• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Pelayanan Publik

2.4.3 Tujuan Pelayanan Publik

Adapun tujuan dari pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan prima Ratminto (2006: 19-20) yang tercermin dari:

a. Transparansi yakni pelayanan yang bersifat terbuka,mudah, dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan serta disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

b. Akuntabilitas yakni pelayanan yang dapat dipertanggung-jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

c. Kondisional yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima layanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas

d. Partisipatif yakni pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

e. Kesamaan hak yakni pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apapun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial, dan lain-lain

f. Keseimbangan hak dan kewajiban yaitu pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik.

Dalam pelaksanaan layanan yang diberikan kepada pelanggan harus memenuhi harapan pelanggan. Karenan pelanggan merupakan seseorang atau masyarakat yang menjadi tolak ukur dalam menentukan hasil dari pelayanan. Oleh sebab itu, dalam penyelenggaraan pelayanan yang bertujuan transparansi, akuntabilitas, kondisional, partisipatif, kesamaan hak, keseimbangan hak, dan kewajiban merupakan harapan pelanggan dalam pelaksanaan pelayanan yang berkualitas sehingga pelayanan dapat merasakan kepuasaan dalam proses pelayanan yang diberikan oleh aparatur pemerintah selaku pelaksana pelayanan publik.

2.5 Definisi Konsep

Konsep adalah sejumlah teori yang berkaitan dengan suatu objek. Konsep diciptakan dengan menggolongkan dan mengelompokkan objek-objek tertentu yang mempunyai ciri-ciri yang sama Umar (2004:51). Adapun defenisi konsep dari penelitian ini adalah:

1. Koordinasi Ombudsman dan Badan Pertanahan Provinsi Sumatera Utara dilakukan guna sebagai kewenangan untuk menggerakkan, menyerasikan, menyelaraskan, dan menyeimbangkan kegiatan-kegiatan Administasi Petanahan yang berbeda-beda agar semuanya terarah pada tujuan tertentu. Koordinasi Ombudsman dan Badan Pertanahan Provinsi Sumatera Utara dilakukan guna untuk mengurangi dampak negatif serta menyelesaikan kasus-kasus yang sering muncul dalam pelayanan publik khusunya dibidang Administrasi Pertanahan di Provinsi Sumatera Utara

2. Pelayanan publik adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh Ombudsman dan Badan Pertanahan Provinsi Sumatera Utara terhadap sejumlah maupun seluruh masyarakat yang memiliki setiap kegiatan khususnya pada administrasi pertanahan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam rangka menciptakan kesejahteraan masyarakat.

2.6 Hipotesis Kerja

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono 2011:64). Berdasarkan pemaparan dari berbagai teori diatas, maka penulis merumuskan hipotesis kerja, yaitu Koordinasi lembaga Ombudsman dengan Badan Pertanahaan Nasional dalam Mewujudkan Pelayanan Publik di Sumatera Utara meliputi: Rencana kerja, Pertemuaan atau Rapat, Komunikasi, Pembagian Kerja.

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hal ini memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada serta mampu menggambarkan secara baik mengenai fakta dilapangan sehingga peneliti memberikan informasi sesuai dengan faktanya.

Prastowo (2011:22) metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pada hakikatnya penelitian kualitatif merupakan suatu kegiatan sistematis yang digunakan untuk menemukan teori dilapangan, bukan untuk menguji teori/ hipotesis. Nazie (1988:63) dalam buku metode penelitian, metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskriptif, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki

Penelitian ini juga akan memberikan gambaran yang nyata mengenai bagaimana keadaan dilapangan sesungguhnya. Dalam bentuk penelitian deskriptif pendekatan kualitatif peneliti juga dapat mengumpulkan informasi yang berkaitan

dengan Koordinasi yang meliputi: Rencana Kerja, Pertemuan atau Rapat , Komunikasi, Pembagian Kerja

3.2 Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data sebagai bahan untuk menjawab permasalahan yang telah dikemukakan, penelitian ini dilakukan pada kantor Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Sumatera Utara yang beralamat Jl.

Majapahit No.2, Petisah Hulu, Medan Baru, Kota Medan, Sumatera Utara.

