan perannya. 2. Pengembangan

sistem perdesaan.

a. Memperkuat dan memantapkan hubungan desa-kota (rural-urban linkage) melalui pemantapan sistem agropolitan.

b. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan pada kawasan perdesaan sebagai inti kawasan agropolitan.

c. Mengembangkan kawasan perdesaan berbasis agropolitan dapat dilaksanakan oleh kabupaten atau untuk dua atau lebih wilayah kabupaten akan

dilaksanakan oleh provinsi sebagai salah satu kawasan strategis ekonomi provinsi.

d. Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur terutama infrastruktur jalan untuk mendukung sistem agropolitan.

3. Pembentukan sistem dan fungsi

perwilayahan.

a. Membentuk WP (Wilayah Pengembangan) untuk mengendalikan perkembangan wilayah.

b. WP yang dibentuk berdasarkan kondisi eksisting serta fungsi dan perannya. c. Membentuk struktur pusat permukiman perkotaan dan sistem kegiatan dari WP

yang telah dibentuk.

d. Menciptakan pemerataan pembangunan wilayah.

KAJIAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN

2

(8)

RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN

R P K P P

2 - 2

Kebijakan Penataan Ruang

Strategi Penataan Ruang

Pemantapan penyediaan prasarana wilayah dengan meningkatkan

kelengkapannya, skala pelayanannya, pemerataannya, serta sistem interkonektivitas dan keterpaduan antar jenis prasarana dan dengan wilayah-wilayah yang dilayaninya secara efisien

1. Sistem jaringan transportasi.

a. Meningkatkan integrasi sektor transportasi dengan pengembangan pusat-pusat kegiatan, kawasan strategis, kawasan andalan, kawasan tertinggal, dan wilayah kepulauan.

b. Memantapkan dan mengembangkan jaringan transportasi darat, laut dan udara yang terintegrasi dengan kebijakan pengembangan wilayah. c. Meningkatkan integrasi inter dan antar moda yang didukung dengan

prasarana, sarana dan manajemen yang profesional sehingga mempunyai daya saing serta mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.

d. Meningkatkan peranan berbagai stakeholders dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif.

e. Mengembangkan sistem insentif dan disinsentif sehingga dapat meningkatkan peranan masyarakat dalam pelayanan transportasi.

2. Sistem jaringan energi.

a. Mengembangkan diversifikasi sumber energi baru antara lain: surya cell, energi panas bumi, energi mikro hidro, energi angin dan biogas.

b. Mengembangkan instalasi dan jaringan distribusi untuk memenuhi standar mutu dan keandalan pelayanan listrik yang berlaku baik di perkotaan maupun di perdesaan.

c. Meningkatkan eksplorasi dan eksploitasi migas untuk meningkatkan cadangan migas dengan teknologi dan metode yang ramah lingkungan.

d. Mengembangkan energi panas bumi sebagai sumber energi baru masa depan yang ramah lingkungan secara terpadu untuk meningkatkan daya tarik investasi.

3. Sistem jaringan telekomunikasi.

a. Mengembangkan jaringan primer dengan sistem kabel dan nirkabel. b. Mengembangkan menara pemancar bersama (base transceiver station atau

bts) secara terpadu yang didukung oleh kerjasama antar daerah. 4. Sistem jaringan

sumberdaya air.

a. Mengembangkan pemanfaatan air permukaan pada sungai, danau, rawa, dan sumber air permukaan lainnya.

b. Melindungi dan melestarikan sumber air melalui pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air, pengaturan sarana dan prasarana sanitasi, pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu, pengaturan daerah sempadan sumber air, pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam, pelestarian sumber mata air di kawasan hutan produksi, hutan lindung, maupun hutan konservasi.

c. Meningkatkan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air untuk mempertahankan dan memulihkan kualitas air yang masuk dan yang ada pada sumber-sumber air.

d. Meningkatkan pengelolaan air minum yang berkualitas dengan harga yang terjangkau.

e. Mengembangkan dan mengelola sistem irigasi.

f. Mengembangkan sarana pengendali banjir yang didukung kerjasama antara pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.

g. Mengendalikan daya rusak air dilakukan pada sungai, danau, waduk, dan/atau bendungan, rawa, cekungan air tanah, sistem irigasi, mencakup upaya pencegahan, penanggulangan, pemulihan.

