• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAHAP PRA KONSTRUKSI a. Perijinan

Dalam dokumen Andal Pt. Prima Alumga lampung (Halaman 28-39)

PETA 2.2. PETA LOKASI

1. TAHAP PRA KONSTRUKSI a. Perijinan

Untuk pembangunan dan operasional usaha perkebunan kelapa sawit dan pabrik minyak sawit PT. PRIMA ALUMGA, aspek perizinan (legalitas) sangat penting dalam rangka kelangsungan dan kelancaran usaha, oleh karena itu menjadi kewajiban PT. PRIMA ALUMGA untuk melengkapinya dan akan dilakukan secara bertahap sesuai perkembangan dari tahapan kegiatan perkebunan kelapa sawit ini.

Dalam proses penyusunan dokumen AMDAL, izin yang dijadikan dasar adalah Izin Lokasi Perkebunan Kelapa Sawit dari Bupati Mesuji Nomor : B/11/I.02/HK/MSJ/2010 seluas 10.252,43 ha.

b. Sosialisasi/Konsultasi Publik

Konsultasi Publik kepada masyarakat kampung sekitar telah dilakukan pada hari Sabtu tanggal 15 Desember 2012 bertempat di Hotel Grande Bandar Lampung Provinsi Lampung, yang dihadiri oleh perwakilan dari masyarakat sekitar, dalam rangka untuk memberikan penjelasan secara langsung dan transparan tentang latar belakang dilakukan dari rencana usaha dan/atau kegiatan, jenis-jenis dan tahap kegiatan, rencana teknis kegiatan, tujuan dan manfaat kegiatan, potensi-potensi dampak lingkungan hidup (positif dan negatif), serta bagaimana pengelolaan dan pemantauan dampaknya dalam rangka untuk meminimalkan dampak negatif dan mengoptimalkan dampak positif.

c. Pembebasan Lahan

Luas areal yang dicadangkan untuk perkebunan kelapa sawit PT. PRIMA ALUMGA adalah 10.252,43 ha. Bilamana dalam areal tersebut terdapat areal perladangan yang biasa dikelola dan/atau milik secara legal maupun adat oleh masyarakat sekitar, maka PT. PRIMA ALUMGA secara aktif akan melakukan pendekatan dan berkomunikasi (musayawarah untuk mufakat) dengan

permasalahan lahan. Model penyelesaian yang lazim ditempuh antara lain adalah dengan pembebasan lahan dan tanam tumbuh atau dengan melibatkan sebagai kebun plasma. Ini penting dilakukan untuk menghindari terjadinya keresahan sosial dan menghindari potensi konflik di tengah masyarakat.

Dalam pelaksanaanya nanti, atas permasalahan pembebasan lahan dan tanam tumbuh, pihak PT. PRIMA ALUMGA akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan tokoh masyarakat (adat) mulai dari tingkat kabupaten, kecamatan sampai kampung memperhatikan kearifan lokal masyarakat setempat.

2. TAHAP KONSTRUKSI

a.

Mobilisasi Alat Berat, Material dan Tenaga Kerja

Didalam menunjang kegiatan perkebunan kelapa sawit dan pabrik minyak sawit PT. PRIMA ALUMGA diperlukan alat-alat berat, material dan tenaga kerja. Rencana penggunaan alat berat dan kendaraan operasional disajikan pada

Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Rencana Alat Berat dan Kendaraan Operasional Yang Akan

Digunakan

No. Jenis Alat Type Jumlah (Unit)

1. Dozer 200 HP 3 2. Grader 130 HP 2 3. Excavator 118 HP 1 4. Loader 170 HP 1 5. Compactor 223 HP 1 6. Chainsaw - 14 7. Trailer - 2 8. Wheel Tractor - 4 9. Mitsubitshi Estrada 4

10. Sepeda Motor Honda 10

11. Dump Track - 10 12. Truck Stone - 6 13. Mini Bus - 2 14. Kendaraan PMK - 1 15. Truck - 8 Jumlah 69

Sumber : PT. Prima Alumga, 2011

Kegiatan pengangkutan alat berat direncanakan akan menggunakan jalan lintas kabupaten atau transportasi akan melalui jalan kabupaten (kecamatan/desa). Agar menjadi telaahan serta dikaji lebih konfrensif, mengingat dampak kerusakan jalan akibat mobilisasi peralatan dan material menjadi tanggung jawab pemrakarsa.

b. Pembukaan Lahan

Penyiapan lahan tanam dilakukan secara bertahap menyesuaikan jadwal penanaman kelapa sawit. Penyiapan areal penanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan pembersihan lahan (land clearing) dari vegetasi penutup, pembuatan terasiring dan penanaman tanaman penutup tanah (Land Cover Crop).

