• Tidak ada hasil yang ditemukan

Andal Pt. Prima Alumga lampung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Andal Pt. Prima Alumga lampung"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

Ruko Sentra Eropa Blok AA 1B No. 1 Balikpapan 76100 Telp : 0542 – 876938/876943 Fax : 0542 – 876942

Kalimantan Timur - Indonesia

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

(ANDAL)

KEGIATAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN

PABRIK MINYAK SAWIT

KAPASITAS 45 TON TBS/JAM

SURAT KEPUTUSAN BUPATI MESUJI TENTANG

IZIN LOKASI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

NOMOR : B/11/I.02/HK/MSJ/2010 Luas 10.252,43Ha

LOKASI :

KAMPUNG SUNGAI CAMBAI DAN SUNGAI SIDANG

KECAMATAN MESUJI TIMUR DAN RAWAJITU UTARA

KABUPATEN MESUJI - PROVINSI LAMPUNG

(2)

KATA PENGANTAR

PT. PRIMA ALUMGA akan melakukan pembangunan perkebunan kelapa sawit

dengan izin lokasi melalui Keputusan Bupati Mesuji Nomor : B/11/I.02/HK/MSJ/2010 seluas 10.252,43 ha yang terletak di Kampung Sungai Cambai Kecamatan Mesuji Timur dan Kampung Sungai Sidang Kecamatan Rawa Jitu Utara Kabupaten Mesuji. Dari rencana kegiatan usaha ini berpotensi menimbulkan dampak terhadap komponen-komponen lingkungan terhadap komponen geo-fisik-kimia, biologi, sosial ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat.

Penyusunan dokumen Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Pembangunan Perkebunan Kelapa sawit dan Pabrik Minyak Sawit PT. PRIMA ALUMGA didasarkan pada : Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2012 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

Sistematika penyusunan ANDAL pembangunan perkebunan kelapa sawit dan pabrik minyak sawit PT. PRIMA ALUMGA didasarkan atas Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 08 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Mengenai Analisis Dampak Lingkungan Hidup.

Terimakasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan hingga disahkan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) ini.

Mesuji, Maret 2013

PT. PRIMA ALUMGA

PK. Venugopal

(3)

DAFTAR ISI

Hal.

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR GAMBAR PETA ... xi I. PENDAHULUAN ... I-1

1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Tujuan Kegiatan... I-2 1.3. Peraturan... I-2

II. RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN ... II-1

2.1. PEMRAKARSA ... II-1 2.2. TIM AHLI PENYUSUN DOKUMEN AMDAL ... II-1 2.3. LINGKUP RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG AKAN

DITELAAH ... II-1 2.3.1. Status dan Lingkup Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Akan

Ditelaah ... II-3 2.3.2. Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Penyebab Dampak ... II-9 2.3.3. Alternatif-alternatif yang Akan Dikaji Dalam AMDAL... II-53 2.3.4. Kegiatan-Kegiatan yang Ada Di Sekitar Rencana Lokasi Kegiatan

Serta Dampak-Dampaknya Terhadap Lingkungan Hidup ... II-53

III. RONA LINGKUNGAN HIDUP ... III-1

3.1. KOMPONEN GEOFISIK KIMIA ... III-1 3.1.1. Iklim Wilayah ... III-1 3.1.2. Kualitas Udara dan Kebisingan ... III-2 3.1.3. Topografi dan Kelerangan ... III-3 3.1.4. Geologi ... III-3 3.1.5. Tanah ... III-7 3.1.6. Hidrologi ... III-11 3.2. KOMPONEN BIOLOGI ... III-15 3.2.1. Biota Darat ... III-15 3.2.2. Biota Perairan ... III-17 3.3. KOMPONEN SOSIAL, EKONOMI DAN BUDAYA ... III-19

(4)

4.1. PELINGKUPAN... ... IV-1 A. Identifikasi Dampak Potensial ... IV-1 B. Evaluasi Dampak Potensial ... IV-9 C. Klasifikasi dan Prioritas Dampak Penting ... IV-24 4.2. HASIL PROSES PELINGKUPAN ... IV-25 a. Dampak Penting Hipotetik ... IV-25 b. Lingkup Wilayah Studi ... IV-28 c. Batas Waktu Kajian ... IV-29

V. PRAKIRAAN BESARAN DAMPAK PENTING ... V-1

5.1. PRAKIRAAN BESARAN DAMPAK PENTING ... V-1 A. Komponen Fisik Kimia ... V-3 B. Biologi ... V-10 C. Sosial, Ekonomi dan Budaya ... V-12 D. Kesehatan Masyarakat ... V-18 5.2. PRAKIRAAN SIFAT PENTING DAMPAK ... V-21

VI. EVALUASI DAMPAK PENTING ... VI-1

6.1. TELAAHAN TERHADAP DAMPAK PENTING ... VI-1 6.2. PEMILIHAN ALTERNATIF TERBAIK ... VI-9 6.3. TELAAHAN SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN ... VI-9 6.4. REKOMENDASI PENILAIAN KELAYAKAN LINGKUNGAN ... VI-12

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Peraturan Perundang-Undangan Yang Terkait Dengan Rencana

Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak Sawit ... I-5 Tabel 2.1. Jadwal Kegiatan Pembangunan dan Operasional Perkebunan

Kelapa Sawit PT. PRIMA ALUMGA ... II-2 Tabel 2.2. Letak dan Batas Areal Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak

Sawit PT. PRIMA ALUMGA ... II-6 Tabel 2.3. Rencana Alat Berat dan Kendaraan Operasional Yang Akan Digunakan II-7 Tabel 2.4. Rencana Luas Areal Tanam per Tahun ... II-11 Tabel 2.5. Komposisi Tenaga Kerja yang Akan Digunakan Dalam

Pembukaan Lahan/Penyiapan Areal Tanam ... II-12 Tabel 2.6. Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk Kegiatan Fasilitas Penunjang ... II-13 Tabel 2.7. Rencana Bangunan Emplacement Kebun PT. PRIMA ALUMGA ... II-13 Tabel 2.8. Rencana Alat, Jumlah Kebutuhan Bahan Bakar dan Jumlah Kebutuhan

Minyak Pelumas ... II-16 Tabel 2.9. Tipe dan Ukuran saluran air ... II-19 Tabel 2.10 Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk Kegiatan Penyiapan Lahan pada

Lokasi Pembibitan ... II-22 Tabel 2.11. Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk Kegiatan Persemaian ... II-22 Tabel 2.12. Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk Kegiatan Pembibitan ... II-23 Tabel 2.13. Jumlah Penyediaan Bibit Tanaman Kelapa Sawit PT. PRIMA ALUMGA

Setiap Tahun ... II-24 Tabel 2.14. Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk Kegiatan Penanaman ... II-24 Tabel 2.15. Jenis dan Dosis Intektisida, Fungisida dan Herbisida yang Digunakan

Untuk Pengendalian Hama Penyakit pada TBM ... II-26 Tabel 2.16. Dosis Pemupukan TBM Kelapa Sawit Menurut Umur Tanaman ... II-26 Tabel 2.17. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Untuk Kegiatan Pembersihan

Lahan ... II-33 Tabel 2.18. Spesifikasi Teknis Kolam Limbah dan Lama Waktu Tinggal ... II-35 Tabel 2.19. Kematangan Buah Berdasarkan Jumlah Brondolan Yang Jatuh ... II-37 Tabel 2.20. Potensi Produksi TBS Per Tahun Berdasarkan Umur Tanaman ... II-37 Tabel 2.21. Rencana Kebutuhan Pekerja Panen Per Tahun ... II-38 Tabel 2.22. Potensi Produksi CPO dan PKO Pabrik Minyak Sawit

PT. PRIMA ALUMGA ... II-47 Tabel 2.23. Kualitas Air Limbah PMS dari 28 PMS Milik PTP ... II-48 Tabel 2.24. Kualitas Air Limbah PMS Sebelum dan Sesudah IPAL dengan

(6)

Tabel 2.26. Prediksi Beban Pencemaran Kualitas Air Limbah PMS Dengan

WPH 75 hari ... II-49 Tabel 2.27. Kadar Hara Air limbah Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit ... II-52 Tabel 2.28. Dosis Pupuk pada Tanaman Menghasilkan (TM) ... II-55 Tabel 2.29. Jenis dan Dosis Insektisida, Fungisida dan Herbisida Yang Digunakan

Untuk Pengendalian Hama Penyakit pada TM ... II-56 Tabel 2.30. Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk Kegiatan Pemeliharaan

Tanaman Menghasilkan ... II-57 Tabel 2.31. Rencana Pelaksanaan Peremajaan Tanaman ... II-57 Tabel 3.1. Data dan Karakteristik Iklim di Wilayah Studi ... III-1 Tabel 3.2. Hasil Analisis Kualitas Udara di Sekitar Lokasi Studi ... III-2 Tabel 3.3. Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit PT. PRIMA ALUMGA Berdasarkan

Kelas Lereng ... III-3 Tabel 3.4. Formasi Geologi Yang Terdapat di areal PT. PRIMA ALUMGA ... III-3 Tabel 3.5. Jenis Tanah yang Terdapat di Areal Studi ... III-7 Tabel 3.6. Hasil Analisis Tanah di Areal Studi ... III-7 Tabel 3.7. Status Kesuburan Tanah pada Areal Studi ... III-8 Tabel 3.8. Hasil Prediksi Laju Erosi Tanah di Areal Studi ... III-9 Tabel 3.9. Debit Sesaat Aliran Permukaan Sungai di Areal PT. PRIMA ALUMGA ... III-11 Tabel 3.10. Hasil Analisis Kualitas Air Sungai Di Wilayah Studi ... III-13 Tabel 3.11. Jenis Jenis Vegetasi Yang Ada di Sekitar Areal Studi ... III-16 Tabel 3.12. Jenis-jenis Satwa Liar di Sekitar Wilayah Studi ... III-16 Tabel 3.13. Jenis-Jenis Ikan yang Ditemukan di Perairan Studi ... III-17 Tabel 3.14. Hasil Analisisi Plankton ... III-17 Tabel 3.15. Hasil Analisa Benthos di Wilayah Perairan Studi ... III-19 Tabel 3.16. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kampung Studi ... III-20 Tabel 3.17. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur pada Tingkat

