• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN PROYEKSI

A. Analisis B. Proyeksi

6. Konservasi Sumber Daya Alam

Pengertian konservasi sumber daya alam hayati menurut UU No 5 Tahun 1990 pasal 1 ayat (2) tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dirumuskan bahwa ”Pengelolalaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya”. Dengan demikian konservasi dalam undang-undang ini mencakup pengelolaan sumber alam hayati, yang termasuk di

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL XXV Tapanuli Tengah–Sibolga 2016–2025

dalamnya hutan. Sasaran konservasi yang ingin dicapai menurut UU No. 5 Tahun 1990, yaitu:

1. Menjamin terpeliharanya proses ekologis yang menunjang sistem penyangga kehidupan bagi kelangsungan pembangunan dan kesejahteraan manusia (perlindungan sistem penyangga kehidupan).

2. Menjamin terpeliharanya keanekaragaman sumber genetik dan tipe-tipe ekosistemnya sehingga mampu menunjang pembangunan, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang memungkinkan pemenuhan kebutuhan manusia yang menggunakan sumber daya alam hayati bagi kesejahteraan (pengawetan sumber plasma nutfah).

3. Mengendalikan cara-cara pemanfaatan sumber daya alam hayati sehingga terjamin kelestariannya. Akibat sampingan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kurang bijaksana, belum harmonisnya penggunaan dan peruntukan tanah serta belum berhasilnya sasaran konservasi secara optimal, baik di darat maupun di perairan dapat mengakibatkan timbulnya gejala erosi genetik, polusi, dan penurunan potensi sumber daya alam hayati (pemanfaatan secara lestari).

Dalam upaya perlindungan terhadap hutan, harus dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan lingkungan atau ekosistem secara global. Lingkungan global adalah lingkungan hidup sebagai suatu keseluruhan, yaitu wadah kehidupan yang di dalamnya berlangsung hubungan saling mempengaruhi (interaksi) antara makhluk hidup (komponen biotik) dengan lingkungan setempat (komponen abiotik).

Konservasi sumber daya alam di wilayah KPHL XXV Tapanuli Tengah–Sibolga dilaksanakan melalui upaya perlindungan terhadap potensi keanekaragaman hayati. Potensi keanekaragaman hayati ini mempunyai nilai yang positif bagi pengelolaan kawasan terutama sebagai plasma nutfah, obyek penelitian dan pendidikan dan pengembangan serta kegiatan untuk menunjang budidaya. Kepunahan jenis-jenis ini akan merupakan hilangnya sumber genetik utama dalam keanekaragaman jenis hayati Indonesia khususnya di wilayah Provinsi Sumatera Utara yang banyak memiliki keanekaragaman hayati yang endemik. Keanekaragaman hayati dalam kawasan KPHL XXV Tapanuli Tengah–Sibolga

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL XXV Tapanuli Tengah–Sibolga 2016–2025

merupakan aset untuk menggali dan mengkaji fenomena-fenomena alam yang dapat memberikan sumbangan berharga bagi kehidupan masyarakat. Untuk itu aset ini perlu dipertahankan dan dimanfaatkan demi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya di masa kini dan masa yang akan datang.

Perlindungan keanekaragaman hayati ini tidak terlepas juga dari perlindungan terhadap keutuhan kawasan baik itu jenis maupun luasannya. Dengan melakukan perlindungan terhadap keutuhan kawasan KPHL XXV Tapanuli Tengah–Sibolga berarti tetap menjamin sistem penyangga kehidupan bagi masyarakat yang ada di sekitarnya terutama dalam mengatur sistem tata air (hidrorologi) maupun dalam mengatur stabilitas iklim lokal dan regional yang sangat dibutuhkan bagi kelangsungan hidup manusia. Selain itu dengan terjaminnya keutuhan kawasan ini akan mengurangi dampak dari berbagai fenomena alam seperti banjir maupun tanah longsor yang sangat merugikan kita.

Keadaan demikian tidak dapat dipertahankan apabila faktor-faktor yang mempengaruhi keanekaragaman hayati tidak dikelola dengan baik dan terarah. Faktor yang mempengaruhi tersebut terdiri dari faktor internal berupa komponen-komponen ekosistem tempat jenis-jenis flora maupun fauna tersebut hidup dan berkembangbiak. Sedangkan faktor eksternal berupa aksesibilitas masyarakat ke dalam kawasan. Kelangsungan sistem ekologi kawasan tersebut akan berlangsung lestari apabila komponen-komponennya berada dalam keseimbangan sehingga potensi keanekaragaman hayati dapat dipertahankan dan menjadi aset bagi pembangunan daerah.