Kegiatan-kegiatan tersebut direncanakan akan dilaksanakan selama 3 tahun dengan luas areal efektif 7.537 ha (inti) dan 1.884 ha (plasma). Rencana luas areal tanam yang akan dipersiapkan untuk penanaman kelapa sawit per tahunnya disajikan pada Tabel 2.4. berikut.

Tabel 2.4. Rencana Luas Areal Tanam per Tahun

No. Tahun Tanam Luas (Ha)

A. Inti 2013-2014 2512.4 1. 2014-2015 2512.4 2. 2015-2016 2512.4 Total Inti 7.537 B. Plasma 2013-2014 628.1 1. 2014-2015 628.1 2. 2015-2016 628.1 Total Plasma 1.884

Total luas efektif 9.422

Sumber : PT. Prima Alumga, 2012

Pelaksanan pembersihan lahan (Land Clearing) mengacu Keputusan Direktorat Jenderal Perkebunan Nomor : 38/KB.110/SKI/DJ.BUN/05.95 tentang Petunjuk Teknis Pembukaan Lahan Tanpa Pembakaran.

Tahapan dalam kegiatan pembersihan lahan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

 Pekerjaan Mengimas

Kegiatan menebas dan menebang pohon yang berdiameter < 10 cm. Pekerjaan ini dilaksanakan secara manual dan dibuat sedemikian rupa sehingga imasan tandas ke permukaan tanah.

 Pekerjaan Menebang dan Menumbang

Kegiatan menebang dan menumbangkan pohon yang memiliki diameter > 10 cm yang dilaksanakan secara manual dengan menggunakan kapak dan atau gergaji rantai (chainsaw) yang akan dibantu tractor dan bulldozer untuk menumbangkan pohon. Penumbangan dimulai dari pinggir ke tengah berbentuk spiral dan pohon ditumbang ke arah luar agar tidak menghalangi jalannya tractor dan bulldozer, sedangkan memotong batang meliputi pekerjaan memotong batang-batang yang sudah tumbang, memotong tunggul dan membongkarnya.

 Pekerjaan Merumpuk

Kegiatan memotong batang pohon yang telah ditumbang menjadi 2 – 4 m panjangnya. Setelah pekerjaan cincang batang selesai maka batang dan ranting bekas tumpukan dikumpulkan (dirumpuk) dalam bentuk barisan arah utara – selatan dengan menggunakan alat berat berupa excavator atau bulldozer. Barisan rumpukan diatur sedemikian rupa, sehingga barisan rumpukan batang berada dalam barisan/gawangan mati pada saat dilakukan penanaman kelapa sawit. Diantara barisan rumpukan tersebut terdapat dua baris tanaman, sehingga tidak mengganggu aktivitas

Setelah kegiatan penyiapan areal tanaman selesai, selanjutnya dilakukan penanaman Land Cover Crop (LCC) dan penentuan titik tanam. Kegiatan penanaman LCC dilaksanakan pada 3 – 4 bulan sebelum penanaman kelapa sawit. Penanaman LCC tersebut bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma, mengurangi erosi tanah, menjaga kelembaban dan penambahan bahan organik.

Rencana jenis LCC yang akan ditanam yaitu Calopogonium caeruleum (CC),

Peuraria phaseolodies (PP), Peuraria javanica (PJ), Calopogonium muconoides (CM), Centrocema pubescens (CP) dan Mucuna cochinchinnensis (MC).

Penentuan titik tanam dilakukan dengan cara pemancangan. Jarak antar pancang merupakan jarak tanam yang menentukan jumlah populasi tanaman per hektar. Dalam hal ini rencana jarak tanam 9 m x 9 m x 9 m (segitiga sama sisi/pancang mata lima), sehingga jumlah populasi tanaman 138 pohon/ha. Kemudian dilanjutkan pembuatan lubang tanam pada titik pancang tersebut. Lubang tanam yang dibuat berukuran 60 cm x 60 cm dengan kedalaman 60 cm dan pada lubang tanam tersebut diberikan pupuk TSP sebanyak 0,5 kg/lubang. Dalam kegiatan ini diperlukan tenaga kerja manual yang cukup banyak, seperti disajikan pada Tabel 2.5. berikut.

