• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Infrastruktur dan Kelembagaan Keseluruhan Terhadap Biaya dan Volume Ekspor Indonesia

PENGARUH KUALITAS INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI DAN KELEMBAGAAN TERHADAP PERDAGANGAN

7.1. Kualitas Infrastruktur dan Kelembagaan Terhadap Biaya dan Volume Ekspor Indonesia

7.1.1. Kualitas Infrastruktur dan Kelembagaan Keseluruhan Terhadap Biaya dan Volume Ekspor Indonesia

Hasil estimasi pengaruh kualitas infrastruktur dan kelembagaan secara keseluruhan terhadap biaya dan volume ekspor Indonesia ke 72 negara tujuan

6

dapat dilihat pada Tabel 32 dan Tabel 33. Berdasarkan Tabel 32 terlihat bahwa hasil estimasi ketiga model memiliki nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.7645 (model 3), 0.9092 (model 1) dan 0.9111 (model 2). Artinya, sekitar 76.45 persen, 90.92 persen sampai 91.11 persen keragaman biaya ekspor Indonesia ke 72 negara tujuan ekspor, baik total maupun berdasarkan moda transportasi laut dan udara dapat dijelaskan oleh model, sisanya sekitar 8.89 persen sampai 23.55 persen dijelaskan oleh faktor lain di luar model.

Tabel 32. Hasil Estimasi Pengaruh Kualitas Infrastruktur dan Kelembagaan (Keseluruhan) Terhadap Biaya Ekspor Indonesia

Variabel Total Laut Udara

Konstanta (C) 0.8635*** 0.7009*** 3.4409*** Ln_H -0.0298 -0.0355** -0.1721*** Ln_BBKR 0.0908*** 0.1523*** 1.2392*** INFRAi -0.0427*** -0.0660*** -0.0314* INFRAj -0.0767*** -0.0674 -0.1280*** INSTi -0.0767*** -0.0484*** -0.4179*** INSTj 0.0800*** 0.0792** -0.1117 Adjusted R2 0.9092 0.9111 0.7645 S.E of Regresion 0.3262 0.3200 0.4188 F-stat 57.8344 58.3656 19.1714 Prob (F-stat) 0.0000 0.0000 0.0000

Sum square resid 37.7910 36.2559 62.1024

Durbin Watson Stat

Fixed Effect (Intersept) Maksimum Minimum 1.6970 1.2366 (Kamboja) -0.6063 (Brazil) 1.7584 1.2709 (Kamboja) -0.6358 (Australia) 1.7968 1.45155 (Thailand) -0.6872 (Mauritius) Keterangan : *** nyata pada taraf 1%, ** nyata pada taraf 5%, * nyata pada taraf

10%

Dari ketiga model yang digunakan pada Tabel 32 terlihat bahwa pengaruh kualitas infrastruktur keseluruhan (INFRAi) Indonesia sebagai negara pengekspor yang meliputi infrastruktur transportasi, komunikasi dan energi berpengaruh signifikan negatif terhadap biaya ekspor Indonesia, masing-masing sebesar -

0.0427 (model 1), -0.0660 (model 2), dan -0.314 (model 3). Artinya, semakin baik kualitas infrastruktur keseluruhan Indonesia sebagai negara pengekspor akan menurunkan biaya ekspornya. Demikian halnya dengan dampak kualitas kelembagaan keseluruhan (INST) terhadap biaya ekspor Indonesia menunjukkan bahwa untuk ketiga model, kualitas kelembagaan keseluruhan Indonesia sebagai negara pengekspor (INSTi) juga berpengaruh signifikan negatif terhadap biaya ekspor, yakni sebesar -0.0767 (model 1), -0.0484 (model 2) dan -0.4179 (model 3). Artinya, semakin baik kualitas kelembagaan (keseluruhan) Indonesia sebagai negara pengekspor akan menurunkan biaya ekspornya.

Variabel lainnya yang digunakan dalam model yang berpengaruh signifikan tarhadap biaya ekspor Indonesia adalah harga (agregat) barang yang diperdagangkan (Ln_H) dan harga bahan bakar (Ln_BBKR). Untuk moda transportasi laut maupun udara, variabel harga barang yang diekspor berpengaruh signifikan negatif. Artinya, semakin tinggi harga barang yang diperdagangkan maka biaya perdagangannya pun akan semakin rendah.