Peneliti juga melakukan penelitian di Badan Pertanahaan Provinsi Sumatera Utara yang beralamat Jl. Brigadir Jendral Katamso No.45, Kampung Baru, Medan Maimun, Kota Medan, Sumatera Utara. Peneliti memilih lokasi tersebut karena Ombudsman Perwakilan Provinsi Sumatera Utara dan Badan Pertanahan Nasional merupakan lembaga yang saling berkoordinasi dalam masalah pelayanan publik, khususnya dalam administrasi pertanahan. Koordinasi yang terjalin belum efektif terlihat dari banyak kasus pertanahan di Provinsi Sumatera Utara dan banyaknya laporan masalah pertanahan yang masuk ke Ombudsman Provinsi Sumatera Utara. Dengan melihat permasalahan tersebut peneliti memilih kedua lembaga tersebut untuk melakukan penelitian untuk melihat dan menggambarkan dan mendeskripsikan koordinasi yang terjalin diantara lembaga Ombudsman Provinsi Sumatera Utara dan Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sumatera Utara dalam menangani kasus pertanahan sehingga mewujudkan pelayanan publik yang optimal dalam masyarakat.

3.3 Informan Penelitian

Untuk mendapatkan data-data dan informasi yang dibutuhkan dalam suatu penelitian, dapat diperoleh melalui informan penelitian. Dalam penelitian kualitatif subjek penelitian yang telah tercermin dalam focus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek inilah yang menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang akan diperlukan selama proses penelitian (Suyanto, 2005:108).

Informan penelitian adalah petugas lembaga Ombudsman Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, petugas Badan Pertanahan Sumatera Utara yang memahami informasi yang berkaitan dengan objek penelitian. Untuk mendapatkan informasi yang jelas mengenai masalah yang sedang dibahas maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik porposive sampling menentukan informan penelitiannya.

Tabel 3.1. matrik informan penelitian.

No Informan Informasi yang dibutuhkan Metode Instrument 1. Kepala

Perwakilan Ombudsman Sumatera Utara

Ruang lingkup organisasi yang meliputi fungsi dan tugas Ombudsman Perwakilan Sumatera Utara. Informasi terkait pengadaan pegawai di Ombudsman Perwakilan sarana dan prasarana penunjang dan untuk berlangsungnya kegiatan Informasi terkait masalah koordinasi dalam

WM PM

laporan

Ruang lingkup organisasi yang meliputi fungsi dan tugas Badan Pertanahan Sumatera Utara.

Informasi terkait sosialisasi dan komunikasi Badan Pertanahaan

5 Masyarakat Untuk mengetahui pentingnya Ombudsman Perwakilan Provinsi Sumatera Utara dan Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sumatera Utara oleh Masyarakat

Teknik pengumpulan data merupakan hal yang paling penting untuk dilakukan dalam penelitian, karena hal ini bertujuan untuk mendapatkan data-data penelitian. Pada teknik pengumpulan data, menggunakan multi sumber bukti yang mana artinya peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda- beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama, tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data sebagaimana yang diharapkan Sugiyono (2016:101). Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Teknik pengumpulan data primer

Teknik pengumpulan data primer adalah teknik pengumpulan data dengan mengambil data secara langsung pada lokasi penelitian. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data primer dilakukan melalui:

a) Wawancara

Metode wawancara adalah yakni dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dan terbuka kepada informan atau pihak yang berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian. Wawancara yang dilakukan termasuk wawancara yang mendalam (in-depth interview) yaitu dengan terlibat secara tatap muka dengan menggunakan wawancara yang bersifat semi struktur (semistructure interview). Metode wawancara menggunakan alat yaitu pedoman wawancara.

b) Observasi

Metode pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung terhadap fenomena-fenomena yang menjadi objek penelitian dan mencatat segala gejala-gejala yang ditemukan dilapangan untuk mempelajari data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan topik penelitian. Metode observasi mengunakan alat yaitu pedoman observasi.

2. Teknik pengumpulan data sekunder

Data sekunder, yaitu data yang memperoleh dari catatan tertulis maupun dokumen-dokumen yang ada dilokasi penelitian sebagai

sumber kedua atau sumber sekunder untuk mendukung data primer.

Hal ini dapat dilakukan memalui instrumen berikut : a) Dokumentasi

Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan Basrowi dan Suwandi (2008:158).

Pengumpulan data yang diperoleh mengunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada dalam lokasi penelitian serta sumber- sumber lain yang relevan dengan masalah penelitia.

b) Studi kepustakaan

Pengumpulan data yang diperoleh melalui buku-buku, karya ilmiah, jurnal, perturan-peraturan dan lain sebagainya yang berkaitan dengan penelitian.

