• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Udara

Dalam dokumen Andal Pt. Prima Alumga lampung (Halaman 134-141)

Gambar Peta 4.2. Peta Batas Wilayah Studi

A. KOMPONEN FISIK KIMIA

2. Kualitas Udara

a. (Emisi Gas, Partikel Debu dan Kebauan) TAHAP KONSTRUKSI

1. Mobilisasi Alat Berat, Material dan Tenaga Kerja

 Kondisi parameter kualitas udara (SO2, NO2, CO) tergolong Sangat Baik (Skala 5). Kegiatan mobilisasi akan digunakan kendaraan truk, sehingga diprakirakan akan terjadi perubahan kualitas udara menjadi Sedang (Skala 3), sehingga terjadi besaran dampak -2 (negatif kecil).

 Kadar partikel debu di udara termasuk Sangat Baik (Skala 5). Lalulalangnya kendaraan mobilisasi akan meningkatkan partikel debu sehingga terjadi perubahan menjadi Jelek (skala 2), besaran dampak yang terjadi adalah -2 (negatif kecil).

2. Pembukaan Lahan

 Kondisi parameter kualitas udara (SO2, NO2, CO) tergolong kategori Sangat Baik (skala 5).

Pembukaan lahan akan menggunakan alat berat, sehingga nilai emisi gas di kawasan kebun diprakirakan akan meningkat sampai kualitas lingkungan sedang (skala 3). Perubahan emisi gas yang ditimbulkan oleh pembukaan lahan diprakirakan Kecil dengan besaran dampak -2.

 Nilai rona awal partikel debu di kebun termasuk sangat baik (skala 5). Pada pembukaaan lahan digunakan alat berat, sehingga partikel debu di kawasan kebun yang dibuka diprakirakan akan meningkat, sehinggat terjadi perubahan kualitas lingkungan menjadi Sedang (skala 3). Perubahan partikel debu yang ditimbulkan oleh kegiatan pembukaan lahan diprakirakan Kecil dengan besaran dampak -2.

3. Pembangunan Pabrik Minyak Sawit dan Fasilitas Penunjang

 Nilai rona awal emisi gas di rencana lokasi PMS untuk SO2, NO2 dan CO masing-masing adalah 0,0413 mg/Nm3, 0,0315 mg/Nm3 dan 1,2358 mg/Nm3 termasuk kualitas lingkungan Sangat Baik (Skala 5).

Dalam kegiatan ini akan digunakan kendaraan roda empat/truk/alat berat, sehingga nilai emisi gas di kawasan PMS diprakirakan akan meningkat sampai kualitas lingkungan sedang (Skala 3). Perubahan emisi gas yang ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan PMS dan fasilitas penunjangnya diprakirakan kecil dengan besaran dampak -2.

 Nilai rona awal partikel debu di rencana lokasi PMS adalah 0,1389 mg/Nm3

termasuk Sangat Baik (Skala 5). Pada kegiatan ini, karena digunakan kendaraan roda empat/truk/alat berat, sehingga partikel debu di diprakirakan akan meningkat sampai kualitas lingkungan Sedang (Skala 3). Perubahan partikel debu yang ditimbulkan oleh kegiatan ini diprakirakan kecil dengan Besaran Dampak -2.

TAHAP OPERASI

1. Pengangkutan TBS

Nilai rona awal emisi gas di jalan untuk SO2, NO2 dan CO serta kualitas lingkungan masing-masing adalah 0,0413 mg/Nm3, 0,0315 mg/Nm3 dan 1,2358 mg/Nm3 termasuk Sangat Baik (Skala 5) atau rata-rata kualitas lingkungan untuk emisi gas termasuk Sangat Baik (Skala 5).

Pengangkutan TBS yang menggunakan truk, sehingga nilai emisi gas di kawasan yang dilalui diprakirakan akan meningkat sampai kualitas lingkungan Sedang (Skala 3). Perubahan emisi gas yang ditimbulkan oleh kegiatan pemanenan dan pengangkutan TBS ke PMS diprakirakan kecil dengan Besaran Dampak -2.

2. Pengolahan TBS (Oprasional PMS)

 Nilai rona awal emisi gas di rencana lokasi PMS untuk SO2, NO2 dan CO masing-masing adalah 0,0413 mg/Nm3, 0,0315 mg/Nm3 dan 1,2358

Dalam pengolahan TBS (tahap oprasional PMS) diprakirakan akan terjadi peningkatan nilai emisi gas pada kawasan PMS sampai kualitas lingkungan Sedang (skala 3). Perubahan emisi gas yang timbul diprakirakan kecil dengan besaran dampak -2.

