• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsolidasi Pemuda Pancasila di Medan

Dalam dokumen Politik Layar Terkembang (Halaman 48-55)

Setelah Pemilu 1971 usai, kepengurusan Dewan Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila yang tertunda-tunda melaksanakan musyawarah wilayah, akhirnya mendapat izin pada tahun 1972. Das Tagor Lubis yang menjabat Ketua sejak 1967

(menggantikan Saat Gurning yang hanya menjabat satu tahun ketika itu), menyerahkan tampuk pimpinan dalam musyawarah kepada A.S. Siregar untuk periode 1972–1974. Tetapi karena masalah pribadi, ketua terpilih yang juga pegawai Pertamina ini, terpaksa meninggalkan jabatan ketua yang baru dipegangnya. A.S. Siregar dipindahtugaskan oleh instansinya ke Provinsi Irian Jaya.

Jabatan A.S. Siregar akhirnya dilanjutkan hingga akhir periode oleh Effendi Nasution. Pada periode ini persoalan organisasi yang menjadi perhatian penting adalah terkait independensi. Dewan Pimpinan Pusat Pemuda Pancasila tidak memiliki aktivitas organisasi yang berjalan dengan baik. Sebagian aktivis dan para anggota, sudah tidak begitu tertarik untuk aktif di organisasi. Banyak tokoh, kader, dan anggota organisasi memiliki kegiatannya masing-masing. Agar aktivitas organisasi muncul kembali, melalui tekad dan semangat melepaskan organisasi Pemuda Pancasila dari IPKI, maka pada Musyawarah Wilayah ke-III, Pemuda Pancasila Sumatera Utara menyatakan dirinya independen. Pernyataan ini memiliki arti sejarah yang sangat penting bagi perkembangan Pemuda Pancasila secara nasional karena pernyataan independensi hasil musyawarah wilayah kemudian berlaku di seluruh wilayah Indonesia. Tetapi, AD/ART Pemuda Pancasila setelah diputuskan independen, menurut salah seorang tokoh Pemuda Pancasila Sumatera Utara, sama sekali tidak mengalami perubahan.50 Aktivitas organisasi Pemuda Pancasila Sumatera Utara masih menggunakan AD/ART yang lama.

Pengertian independensi yang digunakan ketika itu, lebih bersifat politis ketimbang yuridis. Timbul kesan bahwa tidak diubahnya AD/ART, sesuai dengan keputusan organisasi, karena adanya tawaran politik yang berasal dari partai politik yang berada di balik kekuatan Pemerintah Orde Baru. Kesan tersebut ternyata disambut nyata ketika munculnya pernyataan peserta musyawarah Pemuda Pancasila mengenai kebulatan tekad satuan-satuan pengurus organisasi di berbagai tempat

untuk memenangkan Golongan Karya (Golkar) pada Pemilu 1977. Selain

menghasilkan keputusan independen, Musyawarah III ini kembali menetapkan M.Y. Effendi Nasution menduduki jabatan Ketua DPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara periode 1974–1978.

Dukungan Pemuda Pancasila Sumatera Utara kepada Golongan Karya tidak berjalan secara mulus. Tokoh dan kader yang menginginkan menjadi anggota

       

50

legislatif tidak dicalonkan dalam daftar calon anggota legislatif. Sebagian besar pengurus Pemuda Pancasila merasa kecewa karena tidak diperhatikan keinginan politiknya. Setelah itu, ketua terpilih tidak menyelesaikan tugasnya hingga akhir periode. Ketua terpilih mengundurkan diri dari jabatan ketua tahun 1976 setelah yang bersangkutan kembali dari menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekkah 1975. Untuk menyelesaikan kepengurusan hingga akhir periode pada tahun 1978, rapat pleno melakukan reshuffle menunjuk Amran YS sebagai ketua dan Amril YS sebagai sekretaris.