3.5 Teknik analisis data

Susuai dengan metode penelitian, teknil analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kualitatif. Teknik analisi data kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, menyusunnya dalam satu-satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya, dan memerksa keabsahan data serta menafsirkannya dengan analisis sesuia dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian Moleong (2006:247).

Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2007:243) ada dua macam kegiatan dalam analisis data kualitatif, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Reduksi data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, menfokuskan pada hal yang penting tentang penelitian dengan mencari pola dan temanya hingga memberikan gambaran yang lebih jelas serta memumudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencari bila diperlukan

2. Penyajian data

Menyajikan data dalam penelitian dengan teks atau uraian singkat yang bersifat naratif, maupun dalam bentuk tabel sehingga ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti memahami apa yang terjadi merencanakan kerja selanjutnya, berdasarkan apa yang telah dipahami.

3.6 Keabsahaan Data

Keabsahan data dalam penelitian kualitiatif merupakan salah satu bagian yang sangat penting untuk mengetahui derajat kepercayaan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan mengunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data, maka yang diperoleh akan lebih konsisten sehingga menjadi suatu data yang valid bisa dipertanggungjawabkan.

3.6.1 Triangulasi

Moleong (2006:191), kriteria keabsahaan data ada empat macam yaitu: (1) kepercayaan (kredibility), (2) keteralihan (tranferability), (3) kebergantungan (dependability), (4) kepastian (konfimability). Dalam pengecekan data peneliti

menggunakan teknik pemeriksaan keabsahaan data yaitu triangulasi data.

Moleong (2006:191) triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluaan keabsahaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluaan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Peneliti mengunakan teknik ini untuk menghilangkan perbedaan- perbedaan konstruksi kenyataan yang ada didalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan, dengan kata lain peneliti dapat mengecek ulang temuannya dengan jalan membandingkan dengan berbagai sumber, metode, atau teori.

Dalam penelitian dapat dipergunakan lima jenis triangulasi, yaiitu :

1. Triangulasi data adalah mempergunakan berbagai sumber data/informasi.

Dalam teknik triangulasi ini adalah mengelompokkan para pemangku kepentingan program dan mempergunakannya sebagai sumber/data informasi.

2. Triangulasi peneliti. Teknik triangulasi ini digunakan oleh evaluator atau tim evaluator dalam satu proyek evaluasi. Para evaluator mempergunakan metode kualitatif yang sama, misalnya wawancara, observasi, studi kasus, kelompok kunci atau informan kunci. Temuan dari setiap evaluator dibandingkan, jika temuan dari berbagai evaluator berbeda Satu dama lain maka diperlukan studi lebih lanjut untuk menentukan perbedaan tersebut.

Apakah ada kemungkinan perbedaan tersebut dapat diperkecil.

3. Triangulasi teori. triangulasi teori adalah penelitian dengan mempergunakan berbagai profesional dengan berbagai latar belakang ilmu pengetahuan untuk menilai suatu set data/informasi.

4. Triangulasi metode. Triangulasi metode adalah pemakaian berbagai metode-metode kuantitatif dan /atau metode kualitatif untuk mengevaluasi program. Jika kesimpulan dari setiap metode sama, maka validitas penelitian ditetapkan.

5. Triangulasi lingkungan. Triangulasi jenis ini mempergunakan berbagai lokasi yang berbeda, altar dan faktor-faktor lainnya yang berhubungan dengan lingkungan dimana penelitian mengambil tempat seperti waktu suatu hari, hari suatu suatu minggu atau musim dalam satu tahun.

Dalam penelitan ini penulis menggunakan jenis triangulasi data. Teknik triangulasi data dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh melalui wawancara antara subjek penelitian yang satu dengan yang lain.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Profil Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Sumatera Utara

Ombudsman Republik Indonesia dibentuk di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) pada 1 Januari 2008 atau sebelum Undang-Undang (UU) Nomor: 37 tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia disahkan dan diundangkan 7 Oktober 2008. Pada awal dibentuk, namanya masih Komisi Ombudsman Nasional (KON) Perwakilan Sumatera Utara-Nanggore Aceh Darusalam (NAD). Namun setelah UU Nomor: 37 tahun 2008 disahkan dan diundangkan, namanya menjadi Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Sumatera Utara.