Tabel 2.5. Komposisi Tenaga Kerja yang Akan Digunakan Dalam Pembukaan Lahan/Penyiapan Areal Tanam

No. Jenis Tenaga Kerja Jumlah (HOK/Ha)

1. Mandor 4

2. Survey 6

3. Babat – imas (manusia) 20

4. Tebang pohon (chainsaw) 16

5. Mencincang / merumpuk 18

6. Pembersihan tempat tanam 8

7. Membuat terasiring 24

8. Menanam kacangan (tugal) 10

9. Pemeliharaan LCC 20 10. Memupuk LCC 8 11. Mengukur 6 12. Membuat pancang 8 13. Memancang 4 14. Melubang 8

15. Memupuk lubang tanam Lain-lain 4

J u m l a h 164

Sumber : PT. Prima Alumga, 2011

c. Pembangunan Fasilitas Perusahaan dan Umum

Sarana prasarana penunjang yang akan dibangun seperti jalan, parit/drainase, emplasemen, sarana air bersih, serta sarana dan prasarana pendukung lainnya.

Pembuatan Jaringan Jalan Kebun

Jaringan jalan kebun ada 3 macam yakni jalan utama (main road), jalan pengumpul/koleksi (collection road) dan jalan panen (harvesting road).

⇒ Jalan Utama (Main Road)

Jalan utama ini dirancang untuk dapat dilalui kendaraan baik pada musim kering maupun musim hujan. Kebutuhan jalan utama adalah 10 meter / ha dengan lebar badan jalan 7 m dengan shoulder selebar 1 m di kiri dan kanan badan jalan. Badan jalan diperkeras dengan laterit dan bekas galian di kiri dan kanan jalan selebar 1 m selanjutnya akan berfungsi sebagai saluran drainase.

⇒ Jalan koleksi (collection road)

Jalan ini direncanakan sepanjang 25 meter / ha dengan lebar badan jalan 5 m dengan shoulder selebar 1 m di kiri dan kanan badan jalan. Badan jalan diperkeras dengan laterit dan bekas galian di kiri dan kanan jalan selebar 1 m selanjutnya akan berfungsi sebagai saluran drainase.

⇒ Jalan panen (harvesting road)

Merupakan jalan bagi tenaga kerja dalam mengangkut buah dari pohon ke TPH dan juga sebagai jalan bagi tenaga kerja dalam pelaksanaan pekerjaan penanaman dan perawatan tanaman. Panjang jalan panen adalah 55 meter/ha dengan lebar 1 – 2 meter searah baris tanaman (utara – selatan) dengan satu pada setiap gawangan.

Rencana kebutuhan tenaga kerja pada tahap pembersihan lahan rencana badan jalan kebun diuraikan secara rinci pada Tabel 2.6. berikut.

Tabel 2.6. Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk Kegiatan Fasilitas Penunjang

No. Jenis Tenaga Kerja Jumlah (HOK/ha)

1. Mandor 4

2. Survei 6

3. Babat – imas (manusia) 18

4. Tebang pohon (chain saw) 18

5. Mencincang / merumpuk 18

6. Pembersihan bakal jalan 12

7. Lain-lain 3

J u m l a h 79

Sumber : PT. Prima Alumga, 2011 Pembangunan Emplacement Kebun

 Bangunan perkantoran, perumahan dan sarana penunjang

Pembangunan sarana perkantoran, perumahan dan saran penunjang lainnya, direncanakan seperti pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7. Rencana Bangunan Emplacement Kebun PT. PRIMA ALUMGA

Tahun No. Jenis Bangunan Luas (Ha)

2013

1. Kantor estate I (utama) 0.06

2. Gudang material 0.004

3. Gudang pupuk 0.002

4. Poliklinik 0.007

Tahun No. Jenis Bangunan Luas (Ha)