Kecamatan ... III-20 Tabel 3.18. Bentuk Tatanan Sosial Masyarakat di Kampung Studi ... III-21 Tabel 3.19. Potret Proses Sosial pada Kampung Studi ... III-22 Tabel 3.20. Hubungan Sosial Masyarakat pada Kampung Studi ... III-22 Tabel 3.21. Bentuk Proses Sosial di Kampung Studi ... III-23 Tabel 3.22. Potret Pola Hidup Bersih dan Sehat Masyarakat Kampung Studi ... III-24 Tabel 3.23. Jenis Penyakit Yang Sering Diderita oleh Masyarakat Sekitar Areal

Kerja PT. PRIMA ALUMGA ... III-25 Tabel 3.24. Banyaknya Sarana Kesehatan Di Wilayah Studi ... III-25 Tabel 4.1. Matrik identifikasi dampak potensial ... IV-8

(7)

Tabel 4.2. Matrik Evaluasi Dampak Potensial ... IV-22 Tabel 4.3. Batas Waktu Kajian Perubahan ... IV-29 Tabel 5.1. Skala Kualitas Lingkungan ... V-1 Tabel 5.2. Besaran Dampak Lingkugan ... V-1 Tabel 5.3. Matriks Prakiraan Besaran Dampak ... V-20 Tabel 5.4. Matriks Sifat Penting Dampak ... V-22 Tabel 6.1. Matriks Evaluasi Dampak ... VI-5

(8)

Halaman Gambar 2.1. Desain Cerobong dan Ruang Genset ... II-13 Gambar 2.2a. Diagram Proses Pengolahan Air Bersih ... II-13 Gambar 2.2b. Design Tempat Penampungan Sementara Limbah B3 ... II-15 Gambar 2.3. Lay Out Area Penyimpanan BBM ... II-16 Gambar 2.4. Struktur Organisasi ... II-27 Gambar 2.5. Lay Out PKS ... II-30 Gambar 2.6. Desain Instalasi Pegolahan Air Limbah (IPAL) ... II-32 Gambar 2.7. Diagram Alir Proses Pengolahan KS ... II-39 Gambar 2.8. Material Balance ... II-40 Gambar 2.9. Fraksional Hasil Pengolahan Tandan Buah Segar ... II-41 Gambar 2.10. Diagram Skematis Land Application ... II-47 Gambar 2.11. Desain Land Application System Flat Bad ... II-48 Gambar 2.12. Desain Land Application System Piping ... II-49 Gambar 4.1. Diagram Alir Dampak Penting Hipotetik Yang Akan Ditelaah ... IV-22

DAFTAR GAMBAR PETA

Halaman Gambar Peta 2.1. Peta Lokasi ... II-4 Gambar Peta 2.2. Peta Penataan Blok Kebun / Afdeling ... II-16 Gambar Peta 2.3. Peta Kegiatan Lain Di Sekitar Areal ... II-53 Gambar Peta 3.1. Peta Topografi ... III-4 Gambar Peta 3.2. Peta Kelas Lerang ... III-5 Gambar Peta 3.3. Peta Geologi ... III-6 Gambar Peta 3.4. Peta Jenis Tanah ... III-10 Gambar Peta 3.5. Peta Hidrologi ... II-12

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Areal perkebunan kelapa sawit PT. PRIMA ALUMGA diperoleh melalui pelepasan hak guna usaha dari PT. SAC Nusantara atas Sertifikat HGU Nomor 24 tanggal 15 Desember 1995 seluas 3.881,92 ha dan Sertifikat HGU Nomor 35 tanggal 29 Juli 1996 seluas 6.370,51 ha. Kedua areal HGU PT. SAC Nusantara tersebut telah memiliki dokumen lingkungan hidup yakni dokumen Penyajian Informasi Lingkungan (PIL) yang disahkan pada tanggal 8 November 1993.

Terbentuknya Kabupaten Mesuji berdasarkan Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Mesuji di Provinsi Lampung dan diringi dengan terbitnya Keputusan Bupati Mesuji Nomor: B/11/I.02/HK/MSJ/2010 tanggal 15 Pebruari 2010 tentang Pemberian Izin Lokasi Perkebunan Kepada PT. PRIMA ALUMGA untuk perkebunan kelapa sawit yang terletak di Kampung Sungai Cambai Kecamatan Mesuji Timur dan Kampung Sungai Sidang Kecamatan Rawa Jitu Utara Kabaputen Mesuji dengan luas 10.252,43 ha, serta dengan adanya surat dari Bupati Mesuji Nomor: 800/466/III.06/MSJ/2010 tanggal 12 April 2010 tentang Penertiban Dokumen Lingkungan.

Atas arahan dan dukungan dari Pemerintah Provinsi Lampung dan Pemerintah Kabupaten Mesuji, PT. PRIMA ALUMGA berupaya turut berpartisipasi aktif dalam pembangunan wilayah pada umunya dan khusunya pada sektor perkebunan kelapa sawit.