Pembentukan Ombudsman Republik Indonesia di Sumatera Utara didasarkan pada Keputusan Ketua Komisi Ombudsman Nasional. Nomor : 0045/KON-SK/XII/2007 tentang Pembentukan Kontor Perwakilan Komisi Ombudsman Nasional Wilayah Provinsi Sumatera Utara dan Nanggore aceh Darusalam. Sejak dibentuk hingga tahun 2013, wilayah kerja Ombudsman Republik Indonesia di Provinsi Sumatera Utara mencakup dua Provinsi yakni Provinsi Nangroe Aceh Darusalam mencakup 23 Kabupaten dan Kota dan Provinsi Sumatera Utara dengan 33 Kabupten dan Kota. Dan setelah Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Nanggroe Aceh Darusalam dibentuk pada 1 Januari 2013, baru kemudian wilayah Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Sumatera Utara hanya Pada Provinsi Sumatera Utara.

Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Sumatera Utara dipimpin oleh seorang kepala perwakilan. Kepala Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Sumatera Utara periode 1 dipimpin oleh DR Faisal Akbar Nasution SH (2008-2013). Selanjutnya Kepala Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Sumatera Utara periode kedua dipimpin oleh Abyadi Siregar S.Sos (2013-2018). Dalam menjalankan tugas, kepala perwakilan.

Kepala Ombudsman Republik Indonesia Provinsi Sumatera Utara dibantu para asisten. Sampai saat ini, jumlah asisten Ombudsman Republik Indonesia Provinsi Sumatera Utara sebanyak 12 orang. Untuk kelancaran melaksanakan tugas, kepala perwakilan dan para asisten dibantu tenaga supporting, yakni satu orang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang diperbantukan sebagai pengelola administrasi sekaligus sebagai bendahara pengeluaran pembantu (BPP), Satu orang security atau satpam dan satu orang pramubakti.

Ombudsman Provinsi Sumatera Utara Memiliki beberapa tugas pokok, fungsi, dan wewenangnya dalam melaksanakan tugas dalam mengawasi maladministrasi di Provinsi Sumatera Utara. Adapun tugas pokok, fungsi, dan wewenangnya tersebut adalah:

A. Tugas Pokok Ombudsman Provinsi Sumatera Utara

a. Menerima laporan atas dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan Pelayanan Publik di wilayah kerjanya b. Melakukan pemeriksaan subtansi atas laporan di wilayah

kerjanya

c. Menindak lanjuti laporan yang tercakup dalam ruang lingkup kewenangan Ombudsman di wilayah kerjanya

d. Melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik di wilayah kerjanya

e. Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga Negara atau lembaga pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan perseorangan

f. Membangun jaringan kerja

g. Melakukan upaya pencegahan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik di wilayah kerjanya, dan h. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh Ombudsman.

B. Fungsi Ombudsman Provinsi Sumatera Utara

Perwakilan Ombudsman berfungsi mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik di wilayah kerjanya baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.

C. Wewenang Ombudsman Provinsi Sumatera Utara

1. meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis dari pelapor, terlapor, atau pihak lain yang terkait mengenai laporan yang disampaikan kepada Perwakilan Ombudsman

2. memeriksa keputusan, surat-menyurat, atau dokumen lain yang ada pada pelapor ataupun terlapor untuk mendapatkan kebenaran suatu laporan

3. meminta klarifikasi dan/atau salinan atau fotokopi dokumen yang diperlukan dari instansi mana pun untuk pemeriksaan laporan dari instansi terlapor

4. melakukan pemanggilan terhadap pelapor, terlapor, dan pihak lain yang terkait dengan laporan

5. menyelesaikan laporan melalui mediasi dan konsiliasi atas permintaan para pihak

6. menyampaikan usul rekomendasi kepada Ombudsman mengenai penyelesaian Laporan, termasuk usul rekomendasi untuk membayar ganti rugi dan/atau rehabilitasi kepada pihak yang dirugikan

7. demi kepentingan umum mengumumkan hasil temuan, kesimpulan, dan rekomendasi.