7. Guest house 0.02

8. Mess Administratur 0.004

9. Mess Manager Kantor 0.003

10. Mess Asisten Kepala 0.005

11. Mess Ka. Tata Usaha 0.005

12. Mess Ka. Keuangan 0.003

13. Mess Ka. Fasilitas & Penyimpanan 0.005 14. Mess Ka. Sipil & Perawatan 0.005

15. Mess Assisten Afdeling 0.08

16. Mess Mandor 0.030

17. Mess Karyawan Tetap 0.020

18. Barak Sementara 0.14 19. Ruang Genset 0.005 2014 1. Kantor Estate 0.04 2. Garasi 0.006 3. Balai Karyawan 0.0012 4. Sarana Olahraga 0.0060

5. Mess Asisten Kepala 0.005

6. Mess Assisten Afdeling 0.010

7. Mess Mandor 0.030

8. Mess Karyawan Tetap 0.030

9. Barak Sementara 0.25 2015 1. Kantor Estate 0.03 2. Garasi 0.008 3. Balai Karyawan 0.010 4. Sarana Olahraga 0.0055

5. Mess Asisten Kepala 0.005

6. Mess Assisten Afdeling 0.010

7. Mess Mandor 0.030

8. Mess Karyawan Tetap 0.030

9. Barak Sementara 0.18

Jumlah 0,0927

Sumber : PT. Prima Alumga, 2011

 Sarana Listrik

Untuk menunjang operasional perkebunan kelapa sawit dan pabrik minyak sawit PT. PRIMA ALUMGA, suplai listrik akan digunakan mesin genset. Mesin genset akan ditempatkan pada bangunan berukuran 6 m x 12 m. Rencana kapasitas genset 250 kVA sebanyak 3 unit, masing-masing 1 unit untuk melayani 1 afdeling.

Gambar 2.1. Desain Cerobong dan Ruang Genset

 Sarana Air Bersih

Kebutuhan air bersih utuk domestik (perumahan karyawan dan lain-lain) diperkirakan sebanyak 40 m3/hari. Sedangkan kebutuhan air untuk keperluan pabrik diperkirakan sebanyak 1,5 m3 per ton TBS yang diolah, sehingga dengan kapasitas 45 ton TBS/jam, maka kebutuhan air untuk pabrik mencapai 67,5 m3/jam.

Kebutuhan air tersebut, rencana akan disuplai dari sungai Sidang. Apabila terjadi musim kemarau yang menyebabkan air sungai tidak mampu memenuhi kebutuhan air untuk domestik maka akan dibuat sumur bor pada emplacement yang selanjutnya akan dipompa ke instalasi pengolahan air (water treatment) dan akan didistribusikan untuk keperluan domestik dan perkekbunan.

Gambar 2.2a. Diagram Proses Pengolahan Air Bersih

Untuk mengatur tingkat keasaman air dilakukan dengan cara pemberian kapur dan/atau tawas, selanjutnya untuk membantu percepatan proses reaksi dilakukan pengadukan kemudian pada bak pengendap air didiamkan

10, 00 PIPA DIAMETER 8m 2,50 PENYANGGA 0,00 GENSET Kapur/tawas

Air Baku Pengadukan Bak Pengendap

Filtrasi

digunakan media pasir, kerikil, arang dan ijuk. Proses filtrasi ini bertujuan mendapatkan kualitas air yang lebih jernih selanjutnya ditampung pada bak penampung air bersih yang akan didistribusikan melalui pipa-pipa penyalur. Untuk memenuhi kebutuhan air minum, akan bekerjasama dengan depot pengisian air minum yang akan menyuplai untuk kegiatan operasional karyawan.

 Sarana Bahan bakar Minyak dan Pelumas

Jenis bahan bakar yang banyak digunakan adalah solar. Rencana kebutuhan bahan bakar minyak dan pelumas untuk PT. PRIMA ALUMGA disajikan pada Tabel 2.8. berikut.

