• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimalisasi Pemanfaatan Wilayah Tertentu dan Penerapan PPK BLUD Untuk mendukung pengelolaan core business secara optimal berupa usaha

ANALISIS DAN PROYEKSI

A. Analisis B. Proyeksi

8. Optimalisasi Pemanfaatan Wilayah Tertentu dan Penerapan PPK BLUD Untuk mendukung pengelolaan core business secara optimal berupa usaha

pemanfaatan, pengolahan dan pemasaran HHBK, HHK, jasa wisata, jasa air, jasa perdagangan karbon dan jasa lingkungan lainnya, maka perlu upaya mendorong agar kelembagaan KPHL XXV Tapanuli Tengah–Sibolga memiliki badan hukum yang memungkinkan untuk menjalankan usaha tersebut sebagaimana mestinya. Bentuk badan hukum yang dapat menjadi alternatif pilihan untuk KPHL XXV Tapanuli Tengah–Sibolga adalah Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) atau PPK BLUD.

Dengan keluarnya peraturan Menteri Kehutanan Nomor P 47/2013 tentang wilayah tertentu, memberikan peluang sekaligus dasar hukum KPH untuk melakukan pemanfaatan potensi hutan. Pengelolaan wilayah tertentu ini menjadi bagian yang sangat penting bagi kegiatan operasional KPHL XXV Tapanuli Tengah–Sibolga karena wilayah tertentu adalah bentuk pelimpahan kewenangan Menteri Kehutanan kepada KPH untuk melakukan berbagai kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu, bukan kayu, jasa lingkungan. KPH dapat melakukan penjualan tegakan dan bisnis kehutanan lainnya setelah menerapkan PPK BLUD.

Dasar hukum untuk melaksanakan bisnis atau untuk dapat melakukan pengelolaan keuangan yakni menerapkan PPK BLUD. Lembaga yang dapat menerapakan PPK BLUD setelah memenuhi tiga persyaratan yakni persyaratan substantif, teknis dan administratif. Bila ketiga persyaratan tersebut dipenuhi KPH, maka dengan mempertimbangkan rekomendasi tim penilai, Gubernur menetapkan PPK BLUD kepada KPH.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL XXV Tapanuli Tengah–Sibolga 2016–2025

Proyeksi Kondisi Wilayah

Proyeksikan kondisi wilayah KPHL XXV Tapanuli Tengah–Sibolga ke depan berdasarkan analisa data tersebut, yaitu proyeksi peluang (kelas perusahaan strategis, kemitraan, konservasi), proyeksi peluang pendanaan, proyeksi ancaman strategis, resiko eksternal, proyeksi kapasitas internal, dan proyeksi potensi resiko karena kelemahan manajemen.

Proyeksi peluang kelas perusahaan strategis, kemitraan dan konservasi Untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan sesuai potensi, kondisi biofisik dan faktor sosial ekonomi maka dibuat kelas-kelas perusahaan strategis. Beberapa kelas perusahaan strategis yang direncanakan oleh KPHL XXV Tapanuli Tengah–Sibolga adalah:

a. Pada kelompok hasil hutan kayu akan dibuat kelas perusahaan pinus. Pembuatan kelas perusahaan ini merupakan hal yang sangat mungkin dilakukan mengingat kondisi wilayah kelola KPH adalah pengembangan tanaman pinus. Reboisasi dengan pertumbuhan yang bagus sesuai dengan kondisi biofisik dan dilihat dari aspek pasar merupakan produk unggulan yang digemari masyarakat (marketable).

b. Pengembangan kelompok hasil hutan bukan kayu akan dibuat kelas perusahaan rotan mengingat produk rotan mudah tumbuh dan banyak terdapat di KPHL XXV Tapanuli Tengah–Sibolga serta memiliki pangsa pasar tersendiri. Rendahnya supply rotan karena masyarakat belum banyak mengetahui manfaat rotan yang begitu besar jika dilihat dari aspek peningkatan pendapatan masyarakat. Diawal-awal kegiatan, KPH dapat memulai dengan pemanfaatan rotan yang tumbuh secara alami.

c. Kelas perusahaan jasa lingkungan, yaitu ekowisata, air minum, mikrohidro, perdagangan karbon. Mekansime pengembagan Unit usaha ini dengan pola kemitraan dengan pihak swasta.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL XXV Tapanuli Tengah–Sibolga 2016–2025