Kabupaten Mesuji sangat potensial untuk terus dikembangkan menjadi salah satu kawasan industri perkebunan di Provinsi Lampung karena letaknya strategis sebagai pintu gerbang Lampung yang berbatasan langsung dengan 3 (tiga) kabupaten/kota, penduduknya sebagian besar bekerja di bidang pertanian dan perkebunan. Peranan sektor pertanian dan perkebunan dalam perekonomian Kabupaten Mesuji diprakirakan akan terus berkembang dan dominan perannya dalam pembangunan daerah. Optimisme ini didukung oleh data luas lahan perkebunan di Kabupaten Mesuji pada tahun 2010 yaitu areal perkebunan kelapa sawit berada diurutan kedua (luas 17.164,75 ha) setelah luas areal perkebunan karet (seluas 18.172,00 ha), selanjutnya diikuti oleh komodi kelapa dalam, kopi dan karet.

Berdasarkan hal tersebut Pemerintah Daerah Kabupaten Mesuji menyambut baik maksud PT. PRIMA ALUMGA (PA) untuk mengembangkan usaha di bidang perkebunan dengan membangun perkebunan kelapa sawit yang akan dilengkapi dengan pabrik minyak sawit. Kehadiran PT. PRIMA ALUMGA sebagai salah satu investor pada usaha perkebunan kelapa sawit diharapkan dapat memanfaatkan sebagian lahan yang tersedia tersebut menjadi areal yang produktif, yang tentunya akan menghidupkan sektor kegiatan hilir dan hulu yang terkait. Namun beroperasinya kegiatan perkebunan kelapa sawit PT. PRIMA ALUMGA yang memerlukan areal cukup luas serta menyerap tenaga kerja yang banyak, dapat dipastikan berpotensi menimbulkan gangguan terhadap kelestarian ekologi serta berpotensi menimbulkan permasalahan ketenagakerjaan, konflik sosial-budaya, dan lain-lain. Di samping itu tentu saja dampak positif yang ditimbulkannya seperti pendapatan masyarakat, pembukaan lapangan kerja dan sebagainya.

(10)

Selaras dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dijelaskan bahwa “setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki Amdal. Penerapan tentang pasal tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan. Adapun jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2012 salah satu jenis usaha dan/atau kegiatan pada sektor pertanian yang wajib AMDAL adalah budidaya tanaman perkebunan tahunan dengan atau tanpa unit pengolahannya dengan luas lebih besar/sama dengan 3.000 ha.

Sehubungan dengan itu dalam rangka melaksanakan pembangunan perkebunan yang berwawasan lingkungan, pihak perusahaan membuat studi AMDAL sebagai kajian untuk mengidentifikasi dampak yang timbul, mengevaluasi dampak penting, dan merumuskan rencana pengelolaan lingkungan dan rencana pemantauannya. Sebagai langkah awal dalam penyusunan studi AMDAL perlu disusun Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL).

1.2. Tujuan Kegiatan

Tujuan perkebunan kelapa sawit dan pabrik minyak sawit PT. PRIMA ALUMGA, adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan pendapatan perusahaan dari keuntungan usaha perkebunan kelapa sawit pengembangan usaha dalam skala besar pada masa mendatang. b. Mendukung dan menumbuhkembangkan produktivitas lahan perkebunan dan

pabrik minyak sawit di Kabupaten Mesuji.

c. Mengisi permintaan akan kebutuhan minyak nabati sesuai dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk, baik nasional maupun internasional. d. Menampung tenaga kerja dari masyarakat sekitar daerah pengembangan yang

berdampak meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam jangka panjang.

e. Memanfaatkan lahan kurang produktif yang luas di Kabupaten Mesuji menjadi lahan yang berpotensi dan produktif.

f. Meningkatkan devisa negara dari ekspor Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO) mengingat kebutuhan minyak sawit dunia maupun dosmetik belum terpenuhi setiap tahunnya.

g. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pajak seperti Pajak Bumi dan Bangunan dan lainnya.

h. Meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitar perkebunan kelapa sawit dan pabrik minyak sawit khususnya dan Kabupaten Mesuji pada umumnya.

i. Sebagai lokomotif penggerak usaha perkebunan kelapa sawit bagi masyarakat khususnya di wilayah Kabupaten Mesuji melalui transfer teknologi budidaya, pengetahuan bibit unggul, pemasaran hasil kebun kelapa sawit sehingga mengurangi sistem perladangan berpindah.

1.3. Peraturan

Peraturan perundangan yang menjadi dasar hukum dalam penyusunan AMDAL Rencana Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak Sawit PT. PRIMA ALUMGA Kabupaten Mesuji - Provinsi Lampung adalah:

(11)

No Peraturan Alasan Penggunaan

1.

Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria.

Undang-undang ini digunakan sebagai dasar dalam hal yang berkaitan dengan keagrariaan.

2.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun

1984 tentang Perindustrian.

Pembangunan industri berlandaskan demokrasi ekonomi, kepercayaan pada kemampuan dan kekuatan diri sendiri, serta manfaat pelestarian lingkungan hidup.

3.

Undang-Undang Republik Indonesia No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya berasaskan pelestarian kemampuan dan pemanfaatan sumber daya alam hayati dalam ekosistemnya secara serasi dan seimbang.

Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan tanggung jawab dan kewajiban pemerintah serta masyarakat.

4.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga kerja

Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan dalam bentuk uang sebagai pengganti sebagian dan penggantian penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, akit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.

