• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.6 Keabsahaan Data

3.6.1 Triangulasi

Moleong (2006:191), kriteria keabsahaan data ada empat macam yaitu: (1) kepercayaan (kredibility), (2) keteralihan (tranferability), (3) kebergantungan (dependability), (4) kepastian (konfimability). Dalam pengecekan data peneliti

menggunakan teknik pemeriksaan keabsahaan data yaitu triangulasi data.

Moleong (2006:191) triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluaan keabsahaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluaan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Peneliti mengunakan teknik ini untuk menghilangkan perbedaan- perbedaan konstruksi kenyataan yang ada didalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan, dengan kata lain peneliti dapat mengecek ulang temuannya dengan jalan membandingkan dengan berbagai sumber, metode, atau teori.

Dalam penelitian dapat dipergunakan lima jenis triangulasi, yaiitu :

1. Triangulasi data adalah mempergunakan berbagai sumber data/informasi.

Dalam teknik triangulasi ini adalah mengelompokkan para pemangku kepentingan program dan mempergunakannya sebagai sumber/data informasi.

2. Triangulasi peneliti. Teknik triangulasi ini digunakan oleh evaluator atau tim evaluator dalam satu proyek evaluasi. Para evaluator mempergunakan metode kualitatif yang sama, misalnya wawancara, observasi, studi kasus, kelompok kunci atau informan kunci. Temuan dari setiap evaluator dibandingkan, jika temuan dari berbagai evaluator berbeda Satu dama lain maka diperlukan studi lebih lanjut untuk menentukan perbedaan tersebut.

Apakah ada kemungkinan perbedaan tersebut dapat diperkecil.

3. Triangulasi teori. triangulasi teori adalah penelitian dengan mempergunakan berbagai profesional dengan berbagai latar belakang ilmu pengetahuan untuk menilai suatu set data/informasi.

4. Triangulasi metode. Triangulasi metode adalah pemakaian berbagai metode-metode kuantitatif dan /atau metode kualitatif untuk mengevaluasi program. Jika kesimpulan dari setiap metode sama, maka validitas penelitian ditetapkan.

5. Triangulasi lingkungan. Triangulasi jenis ini mempergunakan berbagai lokasi yang berbeda, altar dan faktor-faktor lainnya yang berhubungan dengan lingkungan dimana penelitian mengambil tempat seperti waktu suatu hari, hari suatu suatu minggu atau musim dalam satu tahun.

Dalam penelitan ini penulis menggunakan jenis triangulasi data. Teknik triangulasi data dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh melalui wawancara antara subjek penelitian yang satu dengan yang lain.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Profil Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Sumatera Utara

Ombudsman Republik Indonesia dibentuk di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) pada 1 Januari 2008 atau sebelum Undang-Undang (UU) Nomor: 37 tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia disahkan dan diundangkan 7 Oktober 2008. Pada awal dibentuk, namanya masih Komisi Ombudsman Nasional (KON) Perwakilan Sumatera Utara-Nanggore Aceh Darusalam (NAD). Namun setelah UU Nomor: 37 tahun 2008 disahkan dan diundangkan, namanya menjadi Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Sumatera Utara.

Pembentukan Ombudsman Republik Indonesia di Sumatera Utara didasarkan pada Keputusan Ketua Komisi Ombudsman Nasional. Nomor : 0045/KON-SK/XII/2007 tentang Pembentukan Kontor Perwakilan Komisi Ombudsman Nasional Wilayah Provinsi Sumatera Utara dan Nanggore aceh Darusalam. Sejak dibentuk hingga tahun 2013, wilayah kerja Ombudsman Republik Indonesia di Provinsi Sumatera Utara mencakup dua Provinsi yakni Provinsi Nangroe Aceh Darusalam mencakup 23 Kabupaten dan Kota dan Provinsi Sumatera Utara dengan 33 Kabupten dan Kota. Dan setelah Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Nanggroe Aceh Darusalam dibentuk pada 1 Januari 2013, baru kemudian wilayah Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Sumatera Utara hanya Pada Provinsi Sumatera Utara.

Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Sumatera Utara dipimpin oleh seorang kepala perwakilan. Kepala Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Sumatera Utara periode 1 dipimpin oleh DR Faisal Akbar Nasution SH (2008-2013). Selanjutnya Kepala Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Sumatera Utara periode kedua dipimpin oleh Abyadi Siregar S.Sos (2013-2018). Dalam menjalankan tugas, kepala perwakilan.

Kepala Ombudsman Republik Indonesia Provinsi Sumatera Utara dibantu para asisten. Sampai saat ini, jumlah asisten Ombudsman Republik Indonesia Provinsi Sumatera Utara sebanyak 12 orang. Untuk kelancaran melaksanakan tugas, kepala perwakilan dan para asisten dibantu tenaga supporting, yakni satu orang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang diperbantukan sebagai pengelola administrasi sekaligus sebagai bendahara pengeluaran pembantu (BPP), Satu orang security atau satpam dan satu orang pramubakti.

Ombudsman Provinsi Sumatera Utara Memiliki beberapa tugas pokok, fungsi, dan wewenangnya dalam melaksanakan tugas dalam mengawasi maladministrasi di Provinsi Sumatera Utara. Adapun tugas pokok, fungsi, dan wewenangnya tersebut adalah:

A. Tugas Pokok Ombudsman Provinsi Sumatera Utara

a. Menerima laporan atas dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan Pelayanan Publik di wilayah kerjanya b. Melakukan pemeriksaan subtansi atas laporan di wilayah

kerjanya

c. Menindak lanjuti laporan yang tercakup dalam ruang lingkup kewenangan Ombudsman di wilayah kerjanya

d. Melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik di wilayah kerjanya

e. Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga Negara atau lembaga pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan perseorangan

f. Membangun jaringan kerja

g. Melakukan upaya pencegahan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik di wilayah kerjanya, dan h. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh Ombudsman.

B. Fungsi Ombudsman Provinsi Sumatera Utara

Perwakilan Ombudsman berfungsi mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik di wilayah kerjanya baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.

C. Wewenang Ombudsman Provinsi Sumatera Utara

1. meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis dari pelapor, terlapor, atau pihak lain yang terkait mengenai laporan yang disampaikan kepada Perwakilan Ombudsman

2. memeriksa keputusan, surat-menyurat, atau dokumen lain yang ada pada pelapor ataupun terlapor untuk mendapatkan kebenaran suatu laporan

3. meminta klarifikasi dan/atau salinan atau fotokopi dokumen yang diperlukan dari instansi mana pun untuk pemeriksaan laporan dari instansi terlapor

4. melakukan pemanggilan terhadap pelapor, terlapor, dan pihak lain yang terkait dengan laporan

5. menyelesaikan laporan melalui mediasi dan konsiliasi atas permintaan para pihak

6. menyampaikan usul rekomendasi kepada Ombudsman mengenai penyelesaian Laporan, termasuk usul rekomendasi untuk membayar ganti rugi dan/atau rehabilitasi kepada pihak yang dirugikan

7. demi kepentingan umum mengumumkan hasil temuan, kesimpulan, dan rekomendasi.

Adapun visi dan misi Ombudsman Provinsi Sumatera Utara dalam rangka mewujudkan pelayanan publik yang baik di Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

VISI :

Mewujudkan pelayanan publik yang prima yang menyejahterakan dan berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia

MISI:

1. Melakukan tindakan pengawasan, menyampaikan saran dan rekomendasi serta mencegah maladministrasi dalam pelaksanaan pekayanan publik 2. Mendorong penyelengaraan negara dan pemerintah agar lebih efektif dan

efesien, jujur, terbuka, bersih serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

3. Meningkatkan budaya hukum nasional, kesadaran hukum masyarakat dan supremasi hukum yang berintikan pelayanan, kebenaran serta keadilan.