Proyeksi Peluang Pendanaan

Berdasarkan Pasal 17 Permendagri No. 61 tahun 2010, sumber pendanaan untuk mendukung kegiatan KPH dapat berasal dari APBN, APBD dan sumber dana lainnya yang sah dan tidak mengikat. Dukungan APBN yang telah dilaksanakan diantaranya (1) Fasilitasi sarana dan prasarana dasar untuk KPH melalui Ditjen Planologi seperti bangunan kantor KPH, perlengkapan kantor, kendaraan operasional mobil dan motor, alat-alat survei dan tata hutan. Penyusunan RP Dukungan suplai SDM teknis menengah lulusan SMK kehutanan dalam bentuk tenaga kontrak, peningkatan mutu SDM dengan berbagai jenis pelatihan (diklat CKPH, diklat perencanaan, diklat GIS); (2) Dukungan dana dekon dengan berbagai kegiatan konvergensi; (3) Dana Alokasi Khusus atau DAK yang baru berjalan satu tahun untuk melengkapi sarana dan prasarana pamhut, RHL dain lain-lain.

Dalam kenyataannya dukungan APBN pada tahap awal adalah pemenuhan sarana dan prasarana dasar KPH seperti pengadaan kantor KPH, kendaraan operasional mobil dan motor, peralatan survei dan lain sebagainya. Selanjutnya dukungan anggaran APBN dilaksanakan dalam bentuk konvergensi kegiatan eselon 1 yang dilaksanakan dibawah koordinasi PUSDAL regional I. Realisasi konvergensi diharapkan berjalan maksimal dan sinkron dengan program KPH.

Proyeksi peluang pendanaan dapat bersumber dari kegiatan investasi yang dilakukan oleh investor atau mitra dengan berbagai skema yang disepakati bersama, termasuk juga program kemitraan dengan berbagai komponen masyarakat untuk secara bersama-sama melaksanakan suatu jenis usaha tertentu di bidang kehutanan atau bidang lain yang mendukung visi misi KPHL XXV Tapanuli Tengah–Sibolga.

Proyeksi ancaman strategis, resiko eksternal

KPHL XXV Tapanuli Tengah–Sibolga berpotensi mengalami ancaman ke depan yang mungkin terjadi seperti gangguan keamanan hutan, berbagai masalah sosial seperti penerimaan ketanagakerjaan dan lain-lain. Ancaman gangguan keamanan hutan diantaranya adalah illegal loging dan perambahan kawasan hutan. Berbagai faktor penyebab illegal loging diantaranya adalah tingkat kebutuhan kayu yang semakin meningkat dan kemiskinan masyarakat. Sedangkan perambahan kawasan disebabkan tipologi masyarakat yang lapar lahan. Untuk

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL XXV Tapanuli Tengah–Sibolga 2016–2025

mengatasi berbagai kendala tersebut perlu dilakukan koordinasi, konsultasi dan sosialisasi atau diseminasi secara terus menerus kepada seluruh stakeholders termasuk tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pendidikan, tokoh pemuda dan lain-lain.

Proyeksi kapasitas internal

Proyeksi kapasitas internal tidak lepas dari kondisi dan keberadaan sumber daya yang dimiliki KPHL XXV Tapanuli Tengah–Sibolga diantaranya sumber daya manusia. Hal ini terkait dengan masih minimnya kemampuan KPH untuk membayar gaji karyawan murni KPH non PNS, kecuali jika kondisi KPH sudah menghasilkan keuntungan finansial. Kemampuan dan mutu SDM KPH dapat dipersiapkan dengan kegiatan kursus, diklat, magang, studi banding, seminar dan lain sebagainya.

Disamping tuntutan kualitas sebagaimana disebutkan terdahulu, ternyata ada faktor yang lebih penting lagi yaitu faktor integritas. Hal ini penting karena dalam menyelenggarakan pengelolaan hutan untuk mencapai visi misi tidak hanya dituntut kualitas akan tetapi integritas menjadi faktor yang sangat penting untuk mencegah tindakan korupsi.

Proyeksi potensi resiko kelemahan manajemen

Berjalannya suatu organisasi sangat bergantung pada keberadaan 6 unsur: manajemen, manusia, dana, metode, mesin, dan dalam hal penyelenggaraannya harus mempertimbangkan faktor POAC (Perencanaan, Organisasi, Pelaksanaan dan Pengawasan). Kondisi KPHL XXV Tapanuli Tengah–Sibolga saat ini belum mendukung pelaksanaan manajemen secara oprtimal mengingat berbagai sumber daya masih terbatas. Namun demikian seiring dengan dinamika yang berkembang manajemen KPHL XXV Tapanuli Tengah–Sibolga secara bertahap akan diperbaiki sehingga penyelenggaraan pengelolaan hutan lestari secara mandiri dapat berlangsung dengan optimal.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL XXV Tapanuli Tengah–Sibolga 2016–2025

BAB V.