5.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman.

Sistem budidaya tanaman adalahsystem pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya nabati melalui upaya manusia yangdengan modal, teknologi, dan sumberdayalainnya menghasilkan barang guna memenuhi kebutuhan manusia secara baik.

6.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

Penyelenggaraan kehutanan bertujuan untuk sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan, dengan menjamin keberadaan hutan dengan luasanyang cukup dan proporsional.

Mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi, fungsi lindung, dan fungsi produksi untuk manfaat lingkungan, sosial, budaya, serta ekonomi yang seimbang dan lestari.

7.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air.

Pengendalian daya rusak air adalah upaya untuk mencegah, menanggulangi, dan memulihkan kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh daya rusak air.

Sumber daya air dikelola secara menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

8.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18

Setiap pelaku usaha perkebunan wajib memelihara kelestarian fungsi lingkungan dan

(12)

No Peraturan Alasan Penggunaan

Perkebunan. fungsi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sebelum memperoleh izin usaha perkebunan perusahaan perkebunan wajib: membuat analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan.

9.

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.

Undang-undang ini digunakan sebagai pedoman dalam menentukan dampak perkebunan kelapa sawit terhadap perikanan.

10.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah.

Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah provinsi merupakan urusan dalam skala provinsi meliputi : perencanaan dan pengendalian pembangunan; perencanaan,

pemanfaatan dan pengawasan

tataruang; penyelengaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; penyediaan sarana dan prasarna umum; penanganan bidang kesehatan; penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumberdaya manusia potensial; penanggulangan masalah sosiallintas kabupaten/kota; pelayanan bidang ketenaga kerjaan lintas kabupaten/kota; fasilitas pengembangan koperasi usaha kecil dan menengah termasuk lintas kabupaten/kota; pengendalian lingkungan hidup; pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota; pelayanan kependudukan dan catatan sipil.

11.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana.

Diadikan rujukan dalam pembahasan pengelolaan lingkungan hidup terkait maslah bencanan banjir, longsor, dan lain-lain

12.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Tujuan penyelenggaraan penanaman modal, antara lain untuk: meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mendorong pengembangan akonomi kerakyatan, mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri dan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

13.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan:

(13)

No Peraturan Alasan Penggunaan

alam dan lingkungan buatan, terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, dan terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadaplingkungan akibat pemanfaatan ruang.

14.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah provinsi merupakan urusan dalam skala provinsi meliputi: perencanaan dan pengendalian pembangunan; perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tataruang; penyelengaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; penyediaan sarana dan prasarna umum; penanganan bidang kesehatan; penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumberdaya manusia potensial; penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota; pelayanan bidang ketenaga kerjaan lintas kabupaten/kota; fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk lintas kabupaten/kota; pengendalian lingkungan hidup; pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota; pelayanan kependudukan dan catatan sipil.

15.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

Undang-undang ini digunakan sebagai pedoman dalam pengelolaan sampah.

16.

Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten

Undang-undang ini digunakan sebagai dasar yang berkaitan dengan pembentukan Kabupaten Mesuji di Provinsi Lampung.

17. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2009 Tentang Pengesahan Stockholm Convention On Persistent Organic Pollutants (Konvensi Stockholm tentang Bahan Pencemar Organik Yang Persisten).

Undang-undang ini digunakan sebagai pedoman dalam pengelolaan bahan organik yang persisten

18.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Undang-undang ini digunakan sebagai pedoman dalam penentuan kondisi lalu lintas di sekitar proyek.

19.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 tahun 2009 tentang

Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Undang-undang ini digunakan setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki analisis dampak lingkungan hidup.

(14)

No Peraturan Alasan Penggunaan

Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

acuan bagi perusahaan ini dalam pengelolaan kesehatan dari dampak kegiatan perkebunan kelapa sawit.

21.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 2009 tentang

Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

Undang-undang ini digunakan sebagai pedoman dalam pembebasan lahan pangan.

B. Peraturan Pemerintah

No Peraturan Alasan Penggunaan

1.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan.

Tujuan perlindungan hutan adalah untuk menjaga kelestarian hutan agar dapat memenuhi fungsinya.

Untuk mencapai tujuan dilakukan segala usaha, kegiatan, tindakan untuk mencegah dan membatasi kerusakan-kerusakan hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta untuk mempertahankan dan menjaga hak-hak negara atas hutan dan hasil hutan.

2.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 35 Tahun 1991 tentang Sungai.

Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah air termasuk sumber daya alam non hayati yang terkandung di dalamnya serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.

Pengelolaan sungai bertujuan untuk mewujudkan kemanfaatan sungai yang menyeluruh, terpadu, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Sungai mempunyai fungsi serba guna bagi manusia dan makhluk lainnya. Sungai harus dilindungi dan dijaga kelestariannya, ditingkatkan fungsi dan kemanfaatannya dan dikendalikan daya rusak air terhadap lingkungannya.

3.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 44 Tahun 1995 tentang Pembenihan.

Peraturan ini diperlukan untuk memperhatikan aspek-aspek yang berkenaan dengan kegiatan perbenihan dalam rencana kegiatan perkebunan.

