• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kapasitas SDM

D. Pembinaan dan Pemantauan pada Areal KPH yang Telah Ada Izin Pemanfaatan maupun Penggunaan Kawasan Hutan

1. Pinjam pakai kawasan hutan

Implementasi Penggunaan kawasan hutan adalah sebagai berikut:

a. Hanya dapat dilakukan di dalam kawasan hutan produksi dan atau kawasan hutan lindung.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL XXV Tapanuli Tengah–Sibolga 2016–2025

b. Dilakukan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan.

c. Mempertimbangkan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian lingkungan.

d. Kegiatan yang mempunyai tujuan strategis, dalam arti yang diprioritaskan karena mempunyai pengaruh yang sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan keamanan negara, pertumbuhan ekonomi, sosial budaya dan atau lingkungan seperti:

- Religi.

- Pertambangan.

- Instalasi pembangkit, transmisi, distribusi listrik, teknologi energi baru dan terbarukan.

- Pembangunan jaringan telekomunikasi, stasiun pemancar, radio, stasiun relay televisi.

- Jalan umum, jalan tol, jalur kereta api.

- Sarana transportasi yang tidak dikategorikan sebagai sarana transportasi umum untuk keperluan pengakutan hasil produksi.

- Sarana prasarana sumber daya air, pembangunan jaringan instalasi air, dan saluran air bersih dan atau air limbah.

- Fasilitas umum.

- Industri terkait kehutanan. - Pertahanan keamanan.

- Prasarana penunjang keselamatan umum, penampungan sementara korban bencana alam.

Penggunaan kawasan hutan untuk kegiatan pertambangan dapat dilakukan pada kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung. Pada hutan produksi dapat dilakukan dengan a) pola pertambangan terbuka, b) pola pertambangan bawah tanah. Sedangkan pada hutan lindung hanya dapat dilakukan penambangan dengan pola pertambangan bawah tanah dengan ketentuan dilarang mengakibatkan a) turunnnya permukaan air tanah, b) berubahnya fungsi pokok kawasan hutan secara permanen c) terjadi kerusakan akuiver air tanah.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL XXV Tapanuli Tengah–Sibolga 2016–2025

Penggunaan kawasan hutan dilakukan berdasarkan izin pinjam pakai kawasan hutan:

a. Izin pinjam pakai kawasan hutan dengan kompensasi lahan, untuk kawasan hutan pada provinsi yang luas kawasan hutannya dibawah 30% dari luas daerah aliran sungai, pulau dan atau provinsi, dengan ketentuan kompensasi lahan dengan rasio paling sedikit 1 : 1 untuk non komersial dan paling sedikit 1 : 2 untuk komersial.

b. Izin pinjam pakai kawasan hutan dengan kompensasi membayar penerimaan negara bukan pajak (PNBP) penggunaan kawasan hutan dan melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah aliran sungai, untuk kawasan hutan pada Provinsi yang luas kawasan hutannya di atas 30% dari luas daerah aliran sungai, pulau dan atau provinsi dengan ketentuan 1) Penggunaan untuk non komersial dikenakan kompensasi membayar PNBP penggunaan kawasan hutan dan melakukan penanaman dalam rangka reHabilitasi daerah aliran sungai dengan rasio 1 : 1, dan 2) Penggunaan untuk komerial dikenakan kompensasi membayar PNBP penggunaan kawasan hutan dan melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah aliran sungai paling sedikit dengan rasio 1 : 1.

c. Izin pinjam pakai kawasan hutan tanpa kompensasi lahan atau tanpa kompensasi membayar PNBP penggunaan kawasan hutan dan tanpa melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah aliran sungai dengan ketentuan hanya untuk 1) Kegiatan pertahanan negara, sarana keselamatan lalu lintas laut dan udara, cek dam, embung, sabo dan sarana meteorologi, klimatologi dan geofisika, 2) kegiatan survei dan eksplorasi.