Tabel 2.8. Rencana Alat, Jumlah Kebutuhan Bahan Bakar dan Jumlah Kebutuhan Minyak Pelumas

No Jenis Alat Tipe Jumlah

(Unit) Kebutuhan Bahan Bakar Minyak Kebutuhan Minyak Pelumas Liter/ jam Liter/ hari* Liter/ Bulan** Liter/ jam Liter/ hari* Liter/ Bulan** A. Alat-alat berat 1. Dozer 200 HP 3 26,70 560,7 43734,6 0,55 11,55 900,9 2. Grader 130 HP 2 15,80 221,2 11502,4 0,37 5,18 269,36 3. Excavator 118 HP 1 26,70 186,9 4859,4 0,55 3,85 100,1 4. Loader 170 HP 1 21,10 147,7 3840,2 0,32 2,24 58,24 5. Compactor 223 HP 1 9,18 64,26 1670,76 0,29 2,03 52,78 6. Chainsaw - 14 2 140 36400 26,9 6994 7. Trailer - 2 10,00 140 7280 0,3 4,2 218,4 8. Wheel Tractor - 4 6,00 168 17472 0,24 6,72 698,88 B. Kendaraan Kebun 1. Mitsubitshi Estrada - 4 6,00 126 9828 0,1 2,1 163,8 2. Sepeda Motor - 10 3,00 168 34944 0,05 2,8 582,4 3. Dump Truck 284 HP 10 14,50 1015 263900 0,24 16,8 4368 4. Truck Stone - 6 6,00 252 39312 0,24 10,08 1572,48 5. Minibus - 2 6,00 84 4368 0,22 3,08 160,16 C. Alat / Kendaraan PMK 1. Kendaraan PMK - 1 6 42 1092 0,23 1,61 41,86 2. Truck - 8 6 252 39312 0,24 10,08 1572,48 T O T A L 164,9 8 3567,7 6 519515, 4 3,94 109,22 17753,84

Sumber : PT.Prima Alumga, 2011

Keterangan : *= 7 jam per hari * * = 26 hari kerja per bulan

Dalam operasional perkebunan kelapa sawit ini pelumas digunakan untuk pemeliharaan peralatan mesin operasional. Untuk penanganan tumpahan atau ceceran oli, maka PT. PRIMA ALUMGA akan mengikuti Standar

Operational Procedur (SOP) sesuai dengan Keputusan Kepala Bapedal

nomor 255/Bapedal/09/1996. Mengingat oli bekas masih memiliki nilai jual, maka setelah oli bekas tersebut dikumpulkan, kemudian diangkut ke perusahaan pengumpul oli bekas yang izinnya dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup atas rekomendasi Pemerintah Kabupaten Mesuji. Jika dilakukan penyimpanan sementara limbah B3, maka harus

Keterangan :

A Drum bekas oli tidak layak pakai (kosong) B Drum bekas oli layak pakai (kosong) C Kemasan kaleng ex. Bahan Kimia D Kemasan plastik ex. Bahan Kimia E Batteray bekas

F Cardtridge, Majun bekas,Hyd hose , sarung tangan bekas dll. G Drum penampung oli bekas

H APAR ( Powder 2 kg )

TAMPAK DEPAN TAMPAK SAMPING

DENAH C D E F A B G 8 m 8,3 m 1,2 m 2,5 m 1,5 m 3,5 m 7 m 8,3 m H pintu 1,2 m x 2 m pintu 1,2 m x 2 m 6 m 6 m 4 m 1,5 m tanggul penahan ceceran oli 0,2 m x 0, 2 m 0,5 m 0,5 m bak penampung ceceran oli Ventilasi kawat harmonika 1" x 1" Atap seng Atap seng Dinding pasangan batu bata Dinding pasangan

batu bata lantai cor

pallet kayu 0,25 m x 0,025m x 4 m

tentang tata cara dan persyaratan teknis penyimpanan dan pengumpulan limbah bahan berbahaya dan beracun, dan Permen LH No. 30 tahun 2009 tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun serta pengawasan pemulihan akibat pencemaran limbah B3 oleh Pemerintah Daerah.

Limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan ini antara lain Oli Bekas, accu bekas, kemasan bekas dari oli dan pestisida. Penyimpanan limbah B3 dilakukan sebelum limbah B3 tersebut diolah/diserahkan pada pihak ketiga dengan segera. Kegiatan penyimpanan limbah B3 dimaksudkan untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindarkan. Untuk meningkatkan pengamanannya, maka sebelum dilakukan penyimpanan limbah B3 harus terlebih dahulu dikemas. Mengingat keragaman karakteristik limbah B3, maka dalam pengemasannya perlu pula diatur tata cara yang tepat sehingga dapat disimpan dengan aman. Design Tempat Penampungan Sementara Limbah B3/Oli Bekas Gambar 2.2b. berikut.