4.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa.

Peraturan ini diperlukan sebagai pedoman dalam pengawetan tumbuhan dan satwa.

5.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Peraturan ini diperlukan sebagai pedoman dalam pengelolaan limbah B3.

(15)

No Peraturan Alasan Penggunaan

Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

Pengendalian pencemaran udara meliputi pengendalian dari usaha dan/atau kegiatan sumber bergerak, sumber bergerak spesifik, sumber tidak bergerak spesifik yang dilakukan dengan upaya pengendalian sumber emisi dan/atau sumber gangguan yang bertujuan untuk mencegah turunnya mutu udara.

7.

Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 Tentang : Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

Peraturan ini diperlukan sebagai pedoman dalam pengelolaan limbah B3.

8.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa.

Pengendalian kerusakan tanah adalah upaya pencegahan dan penanggulangan kerusakan tanah serta pemulihan kondisi tanah. Peraturan Pemerintah ini bertujuan untuk mengendalikan kerusakan tanah untuk produksi biomassa.

9.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang

Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan Lahan.

Dampak lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan atau lahan adalah pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang berupa kerusakan dan atau pencemaran lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan atau lahan.

Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan atau lahan adalah ukuran batas perubahan sifat fisik dan atau hayati lingkungan hidup yang dapat ditenggang.

10.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air

dan Pengendalian Pencemaran Air.

Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya.

Pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air. Air limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair.

11.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan

Penatagunaan tanah berasaskan keterpaduan, berdayaguna dan berhasilguna, serasi, selaras, seimbang, berkelanjutan, keterbukaan, persamaan, keadilan dan perlindungan hukum.

(16)

No Peraturan Alasan Penggunaan

penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah bagi berbagai kebutuhan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah.

Penatagunaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota. 12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

Peraturan ini diperlukan sebagai pedoman dalam pembagian urusan atara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

13.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Lingkup Nasional.

Peraturan ini diperlukan untuk melakukan kajian bahwa rencana kegiatan sudah sesuai dengan tata ruang yang ada.

14.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan merupakan bagian studi kelayakan rencana usaha atau kegiatan dan hasil analisisnya digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan setiap usaha dan atau kegiatan.

C. Keputusan/Instruksi Presiden

No Peraturan Alasan Penggunaan

1.

Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 22 Tahun 1990 tentang Pengendalian Dampak Lingkungan.

Peraturan ini diperlukan sebagai dasar untuk mengelola dampak lingkungan di kawasan

rencana kegiatan perkebunan.

2.

Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

Perlindungan terhadap sepadan sungai dilakukan untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai. Sekurang-kurangnya 100 meter dari kiri kanan sungai besar dan 50 meter di kiri kanan anak sungai yang berada di luar permukiman. Untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 – 15 meter.

Perlindungan terhadap kawasan sekitar mata air dilakukan untuk melindungi mata air dari kegiatan

(17)

No Peraturan Alasan Penggunaan

kondisi fisik kawasan sekitarnya.

Kriteria kawasan sekitar mata air adalah sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air.

D. Peraturan Menteri

No Peraturan Alasan Penggunaan

1.

Peraturan Menteri Kesehatan No.

416/Menkes/PER/IX/19 90 tentang Syarat- syarat dan Pengawasan Kualitas Air.

Peraturan ini diperlukan sebagai syarat-syarat dan pengawasan kualitas air dalam pengelolaan lingkungan hidup akibat adanya rencana kegiatan

2. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor.627/Kpts- II/1998 tentang Ketentuan Penetapan Pembelian Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit Produksi Petani.

Petani adalah seluruh petani peserta pengembangan perkebunan pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) atau petani yang ikut dalam kemitraan usaha dengan perusahaan mitra.

Perusahaan adalah seluruh Badan Usaha yang melakukan kemitraan dengan petani. Petani menjual seluruh TBS kepada perusahaan dan perusahaan membeli seluruh TBS untuk diolah dan dipasarkan sesuai dengan perjanjian kerjasama.

3.

Peraturan Menteri Kesehatan No.

907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat- syarat dan Pengawasan Kualitas Air.

Peraturan ini diperlukan sebagai syarat-syarat dan pengawasan kualitas air dalam pengelolaan lingkungan hidup akibat adanya rencana kegiatan.

4.

Peraturan Menteri negara Lingkungan Hidup No. 8

Tahun 2006 tentang

Pedoman Penyusunan AMDAL.

Dokumen AMDAL meliputi: Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan, Analisis Dampak Lingkungan, Rencana Pengelolaan Lingkungan, Rencana Pemantauan Lingkungan, Ringkasan Eksekutif.

5.

Peraturan Menteri Pertanian No. 26 Tahun 2007 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan.

Izin Usaha Perkebunan adalah (IUP) adalah izin tertulis dari pejabat berwenang dan wajib dimiliki oleh perusahaan yang melakukan usaha budidaya perkebunan dan terintegrasi dengan usaha industri pengolahan hasil perkebunan. Jenis usaha perkebunan terdiri atas usaha budidaya tanaman perkebunan dan usaha industri pengolahan hasil perkebunan.

