• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sifat Kimia

Dalam dokumen Andal Pt. Prima Alumga lampung (Halaman 89-92)

No Jenis Pestisida Dosis (Ha/Tahun) A INSEKTISIDA

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1 Curah hujan tahunan (mm) 3264 2366 2548 2573 2336 2198 2604 2423 1941 1940

2) Sifat Kimia

Derajat Kemasaman (pH). Nilai kemasaman (pH) dapat memberikan gambaran

tentang keseimbangan asam basa dalam air, dimana hal ini sangat erat kaitannya dengan fungsinya sebagi pelarut dalam reaksi-reaksi kimia. Nilai pH antara lain dipengaruhi oleh proses fotosintesis, biologis dan berbagai jenis kation dan anion di dalam air.

Derajat keasaman air (pH) pada sungai di wilayah studi ada pada kisaran 5,94 – 6,17 (berada pada dibawah Baku Mutu PP No. 82 Tahun 2001; Pengelolaan Kualitas Air dan pengendalian Pencemaran Air, Klas II).

Nilai pH pada sungai sesuai untuk kehidupan biota perairan terutama ikan. Nilai derajat kemasaman (pH) yang layak untuk kehidupan biota perairan adalah berkisar 6,2 – 9,0 (Swingle, 1968).

Oksigen Terlarut (DO), Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD). Oksigen merupakan salah satu komponen utama

pernapasan dan proses metabolisme ikan dan organisme perairan lainnya. Keperluan biota terhadap oksigen bervariasi, tergantung kepada jenis, stadia dan aktivitasnya. Kehidupan makhluk hidup di dalam air tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yamg dibutuhkan untuk kehidupannya. Salahsatunya, Ikan merupakan makhluk hidup di perairan yang memerlukan oksigen tertinggi, kemudian invertebrata, dan yang terkecil kebutuhan oksigennya adalah bakteri. Oksigen terlarut dapat berasal dari proses fotosintesis tanaman air, dimana jumlahnya tidak tetap tergantung dari jumlah tanamannya, dan dari atmosfer (udara) yang masuk ke dalam air dengan kecepatan terbatas.

Oksigen Terlarut (DO). Kadar DO sungai di wilayah studi bekisar antara 3,05 – 8,13

mg/l (di bawah Baku Mutu PP No. 82 Tahun 2001; Pengelolaan Kualitas Air dan pengendalian Pencemaran Air, Klas II). Penyebab utama berkurangnya oksigen terlarut didalam air adalah adanya bahan-bahan buangan yang mengkonsumsi oksigen. Bahan-bahan buangan yang memerlukan oksigen terutama terdiri dari bahan organik dan kemungkinan bahan anorganik. Polutan semacam ini berasal dari berbagai sumber seperti kotoran hewan dan manusia, tanaman mati atau sampah organik dan bahan buangan lainnya. Untuk mengetahui lebih lanjut adanya polutan di lokasi tersebut dapat dilakukan dengan uji BOD dan COD.

Biochemical Oxygen Demand (BOD). Nilai BOD menunjukkan jumlah oksigen

terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan-bahan buangan di dalam air . Jadi nilai BOD5 tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan bahan buangan tersebut. Kandungan BOD5

untuk air sungai di areal studi bekisar antara 0 – 8 mg/l (di bawah Baku Mutu PP No. 82 Tahun 2001; Pengelolaan Kualitas Air dan pengendalian Pencemaran Air, Klas II).

Chemical Oxygen Demand (COD). COD menggambarkan jumlah oksigen yang

dibutuhkan untuk mengoksidasi atau mereduksi senyawa organik menjadi anoganik dan nilainya rata-rata 9,2 mg/l. Nilai COD akan meningkat sebanding dengan meningkatnya kandungan bahan organik diperairan.