5. Sistem jaringan prasarana wilayah lainnya yang meliputi jaringan prasarana lingkungan.

a. Menentukan lokasi pembuangan sampah dengan tepat.

b. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan kerja sama antardaerah.

c. Meningkatkan kinerja operasi sistem pengangkutan sampah di perkotaan dan perdesaan hingga ke tps di lokasi masing-masing;

d. Membangun tempat pembuangan akhir terpadu antar wilayah yang dikelola bersama.

Kebijakan Penataan Ruang

Strategi Penataan Ruang

e. Mengelola lingkungan buatan ditekankan pada pengendalian pencemaran. f. Memantapkan kapasitas kelembagaan pengelola persampahan dan drainase. g. Meningkatkan teknologi pengolahan limbah melalui pengkomposan sampah

organik, teknologi daur ulang sampah non organik, teknologi pembakaran sampah dengan incinerator serta teknologi sanitary landfill dengan prinsip-prinsip “3r” reduse, reuse, recycle) serta prinsip-prinsip pemulihan biaya (cost -recovery).

Kebijakan Dan Strategi Pola Ruang

Pemantapan pelestarian dan perlindungan kawasan lindung untuk mencapai perlindungan lingkungan sumberdaya alam/buatan dan ekosistemnya,

meminimalkan resiko dan mengurangi kerentanan bencana, mengurangi efek pemanasan global yang berprinsip partispasi, menghargai kearifan lokal, serta menunjang pariwisata, penelitian, dan edukasi.  Kawasan hutan

lindung.

a. Mengembangkan sistem tata batas (deliniasi) persebaran hutan lindung di seluruh wilayah Jawa Timur sehingga jelas batasan antara kawasan hutan lindung dan sekitar untuk meminimalisir potensi perusakan oleh masyarakat. b. Menetapkan luas kawasan hutan di Provinsi Jawa Timur kurang lebih 28% dari

luas daratan dalam setiap daerah aliran sungai (DAS) dan /atau pulau. c. Mengembangkan upaya untuk mempertahankan luasan hutan, terutama hutan

dengan fungsi lindung.

d. Memantapkan fungsi lindung dengan prinsip pengelolaan berkelanjutan. e. Mengendalikan perubahan kawasan hutan lindung menjadi kawasan hutan

produksi.  Kawasan

perlindungan setempat.

a. Membatasi kegiatan yang tidak berkaitan dengan perlindungan. b. Meningkatkan nilai ekonomis kawasan.

c. Mengamankan kawasan perlindungan setempat sepanjang pantai dilakukan dengan mempertahankan ekosistem pantai : hutan mangrove, terumbu karang, rumput laut dan estuaria disertai dengan pengaturan rencana pola ruang di kawasan sempadan pantai agar penggunaan fungsional seperti pariwisata, pelabuhan, hankam, permukiman harus memperhatikan kaidah lingkungan dan ekosistem pesisir pantai.

d. Menetapkan dan/atau mempertegas batas lapangan kawasan perlindungan sempadan sungai.

e. Menetapkan dan/atau mempertegas batas lapangan kawasan perlindungan sekitar mata air.

f. Menetapkan dan/atau mempertegas batas lapangan kawasan perlindungan sekitar waduk/danau.

g. Menetapkan kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal sebagai aset budaya local heritage yang dipreservasi.

 Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya.

a. Memantapkan perlindungan kawasan suaka alam dan suaka alam laut dan perairannya disertai kerjasama pengelolaan antar pemerintah daerah dan dengan masyarakat, yang mengutamakan pelestarian habitat flora dan fauna dan ekosistem khusus setempat.

b. Memantapkan perlindungan kawasan suaka marga satwa dan suaka marga satwa laut dengan pengawasan dan pemantauan secara berkelanjutan untuk mengatasi meluasnya kerusakan terhadap ekosistem.

c. Memantapkan perlindungan kawasan cagar alam dan cagar alam laut dengan mengutamakan pelestarian keanekaragaman hayati yang masih berkembang dan mempertahankan hutan hujan tropik, kelengkapan vegetasi, serta ekosistemnya.