Sejak Pemilu 1971, DPP Pemuda Pancasila tidak melakukan kegiatan konsolidasi organisasi di daerah, meskipun kepengurusan DPP masih diketuai oleh Maurits L. Tobing. Ketika susunan pengurus Dewan Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara dilantik, Maurits L. Tobing ikut menghadiri. Namun, ketika itu, statusnya bukan sebagai Ketua DPP Pemuda Pancasila, melainkan sebagai salah seorang utusan/wakil dari DPP Komite Nasional Pemuda Pancasila (KNPI). Kenyataan ini semakin memperkuat keterangan bahwa pada saat yang sama DPP Pemuda Pancasila tidak lagi aktif menjalankan kegiatan organisasi.

Membangkitkan semangat anggota Pemuda Pancasila untuk aktif dalam kegiatan organisasi, harus dilakukan atas dasar konsep perencanan dan program yang jelas. Kepengurusan periode 1977 ini ternyata memiliki seperangkat cara untuk menggerakkan organisasi guna menarik perhatian anggota organisasi. Konsep untuk menggerakkan organisasi harus disertai dengan pencapaian visi dan misi yang dirumuskan sesuai dengan tuntutan perkembangan lingkungan dan dinamika masyarakat. Sehingga program-program atau kegiatan organisasi yang dilakukan dapat menjadikan organisasi sebagai bagian dari hidup anggota karena dapat memenuhi sebagian dari kebutuhan hidupnya. Program-program organisasi yang terkait seperti itu misalnya menyediakan lapangan, menumbuhkan rasa percaya diri, memberikan jaminan keselamatan, dan lain sebagainya.

Amran Y.S. selaku ketua ketika itu menjelaskan beberapa cara yang dikembangkannya. Pertama, mengasah kepekaan anggota untuk mengatasi masalah- masalah yang sedang terjadi ketika itu. Berdiskusi dengan semua pihak yang berkepentingan untuk mendapat pemahaman tentang masalah-masalah yang terjadi di masyarakat Sumatera Utara. Berita di surat kabar menjadi salah satu sumber informasi penting yang tidak boleh diabaikan. Informasi dari surat kabar menjadi

sumber opini yang sedang berkembang sehubungan dengan masalah yang sedang berlangsung di masyarakat.

Kedua, memilih momentum yang tepat untuk mengeluarkan pendapat yang dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang. Tidak setiap waktu, ide atau saran dapat dikeluarkan jika ide atau saran itu ingin direspon oleh pihak pendengar atau pembaca. Agar ide atau saran tersebut dapat dikomunikasikan dengan baik, maka pendekatan dengan kalangan pers menjadi syarat mutlak yang harus dilakukan. Pers menjadi institusi yang paling efektif untuk menyebarluaskan ide atau saran secara tepat dan cepat. Oleh sebab itu, cara yang ketiga, adalah berusaha sedapat mungkin mendekati orang-orang pers (wartawan) seperti diundang ke kantor untuk berdiskusi dan memperhatikan kesejahteraan para pekerja media itu.

Keempat, bergaul baik dengan para penguasa di daerah. Mengadakan audiensi atau dengar pendapat, sambil membina hubungan agar urusan lebih mudah dibantu. Pendekatan kepada penguasa itu, tidak lantas mengikuti apa yang diinginkan para penguasa tersebut. Kalau penguasa salah dalam menjalankan urusan masyarakat, harus diingatkan dengan cara apapun. Kelima, berani mengatakan benar dan berani mengatakan salah sekalipun pahit. Keberanian itu harus pula dibarengi rasa tanggung jawab, walaupun hal itu terasa berat. Pengertian berani tersebut juga dalam hal menghadapi lawan, baik dengan bicara maupun dengan otot.

Keenam adalah penegakan disiplin aturan organisasi. Menegakkan aturan yang sudah disepakati bersama, tidak boleh bimbang dalam mengambil keputusan. Ketujuh adalah yang paling penting, yakni menyuarakan aspirasi rakyat. Pemimpin harus dapat menampung dan menyaring aspirasi rakyat secara benar dan tepat. Atas dasar aspirasi rakyat tersebut, posisi Pemuda Pancasila menjadi kuat. Aspirasi itu termasuk di dalamnya adalah memperhatikan anggota, para senior atau sesepuh organisasi yang mengalami hambatan dalam menjalankan urusannya.