Variabel harga bahan bakar, baik solar maupun avtur, dari hasil estimasi ketiga model menunjukkan hasil yang konsisten, yakni berpengaruh signifikan positif terhadap biaya ekspor. Artinya, semakin tinggi harga bahan bakar, baik solar (moda transportasi total dan laut) maupun avtur (moda transportasi udara) akan meningkatkan biaya ekspornya. Setiap terjadi kenaikan 10 persen harga bahan bakar baik solar maupun avtur akan meningkatkan biaya ekspor dalam hal ini biaya transportasi dalam kegiatan ekspor sebesar 0.9 persen (moda total), 1.5 persen (moda laut), dan 12 persen (moda udara). UNCTAD (2011) menyebutkan bahwa biaya bahan bakar bisa mencapai 60 dari biaya operasional pengapalan. Hasil kajian UNCTAD tersebut menyebutkan bahwa setiap terjadi kenaikan 10 persen harga bahan bakar, akan meningkatkan biaya pengapalan kontainer sekitar 1.9 persen sampai 3.6 persen.

Apabila dilihat responsibiltas harga bahan bakar terhadap biaya ekspor terlihat bahwa biaya ekspor lebih responsif terhadap perubahan harga avtur dibandingkan dengan harga solar. Artinya, apabila terjadi perubahan harga bahan bakar, maka dampak yang ditimbulkan terhadap biaya ekspor akan lebih besar terjadi pada moda transportasi udara dibandingkan moda transportasi laut. Hal itu

terlihat dari koefisien harga bahan bakar avtur yang jauh lebih besar (elastis) yaitu sebesar 1.2392, sementara moda transportasi laut sebesar 0.1523.

Kualitas infrastruktur dan kelembagaan selain diduga memengaruhi biaya perdagangan khususunya biaya transportasi, juga memengaruhi volume perdagangan. Hasil estimasi pengaruh kualitas infrastruktur dan kelembagaan terhadap volume ekspor Indonesia dapat dilihat pada Tabel 33. Berdasarkan Tabel 33, nilai koefisien determinasi (R2) model antara 0.9595 sampai 0.9930. Artinya, sekitar 95.95 persen sampai 99.30 persen keragaman volume ekspor Indonesia ke 72 negara tujuan ekspor dapat dijelaskan oleh model, sisanya sekitar 0.0070 sampai 0.0405 persen dijelaskan oleh faktor di luar model.

Hasil estimasi dampak kualitas infrastruktur dan kelembagaan secara keseluruhan terhadap volume ekspor Indonesia menunjukkan bahwa variabel infrastruktur keseluruhan (INFRA) Indonesia sebagai negara pengekspor yang meliputi infrastruktur transportasi, baik secara total tanpa membedakan moda transportasi maupun berdasarkan moda transportasi laut, berpengaruh positif terhadap volume ekspor masing-masing sebesar 0.0955 (model 1) dan 0.0958 (Model 2). Artinya, semakin baik kualitas infrastruktur keseluruhan di negara Indonesia sebagai negara pengekspor akan meningkatkan volume ekspor Indonesia ke 72 negara tujuan, baik secara total tanpa membedakan moda transportasi maupun melalui moda transportasi laut. Berpengaruh signifikannya volume ekspor secara total (tanpa membedakan moda transportasi) maupun berdasarkan moda transportasi laut dikarenakan sebagian besar ekspor Indonesia (>95%) dilakukan melalui moda tranasportasi laut.

Barang-barang yang diperdagangkan melalui moda transportasi laut umumnya bersifat bulky bernilai relatif rendah seperti minyak dan produk minyak bumi, besi dan bijih besi, batubara, dan biji-bijian (sereal). Dilihat dari kontribusinya terhadap ekspor keseluruhan, pada Januari 2013, kontribusi ekspor produk industri sebesar 63.63 persen (meningkat 3.32% dibandingkan Januari 2012), produk pertanian sebesar 2.67 persen (meningkat 0.2% dibandingkan Januari 2012), dan produk pertambangan sebesar 16.70 persen (turun 0.35%

dibandingkan Januari 2012). Sementara kontribusi ekspor migas sebesar 17 persen (turun 3.18% dibandingkan Januari 2012)7.

Sementara hasil estimasi dampak kualitas kelembagaan secara keseluruhan (INST) terhadap volume ekspor (Tabel 33) menunjukkan bahwa hanya pada model 3 yaitu moda transportasi udara, kualitas kelembagaan Indonesia sebagai negara pengekspor maupun kualitas kelembagaan negara tujuan ekspor Indonesia (negara pengimpor) berpengaruh signifikan positif terhadap volume ekspor Indonesia, masing-masing sebesar 0.5580 dan 0.2035. Artinya, semakin baik kualitas kelembagaan di negara pengekspor maupun negara pengimpor akan meningkatkan volume perdagangan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukan Rodrik et al (2002) bahwa kualitas kelembagaan signifikan positif mempengaruhi aliran perdagangan suatu negara. De Groot, et al (2003) juga menunjukkan hal yang sama bahwa baiknya kualitas kelembagaan formal cenderung meningkatkan perdagangan.