4. Mendorong terwuj udnya sistem pengaduan masyarakat yang terintegrsi berbasis teknologi informasi.

Adapun bentuk struktur organisasi Ombudsman provinsi sumatera utara memiliki struktur organisasi sebagai berikut:

Gambar 4.1 Struktur Ombudsman RI Perwakilan Sumatera Utara

Sumber: Ombudsman RI Perwakilan Sumatera Utara Tahun 2018

4.1.2 Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sumatera Utara Badan Pertanahan Nasional adalah suatu lembaga Pemerintah non Departemen yang terakhir dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Republik

Asisten 11 Orang

Kepala Perwakilan

Pramubakti Security

BPP

Indonesia No.10 Tahun 2006. Badan ini merupakan peningkatan status, hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa tanah sudah bukan sekedar merupakan masalah agararia yang selama di identikan dengan pertanian. Tanah telah berkembang pesat menjadi masalah lintas sektoral yang mempunyai dimensi ekonomi, dimensi sosial budaya, dan dimensi politik, bahkan dimensi pertahanan dan keamanan.

Badan Pertanahan Nasional adalah lembaga pemerintah non departemen yang mempunyai bidang tugas dibidang pertanahan dengan unit kerjanya, yaitu kantor wilayah BPN ditiap-tiap Provinsi dan di daerah Kabupaten atau Kota yang melakukan pendaftaran hak atas tanah dan pemeliharaan daftar umum pendaftaran tanah. Lembaga tersebut dibentuk berdasarkan surat keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 tahun 1988 yang bertugas membantu presiden dalam mengelola dan mengembangkan administrasi pertanahan, baik berdasarkan UUPA maupun peraturan perundang-undangan lain yang meliputi pengaturan penggunaan, penguasaan dan pemilikan tanah, penguasaan hak-hak tanah, pengukuran dan pendaftaran tanah dan lain-lain yang berkaitan dengan masalah pertanahan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh presiden.

Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sumatera Utara adalah Instansi vertikal dari Badan Pertanahan Nasional yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional. Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sumatera Utara mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Badan Pertanahan Nasional di Provinsi Sumatera Utara. Kantor Badan Pertanahaan Provinsi Sumatera Utara beralamat di Jl. Brigadir Jendral Katamso No.45, Kampung Baru, Medan Maimun, Kota Medan, Sumatera Utara. Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi

Sumatera Utara dipimpin oleh seorang Kepala, dibantu masing-masing oleh Kepala Bagian Tata Usaha,Kepala Bidang survei, Pengukuran dan Pemetaan, Kepala Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah Kepala Bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan Kepala Bidang Pengendalian Pertanahan dan Pemberdayaan Masyarakat kepala Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan.

Sedangkan disetiap daerah Kabupaten atau Kota terdapat Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota yang merupakan Instansi vertikal dari Kantor Wilayah Badan Pertanahan Provinsi Sumatera Utara yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Badan Pertanahan Nasional di Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Kantor Pertanahan di Kabupaten/Kota dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan, Kepala Seksi Hak Tanah Dan Pendaftaran Tanah, Kepala Seksi Pengaturan dan Pemetaan Pertanahan, Kepala Seksi Pengedalian dan Pemberdayaan, Kepala Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara.

A. Tugas Badan Pertanahan Provinsi Sumatera Utara

BPN Sumatera Utara mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

B. Fungsi Badan Pertanahan Provinsi Sumatera Utara

Sedangkan sesuai Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional, BPN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugasnya, BPN menyelenggarakan fungsi:

1. penyusunan dan penetapan kebijakan di bidang pertanahan;

2. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang survei, pengukuran, dan pemetaan

3. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penetapan hak tanah, pendaftaran tanah, dan pemberdayaan masyarakat

4. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengaturan, penataan dan pengendalian kebijakan pertanahan

5. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengadaan tanah

6. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian dan penanganan sengketa dan perkara pertanahan

7. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPN

8. pelaksanaan koordinasi tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BPN

9. pelaksanaan pengelolaan data informasi lahan pertanian pangan berkelanjutan dan informasi di bidang pertanahan

10. pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan

11. pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang pertanahan.

Adapun visi dan misi BPN Provinsi Sumatera Utara dalam rangka mewujudkan pelayanan publik yang baik di Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

VISI:

Menjadi lembaga yang mampu mewujudkan tanah dan pertanahan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, serta keadilan dan keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Republik Indonesia.