 Nilai rona awal kebauan di lokasi PMS, untuk Ammonia (NH3) 0,0007 mg/Nm3 termasuk kualitas lingkungan Sangat Baik (Skala 5).

Pada proses pengolahan TBS antara lain dari penumpukan TBS kelapa sawit, perebusan, pencucian, sterilisasi, pemurnian, dll., diprakirakan akan menimbulkan kebauan sampai kualitas lingkungan Jelek (skala 2). Perubahan kebauan yang ditimbulkan oleh kegiatan ini diprakirakan Sedang dengan besaran dampak -3.

 Nilai rona awal partikel debu di rencana lokasi PMS adalah 0,1389 mg/Nm3

termasuk Sangat Baik (Skala 5). Pada pengolahan TBS diprakirakan akan terjadi peningkatan partikel debu yang berasal dari cerobong asap generator set dan sisa pembakaran janjang kosong sampai kualitas lingkungan sedang (skala 3). Perubahan partikel debu yang ditimbulkan oleh kegiatan ini diprakirakan kecil dengan besaran dampak -2.

b.

Kebisingan TAHAP KONSTRUKSI

1. Mobilsasi Alat Berat, Material dan Tenaga Kerja

Tingkat kebisingan sebelum ada mobilisasi alat berat, material dan tenaga kerja pada jalan kebun adalah 49,4 dBA termasuk kualitas lingkungan Sangat Baik (Skala 5) dan pemukiman adalah 53,2 dBA termasuk kualitas lingkungan Sedang (Skala 3).

Tingkat kebisingan diprakirakan akan meningkat pada saat kegiatan ini berjalan terutama pada lintasan jalan angkut mobilisasi hingga mencapai 88 dB pada jarak 50 feet (Skala 2) pada kebisingan sesaat.

Besaran dampak kebisingan diprakirakan tidak banyak berubah, bila jenis alat angkutan yang digunakan sama. Namun intensitas kebisingan akan meningkat seiring bertambahnya intensitas mobilisasi alat berat dan pengangkutan material, sehingga Besaran Dampak diprakirakan -3.

2. Pembukaan Lahan

Tingkat kebisingan sebelum pembukaan lahan pada lokasi kebun adalah 49,4 dBA termasuk kualitas lingkungan Sangat Baik (Skala 5) dan pemukiman adalah 53,2 dBA termasuk kualitas lingkungan Sedang (Skala 3).

Tingkat kebisingan diprakirakan akan meningkat pada saat kegiatan ini berjalan terutama pada lokasi kebun hingga mencapai 88 dB pada jarak 50 feet/setara 15 meter pada kebisingan sesaat pada suatu waktu, sehingga akan terjadi perubahan kualitas lingkungan menjadi Sedang (Skala 3) dengan Besaran Dampak -2. Sedangkan pada kawasan pemukiman tidak terlalu banyak terkena dampak kebisingan karena lokasi kegiatan pembukaan lahan dan pemulkiman berjarak lebih dari 50 feet, sehingga Besaran Dampak adalah -1.

3. Pembangunan Pabrik dan Fasilitas Penunjang

Nilai kebisingan sebelum kegiatan pembangunan PMS pada rencana lokasi PMS adalah 49,4 dBA yang termasuk kualitas lingkungan Sangat Baik (Skala 5) dan pada pemukiman adalah 53,2 dBA yang termasuk kualitas lingkungan Sedang (Skala 3).

Pada saat kegiatan ini berjalan diprakirakan akan terjadi peningkatan kebisingan menjadi Sedang, khususnya pada lokasi PMS dengan besaran dampak -2. Sedangkan pada pemukiman diprakirakan tidak terlalu terkena dampak kebisingan mengingat lokasi PMS dan pemukiman berjarak lebih dari 50 meter, dengan Besaran Dampak -1.

TAHAP OPERASI

1. Pengangkutan TBS

Pengangkutan TBS dapat menimbulkan kebisingan di sepanjang jalan yang dilalui oleh kendaraan pengangkutan TBS. Rona awal kebisingan di lokasi pada jalan kebun adalah 49,4 dBA termasuk kualitas lingkungan Sangat Baik (Skala 5)

Tingkat kebisingan diprakirakan akan meningkat pada saat kegiatan ini berjalan terutama pada lintasan jalan kebun (pengangkutan TBS), hingga mencapai 88 dB pada jarak 50 feet/15 meter dan kualitas lingkungan turun menjadi Sedang (Skala 3) dan terjadi Besaran Dampak -2.