Jika terjadi penurunan DO, maka dampak lanjutan yang potensial terjadi adalah berkurangnya biota perairan. Hal ini disebabkan karena ada kemungkinan makhluk hidup dalam sungai mejadi mati atau melakukan migrasi ke aliran sungai lainnya (ke hulu atau hilir) yang konsentrasi oksigen masih cukup baik. Selain itu, jika konsentrasi DO rendah, mikroorganisme aerobik tidak dapat hidup dan berkembang biak, sebaliknya mikroorganisme anaerobik menjadi aktif memecah bahan-bahan tersebut secara anaerobik karena tidak adanya oksigen.

Nilai COD sungai wilayah studi yakni untuk sungai berkisar antara 3 – 20 mg/l (di bawah Baku Mutu PP No. 82 Tahun 2001; Pengelolaan Kualitas Air dan pengendalian Pencemaran Air, Klas II).

Nitrit (NO2-N), Nitrat (NO3-N) dan Amonia (NH3-N). Nitrit (NO2) bersama-sama dengan Nitrat merupakan senyawa nitrogen yang dijumpai dalam jumlah sedikit di dalam perairan. Nitrit adalah senyawa kurang stabil yang merupakan senyawa nitrogen hasil perombakan bahan organik yang mengandung protein dan bersifat toksik bagi organisme perairan. Kandungan Nitrit berkisar antara 0,002 – 0,10.

Nitrat (NO3), merupakan senyawa nitrogen hasil perombakan bahan organik oleh mikroorganisme. Senyawa Nitrat merupakan indikator kesuburan perairan karena keberadaannya di perairan sangat diharapkan karena akan berkaitan dengan produktivitas perairan. Berdasarkan hasil analisis laboratorium, kandungan Nitrat air sungai di wilayah studi adalah 1,4 – 2,2 mg/l.

Kandungan Posfat (PO4-P). Posfat merupakan salah satu senyawa yang berfungsi

untuk menyuburkan perairan. Sungai di areal studi, kadar Posfat berkisar antara 0,50 – 2,14 mg/l (di bawah Baku Mutu PP No. 82 Tahun 2001; Pengelolaan Kualitas Air dan pengendalian Pencemaran Air, Klas II).

Kandungan H2S. Kondisi perairan sungai di wilayah studi berkisar antara 0,020 –

0,195 mg/l (di bawah Baku Mutu PP No. 82 Tahun 2001; Pengelolaan Kualitas Air dan pengendalian Pencemaran Air, Klas II).

Kandungan Fe, Zn, F, Keberadaan Besi, Seng dan Flourida masih tergolong sangat

rendah (di bawah Baku Mutu PP No. 82 Tahun 2001; Pengelolaan Kualitas Air dan pengendalian Pencemaran Air, Klas II), yakni kadar Besi 0,97 – 1,26 mg/l, kadar Seng 0,01 – 0,04 mg/l dan Flourida dengan kadar <0,01 - 0,13 mg/l.

3.2. Komponen Biologi 3.2.1. Biota Darat

a. Vegetasi/Flora Darat

berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, vegetasi di wilayah studi dikelompokkan dalam tipe vegetasi kebun campuran yang merupakan vegetasi budidaya dan vegetasi non budidaya serta semak belukar. Selain itu juga terdapat vegetasi peneduh dan tanaman hias. Hasil identifikasi vegetasi pada lokasi areal studi disajikan pada tabel 3.11.

Tabel 3.11. Jenis Jenis Vegetasi Yang Ada di Sekitar Areal Studi

No. Jenis Nama Latin

1 Akasia Accacia auriculiformis

2 Alang-alang Imperata cylindrica

3 Bambu Bambosa sp

4 Cabe Capsicum annum

5 Jagung Zea mays

6 Jati Tectona grandis

7 Kapuk Ceiba petandra

8 Kelapa Cocos nucifera

9 Kirinyuh Chloromolaena sp

10 Lamtoro Leucaena glauca

11 Mangga Mangifera indica

12 Nangka Athrocarpus integra

13 Pepaya Carica papaya

14 Pisang Musa paradisiaca

15 Putri malu Mimosa pudica

16 Rambutan Nephelium luppacuem

17 Rumput teki Cyprus rotundus

18 Terong Salanum melongena

19 Waru Hibiscus sp

Sumber : Data Primer, 2013

Pada komunitas kebun campuran vegetasi yang paling dominan adalah tanaman budidaya yaitu tanaman pangan, palawija dan buah dan ini sebagian besar merupakan tanaman masyarakat. Tanaman budidaya yang teridentifikasi kalapa (Cococs nucifera) dan pisang (Musa paradisiaca) dan sebagian tanaman sayuran seperti terong

(Solanum melongena) maupun cabai (Capsicum annum).