(9)

RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN

R P K P P

2 - 3

Kebijakan Penataan Ruang

Strategi Penataan Ruang

d. Meningkatkan pelestarian dan pengembangan budidaya mangrove untuk menjaga abrasi air laut dimana penggunaan fungsional seperti pariwisata, pelabuhan, hankam, permukiman harus memperhatikan kaidah lingkungan dan ekosistem mangrove.

e. Memantapkan perlindungan taman nasional dan taman nasional laut dengan partisipasi masyarakat dan pemanfaatan terkendali untuk pariwisata dan penelitian.

f. Memantapkan pelestarian taman hutan raya (tahura) disertai dengan peningkatan keterpaduan pembangunan kawasan konservasi taman hutan raya dengan pembangunan wilayah terutama terhadap peningkatan kesejahteraan dan kepedulian masyarakat disekitar kawasan konservasi taman hutan raya. g. Mengembangkan pariwisata di taman wisata alam dan wisata alam laut dengan

tetap memperhatikan kelestarian dan perlindungan kawasan serta perlindungan plasma nutfah.

h. Memantapkan nilai dan fungsi kawasan cagar budaya melalui pengembangan sebagai daya tarik wisata sejarah serta untuk pengembangan penelitian dan pendidikan bagi masyarakat dengan mempertahankan keaslian dan kearifan lokal.

 Kawasan rawan bencana alam.

a. Menetapkan wilayah rawan longsor dan penetapan zona aman longsor dengan memantapkan upaya pencegahan longsor serta pengelolaan wilayah rawan tanah longsor.

b. Menetapkan wilayah rawan gelombang pasang dan penetapan zona aman gelombang pasang dengan peningkatan upaya mitigasi baik preventif maupun kuratif.

c. Menetapkan wilayah rawan banjir dan peningkatan upaya-upaya untuk meminimalkan resiko dan kerentanan banjir.

 Kawasan lindung geologi.

a. Memantapkan upaya pelestarian cagar alam geologi untuk pengoptimalan penelitian dan pendidikan.

b. Menetapkan kawasan cagar rawan bencana alam geologi serta penetapan zona aman disertai upaya penyesuaian secara fisik dan sosial untuk meminimalkan tingkat resiko dan kerentanan bencana.

c. Menetapkan kawasan yang memberi perlindungan air tanah dengan pengelolaan pemanfaatan guna lahan yang terkoordinasi dan terkendali.  Kawasan lindung

lainnya.

a. Memantapkan perlindungan terumbu karang.

b. Melarang pemakaian alat atau bahan berbahaya untuk mencari ikan. c. Mempreservasi terumbu karang yang telah rusak.

Pengembangan kawasan budidaya sesuai dengan karakter dan daya dukung yang dimiliki terutama untuk mendukung pemantapan sistem metropolitan dan sistem agropolitan dalam rangka peningkatan pertumbuhan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat. 1. Kawasan peruntukan hutan produksi.

a. Mengembangkan kawasan hutan produksi dengan pemanfaatan secara lestari dan partisipatif.

b. Mencegah alih fungsi hutan untuk kegiatan non kehutanan. c. Mengawasi pemanfaatan hutan produksi.

2. Kawasan peruntukan hutan rakyat.

Mengembangkan kawasan peruntukan hutan rakyat adalah membangun dan mengembangkan kegiatan hutan rakyat secara partisipatif.

3. Kawasan peruntukan pertanian.

a. Mempertahankan luasan sawah beririgasi dengan mengendalikan secara ketat alih fungsi sawah dan pertanian produktif.

b. Mengoptimalkan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil produksi pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, dan hortikultura melalui pengembangan agropolitan.

Kebijakan Penataan Ruang

Strategi Penataan Ruang

c. Meningkatkan upaya pengelolaan untuk mengoptimalkan hasil produksi komoditas pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, dan hortikultura. d. Meningkatan pemasaran yang terintegrasi dengan kawasan agropolitan. e. Meningkatkan pembinaan, penyuluhan, dan pelatihan untuk pengembangan

pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, dan hortikultura.

f. Mengembangkan kemitraan masyarakat dan swasta dengan pendampingan pemerintah.

g. Mengembangkan sarana dan prasarana pendukung kawasan agropolitan. 4. Kawasan peruntukan

perkebunan.

Mengembangkan komoditas-komoditas unggul perkebunan di setiap wilayah serta pengoptimalan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil perkebunan melalui pengembangan agropolitan.

5. Kawasan peruntukan peternakan.

Mengembangkan komoditas-komoditas unggul peternakan besar, kecil, unggas di setiap wilayah serta pengoptimalan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil peternakan melalui pengembangan agropolitan.