MISI:

Mengembangkan dan menyelenggarakan politik dan kebijakan pertanahan untuk:

a) Peningkatan kesejahteraan rakyat, penciptaan sumber-sumber baru kemakmuran rakyat, pengurangan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan, serta pemantapan ketahanan pangan.

b) peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dan bermartabat dalam kaitannya dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T).

c) Perwujudan tatanan kehidupan bersama yang harmonis dengan mengatasi berbagai sengketa, konflik dan perkara pertanahan di seluruh tanah air dan penataan perangkat hukum dan sistem pengelolaan pertanahan sehingga tidak melahirkan sengketa, konflik dan perkara di kemudian hari.

d) Keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Indonesia dengan memberikan akses seluas-luasnya pada generasi yang akan datang terhadap tanah sebagai sumber kesejahteraan masyarakat.

Menguatkan lembaga pertanahan sesuai dengan jiwa, semangat, prinsip dan aturan yang tertuang dalam UUPA dan aspirasi rakyat secara luas Adapun bentuk struktur organisasi BPN Provinsi Sumatera Utara memiliki struktur organisasi sebagai berikut:

Gambar 4.2 Struktur BPN Sumatera Utara

Sumber: BPN Sumut 2018

Kantor wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sumatera Utara terdiri dari beberapa bidang yang menangani masalah pertanahan yang dibagi dalam beberapa bagian untuk mempermudah tugas-tugas Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sumatera Utara antara lain :

a. Bagian Tata Usaha

Dalam menjalankan tugasnya Bagian Tata Usaha mempunyai tugas memberikan pelayanan administratif kepada semua satuan organisasi Kantor wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sumatera Utara ,

serta menyiapkan bahan evaluasi kegiatan, penyusunan program, dan peraturan Perundang-Undangan.

b. Bidang Survei, Pengukuran, dan Pemetaan

Bidang Survei, Pengukuran, dan Pemetaan mempunyai tugas mengkoordinasikan dan melaksanakan survei, pengukuran, dan pemetaan bidang tanah, ruang, dan perairan perapatan kerangka dasar, pengukuran batas kawasan/wilayah, pemetaan tematik, dan survei potensi tanah, pembinaan surveyor berlisensi.

c. Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah

Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah mempunyai tugas mengkoordinasikan, dan melaksanakan penyusunan program, pemberian perijinan, pengaturan tanah pemerintah, pembinaan, pengaturan, dan penetapan hak tanah, pembinaan pendaftaran hak atas tanah, dan komputerisasi pelayanan.

d. Bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan

Bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan mempunyai tugas mengkoordinasikan dan melaksanakan urusan penatagunaan tanah, penataan pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan, dan kawasan tertentu lainnya, landreform, dan konsolidasi tanah.

e. Bidang Pengendalian Pertanahan dan Pemberdayaan Masyarakat f. Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan.

4.2.Koordinasi Lembaga Ombudsman Republik Indonesia Dengan Badan Pertanahan Nasional Dalam Pelayanan Publik di Provinsi Sumatera Utara

Koordinasi diartikan sebagai suatu usaha kerja sama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu, sehingga terdapat saling mengisi, saling membantu dan saling melengkapi pencapaian keselarasan usaha individu dalam usaha mencapai tujuan serta sasaran kelompok. Harold Koontz & Cyyril O’Donnell (1989:101). Koordinasi Ombudsman dan Badan Pertanahan Provinsi Sumatera Utara bertujuan untuk memberikan pelayanan publik yang lebih optimal kepada masyarakat. Menangani secara cepat dan tepat dengan mengkoordinasikan kasus-kasus pertanahan yang terjadi. Mengingat banyaknya laporan mengenai kasus pertanahan di Provinsi Sumatera Utara.

Ada 10 kategori laporan maladministrasi dibidang pertanahan yang ditangani oleh Ombudsman yaitu berupa penundaan berlarut, penyalahgunaan wewenang, penyimpangan prosedur, pengabaian kewajiban hukum, tidak transparan, kelalaian, diskriminasi, tidak profesional, ketidakjelasan informasi, tindakan sewenang-wenang, ketidakpastian hukum, dan salah pengelolaan.