Gambar 2.2b. Design Tempat Penampungan Sementara Limbah B3

Mengingat oli bekas masih memiliki nilai jual, maka setelah oli bekas tersebut dikumpulkan, kemudian diangkut ke perusahaan pengumpul oli bekas yang telah memeliki izin dari Kementerian Lingkungan Hidup.

Gambar 2.3. Lay Out Area Penyimpanan BBM

d. Pembuatan Drainase

Saluran air (drainase) dimaksudkan untuk mengendalikan tata air dalam areal perkebunan. Metode pengendalian tata air yang umum digunakan yaitu irigasi dan drainase. Irigasi merupakan usaha untuk menambah air ke dalam areal perkebunan, sedangkan drainase kebalikannya.

Untuk mencegah timbulnnya kerancuan dalam tatanama sistem drainase, berikut dijelaskan tipe dan ukuran saluran.

a) Drainase lapangan (field drains; secara salah kaprah disebut parit tersier)  Berfungsi menyekap air yang ada dan/atau mengalirkannya di

permukaan tanah

 Dalam keadaan tertentu berfungsi menurunkan permukaan air tanah  Merupakan parit buatan

b) Drainase pengumpul (collection drains; secara salah kaprah disebut parit sekunder)

 Berfungsi mengumpulkan air dari suatu areal tertentu dan mengalirkannya ke pembuangan

 Merupakan buatan manusia dan dapat berbentuk saluran (parit), kolam, waduk dan lainnya

 Dapat juga berupa teras bersambung dan benteng, dimana bentuk pengumpulannya berdiri sendiri dan pembuangannya melalui peresapan tanah

c) Drainase pembuangan (outlet drains; secara salah kaprah disebut parit primer)

 Berfungsi mengeluarkan air dari suatu areal tertentu

 Umumnya memanfaatkan kondisi alam yang ada, seperti sungai, jurang, dan lainnya

 Jika tidak dapat memanfaatkan kondisi alam, juga dapat berupa saluran buatan (kanal), sistem pompa, dan lain-lain

Tabel 2.9. Tipe dan Ukuran saluran air Tipe drainase Lebar Atas

(m) Lebar Bawah (m) Kedalaman (m) Lapangan 1,0 0,3 0 – 1,10 Pengumpul 2,0 – 2,5 0,5 1,25 – 1,75 Pembuangan 3,0 – 3,5 1,0 2,0 – 2,5 Sumber : Pahan, 2006

e.

Konservasi Tanah dan Air

Model kegiatan konservasi tanah dan air yang akan dilakukan adalah :  Konservasi Tanah Secara Biologi

Pengawetan tanah secara biologi yang umum dilakukan adalah dengan menanam tanaman penutup tanah (TPT : legume cover crop = LCC), segera setelah pembukaan lahan dan sebelum penanaman kelapa sawit. Tujuan dari penanaman LCC ini untuk menekan pertumbuhan gulma, mengurangi erosi tanah, menjaga kelembaban, dan penambah bahan organik. Tanaman penutup tanah di tanam pada areal yang sudah di land clearing diantara jalur penimbunan (perumpukan) kayu.

Jenis tanaman penutup tanah yang ditanam adalah Pueraria javanica (PJ),

Centrocema pubescens (CP) dan Calopogonium muconoides (CM).

Perbandingan jumlah benih antara ketiga jenis kacangan tersebut di atas adalah 1 : 4 : 5, dan jumlah totalnya berkisar antara 12 – 16 Kg.

f.

Penataan Blok Kebun

Kegiatan penataan blok kebun dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan perkebunan serta untuk megefektifkan pengelolaannya. Penataan blok kebun ini disesuaikan dengan kondisi topografi dan efisiensi pengelolaan areal. Luas afdeling yang yang direncanakan untuk lahan datar hingga landai adalah berkisar 500 ha, dalam afdeling ini ditata blok-blok dengan luas 25 ha (500 x 500 m). Sedangkan luas blok untuk lahan dengan topografi bergelombang atau berbukit adalah 16 ha (400 x 400 m). Pembagian blok kebun ini penting dilakukan sebagai satuan luas administrasi dan semua pekerjaan akan diperhitungkan dalam satuan blok demi blok.

Dalam dokumen Andal Pt. Prima Alumga lampung (Halaman 28-39)