6. Kawasan peruntukan perikanan.

a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk perikanan tangkap dan perikanan budidaya.

b. Membentuk sentra pengolahan hasil perikanan untuk mendukung pengoptimalan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil perikanan melalui pengembangan minapolitan.

c. Mengembangkan pusat pembenihan (breeding centre) di kawasan pembudidayaan ikan.

d. Meningkatkan pembinaan, penyuluhan, dan pelatihan untuk pengembangan perikanan budidaya.

e. Meningkatkan sarana dan prasarana untuk pengembangan perikanan tangkap dan teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan.

f. Menata wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai daya dukungnya untuk menjamin keberlangsungan ekosistem pada wilayah tersebut.

7. Kawasan peruntukan pertambangan.

a. Mengembangkan kawasan pertambangan mineral dan batubara berdasarkan potensi bahan galian, kondisi geologi dan geohidrologi dengan prinsip kelestarian lingkungan.

b. Meningkatkan eksplorasi dan eksploitasi potensi minyak dan gas bumi dengan pengelolaan mandiri dan berwawasan lingkungan;

c. Menjamin kelayakan lingkungan dan sosial.

d. mengelola potensi konflik pada pemanfaatan tambang bernilai ekonomis tinggi yang berada di kawasan lindung dan permukiman.

e. Melindungi air tanah di kawasan pertambangan. 8. Kawasan peruntukan

industri.

a. Mengembangkan industri skala besar di sentra-sentra utama di Jawa Timur. b. Mengembangkan industri berteknologi tinggi dan ramah lingkungan di kawasan

perkotaan.

c. Mengembangkan pembinaan industri kecil dan menengah.

d. Mengembangkan pusat promosi dan pemasaran hasil industri kecil. e. Mengembangkan industri yang mengolah hasil-hasil agro.

f. Mengembangkan industri berteknologi tinggi dan ramah lingkungan di kawasan industri metropolitan.

g. Menyediakan IPAL baik secara individual maupun komunal khususnya bagi industri berat dan/atau berpolusi.

h. Mengembangkan industri petrokimia, industri besar dan/atau berpolusi di kawasan industri serta pengintegrasian kawasan industri dengan prasarana utama wilayah.

i. Mengembangkan sarana dan prasarana pendukung pengembangan industri. j. Mengatur kembali (deregulasi) ketentuan peraturan perundang-undangan di

daerah-daerah yang memiliki orientasi pengembangan industri. 9. Kawasan peruntukan

pariwisata.

a. Mengembangkan daya tarik wisata andalan prioritas yang terdiri dari wisata alam, budaya, taman rekreasi, dan wisata lainnya;

b. Membentuk zona wisata disertai pengembangan paket wisata. c. Mensinkronkan promosi wisata dengan agenda nasional dan global. d. Melestarikan tradisi/kearifan masyarakat lokal (local indigenous).

e. Meningkatkan pembinaan, penyuluhan, dan pelatihan kepada masyarakat lokal dan atau pengrajin lokal untuk pengembangan pariwisata.

(10)

RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN

R P K P P

2 - 4

Kebijakan Penataan Ruang

Strategi Penataan Ruang

10. Kawasan peruntukan permukiman.

a. Mengembangkan kawasan permukiman perkotaan terutama pengembangan permukiman modern dan efisien serta terintegrasi dengan sistem transportasi berkelanjutan (transit oriented development) di kawasan metropolitan. b. Mengembangkan kawasan permukiman yang menyokong pengembangan

agropolitan di kawasan perdesaan.

c. Meningkatkan penyediaan perumahan sesuai dengan tingkat permintaan masyarakat secara partisipatif.

d. menyediakan perumahan dan pelayanan infrastruktur yang berpihak pada masyarakat golongan ekonomi lemah melalui pengembangan permukiman yang efisien dan berkelanjutan.

11. Kawasan andalan. Mengembangkan kegiatan budidaya unggulan di dalam kawasan beserta prasarana secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya.

12. Kawasan budidaya lainnya.

a. Membatasi antara lahan terbangun di sekitar kawasan dengan kawasan lainnya yang belum terbangun sehingga diperoleh batas yang jelas dalam

pengelolaannya;

b. Menetapkan jarak bebas aman kawasan dengan guna lahan lainnya, terutama permukiman;

c. Memberikan hak pengelolaan kepada masyarakat atau pemerintah berdasarkan kerjasama yang sesuai ketentuan yang disepakati sehingga menguntungkan kedua belah pihak; dan

d. Mengendalikan kawasan sekitar secara ketat. Kebijakan Dan Strategi Penetapan Kawasan Strategis Provinsi