Berdasarkan masalah masalah pertanahan yang dihadapi oleh Badan Pertanahan dan Ombudsman Provinsi Sumatera Utara Koordinasi Ombudsman dan Badan Pertanahan Provinsi Sumatera Utara dilandasi Oleh Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia, yang menyebutkan salah satu tugas Ombudsman adalah melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara atau lembaga pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan perseorangan. Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional pasal 12 yang menyebutkan bahwa setiap unsur di lingkungan BPN dalam melaksanakan tugasnya harus menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik dalam lingkungan Badan Pertanahan Nasional maupun dalam hubungan antar instansi pemerintah baik pusat maupun daerah. Koordinasi antara kedua Instansi diperkuat dengan lahirnya perjanjian kerjasama atau Memorandum of Understanding (MoU) yang telah disepakati antara

Ombudsman Republik Indonesia dengan Kementrian Agraria dan Tata Ruang/

Badan Pertanahan Nasional

Gambar 4.3 Koordinasi Ombudsman dan BPN Sumut

Dalam mendiskripsikan koordinasi yang terjadi antara Ombudsman dan Badan Pertanahan Provinsi Sumatera Utara maka peneliti menggunakan kategori yang dikemukakan oleh Harold Koontz & Cyyril O’Donnell yaitu: rencana kerja, pertemuan atau Rapat, Komunikasi, serta pembagian kerja

4.2.1 Rencana Kerja

Pelaksanaan koordinasi yang paling utama adalah rencana kerja dimana dalam rencana kerja telah digambarkan mengenai maksud dan tujuan dilakukannya koordinasi dan siapa yang menjadi sasaran dalam kegiatan.

Perencanaan kerja yang akan dikoordinasikan diperlukan adanya penjabaran mengenai sasaran yang dikoordinasikan Harold Koontz & Cyyril O’Donnell (1989:124). Rencana kerja yang ada didalam koordinasi biasanya diproses melalui berbagai pertemuan dan kesepakatan sehingga nantinya akan dicapai dalam pelaksanaan koordinasinya.

Perjanjian kerjasama, kesepakatan, maupun MoU antara Ombudsman Provinsi Sumatera Utara dengan Badan Pertanahan Provinsi Sumatera Utara selama ini dilandasi dalam Undang-Undang 38 tahun 2008 pasal 7 bahwa Ombudsman dalam melaksanakan tugas dan fungsinya didukung dengan melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara atau lembaga negara lainnya. lembaga kemasyarakatan dan perseorangan, serta membangun jaringan kerja. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan pasal 12 yang menyebutkan bahwa setiap unsur di lingkungan Badan Pertanahan Nasional dalam melaksanakan tugasnya harus menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik dalam lingkungan

BPN maupun dalam hubungan antar instansi pemerintah baik pusat maupun daerah.

Rencana kerja Ombudsman Provinsi Sumatera dengan Badan Pertanahan Provinsi Sumatera Utara juga diperkuat dengan Memorandum of Understanding (MoU) yang telah disepakati antara Ombudsman Republik Indonesia dengan Kementrian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional. Kerjasama ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam memperoleh pelayanan publik yang berkualitas, wajar dan adil. Tujuan dari perjanjian kerja sama tersebut sebagai petunjuk pelaksanaan nota kesepahaman, untuk melaksanakan koordinasi dalam rangka peningkatan kualitas penyelenggaraan pelayanan publik serta terwujudnya kerjasama dan koordinasi dalam rangka memperlancar pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang kedua belah pihak. Dengan adanya perjanjian kerjasama tersebut lebih memperkuat koordinasi penanganan Iaporan yang selama ini sudah terjalin antara Ombudsman dengan Badan Pertanahan Provinsi Sumatera Utara. Tetapi setelah perjanjian kerja sama yang disepakati antara Ombudsman Republik Indonesia dengan Kementrian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional belum ada rencana kerja tertulis yang dibuat secara bersama antara Ombudsman Sumatera Utara dengan Badan Pertanahan Provinsi Sumatera Utara. Rencana Kerja yang disepakati antara kedua instansi di Provinsi Sumatera Utara masih berdasarkan perjanjian kerjasama yang ada dipusat. Menyangkut rencana kerja informan mengatakan bahwa:

“Rencana kerja perwilayah daerah di Provinsi Sumatera Utara secara tertulis belum ada, ditingkat pusat sudah ada yang namanya nota kesepakatan yang diturunkan langsung ke masing-masing perwakilan yang ada di daerah, semua arahan apa yang dilaksanakan oleh pusat itu otomatis turun ke setiap-setiap perwakilan yang ada di daerah, sejauh ini koordinasi Ombudsman Provinsi Sumatera Utara dan Badan Pertanahan

Provinsi Sumatera Utara masih mengacu pada Memorandum of Understanding (MoU) yang ada di pusat. Isi dari MoU itu untuk saling memudahkan berkomunikasi terkait dengan laporan masyarakat dan mungkin lebih kesitu karena basicnya Ombudsman penyelesaian laporan masyarakat, jadi rencana kerjanyanya lebih kesitu. Sebelum adanya kesepakatan maupun MoU yang dibuat selama ini Ombudsman berkoordinasi dengan Badan Pertanahan maupun dengan instansi lain berdasarkan Undang-undang yang sudah diatur. ” (Wawancara 17 Januari 2019).

Pernyataan ini juga didukung oleh Informan lainnya yang mengatakan bahwa:

“Koordinasi dengan Ombudsman khusus di Sumatera Utara sejauh ini ada lakukan terutama untuk penyelesaian laporan masyarakat terhadap pelayanan di lembaga Badan Pertanahan baik di kantor pertanahan (kantah) maupun di kantor wilayah (kanwil), kalau untuk rencana kerja sendiri itu sudah diatur dipusat itu pun sudah ada perjanjian kerjasama oleh badan pertanahan dengan Ombudsman sendiri.” (Wawancara 30 Januari 2019)

Pernyataan ini juga didukung oleh Informan lainnya yang mengatakan bahwa:

“Rencana kerja kita dengan BPN di pusat sudah ada, itu sesuai perjanjian kerjasama atau MoU yang pernah disepakati mentri agraria dengan kepala Ombudsman pusat. kerjasamanya seperti yang tertulis diperjanjian kerjasama itu, berbentuk percepatan penanganan laporan masyarakat, koordinasi perkembangan pelaksanaan rekomendasi Ombudsman, pertukaran data dan informasi, peningkatan kapasitas sumber daya.”

(Wawancara 28 Januari 2019)

Koordinasi Rencana kerja Ombudsman dengan Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sumatera Utara didorong oleh banyaknya laporan masyarakat Sumatera Utara terhadap kasus pertanahan. Ombudsman Provinsi Sumatera Utara sebagai lembaga negara pengawas penyelenggaraan pelayanan publik telah menerima laporan/pengaduan masyarakat mengenai permasalahan pelayanan publik di sektor pertanahan. Rencana kerja yang dilaksanakan oleh Ombudsman Provinsi Sumatera Utara dengan badan Pertanahan Provinsi Sumatera Utara masih sesuai dengan MoU yang telah disepakati oleh keduanya di pusat. Perjanjian kerjasama antara kementrian agraria dan tata ruang/Badan Pertanahan dengan

Ombudsman tertuang dalam Perjanjian kerja Nomor: 28/SKB-800/III/2018 dan Nomor: 01/ORI-PKS/III/2018.

Gambar: 4.4 Nota kesepakatan Ombudsman dan BPN

Sumber: Ombudsman.go.id 2018

Adapun bentuk perjanjian kerjasama terdiri dari 4 rencana kerja yang mencakup Percepatan penanganan pengaduan masyarakat, Koordinasi perkembangan pelaksanaan rekomendasi Ombudsman, pertukaran data ataupun Informasi, peningkatan kapasitas sumber daya manusia.

4.2.1.1 Percepatan penanganan pengaduan masyarakat

Percepatan penanganan pengaduan masyarakat ini meliputi kegiatan membentuk mekanisme penanganan pengaduan secara efektif dan menyeluruh dalam pelayanan administrasi pertanahan serta membentuk mekanisme investigasi bersama dalam pengaduan pelayanan administrasi pertanahan sesuai dengan

Percepatan penanganan pengaduan masyarakat ini meliputi kegiatan membentuk mekanisme penanganan pengaduan secara efektif dan menyeluruh dalam pelayanan administrasi pertanahan serta membentuk mekanisme investigasi bersama dalam pengaduan pelayanan administrasi pertanahan sesuai dengan