Penggunaan kawasan hutan dilakukan berdasarkan izin pinjam pakai kawasan hutan yang diberikan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Penggunaan kawasan hutan untuk pertambangan yang berdampak penting dan cakupan luas dan bernilai strategis harus mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat. Menteri menerbitkan persetujuan prinsip penggunaan kawasan hutan sebelum menerbitkan izin pinjam pakai kawasan hutan kepada pemohon yang memenuhi persyaratan. Persetujuan prinsip penggunaan kawasan hutan diberikan untuk jangka waktu paling lama 2 tahun sejak diterbitkan dan dapat diperpanjang berdasarkan hasil evaluasi.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL XXV Tapanuli Tengah–Sibolga 2016–2025

Persetuan prinsip memuat kewajiban yang harus dipenuhi oleh pemohon yang meliputi:

a. Melaksanakan tata batas terhadap kawasan hutan yang disetujui dan lahan kompensasi serta proses pengukuhannya.

b. Melaksanakan inventarisasi tegakan.

c. Membuat pernyataan kesanggupan membayar penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

d. Penggunaan kawasan hutan dan melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah aliran sungai.

e. Menyerahkan dan menghutankan lahan untuk dijadikan kawasan hutan dalam hal kompensasi berupa lahan.

f. Melaksanakan kewajiban lain yang ditetapkan oleh Menteri.

Dalam hal pemegang persetujuan prinsip penggunaan kawasan hutan telah memenuhi seluruh kewajiban, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan menerbitkan izin pinjam pakai kawasan hutan, yang didalam izin tersebut diantaranya berisi kewajiban pemegang izin pinjam pakai kawasan hutan yang meliputi :

a. Membayar Peneriman Negara Bukan Pajak (PNBP) penggunaan kawasan hutan. b. Melakukan penanaman dalam rangka rehabiitasi daerah aliran sungai.

c. Melaksanakan reboisasi pada lahan kompensasi. d. Menyelenggarakan perlindungan hutan.

e. Melaksanakan reklamasi dan atau reboisasi pada kawasan hutan yang dipinjam pakai yang sudah tidak digunakan.

f. Melaksanakan kewajiban lain yang ditetapkan oleh menteri. 2. Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya KPHL XXV Tapanuli Tengah–Sibolga tidak mempunyai peran dalam perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan, namun sesuai dengan prinsip pengelolaan, maka setiap kegiatan yang berada diwilyah kelola KPH, maka KPH wajib mengetahuinya. Perubahan peruntukan kawasan hutan adalah perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawaan hutan. Perubahan peruntukan kawasan hutan dilakukan untuk memenuhi tuntutan dinamika pembangunan nasional serta aspirasi masyarakat dengan tetap berlandaskan pada optimalisasi distribusi fungsi, manfaat kawasan hutan secara

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL XXV Tapanuli Tengah–Sibolga 2016–2025

lestari dan berkelanjutan serta keberadaan kawasan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional.

Perubahan peruntukan kawasan hutan meliputi perubahan peruntukan kawasan hutan dan perubahan fungsi kawasan hutan. Perubahan peruntukan hanya dapat dilakukan pada hutan produksi tetap dan hutan produksi terbatas melalui tukar menukar kawasan hutan yang dapat dilakukan secara parsial atau untuk wilayah provinsi yang melalui tukar menukar kawasan hutan atau pelepasan kawasan hutan. Tukar menukar kawasan hutan dilakukan untuk pembangunan diluar kegiatan kehutanan yang bersifat permanen, menghilangkan enclave atau memperbaiki batas kawasan hutan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Tetap terjaminnya luas kawasan hutan paling sedikit 30% dari luas daerah aliran sungai, pulau dan atau provinsi dengan sebaran yang proporsional. b. Mempertahankan daya dukung kawasan hutan tetap layak kelola. Perubahan

peruntukan kawasan hutan untuk wilayah provinsi dapat dilakukan pada hutan konservasi, hutan lindung atau hutan produksi berdasarkan usulan dari bupati kepada menteri.