Meningkatkan dan memantapkan fungsi dan peran kawasan ekonomi high tech industrial park, kawasan ekonomi unggulan, kawasan agropolitan, kawasan koridor metropolitan, dan kawasan kerjasama regional di Provinsi Jawa Timur.

a. Mengoptimalkan pengembangan kawasan melalui peningkatan nilai ekonomis kawasan.

b. Meningkatkan komoditas unggulan, sarana dan prasarana pendukung proses produksi.

c. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (SDM) baik sebagai tenaga ahli maupun tenaga pendukung.

d. Mempercepat alih teknologi yang lebih efisien dan efektif.

e. Meningkatkan dukungan kebijakan melalui pemberian instrumen insentif, antara lain berupa keringanan pajak dan bebas pajak (tax holiday).

f. Menjalin kerjasama dengan pihak investor, terkait pemberian kredit/modal usaha.

g. Mengembangkan potensi kawasan atau sub sektor strategis yang dapat dikembangkan dengan penetapan kawasan ekonomi unggulan baru. h. Meningkatkan kerjasama antardaerah untuk mengoptimalkan pertumbuhan

daerah perbatasan baik antarkabupaten/kota di Jawa Timur maupun kawasan perbatasan provinsi. 1. Mempercepat perkembangan dan kemajuan kawasan tertinggal di provinsi Jawa Timur.

a. Mengembangkan potensi kawasan atau sub sektor strategis yang dapat dikembangkan di kawasan tertinggal.

b. Menginputkan sub sektor strategis di kawasan tertinggal sebagai pemacu pertumbuhan wilayah.

c. Menyediakan infrastruktur strategis sebagai pemacu pertumbuhan wilayah. d. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) baik sebagai tenaga ahli

maupun tenaga pendukung.

e. Meningkatkan dukungan kebijakan melalui pemberian instrumen insentif berupa keringanan pajak, dan peningkatan program-program pembangunan strategis.

2. Meningkatkan dan memantapkan fungsi dan peran kawasan strategis sosial dan budaya; yaitu pemeliharaan nilai sejarah dan budaya yang tinggi serta nilai-nilainya yang asli dengan pengelolaan yang mengapreasiasi nilai tersebut melalui

a. Mengoptimalkan pengembangan kawasan melalui peningkatan nilai ekonomis kawasan, antara lain pemanfaatan sebagai aset wisata, penelitian dan pendidikan.

b. Mengendalikan perkembangan lahan terbangun di sekitar kawasan. c. Melestarikan kawasan sekitar.

d. memberikan gambaran berupa relief atau sejarah yang menerangkan obyek/situs tersebut.

e. Membina masyarakat sekitar untuk ikut berperan dalam menjaga peninggalan sejarah.

f. Meningkatkan kegiatan festival wisata atau gelar seni budaya.

g. Melestarikan dan mempromosikan tradisi/kearifan masyarakat lokal (local indigenous).

h. Mengendalikan kawasan sekitar secara ketat.

Kebijakan Penataan Ruang

Strategi Penataan Ruang

pariwisata. 3. Meningkatkan dan

memantapkan fungsi dan peran kawasan strategis

pendayagunaan SDA dan/atau teknologi tinggi secara optimal.

a. Mengoptimalkan pengembangan kawasan melalui peningkatan nilai ekonomis kawasan, antara lain pengembangan kegiatan penunjang dan/atau kegiatan turunan dari pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi tinggi.

b. Meningkatkan keterkaitan kegiatan pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi tinggi dengan kegiatan penunjang dan/atau turunannya.

c. Mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi terhadap fungsi lingkungan hidup, dan keselamatan masyarakat. 4. Meningkatkan dan

memantapkan fungsi dan peran kawasan strategis

perlindungan ekosistem dan lingkungan hidup.

a. Membatasi dan mencegah pemanfaatan ruang yang berpotensi mengurangi fungsi perlindungan kawasan.

b. Melarang alih fungsi pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung.

c. Membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan yang ditetapkan untuk fungsi lindung yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya.

d. Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan lindung.

e. Mengoptimalkan pengembangan kawasan melalui peningkatan nilai ekonomis kawasan lindung melalui pemanfaatan untuk daya tarik wisata, pendidikan, dan penelitian berbasis lingkungan hidup, dan/atau pemanfaatan bakau dan terumbu karang sebagai sumber ekonomi perikanan yang berkelanjutan. f. Meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat setempat dalam

memelihara ekosistem pesisir.