Usaha budidaya tanaman perkebunan yang luasnya 25 (dua puluh lima) hektar atau lebih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan memiliki unit pengolahan hasil perkebunan yang kapasitas olahnya sama atau melebihi kapasitas paling rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1), wajib memiliki Izin Usaha Perkebunan (IUP).

(18)

No Peraturan Alasan Penggunaan

luasnya 25 (dua puluh lima) hektar atau lebih sampai dengan luasan sebagaimana tercantum dalam Lampiran 2 Peraturan ini dan tidak memilliki unit pengolahan hasil perkebunan sampai dengan kapasitas paling rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1), wajib memiliki Izin Usaha Perkebunan untuk Pengolahan (IUP-B).

Usaha industri pengolahan hasil perkebunan dengan kapasitas olah sama atau melebihi kapasitas paling rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), wajib memiliki Izin Usaha Perkebunan untuk Pengolahan (IUP-P). Perusahaan perkebunan yang memiliki IUP atau IUP-B, wajib membangun kebun untuk masyarakat sekitar paling rendah seluas 20 % (dua puluh persen) dari total luas areal kebun yang diusahakan oleh perusahaan.

6. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P. 48 /Menhut-II/2008 tentang Pedoman Penanggulangan Konflik Antara Manusia dan Satwa Liar.

Peraturan ini diperlukan sebagai pedoman dalam mengatasi konflik antara manusia dengan satwa liar.

7.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

Peraturan ini diperlukan sebagai pedoman dalam pengelolaan limbah B3.

8.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun 2009 tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Serta

Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun oleh

Pemerintah Daerah.

Peraturan ini diperlukan sebagai pedoman dalam perizinan dan pengawasan terhadap pengelolaan limbah B3.

9.

Peraturan Menteri Negara LH Nomor 1 Tahun 2010 tentang Tata Laksana Pengendalian

Pencemaran Air.

Peraturan ini diperlukan sebagai pedoman dalam melaksanakan pengendalian pencemaran air.

(19)

E. Keputusan Menteri

No Peraturan Alasan Penggunaan

1.

Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/ 1988 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan untuk Udara Ambien di Lingkungan Pemukiman dan Perkebunan.

Peraturan ini diperlukan sebagai standar mutu lingkungan untuk udara ambien di lingkungan pemukiman dan perkebunan.

2.

Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.

301/Kpts-II/1991 tentang Satwa yang Dilindungi.

Peraturan ini diperlukan sebagai dasar untuk mengetahui jenis satwa yang perlu dilindungi.

3.

Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup No. 12/ MENLH/ X/95 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan.

Peraturan ini diperlukan sebagai baku mutu lingkungan.

4.

Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup No. 13/MENLH/ III/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.

Peraturan ini diperlukan sebagai standar mutu lingkungan untuk emisi sumber tidak bergerak.

5. Keputusan Menteri Kehutanan No. 260/KPTS-II/1995 tentang Petunjuk Usaha Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran Hutan.

Peraturan ini diperlukan sebagai dasar dalam usaha pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan di sekitar kawasan rencana kegiatan.

6.

Keputusan Menteri Kehutanan dan

Perkebunan No 602/Kpts-II/1998 Jo No. 622/Kpts-II/1999 tentang AMDAL, UKL dan UPL

Pembangunan Kehutanan dan Perkebunan.

Peraturan ini diperlukan sebagai dasar hukum pelaksanaan studi AMDAL.

7. Keputusan Menteri Pertanain No. KB.310/452 Tahun 1995 tentang Standarisasi Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit.

Peraturan ini diperlukan sebagai dasar dalam pedoman pengelolahan limbah industri kelapa sawit.

8.

Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup

Jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL (Ketetapan Pertama)

(20)

No Peraturan Alasan Penggunaan

tentang Jenis Rencana Usaha dan/ atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

merupakan salah satu jenis kegiatan pembangunan kehutanan dn perkebunan yang wajib AMDAL

10.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2003 Pedoman Teknis Pengkajian

Pemanfaatan Air Limbah Dari Industri Minyak Sawit Pada Tanah Di

Perkebunan Kelapa Sawit

Peraturan ini terkait dengan Land Application Pedoman Teknis Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah Dari Industri Minyak Sawit Pada Tanah Di Perkebunan Kelapa Sawit

11.

Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2003 Tentang Pedoman Syarat dan Tata Cara Perijinan Pemanfaatan Air Limbah Industri Minyak Sawit Pada Tanah Di Perkebunana Kelapa Sawit

Peraturan ini terkait dengan Tentang Pedoman Syarat dan Tata Cara Perijinan Pemanfaatan Air Limbah Industri Minyak Sawit Pada Tanah Di Perkebunana Kelapa Sawit

9. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 26/KPTS/HK.350/5/2007, tentang Pedoman Perijinan Usaha Perkebunan.

Peraturan ini diperlukan sebagai dasar dalam proses pengurusan perijinan usaha perkebunan.

F. Keputusan Direktur Jenderal

No Peraturan Alasan Penggunaan

1. Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan No. 38/KB.110/SK/ DJ.BUN/05/95 tentang Petunjuk Teknis Pembukaan Lahan Tanpa Pembakaran untuk Perkebunan.

Peraturan ini diperlukan sebagai dasar teknis pembukaan lahan tanpa pembakaran bagi usaha perkebunan.