Ketujuh langkah terebut dijalani oleh ketua pengganti Pemuda Pancasila Sumater Utara. Tetapi, perjalanan itu membutuhkan adaptasi lingkungan organisasi karena kondisi internal yang tidak stabil. Selain itu, faktor ekstenal yang turut mempengaruhi adalah persiapan pelaksanaan Pemilu 2 Mei 1977. Segala perbedaan pendapat dan sikap individual yang berasal dari internal organisasi kepada salah satu partai peserta pemilu masih sangat terasa. Meskipun secara organisatoris, keputusan

untuk memenangkan Golkar dalam Pemilu 1977, sebagai salah satu peserta pemilu, telah diikrarkan oleh Pemuda Pancasila.

Situasi politik di Sumatera Utara pada Pemilu 1977 berbeda dari daerah lainnya karena Laksus Kopkamtibda memberlakukan aturan Pencabutan Surat Izin Cetak untuk pers di daerah ini. Bagi kepengurusan tahun 1977, pemberlakuan aturan tersebut mempunyai implikasi terhadap strategi perjuangannya. Oleh sebab itu, ketika aturan tersebut dicabut usai pemilu, serta merta Dewan Pengurus Wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara mengeluarkan pernyataan kepada pemerintah dan ucapan selamat kepada PWI Sumatera Utara.

Pernyataan itu kemudian yang mengawali aktivitas kepengurusan pada periode Amran YS. Sejak itu kegiatan-kegiatan dan sikap Pemuda Pancasila, baik di tingkat wilayah maupun di tingkat cabang, muncul lebih sering di media cetak lokal. Hubungan mereka dengan pers tampak lebih intim sehingga kegiatan sekecil apapun di daerah misalnya, mulai kelihatan dalam pemberitaan media lokal. Popularitas Pemuda Pancasila secara perlahan-lahan mendapatkan tempat di masyarakat karena batuan para wartawan dan media. Mereka ikut menanggapi dan malahan turun langsung menyelesaikan persoalan-persoalan di masyarakat. Pemuda Pancasila Sumatera Utara turun tangan mempermasalahkan penyelewengan-penyelewengan yang terjadi di lingkungan pemerintahan. Salah satu peristiwa penting atas sikap koreksi Pemuda Pancasila terhadap pemerintah yaitu Pemuda Pancasila berdelegasi ke gedung DPRD Deli Serdang terkait dengan isu korupsi yang melibatkan Bupati Deli Serang.51 Selain itu, Pemuda Pancasila juga berdelegasi ke DPRD Sumatera Utara untuk memprotes penggunaan pukat harimau yang meresahkan masyarakat nelayan di Sumatera Utara, termasuk mengenai masalah Pabrik Pengolahan Udang PT. Indra Deli di Belawan. 52

Aktivitas Pemuda Pancasila di masyarakat yang semakin terlihat nyata menyebabkan pemerintah daerah memberi perhatian khusus pada kegiatan Pemuda Pancasila. Organisasi pemuda ini, diminta untuk menghambat kemungkinan menjalarnya demonstrasi mahasiswa menyambut Sidang MPR 1978. Peristiwa yang menarik perhatian nasional dan internasional itu, sempat mengkhawatirkan pemerintah daerah Sumatera Utara. Apalagi demonstrasi yang dipimpin Abdul Kadir

       

51

Sinar Indonesia Baru, 29 Nopember 1977.

52

Mimbar Umum, 2 November 1977; Mercusuar, 2 November 1977; Waspada, 2 November 1977; Analisa, 2 November 1977.

Djaelani ketika itu sempat mengangkat isu agama yang sensitif di negeri ini. Pemuda Pancasila yang telah dipercaya sebagai organisasi pendukung Pemerintah Orde Baru mengambil tindakan untuk mengatasi demonstrasi tersebut. Pemuda Pancasila Sumatera Utara menggerakkan kekuatan eksponen 66 daerah Sumatera Utara untuk mengeluarkan pernyataan dalam sebuah Buku Putih dan langsung mengantarkannya kepada Amir Machmud (Menteri Dalam Negeri), Adam Malik (Ketua DPR/MPR), dan juga kepada sekretaris pribadi Presiden Soeharto di Jakarta. Amran Y.S. mengutip salah satu pernyataan Amir Machmud ketika itu “Saya bangga bahwa masih ada pemuda yang memikirkan negara dan pemerintah Orde Baru”. Pernyataan ini, tambah Amran, keluar dari mulut Amir Machmud sambil menitikkan air mata.53

Tidak dapat disembunyikan bahwa pernyataan di atas juga ikut menaikkan citra organisasi Pemuda Pancasila, karena di dalam tubuh eksponen 66 itu sendiri terdapat banyak anggota Pemuda Pancasila. Secara tidak langsung hubungan Pemuda Pancasila dengan para pemimpin sipil dan militer di wilayah pemerintahan Sumatera Utara menjadi semakin erat. Demikian eratnya hubungan itu, sehingga Pemuda Pancasila sempat diberikan “fasilitas khusus” untuk mendapatkan sumber dana bagi organisasi. Walaupun kelak “fasilitas khusus” itu menjadi sumber masalah bagi soliditas internal pengurus Pemuda Pancasila serta citranya di masyarakat.

Kepengurusan periode ini berakhir tahun 1978 dan ketika berlangsung Musyawarah Wilayah ke-VI di Kisaran, Amran YS, kembali terpilih sebagai ketua wilayah mengalahkan pesaingnya Amril YS yang sebelumnya menjabat sekretaris. Musyawarah kali ini dicatat sebagai sebuah musyawarah yang memiliki dinamika anggota organisasi yang tinggi. Suasana seakan-akan begitu ricuh, persaingan antar calon dan pendukung nyaris menjurus pada perkelahian fisik. Tetapi, perilaku dan sikap demokratis lebih terlihat setelah pelaksanaan musyawarah menghasilkan keputusan memilih ketua wilayah yang berlangsung secara emosi, kemudian berjalan secara tertib dan damai. Sehingga pengurus terpilih dapat menjalankan tugasnya dengan lebih tenang.

Perdamaian pada masa musyawarah menjadi salah satu alasan kegiatan- kegiatan Pemuda Pancasila yang telah dirintis sebelumnya dapat berlanjut. Amran YS yang didampingi Marzuki sebagai sekretaris, menjalani kegiatan organisasi secara harmonis. Formasi kepengurusan Pemuda Pancasila muncul di surat kabar,

       

53

disertai ucapan terima kasih Pemuda Pancasila kepada pihak-pihak yang telah mensukseskan Muswil VI. Persoalan kemudian muncul di antara kedua pimpinan organisasi itu, belum sampai setahun jalannya kepengurusan. Indikasi adanya perselisihan antara ketua dan sekretaris terlihat ketika Ketua Wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara, dalam berbagai temu pers yang dilakukannya, lebih sering tampil bersama Sofyan Lubis (wakil sekretaris).

Pada periode ini gerak Pemuda Pancasila mulai mengarah pada upaya-upaya mengangkat peranan Pemuda Pancasila dalam sejarah politik daerah. Pemuda Pancasila tampil membangkitkan kenangan masyarakat atas sejarah yang telah dilaluinya. Hal ini terlihat ketika memperingati Supersemar ke-13 dengan tema “Meningkatkan Jiwa Patriotisme dan Mempertebal Rasa Nasionalisme Demi Suksesnya Misi Pemerintah Orde Baru”. Kegiatan yang dilakukan oleh Pemuda Pancasila dalam acara peringatan Supersemar ke-13 antara lain mengadakan ziarah ke makam para Pahlawan Ampera yang terlupakan.

Ziarah yang dilakukan mengambil route, Sekretariat Pemuda Pancasila Jalan Thamrin – Taman Makam Pahlawan Medan – Pekuburan Kampung Baru – Pekuburan Kampung Durian – Pekuburan Jalan Thamrin. Rombongan yang berjumlah kurang lebih 500 orang itu menggunakan mobil pribadi, bus dan puluhan sepeda motor beriringan sehingga memacetkan lalu lintas di jalanan.54 Pemuda Pancasila dalam kesempatan ini kembali mempertegas usul yang pernah diajukannya kepada DPRS, agar makam pahlawan Ampera ini dipindahkan segera ke Taman Makam Pahlawan Medan. Adapun makam pahlawan yang diziarahi adalah (1) M. Nawi Harahap di Simpang Limun; (2) Hasanuddin di Kampung Baru; (3) Yusril DS di Kampung Durian; (4) A. Rahim Siregar; (5) M. Yacob; (6) Ibrahim Umar; (7) Rustam Effendy Koto; (8) Sunardi dan (9) Adlin Prawira, masing-masing di Pekuburan Kayu Besar Jalan Thamrin. Dalam periode kepengurusan ini juga Pemuda Pancasila melaksanakan pembangunan “Tugu Kampung Kolam” guna mengenang gugurnya anggota mereka semasa penumpasan Gerakan 30 S/PKI tahun 1966. Pembangunan tugu ini dibiayai oleh anggota-anggota Pemuda Pancasila yang nama-namanya tertera pada prasasti tugu itu.

Masih dalam kaitan dengan upaya mempopulerkan nama Pemuda Pancasila serta meningkatkan peranan Pemuda Pancasila dalam pembinaan generasi muda,

       

54

pengurus Pemuda Pancasila periode ini melanjutkan upaya-upaya yang sudah dirintis sejak periode sebelumnya. Adapun upaya-upaya yang dilakukan itu ialah menggerakkan anggota organisasi dalam kegiatan olahraga. Kegiatan-kegiatan olahraga yang dilaksanakan antara lain catur, tinju, sepak bola dan bola voli. Hal ini patut dicatat karena terbukti cukup banyak anggota Pemuda Pancasila yang aktif baik sebagai atlet maupun official bidang olah raga di daerah ini. Aktivitas itu mulai dilakukan sejak kepengurusan Dewan Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara periode 1978–1982. Sebagai salah satu bukti keterlibatan Pemuda Pancasila dalam bidang olahraga ini adalah bahwa Sekretariat PERCASI-SU (Persatuan Catur Seluruh Indonesia–Sumatera Utara) berada di kantor Dewan Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara.

Menguatnya aktivitas organisasi Pemuda Pancasila di tengah-tengah masyarakat, pada periode ini, tidak dapat dilepaskan dari keberhasilan pergantian (reshuffle) pengurus Dewan Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara masa bakti 1978–1982. Menurut Amran YS, amanah Muswil antara lain mengaktifkan kembali organisasi Pemuda Pancasila di seluruh Indonesia melalui DPP Pemuda Pancasila yang berstatus independen.55 Amanah ini ternyata dapat terlaksana setelah DPP Pemuda Pancasila pimpinan M.L. Tobing bersedia melaksanakan kongres atau musyawarah besar Pemuda Pancasila tahun 1981, sesudah beberapa waktu sebelumnya dilakukan reshuffle kepengurusan. Konsolidasi organisasi di Jakarta terjadi karena adanya peran beberapa tokoh Pemuda Pancasila Sumatera Utara. Bahkan dari segi kelengkapan organisasi yang baik, pengurus Pemuda Pancasila Sumatera Utara berjasa menciptakan lagu “MARS PEMUDA PANCASILA” yang telah ditetapkan dalam Mubes tahun 1981.

Dalam dokumen Politik Layar Terkembang (Halaman 48-55)