g. Mengembalikan kegiatan yang mendorong pengembangan fungsi lindung. h. Meningkatkan keanekaragaman hayati kawasan lindung.

i. Mengendalikan kawasan sekitar perlindungan ekosistem dan lingkungan hidup secara ketat. 5. Mengembangkan kawasan strategis terkait dengan pengembangan Kawasan Pengendalian Ketat (High Control Zone) untuk penetapan kawasan dan pengembangan pengawasan kawasan secara khusus dan dibatasi pemanfaatannya untuk mempertahankan daya dukung, mencegah dampak negatif, menjamin proses pembangunan yang berkelanjutan.

a. Mengembangkan pengawasan kawasan perdagangan regional untuk mencegah efek pengganda yang bersifat negatif termasuk mengurangi adanya bangunan non formal yang cenderung berkembang.

b. Mengembangkan pengawasan terhadap kawasan kaki Jembatan Suramadu di Kota Surabaya dan Kabupaten Bangkalan yang meliputi kawasan tertentu/fair ground, interchange jalan akses, dan/atau rencana reklamasi pantai untuk meminimalkan dampak negatif dari percepatan pembangungan kawasan terhadap aspek lingkungan dan sosial.

c. Mengembangkan pengawasan terhadap kawasan wilayah aliran sungai, sumber air, dan sempadan sungai untuk mengkonservasi kawasan yang memerlukan perlindungan dari pencemaran, pendangkalan, abrasi, dan perlindungan dari kegiatan budiaya;

d. Mengembangkan pengawasan terhadap kawasan yang berhubungan dengan aspek lingkungan hidup meliputi kawasan resapan air atau sumber daya air, kawasan konservasi, hutan bakau/mangrove untuk mempertahankan fungsi lindung kawasan.

e. Mengembangkan pengawasan terhadap kawasan sekitar jaringan transportasi terkait kawasan jaringan jalan, perkeretaapian, area/lingkup kepentingan pelabuhan, kawasan sekitar bandara, kawasan sekitar jalan arteri/tol untuk menjamin kelancaran, keselamatan, kenyamanan, ketepatan, keamanan dari aliran transportasi moda/kendaraan/orang/barang dan meminimalkan dampak kegiatan non transportasi.

f. Mengembangkan pengawasan terhadap kawasan sekitar prasarana wilayah dalam skala regional seperti area sekitar jaringan pipa gas, jaringan SUTET, dan TPA terpadu untuk menjamin batas aman dari prasana wilayah tersebut terhadap aktivitas budidaya dan permukiman penduduk serta meminimalkan gangguan terhadap keberlangsungan fungsi prasarana.

g. Mengembangkan pengawasan terhadap kawasan rawan bencana sebagai bagian dari strategi mitigasi bencana.

h. Mengembangkan pengawasan terhadap kawasan lindung prioritas dan pertambangan skala regional lainnya untuk menselaraskan pemanfaatan budidaya kawasan dengan aspek kelestarian lingkungan.

(11)

RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN

R P K P P

2 - 5

Sebagaimana dituangkan di dalam Perda No. 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Timur, maka kebijakan yang terkait langsung dengan Kota Kediri, sebagaimana uraian berikut :

A. RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR

1. Rencana Sistem Perkotaan

 Sebagaimana disebutkan di dalam Pasal 19 ayat 1 huruf b, Kota Kediri merupakan Pusat Kegiatan Wilayah dengan fungsi sesuai perkotaan masing-masing. Berdasarkan Pasal 19 ayat 3 huruf d, Kota Kediri merupakan bagian dari WP Kediri dan sekitarnya dengan pusat di Kota Kediri. Kabupaten/kota yang masuk dalam WP Kediri dan sekitarnya meliputi: Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Trenggalek, dan Kota Kediri dengan fungsi: pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, pertambangan, pendidikan, kesehatan, pariwisata, perikanan, dan industri;

2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah

 Berdasarkan Pasal 26 Ayat 4, Jalan nasional kolektor primer di Kota Kediri, meliputi : ruas jalan yang menghubungkan Tulungagung–Kediri–Kertosono;

 Berdasarkan Pasal 27 Ayat 1, Jalan Provinsi Kolektor Primer di Kota Kediri, meliputi : ruas jalan yang menghubungkan Turen–Malang–Pendem–Kandangan–Pare–Kediri serta ruas jalan yang menghubungkan Turen–Malang–Pendem–Kandangan–Pare–Kediri

 Berdasarkan Pasal 28, terminal Tamanan Kota Kediri ditetapkan sebagai terminal Tipe A;