Vegetasi tanaman non budidaya khususnya semak belukar yang paling dominan teridentifikasi adalah alang-alang (Imperata cylindrica), kirinyuh (Chloromolaena

odorata), dan lainnya. Sedangkan tanaman pekarangan yang berada di pemukiman

penduduk umumnya adalah buah-buahan diantaranya nangka (Arthrocarpus integra), rambutan (Nephelium leppacum) dan mangga (Mangifera indica).

b. Satwa/Fauna Darat

Satwa yang teridentifikasi di lokasi studi baik melalui wawancara dengan masyarakat sekitar terdiri atas jenis mamalia, aves, reptilia, dan amphibia. Jumlah jenis dan keberadaan satwa sedikit sekali, keadaan ini antara lain disebabkan perubahan habitat disekitar tapak proyek yang telah menjadi habitat binaan dan sebagian besar vegetasi yang ada adalah semak berlukar.

Tabel 3.12. Jenis-jenis Satwa Liar di Sekitar Wilayah Studi

No. Jenis Satwa Nama Latin Status

I. Mamalia

1. Kelelawar Cyropterus sp Tidak dilindungi

2 Tikus Ratus-ratus argentiver Tidak dilindungi

3 Bajing Tupaia pista Tidak dilindungi

No. Jenis Satwa Nama Latin Status

1 Kodok Bufo sp Tidak dilindungi

2 Katak Hyla sp Tidak dilindungi

III. Reptilia

1 Biawak Varanus salvator Tidak dilindungi

2 Kadal Mabuya multifasciata Tidak dilindungi

3 Bunglon Calotus jubatus Tidak dilindungi

4 Ular hijau Elape sp Tidak dilindungi

IV. Aves

1 Burung Perkutut Geopelia striata Tidak dilindungi 2 Burung Tekukur Streropelia chinensis Tidak dilindungi 3 Burung Kutilang Picnonotus aurigaster Tidak dilindungi

4 Burung Platuk Picus sp Tidak dilindungi

Sumber : Data Primer, 2013 dan Hasil Wawancara. 3.2.2. Biota Perairan

a. Ikan

Berdasarkan pengamatan lapangan dan informasi dari masyarakat di kampung studi, diperoleh data jenis ikan yang ada di Sungai –sungai di wilayah studi, dimana memiliki nilai ekonomi dan/atau dapat di konsumsi seperti disajikan pada Tabel 3.18.

Tabel 3.13. Jenis-Jenis Ikan yang Ditemukan di Perairan Studi

No Nama Lokal Nama Ilmiah

1 Jelawat Leptobarbus hoeveni Blkr

2 Lais Kryptopterus sp

3 Gabus Channa striata

4 Seluang Rasbora sp

5 Puyau Osteichilus sp

Sumber : Data Primer, 2013 dan Hasil Wawancara

Jenis ikan yang terdapat di sungai-sungai wilayah studi relatif tidak banyak, diduga karena faktor dimensi sungai yang relatif kecil.

b. Plankton

Plankton adalah organisma yang hidup mengapung terbawa arus air. Kehidupan plankton dipengaruhi oleh kualitas perairan. Kualitas perairan ditentukan oleh aktivitas yang berada di daratan atau sekitar perairan itu sendiri, termasuk adanya material yang masuk ke perairan. Kualitas air yang kurang baik akan berimplikasi langsung terhadap keanekaragaman jenis plankton. Hasil analisa plankton disajikan pada Tabel

3.14.

Tabel 3.14. Hasil Analisisi Plankton

No Plankton Individu/ml

S. Mesuji S. Sidang S. Buaya

Dalam dokumen Andal Pt. Prima Alumga lampung (Halaman 89-92)