Adapun visi dan misi Ombudsman Provinsi Sumatera Utara dalam rangka mewujudkan pelayanan publik yang baik di Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

VISI :

Mewujudkan pelayanan publik yang prima yang menyejahterakan dan berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia

MISI:

1. Melakukan tindakan pengawasan, menyampaikan saran dan rekomendasi serta mencegah maladministrasi dalam pelaksanaan pekayanan publik 2. Mendorong penyelengaraan negara dan pemerintah agar lebih efektif dan

efesien, jujur, terbuka, bersih serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

3. Meningkatkan budaya hukum nasional, kesadaran hukum masyarakat dan supremasi hukum yang berintikan pelayanan, kebenaran serta keadilan.

4. Mendorong terwuj udnya sistem pengaduan masyarakat yang terintegrsi berbasis teknologi informasi.

Adapun bentuk struktur organisasi Ombudsman provinsi sumatera utara memiliki struktur organisasi sebagai berikut:

Gambar 4.1 Struktur Ombudsman RI Perwakilan Sumatera Utara

Sumber: Ombudsman RI Perwakilan Sumatera Utara Tahun 2018

4.1.2 Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sumatera Utara Badan Pertanahan Nasional adalah suatu lembaga Pemerintah non Departemen yang terakhir dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Republik

Asisten 11 Orang

Kepala Perwakilan

Pramubakti Security

BPP

Indonesia No.10 Tahun 2006. Badan ini merupakan peningkatan status, hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa tanah sudah bukan sekedar merupakan masalah agararia yang selama di identikan dengan pertanian. Tanah telah berkembang pesat menjadi masalah lintas sektoral yang mempunyai dimensi ekonomi, dimensi sosial budaya, dan dimensi politik, bahkan dimensi pertahanan dan keamanan.

Badan Pertanahan Nasional adalah lembaga pemerintah non departemen yang mempunyai bidang tugas dibidang pertanahan dengan unit kerjanya, yaitu kantor wilayah BPN ditiap-tiap Provinsi dan di daerah Kabupaten atau Kota yang melakukan pendaftaran hak atas tanah dan pemeliharaan daftar umum pendaftaran tanah. Lembaga tersebut dibentuk berdasarkan surat keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 tahun 1988 yang bertugas membantu presiden dalam mengelola dan mengembangkan administrasi pertanahan, baik berdasarkan UUPA maupun peraturan perundang-undangan lain yang meliputi pengaturan penggunaan, penguasaan dan pemilikan tanah, penguasaan hak-hak tanah, pengukuran dan pendaftaran tanah dan lain-lain yang berkaitan dengan masalah pertanahan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh presiden.

Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sumatera Utara adalah Instansi vertikal dari Badan Pertanahan Nasional yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional. Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sumatera Utara mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Badan Pertanahan Nasional di Provinsi Sumatera Utara. Kantor Badan Pertanahaan Provinsi Sumatera Utara beralamat di Jl. Brigadir Jendral Katamso No.45, Kampung Baru, Medan Maimun, Kota Medan, Sumatera Utara. Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi

Sumatera Utara dipimpin oleh seorang Kepala, dibantu masing-masing oleh Kepala Bagian Tata Usaha,Kepala Bidang survei, Pengukuran dan Pemetaan, Kepala Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah Kepala Bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan Kepala Bidang Pengendalian Pertanahan dan Pemberdayaan Masyarakat kepala Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan.

Sedangkan disetiap daerah Kabupaten atau Kota terdapat Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota yang merupakan Instansi vertikal dari Kantor Wilayah Badan Pertanahan Provinsi Sumatera Utara yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Badan Pertanahan Nasional di Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Kantor Pertanahan di Kabupaten/Kota dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan, Kepala Seksi Hak Tanah Dan Pendaftaran Tanah, Kepala Seksi Pengaturan dan Pemetaan Pertanahan, Kepala Seksi Pengedalian dan Pemberdayaan, Kepala Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara.

A. Tugas Badan Pertanahan Provinsi Sumatera Utara

BPN Sumatera Utara mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

B. Fungsi Badan Pertanahan Provinsi Sumatera Utara

Sedangkan sesuai Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional, BPN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugasnya, BPN menyelenggarakan fungsi:

1. penyusunan dan penetapan kebijakan di bidang pertanahan;

2. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang survei, pengukuran, dan pemetaan

3. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penetapan hak tanah, pendaftaran tanah, dan pemberdayaan masyarakat

4. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengaturan, penataan dan pengendalian kebijakan pertanahan

5. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengadaan tanah

6. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian dan penanganan sengketa dan perkara pertanahan

7. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPN

8. pelaksanaan koordinasi tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BPN

8. pelaksanaan koordinasi tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BPN