 Berdasarkan Pasal 29, untuk sistem perkeretaapian, akan dikembangkan jalur

 kereta api ganda yaitu Jalur Lingkar, yang menghubungkan : Surabaya (Semut)–Surabaya (Gubeng)– Surabaya (Wonokromo)–Sidoarjo–Bangil–Lawang–Malang–Blitar–Tulungagung–Kediri–Kertosono– Surabaya, revitalisasi perlintasan tidak sebidang; dan pembangunan peringatan dini di seluruh perlintasan sebidang, dengan stasiun kereta api adalah stasiun kereta api Kota Kediri;

 Berdasarkan Paragraf 2, Pasal 39 Rencana Sistem Jaringan Energi, untuk Kota Kediri akan dikembangkan energi surya, serta energi biogas ;

 Pasal 48, rencana pengembangan sistem prasarana pengelolaan lingkungan berupa:

a. Kawasan pengelolaan sampah dan limbah terpadu yang disebut sebagai Kawasan Daur Ulang Ramah Lingkungan; dan

b. Sistem drainase perkotaan.

Gambar 2.1. Rencana Struktur Ruang Provinsi Jawa Timur

(12)

RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN

R P K P P

2 - 6

B. RENCANA POLA PEMANFAATAN RUANG

Seseuai dengan Perda RTRW Provinsi Jawa Timur No 5 Tahun 2012, arahan pola ruang yang ditetapkan untuk Kota Kediri sebagai berikut :

1. KAWASAN LINDUNG

Kawasan perlindungan setempat di Kota Kediri, meliputi kawasan semapdan sungai Arahan pengelolaan kawasan sempadan sungai meliputi:

a. pembatasan dan melarang mengadakan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas sungai;

b. pembatasan dan melarang menggunakan lahan secara langsung untuk bangunan sepanjang sempadan sungai yang tidak memiliki kaitan dengan pelestarian atau pengelolaan sungai;

c. melakukan re-orientasi pembangunan dengan menjadikan sungai sebagai bagian dari latar depan pada kawasan permukiman perdesaan dan perkotaan; dan

d. penetapan wilayah sungai sebagai salah satu bagian dari wisata perairan dan transportasi sesuai karakter masing-masing.

2. KAWASAN BUDIDAYA

Rencana pola ruang untuk kawasan budidaya yang terkait langsung dengan Kota Kediri meliputi:

A. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

Berdasarkan Pasal 73 Ayat 1, Kawasan hutan produksi di Jawa Timur seluas 782.772 ha, sebagian berada di Kota Kediri, dengan arahan pengelolaan kawasan hutan produksi meliputi:

a. pengusahaan hutan produksi di Provinsi Jawa Timur dilakukan oleh Perum Perhutani dengan menerapkan sistem silvikultur Tebang Habis Permudaan Buatan (THPB);

b. melakukan reboisasi dan rehabilitasi lahan pada bekas tebangan dan tidak dapat dialih fungsikan ke budidaya non kehutanan;

c. pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan hutan serta gangguan keamanan hutan lainnya; d. pengembalian pada fungsi hutan semula dengan reboisasi bila pada kawasan ini terdapat perambahan

atau bibrikan;

e. percepatan reboisasi dan pengkayaan tanaman (enrichment planting) pada kawasan hutan produksi yang mempunyai tingkat kerapatan tegakan rendah;

f. pengembangan zona penyangga pada kawasan hutan produksi yang berbatasan dengan hutan lindung; g. pengembalian kondisi hutan bekas tebangan melalui reboisasi dan rehabilitasi lahan kritis;

h. penerapan arahan di setiap wilayah kabupaten/kota mewujudkan hutan kota.

B. Kawasan Peruntukan Pertanian

Kawasan peruntukan pertanian di Jawa Timur meliputi: 1. Pertanian Lahan Basah

Berdasarkan Pasal 75 Ayat 2, Pertanian lahan basah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa sawah beririgasi direncanakan dengan luas kurangnya 957.239 ha dan dengan luas

sekurang-kurangnya 802.357,9 dan salah satunya

berada di Kota Kediri 2. Pertanian Lahan Kering

Berdasarkan Pasal 75 Ayat 3, pertanian lahan kering di Jawa Timur direncanakan dengan luas sekurang-kurangnya 849.033 ha dan dengan luas sekurang-sekurang-kurangnya 215,191.83 ha ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan yang tersebar di seluruh kabupaten/kota.