2. Pengolahan TBS/Oprasional PMS

Nilai kebisingan sebelum kegiatan oprasional PMS pada rencana lokasi PMS adalah 49,4 dBA yang termasuk kualitas lingkungan Sangat Baik (Skala 5) dan pada pemukiman adalah 53,2 dBA yang termasuk kualitas lingkungan Sedang (Skala 3).

Pada saat kegiatan ini berjalan diprakirakan akan terjadi peningkatan kebisingan khususnya pada lokasi PMS sehingga terjadi penurunan kualitas lingkungan menjadi Sedang (Skala 3), dengan demikian terjadi Besaran Dampak -2. Sedangkan pada pemukiman diprakirakan tidak terlalu terkena dampak kebisingan mengingat lokasi PMS dan pemukiman berjarak lebih dari 50 meter, dengan Besaran Dampak -1.

3. Tanah

a. Erosi dan Sedimentasi TAHAP KONSTRUKSI

1. Pembukaan Lahan

Dampak terjadinya erosi dan sedimentasi pada dasarnya adalah dampak lanjutan dari hilangnya vegetasi akibat kegiatan pembukaan lahan.

Jika dilihat dari kondisi rona lingkungan hidup awal dimana nilai potensi erosi aktual adalah 1,98 - 3,16 ton/ha/tahun yang termasuk Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Rendah atau kualitas lingkungan Sangat Baik (Skala 5). Jika diasumsikan ketika ada kegiatan pembukaan lahan maka untuk nilai C tanah kosong yang tidak diolah adalah 0,95 dan LS adalah 0,8 maka nilai erosi actual diprakirakan meningkat menjadi 20,00 ton/ha/tahun yang termasuk kualitas lingkungan Jelek (Skala 2). Dengan kondis ini maka terjadi Besaran Dampak -3.

2. Pembangunan Fasilitas Perusahaan dan umum

Dampak terjadinya erosi dan sedimentasi pada dasarnya adalah dampak lanjutan dari hilangnya vegetasi penutup lahan pada saat penyiapan lahan pembangunan fasilitas perusahaan dan umum.

Jika dilihat dari kondisi rona lingkungan hidup awal dimana nilai erosi sekitar 1,98 - 3,16 ton/ha/tahun atau dengan TBE termasuk Rendah, termasuk kualitas lingkungan Sangat Biak (Skala 5). Jika diasumsikan bahwa dengan adanya kegiatan pembangunan fasilitas perusahaan dan umum maka untuk nilai C tanah kosong yang tidak diolah = 0,95 dan LS = 0,8 sehingga tingkat bahaya erosinya (TBE) rata-ratanya diprakirakan menjadi 20,00 ton/ha/tahun termasuk keriteria Baik (Skala 4). Terjadi perubahan dengan Besaran Dampak Sangat Keci (-1), tetapi secara nilai aktual ada peningkatan erosi dan berpotensi terjadi akumulasi dari erosi akibat pembukaan lahan, sehingga kegiatan sumber dampaknya tetap perlu dikelola karena berpotensi terjadi akumulasi dampak lanjutan terhadap perubahan kualitas air sungai.

3. Pembuatan Drainase

Pembangunan saluran drainase di sisi kiri kanan jalan kebun diprakirakan akan berdampak terhadap berkurangnya nilai TBE dan sedimentasi yang berasal dari kegiatan pembukaan lahan dan pembangunan fasilitas perusahaan. Dari sisi skala kualitas tidak ada perubahan atau tetap dalam kriteria Sangat Baik (skala 5).

4. Konservasi Tanah dan Air

Dampak berkurangnya tingkat bahaya erosi diakibatkan oleh kegiatan konservasi tanah dan air dengan penanaman dan pembuatan teras pada lahan bertopografi miring, maka akan menyebabkan semakin berkurangya debit aliran permukaan yang pada akhirnya akan berimplikasi pada semakin berkurangnya erosi. Jika dilihat erosi yang terjadi pada tanah yang tidak dikelola sebesar 1,98 - 3,16 ton/ha/tahun atau dengan TBE tergolong Rendah termasuk kualitas Sangat Biak (Skala 5) dan dengan adanya konservasi tanah dan air setelah pembukaan lahan, maka akan menjadi 9,13 ton/ha/tahun termasuk kriteria Sangat Kecil (Skala 5). Dari prakiraan ini, secara aktual terjadi perbaikan tingkat bahaya erosi sehingga perlu dikelola/dikembangkan agar dampak lanjutan juga dapat memperbaiki kualitas air sungai.