Konservasi sumber daya alam di wilayah KPHL XXV Tapanuli Tengah–Sibolga ke depan menjadi sangat strategis, mengingat perspektif pembangunan daerah dihadapkan pada dua pilihan antara perspektif ekonomi dan ekologi. Kegiatan konservasi sering dianggap sebagai beban pembangunan, karena lebih menuntut biaya daripada pendapatan. Kondisi seperti ini menyebabkan kegiatan konservasi menjadi terabaikan, dan akibatnya perjuangan untuk melindungi ekosistem bumi dan plasma nutfah menjadi semakin terancam. Sementara di kawasan tropis, yang menjadi andalan penyeimbang sistem kehidupan di muka bumi ini, masih dihadapkan pada kurangnya SDM yang tangguh serta terdesaknya kawasan untuk

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL XXV Tapanuli Tengah–Sibolga 2016–2025

kepentingan pembangunan ekonomi. Memahami perspektif ekonomi dan ekologi secara terintegrasi diperlukan untuk mencari keseimbangan kepentingan antara keduanya.

Dalam perspektif ekologi, proses alamiah merupakan dasar dari penggunaan sumber daya, bagaimana menggunakan sumber daya tersebut sedemikian rupa sehingga struktur dasar dari sistem alamiah tak berubah. Perspektif ekologi menyatakan perlunya menguraikan proses-proses ekologi yang ada di alam sebagai dasar pengelolaan sumberdaya alam, serta memahami berbagai konsekuensi ekologis dari sekian banyak beban yang diberikan manusia pada sistem alam (dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang dilakukan).

Dalam perspektif ekonomi, sumberdaya alam adalah bahan baku dalam sistem produksi sehingga berlaku sistem penawaran (supply) dan permintaan (demand). Inti dari studi ekonomi adalah memahami karakteristik ekonomi sumberdaya alam, nilai ekonomi sumberdaya alam, serta bagaimana sistem ekonomi mempengaruhi pengelolaan (pemanfaatan) sumberdaya alam. Jadi memahami sistem ekonomi adalah hal mendasar dalam konservasi sumberdaya alam. Sumberdaya alam adalah komoditas, kita memberinya nilai atas apa yang disediakannya untuk kebutuhan kita (makanan, pakaian, tempat tinggal), cara kita menilai sumberdaya alam berpengaruh pada cara kita mengelolanya. Perspektif ekonomi dalam konservasi sumberdaya hutan memerlukan penilaian secara ekonomi sumberdaya hutan. Menghitung ‘harga’ dari sumberdaya hutan khususnya yang memiliki sifat intangible bukanlah hal yang mudah. Tidak semua sumberdaya alam dapat ‘dihargai’ dengan nilai uang seperti udara bersih, air bersih, atau habitat flora fauna.

Beberapa kegiatan yang mendukung upaya konservasi sumber daya alam yang dapat dilakukan di KPHL XXV Tapanuli Tengah–Sibolga diantaranya yaitu penyempurnaan database kawasan melalui kegiatan inventarisasi potensi flora dan fauna; pembinaan habitat satwa; penilaian ekonomi kawasan; pemeliharaan pal batas kawasan; dan lain-lain kegiatan yang dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan serta disesuaikan dengan kemampuan anggarannya.

Paradigma baru pembangunan kehutanan lebih menitikberatkan terhadap bagaimana memanfaatkan potensi sumber daya alam tanpa mengkesampingkan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL XXV Tapanuli Tengah–Sibolga 2016–2025

upaya kelestariannya. Hal ini sesuai dengan visi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang lebih menekankan pada aspek kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan sehingga kawasan hutan beserta keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya dapat dijadikan aset pembangunan daerah demi kesejahteraan masyarakat pada umumnya kini dan masa yang akan datang.

Seiring dengan aktifitas dikawasan hutan yang semakin semarak baik kegiatan pemanfaatan hutan maupun penggunaan kawasan hutan serta pengrusakan hutan maka sumber daya alam pada areal kawasan hutan harus tetap dijaga keberadaannya baik jenis maupun luasannya.