Arahan pengelolaan kawasan pertanian meliputi :

 Area lahan sawah beririgasi harus dipertahankan agar tidak berubah fungsi menjadi peruntukan yang lain;

 Pengalihan fungsi areal sebagaimana dimaksud pada huruf a wajib disediakan lahan pengganti;

 Pengembangan sawah beririgasi teknis dilakukan dengan memprioritaskan perubahan sawah nonirigasi menjadi sawah irigasi melalui dukungan pengembangan dan perluasan jaringan irigasi, pembukaan areal baru pembangunan irigasi, dan pengembangan waduk/embung;

 Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan dengan mengembangkan kawasan pertanian terpadu (cooperative farming), dan hortikultura dengan mengembangkan kawasan budi daya pertanian

 Mengembangkan kawasan budi daya pertanian ramah lingkungan (good agriculture practices); dan

 Pengembangan kelembagaan kelompok tani ke arah kelembagaan ekonomi/koperasi.

C. Kawasan Peruntukan Perikanan

Berdasarkan Pasal 78 Ayat 8 dan 9, Kota Kediri diarahkan untuk pengembangan budidaya air tawar untuk pengembangan ikan hias.

D. Kawasan Peruntukan Industri

Untuk Kota Kediri berdasarkan Pasal 80 Ayat 2, Kota Kediri ditetapkan sebagai kawasan peruntukan industri di luar kawasan industri serta sentra industri

E. Kawasan Peruntukan Permukiman

Kawasan peruntukan permukiman yang direncanakan meliputi : permukiman perkotaan. Adapun Arahan pengelolaan kawasan permukiman perkotaan meliputi:

a. pengaturan perkembangan pembangunan permukiman perkotaan baru;

b. pengembangan permukiman perkotaan dengan memperhitungkan daya tampung perkembangan penduduk dan fasilitas atau prasarana yang dibutuhkan; dan

c. penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan dapat dilakukan melalui pembangunan rumah susun (rusun)

2.1.2.

PERDA NO 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA KEDIRI

Berdasarkan Pasal 3, Visi dan Misi Penataan Ruang Kota Kediri, sebagai berikut :

(1) Visi Penataan Ruang Kota Kediri adalah Terwujudnya Kota Kediri sebagai Pusat Pelayanan Wilayah yang Berdaya Saing.

(2) Misi Penataan Ruang Kota Kediri adalah :

a. Mewujudkan Pengembangan Pusat Kegiatan Industri, Jasa, Perdagangan, Pendidikan dan Pariwisata;

b. Mewujudkan Penyediaan Prasarana Wilayah yang mendukung investasi produktif; dan Berdasarkan Pasal 4, Tujuan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Kediri, meliputi : a. terwujudnya Kota Kediri sebagai sentra Pendidikan, Industri, Perdagangan Jasa dan Pariwisata, yang

mampu mendorong pertumbuhan Kota Kediri dan kawasan sekitarnya;

b. terwujudnya keseimbangan pertumbuhan antara wilayah pusat dengan wilayah Barat dan Timur Kota Kediri; dan

Gambar

Gambar 2.1.   Rencana Struktur Ruang Provinsi Jawa Timur
Gambar 2.3. Rencana Struktur Ruang
Gambar 2.4. Rencana Struktur Ruang
Gambar 2.5. Kawasan Rawan Bencana
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini juga sesuai dengan penelitian Moyen (2004) yang menyatakan bahwa perusahaan yang menghadapi kendala pendanaan akan menggunakan arus kas yang lebih besar untuk

Melakukan tindak lanjut terhadap hasil analisis kinerja karyawan Ditindakla njuti hasil analisis kinerja karyawan Menyampaik an hasil penilaian kepada karyawan yang

Program kerja yang tersusun oleh komisi akan dilaksanakan bersama-sama dengan anggotanya, dalam jangka waktu satu tahun dan berkewajiban untuk melaksanakan dan

Perencanaan kinerja merupakan proses penyusunan rencana kinerja (Renja) sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam Renstra (perencanaan lima tahun),

sehingga dapat menyebabkan dekubitus atau kontraktur; deep vein thrombosis, ini dapat terjadi karena kurangnya sistem koagulasi dalam darah, sehingga terdapat trombus, karena

Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan dan Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah dan D.I.. Task Complexity

Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis diterima yaitu ada hubungan positif yang signifikan antara qana>’ah dengan perilaku altruistik pada mahasiswa

Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan