T
idak akan ada yang menyangka jika remaja putri berkerudung dengan wajah teduh dan remaja putra yang terlihat sopan dan idak urakan itu menghabiskan hari-harinya di seputaran terminal Depok. Bukan hanya sekedar untuk bekerja atau bermain, tapi juga belajar dan inggal di sana karena terminal Depok sudah seperi rumah bagi mereka. Bagaimana bisa, terminal yang selalu diidenikkan sebagai sarang kejahatan itu menjadi tempat inggal yang nyaman dan aman bagi mereka?Adalah Yayasan Bina Mandiri (YABIM), sebuah yayasan yang berdiri di tanah wakaf yang terletak di pojok terminal Kota Depok yang menampung kedua remaja tersebut. Di area kompleks yayasan itu berdiri terdapat sekolah, asrama, masjid, dan perpustakaan yang semuanya merangkap tempat bermain bagi mereka yang inggal disana. Tidak hanya itu,
studio band dan balai pengobatan grais juga terdapat disana. Mereka memproklamasikan dirinya dengan sebutan anak MASTER, kependekan dari Masjid Terminal.
Penghuni asrama Master kebanyakan adalah remaja. Sebagian besar dari mereka adalah perantau muda yang memiliki beban untuk menghidupi keluarganya. Mereka meninggalkan rumah di kampung berharap mendapatkan pekerjaan yang layak di Jakarta. Tapi sebagian besar dari mereka memutuskan untuk bersekolah dahulu di yayasan tersebut, sekaligus mengajar. Seperi Mela misalnya, gadis cerdas yang duduk di kelas II SMA di yayasan tersebut menghabiskan pagi harinya dengan mengajar dan bermain bersama anak-anak TK.
Namun bukan berari idak ada kendala bagi mereka untuk belajar. Pernah suatu hari Shanika, paralegal termuda di komunitas Depok, mengeluh bahwa sudah dua minggu dia dan teman-teman sekelasnya idak belajar Fisika lagi, karena idak ada yang mengajar di kelas. Kekurangan guru di mata pelajaran sains seperinya memang menjadi kendala bagi mereka yang ingin belajar. Namun kekurangan tersebut idak dianggap sebagai rintangan yang besar bagi mereka untuk belajar.
Semangat yang inggi untuk menjadi orang pintar dan mau terus belajar yang mereka pupuk seiap harinya membuat kami semakin bersemangat untuk memberikan penyuluhan kepada mereka, sekalipun idak sedikit juga rintangan yang kami hadapi saat memberikan penyuluhan di terminal Depok.
Awal perjalanan panjang pemberdayaan hukum kami dengan komunitas Depok dapat terbilang unik. Di Kota Depok, LBH Masyarakat merinis beberapa komunitas kecil yang terpisah-pisah di beberapa RT di Kelurahan Kemiri Muka. Kebanyakan peserta penyuluhan adalah ibu- ibu dan bapak-bapak. Namun, peserta yang awalnya banyak kemudian menyusut seiap minggunya.
Sampai pada suatu hari keika kami akan memberikan penyuluhan – yang akhirnya batal karena hanya iga orang yang hadir – datang seorang ibu yang mengadu tentang permasalahan hukum yang dihadapinya. Karena butuh keterangan yang lebih jelas, kami memutuskan untuk datang ke rumah ibu tersebut. Sampai di sana kami beriga bertemu dengan Mustamiin, adik dari ibu yang curhat tadi. Dari Mustamiin-lah
akhirnya kita mengenal Master. Kemudian Mustamiin meminta kami meluangkan waktu untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang inggal di Master. Dengan senang hai, kami menyanggupinya. Mendengarkan cerita tentang Master membuat kami tertarik untuk segera memberikan penyuluhan kepada mereka. Akhirnya disepakailah hari yang tepat kapan kami dapat memulai penyuluhan tersebut.
Penyuluhan pertama di Master benar-benar sangat mengasyikan dan penuh semangat. Peserta yang datang sungguh beragam, dari yang tua sampai anak-anak. Dari pemain sulap sampai guru mengaji. Dari perantau yang berasal dari Bengkulu sampai perantau yang berasal dari Bojonegoro. Suasana ringan dan hangat mengalir, walaupun hujan deras tengah mengguyur kota Depok malam itu.
Penyuluhan tersebut diadakan di dalam sebuah kontainer. Kontainer berwarna hijau terang itu idak terlihat seperi kontainer biasa yang sering kita lihat di pelabuhan. Terlihat mencolok diantara bangunan kumuh lainnnya. Kontainer hijau itu telah disulap menjadi ruang kelas dua lantai yang cukup mewah. Penyuluhan itu dimulai dari pukul 20.00, dan berakhir sampai pukul 23.00 lebih. Materi yang kami sampaikan adalah seputar permasalahan hukum yang sering dihadapi masyarakat pada umumnya. Mereka menyimak dengan sungguh-sungguh, sambil disela oleh pertanyaan-pertanyaan seputar upaya paksa.