5. Penanaman

Kegiatan penanaman kelapa sawit akan berdampak memperkecil potensi TBE. Dari nilai rona awal erosi sebelum kegiatan adalah sebesar 1,98 - 3,16 ton/ha/th dengan kriteria Rendah atau Sangat Baik (Skala 5) dan potensi nilai erosi ketika sudah dilakukan pembukaan lahan sebesar 20,00 ton/ha/tahun yang masih termasuk Sangat Ringan (Skala 5), kemudian potensi nilai erosi setelah dilakukan penaman akan berkurang menjadi 8,12 ton/ha/tahun yang juga termasuk kriteria sangat ringan (skala 5). Secara kualitas lingkungan perubahan dampak adalah nol (0) atau tidak terjadi perubahan kualitas lingkungan. Namun demikian, secara aktual berpotensi terjadi penurunan erosi, sehingga kegiatan penanaman sebagai sumber dampak positif perlu dikelola/dimaksimalkan karena dampak lanjutannya memperbaiki kualitas air sungai.

6. Pembangunan Pabrik dan Fasilitas Penunjang

Dampak terjadinya erosi dan sedimentasi pada dasarnya adalah dampak lanjutan dari hilangnya vegetasi penutup lahan pada saat penyiapan lahan pembangunan PMS dan fasilitas penunjangnya.

Jika dilihat dari kondisi rona lingkungan hidup awal dimana erosi rata--ratanya adalah sebesar 1,98 - 3,16 ton/ha/th dengan kriteria Rendah atau Sangat Baik (Skala 5). Dan jika diasumsikan bahwa dengan adanya kegiatan ini maka tingkat bahaya erosinya menjadi 20,0 ton/ha/tahun termasuk keriteria sangat ringan (Skala 5), dengan nilai besaran dampak nol (0). Dengan kondisi kualitas lingkungan tidak ada perubahan dampak, tetapi secara aktual ada peningkatan erosi, maka kegiatan sumber dampaknya tetap perlu dikelola karena berpotensi terjadi akumulasi dampak lanjutan dari kegiatan pembukaan lahan terhadap perubahan kualitas air sungai.

b.

Kesuburan Tanah TAHAP KONSTRUKSI

1. Pembukaan Lahan

Dampak kesuburan tanah merupakan dampak lanjutan dari hilangnya vegetasi penutup tanah penyumbang bahan organic, akibat dari kegiatan pembukaan lahan.

Berdasarkan hasil penilaian tingkat kesuburan tanah yang golong rendah atau termasuk kualitas lingkungan Jelek (Skala 2), dimana kondisi ini akan diperburuk ketika dilakukan pembukaan lahan karena selain hilangnya vegetasi sumber bahan organik juga akan terjadi pengikisan lapisan top soil oleh aliran permukaan serta terjadi pemadatan tanah oleh alat-alat berat. Sehingga prakiraan dampak yang terjadi saat pembukaan lahan adalah kualitas kesuburan tanah menjadi Sangat Jelek (Skala 1) dengan Besaran Dampak termasuk Sangat Kecil (Skala -1).

2. Konservasi Tanah dan Air

Kegiatan konservasi tanah dan air dimaksudkan antara lain untuk mengendalikan laju aliran permukaan yang akan berdampak lanjutan terhadap menekan laju pengikisan top soil sehingga diharapkan kualitas kesuburan tanah yang sudah tergolong Jelek (skala 2) diharapkan terjadi perbaikan kualitas kesuburan tanah kearah sedang (skala 3), dengan selisih besaran dampak tergolong sangat kecil (skala +1).

3. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan

Kegiatan yang diprakirakan akan memberikan dampak terhadap kesuburan tanah adalah pemupukan.

Berdasarkan tingkat kesuburan tanah yang tergolong Jelek (Skala 2), pada kegiatan ini akan terjadi perbaikan kesuburan tanah menjadi Baik (skala 4), dengan selisih besaran dampak tergolong Kecil (Skala +2).

TAHAP OPERASI

1. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan

Pemeliharaan TM (lanjutan dari pemeliharaan TBM) berupa pemberian pupuk diprakirakan dapat meningkatkan kesuburan tanah. Pada rona awal,

kualitas tanah menjadi Sangat Baik (skala 5), dengan besaran dampak tergolong Sedang (skala +3).