Sementara hasil estimasi variabel lainnya yang diduga memengaruhi volume ekspor Indonesia ke negara tujuan ekspor yang digunakan dalam model ini adalah, pendapatan perkapita dan keterbukaan perdagangan dari negara yang melakukan perdagangan baik Indonesia sebagai pengekspor maupun negara- negara tujuan ekspor Indonesia (negara pengimpor). Hasil estimasi dari Tabel 33 menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut baik pendapatan perkapita maupun keterbukaan perdagangan dari negara pengekspor maupun pengimpor berpengaruh signifikan. Pendapatan perkapita penduduk Indonesia sebagai negara pengekspor berpengaruh signifikan negatif, yang artinya, semakin tinggi pendapatan perkapita Indonesia sebagai negara pengekspor akan menurunkan volume yang diekspornya. Selama ini barang-barang yang diekspor Indonesia adalah barang-barang yang bernilai tambah rendah yang umumnya merupakan kebutuhan utama dengan tujuan utama untuk pemenuhan kebutuhan domestik. Dengan semakin tingginya pendapatan perkapita penduduk Indonesia, kebutuhan terhadap barang-barang yang diproduksinya akan semakin besar, sehingga alokasi untuk tujuan ekspor akan semakin berkurang, karena diutamakan untuk ememnuhi kebutuhan domestiknya terlebih dahulu. Hal yang sebaliknya untuk negara

7

pengimpor, hasil estimasinya menunjukkkan pengaruh yang signifikan positif. Artinya, semakin tinggi pendapatan per kapita dari negara pengimpor (negara tujuan ekspor Indonesia), mereka lebih berspesialisasi dengan barang-barang yang semakin bernilai tinggi, sehingga permintaan impor terhadap produk Indonesia akan semakin meningkat.

Tabel 33. Hasil Estimasi Dampak Kualitas Infrastruktur dan Kelembagaan Terhadap Volume Ekspor Indonesia

Variabel Total Laut Udara

Konstanta (C) 7.8714*** 7.8121*** 3.5983** Ln_GDPcapi -1.8410*** -1.8447*** -2.3302*** Ln_GDPcapj 1.8363*** 1.8397*** 2.0352** Ln_Trdopnnsi 0.6154*** 0.6186*** 2.2527*** Ln_Trdopnnsj -1.2604*** -1.2623*** -2.7923*** INFRAi 0.0955*** 0.0958*** -0.0775 INFRAj 0.0870*** 0.0885*** -0.0560 INSTi 0.0155 0.0254 0.5580** INSTj 0.0444 0.0452 0.2305** Adjusted R2 0.9927 0.9930 0.9595 S.E of Regresion 0.2143 0.2143 0.4352 F-stat 745.7377 778.4094 130.5770 Prob (F-stat) 0.000000 527.3939 0.000000

Sum square resid 16.1754 16.1656 66.6697

Durbin Watson Stat 1.7197 1.7271 1.8445

Fixed Effect (Intersep)

Maksimum 4.1507 (India) 4.1598 (India) 7.9881 (Cina) Minimum -2.6810 (Qatar) -2.6890 (Qatar) -4.4066 (Finlandia) Keterangan : *** nyata pada taraf 1%, ** nyata pada taraf 5%, * nyata pada taraf

10%

Hasil estimasi variabel lainnya yaitu keterbukaan perdagangan (trade openness) yaitu kontribusi total perdagangan (ekspor dan impor) terhadap

pendapatan (GDP) negara pengekspor (Indonesia) maupun negara pengimpor (tujuan ekspor Indonesia) menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap volume ekspor Indonesia. Keterbukaan negara pengekspor (Indonesia) berpengaruh signifikan positif terhadap volume yang diekspornya. Artinya, dengan semakin terbukanya perdagangan yang diindikasikan dengan semakin besarnya kontribusi total perdagangan (X+M) maka akan meningkatkan ekspor Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa memang Indonesia memiliki keunggulan kompartif dalam produk yang bernilai tambah rendah yang umumnya berbasis sumberdaya alam, sehingga volume ekspornya akan meningkat baik secara total maupun melalui moda transportasi laut maupun udara. Tapi di sisi yang lain, terjadi sebaliknya, untuk negara pengimpor (tujuan ekspor Indonesia) keterbukaan perdagangan berpengaruh signifikan negatif. Artinya, semakin terbukanya perdagangan, impor mereka terhadap produk Indonesia semakin berkurang. Dengan kata lain, semakin terbuka perdagangan, bagi negara pengimpor akan semakin banyak pilihan negara asal impornya, yang menyebabkan volume yang diimpor dari Indonesia menurun (volume ekspor Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor menurun. Mereka tentunya akan memilih produk-produk yang kompetitif. Hal ini mengindikasikan perlunya perhatian bagi Indonesia terhadap barang-barang yang diekspornya agar bisa bersaing di pasar internasional.

7.1.2. Pengaruh Masing-Masing Indikator Kualitas Infrastruktur dan