Sayangnya, semangat penyuluhan pertama kali itu idak menular ke malam-malam penyuluhan berikutnya. Pertemuan kedua dihadiri oleh setengah dari mereka yang hadir pada minggu pertama penyuluhan. Tetapi, mereka yang hadir tetap bersemangat untuk bertanya seputar masalah upaya paksa yang kami sampaikan. Di minggu keiga, jumlah yang hadir kian menyusut. Tidak lebih dari sepuluh orang yang hadir. Keadaan semakin parah pada minggu ke-empat saat kami hendak menyampaikan materi tentang hukum perburuhan. Penyuluhan tersebut akhirnya batal karena sudah idak ada lagi yang hadir.
Banyak alasan yang dikemukakan oleh mereka. Salah satunya adalah hari yang dipilih untuk penyuluhan idak sesuai dengan jadwal mereka. Waktu penyuluhan-pun berubah, yang awalnya hari Selasa malam menjadi hari Rabu malam. Namun, keika kami datang lagi pada Rabu malam minggu berikutnya, tetap idak ada yang hadir. Rasa kecewa mulai
menyelimui. Padahal persiapan saya pribadi untuk menjadi penyuluh yang membawakan materi tentang perburuhan sudah lebih dari cukup. Slide saya sudah dikoreksi habis oleh Dhoho1. Laihan penyuluhan di depan cermin juga saya lakukan demi hasil yang baik.
Agar penyuluhan ini berlanjut, kami kemudian meminta kejelasan kepada pengurus yayasan. Kami meminta datar nama orang-orang yang bisa dan bersedia untuk mendapatkan penyuluhan dari kami. Dari datar yang diberikan ternyata hanya ada lima nama dan semuanya adalah laki- laki.
Penyuluhan berikutnya akhirnya benar-benar terlaksana. Tetapi hanya dihadiri oleh empat dari lima orang yang namanya telah didatarkan oleh pengurus yayasan ditambah beberapa remaja putri yang terlihat berminat dengan penyuluhan yang kami berikan.
Penyuluhan tentang perburuhan menjadi iik balik. Sejak saat itu, mulai banyak yang hadir mengikui penyuluhan. Kebanyakan dari mereka adalah remaja seumuran saya. Minggu berikutnya, mereka jugalah yang berkenan hadir untuk mengikui penyuluhan.
1 Direktur Pemberdayaan Hukum Masyarakat dan Advokasi LBH Masyarakat.
Gambar 6 - Penyuluhan di komunitas Depok secara rutin dilakukan di dalam
Setelah melewai beberapa kali penyuluhan dan satu kali ujian tertulis, akhirnya terpilihlah sepuluh orang paralegal dari komunitas Depok. Mereka adalah Muji, Mela, Devta, Lia, Shanika, Benny, Ayat, Ucup, Wahyu, dan Wulan. Mereka semua adalah penghuni Asrama Yabim. Sebagian besar dari mereka masih bersekolah sekaligus mengajar di yayasan tersebut. Sebagiannya lagi sudah berkuliah dan bekerja.
Tanggal 21 Maret 2009 silam bertempat di Galeri Nasional Indonesia, mereka dilanik menjadi paralegal. Ada kebanggaan besar saat mereka dipanggil satu persatu ke atas panggung untuk disematkan lencana paralegal. Rasa lelah dan was-was karena harus berdesak-desakan di atas kereta rel listrik (KRL) saat berangkat dari kantor menuju Terminal Depok menjadi terbayarkan lunas dengan apa yang saya saksikan saat itu.
Sejak saat itu mereka mulai akif ruin mengikui serangkaian kegiatan yang kami berikan. Mulai dari penyuluhan seiap Selasa malam, sampai study tour ke Pengadilan Negeri Jakarta Timur dan TVRI. Senang rasanya menyaksikan antusiasme mereka. Seiap kali penyuluhan, selalu terlontar pertanyaan-pertanyaan cerdas dari mereka. Banyak hal yang telah mereka dapatkan dari penyuluhan yang kita berikan. Mereka telah terlaih bagaimana caranya menghitung uang pesangon. Padahal belum tentu teman- teman seangkatan saya di Fakultas Hukum Universitas Indonesia paham bagaimana caranya menghitung uang pesangon karena materi tentang perburuhan baru diajarkan pada semester empat.
Saya pribadi juga mendapatkan banyak hal baru keika memberikan penyuluhan kepada meraka. Mengenal mereka lebih dekat, bersahabat dengan mereka, belajar bagaimana keseharian mereka, belajar bagaimana menjadi penyuluh yang baik, semuanya bisa saya dapatkan dari menjadi penyuluh hukum untuk mereka. Semoga Komunitas Depok bisa terus berkembang, bisa berguna bagi masyarakat sekitar dan mau menularkan ilmu mereka kepada yang lain, karena kami ingin terus bersama masyarakat membangun keadilan.
Semoga Komunitas Depok bisa terus berkembang, bisa berguna bagi masyarakat sekitar dan mau menularkan ilmu mereka kepada yang lain, karena kami ingin terus bersama masyarakat membangun keadilan.