4. Hidrologi

a. Kualitas Air Sungai TAHAP KONSTRUKSI

1. Pembukaan Lahan

Pembukaan lahan mengakibatkan terbukanya lahan sehingga berdampak terhadap peningkatan debit aliran permukaan dan erosi yang pada ahirnya akan masuk ke badan sungai dan merubah kualitas airnya. Data rona awal kualiatas air (sungai) rata-rata tergolong Baik (skala 4) diprakirakan akan berubah menjadi Jelek (skala 2) dengan besaran dampak Kecil (skala -2). 2. Pembangunan Fasilitas Perusahaan dan umum

Dampak perubahan kualitas air sungai pada dasarnya adalah dampak lanjutan dari hilangnya vegetasi penutup lahan yang akan meningkatkan debit aliran permukaan dan erosi akibat kegiatan penyiapan lahan dalam pembangunan fasilitas perusahaan dan umum.

Jika dilihat data rona awal kualitas air sungai dimana tergolong Sangat Baik (Skala 5), maka dampak dari kegiatan ini akan merubah menjadi Sedang (Skala 3) dengan Besaran Dampak Kecil (Skala -2).

3. Pembuatan Drainase

Seluran drainase yang akan dibuat pada sisi kiri kanan sepanjang jalan kebun diprakirakan akan berdampak pada menekan laju aliran permukaan dan erosi yang pada ahirnya akan memperkecil penurunan kualitas air sungai penerima, sehingga perubahan dari kualitas lingkungan sungai dari Sangat Baik (Skala 5) berubah menjadi Sedang (skala 3) dengan Besaran Dampak Kecil (Skala -1).

4. Konservasi Tanah dan Air

Kegiatan konservasi tanah dan air dimaksudkan untuk mengendalikan erosi dan memelihara kawasan sempadan sungai yang ada di lokasi tapak proyek, sehingga dapat meminimalkan dampak negatif terhadap kualitas air. Kegiatan ini diprakirakan akan memberikan dampak positif terhadap kualitas air dari kualitas lingkungan Jelek (skala 2) pada saat pembukaan lahan menjadi kualitas lingkungan Baik (Skala 4) pada saat konservasi tanah, sehingga Besaran Dampak dari kegiatan konservasi tanah dan air adalah Kecil ( Skala +2).

5. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan

Kegiatan pemeliharaan tanaman yang diprakirakan dapat menurunkan kualitas air adalah jika terjadi penggunaan bahan kimia dalam luasan lahan yang besar untuk pengendalian hama, penyakit dan gulma, sehingga diprakirakan rona awal kualitas air yang termasuk Sangat Baik (Skala 5) akan berubah menjadi Jelek (Skala 2), dengan Besaran Dampaknya termasuk Kecil (Skala -2).

6. Pembangunan Pabrik dan Fasilias Penunjang

Dalam kegiatan penyiapan lahan pembangunan PMS dan fasilitas nya akan berdampak terhadap kualitas air sungai (dampak lanjutan dari hilangnya

kondisi rona awal kualitas air sungai yang tergolong Sangat Baik (Skala 4) diprakirakan akan berubah menjadi Sedang (Skala 3), dengan Besaran Dampak yang terjadi Kecil (Skala -2).

TAHAP OPERASI

1. Pengolahan TBS dan Pengolahan Limbah

Dalam pengolahan TBS kapasitas 45 Ton TBS/jam dihasilkan limbah cair 384 m3/hari. Limbah cair akan dialirkan ke kolam IPAL untuk diproses sebelum dimanfaatkan ke kebun sebagai pupuk melalui Aplikasi Lahan. Meski limbah cair tersebut berpotensi mempengaruhi kualitas air sungai yang ada di sekitar PMS, namun diprakirakan potensi dampaknya sangat kecil karena adanya penerapan Aplikasi Lahan, sehingga rona awal kualitas air sungai yang termasuk Sangat Baik (Skala 5) hanya akan berubah menjadi Sedang (Skala 3) dengan Besaran Dampak Kecil (Skala -2).

2. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan

Kegiatan pemeliharaan tanaman yang diprakirakan dapat menurunkan kualitas air jika terjadi penggunaan bahan kimia dalam pengendalian hama, penyakit dan gulma pada lahan yang luas, sehingga diprakirakan terjadi perubahan dari rona awal kualitas air yang termasuk Sangat Baik (Skala 5) akan berubah menjadi Jelek (Skala 2), dengan besaran dampaknya Besar (Skala -4).

B. BIOLOGI

Dalam dokumen Andal Pt. Prima Alumga lampung (Halaman 134-141)