G . Ke putus a n Ke pa l a Ba pe da l

No Peraturan Alasan Penggunaan

1.

Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. Kep-056 Tahun 1994 tentang Pedoman Ukuran Dampak

Peraturan ini diperlukan sebagai pedoman dasar dalam penentuan dampak penting berdasarkan 7 (tujuh) kriteria dampak penting.

(21)

No Peraturan Alasan Penggunaan

2.

Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. Kep-299/11/1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial dalam Penyusunan AMDAL.

Peraturan ini diperlukan sebagai pedoman teknis kajian aspek sosial dalam penyusunan AMDAL.

3.

Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. Kep-124/12/1997 tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan AMDAL.

Peraturan ini diperlukan sebagai pedoman dalam kajian aspek kesehatan masyarakat dalam penyusunan AMDAL.

4.

Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No 8 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan

Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL.

Peraturan ini digunakan untuk menjamin adanya informasi suatu rencana kegiatan terhadap masyarakat di sekitar lokasi kegiatan.

H. Perda, Surat Keputusan serta Instruksi Gubernur

No Peraturan Alasan Penggunaan

1.

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Lampung Nomor

G/625/B.VII/HK/1995 tentang Peruntukan Air Sungai di Provinsi Lampung.

Peraturan ini diperlukan sebagai dasar dalam pengelolaan dan pemantauan air sungai di sekitar dan dalam arael kegiatan perkebunan PT. PA. 2. Keputusan Gubernur Lampung Nomor 24 Tahun 2004 tentang Metode Pengambilan dan Metode Pengujian Kualitas Air Permukaan.

Peraturan ini diperlukan sebagai dasar dalam pengambilan dan pengujian kualitas air permukaan.

3.

Peraturan Gubernur Lampung Nomor 7 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan di Provinsi Lampung

Peraturan ini diperlukan sebagai dasar menentukan baku mutu lingkungan

4.

Perda Provinsi Lampung Nomor 11 tahun 2012 tentang pengelolaan kualitas air dan

pengendalian kualitas air

Perda ini diperlukan sebagai acuan dalam pengelolaan kualitas air dan pengendalian kualitas air.

(22)

2.1. PEMRAKARSA I. Identitas Pemrakarsa

• Nama Perusahaan : PT. PRIMA ALUMGA

• Alamat :

Pusat : Komplek Balikpapan Baru Blok AA 1B No. 1 Ruko Sentra Eropa Balikpapan, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur

Kantor Perwakilan : Jl. Lintas Timur Ruko No. 3 RT. 001 RW. 004 Kampung Dwi Warga Tunggal Jaya,

Kec. Banjar Agung, Tulang Bawang Lampung • Direktur Utama : PK. VENUGOPAL

• Jabatan : Direktur Utama

2.2. TIM AHLI PENYUSUN DOKUMEN AMDAL

Tim Ahli Tidak Tetap Penyusun Dokumen AMDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak Sawit yang dugaskan oleh PT. PRIMA ALUMGA adalah sebagai berikut:

Jabatan Dalam Tim Nama Lengkap Keahlian

Ketua Tim Andi Nurhayati, ST. - S1 Teknik Pertambangan - Sertifikat AMDAL Penyusun - Sertifikat Kompetensi Ketua Ketua Sub Tim Fisik –

Kimia Anggota

Ir. Darul Aksa, M.P.

Parasian Marpaung, SP.

- S2 Ilmu Tanah

- Sertifikat AMDAL A, B, C - Sertifikat Kompetensi Anggota - S1 Pertanian

- Sertifikat AMDAL A Ketua Sub Tim Biologi

Anggota

Stevy Franky, S. Hut. Ir. Hj.Hastaniah, M.P.

- S1 Kehutanan

- Sertifikat Kompetensi Anggota - S2 Kehutanan

- Sertifikat AMDAL A Ketua Sub Tim

Sosekbudkesmas Anggota

Mukmin Saleh, S. Sos.

Dra. Marisi Napitupulu, M.Si.

- S1 Ilmu Sosial

- Sertifikat AMDAL A dan B - Sertifikat Kompetensi Anggota - S2 Kesehatan Masyarakat Sumber : Tim Studi AMDAL PT. Prima Alumga, 2013

(23)

2.3. LINGKUP RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG AKAN DITELAAH

Di dalam pembangunan perkebunan dan pabrik minyak sawit yang akan dilakukan oleh PT. PRIMA ALUMGA akan meliputi berbagai rencana usaha atau tahapan kegiatan. Rencana usaha dan atau tahapan yang akan dilakukan ini ditinjau dari aspek lingkungan akan menimbulkan beberapa dampak baik dampak positif maupun dampak negatif.

Rencana dan kegiatan pembangunan perkebunan dan pabrik minyak sawit yang diprakirakan menimbulkan dampak komponen lingkungan hidup, baik dampak negatif maupun dampak positif, terkait erat dengan jadwal kegiatan yang akan berlangsung di perkebunan kelapa sawit seperti pada tabel 2.1 berikut ini :

Tabel. 2.1. Jadwal Kegiatan Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit PT. PRIMA

ALUMGA

No Uraian Tahun Ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10-29 30

1. TAHAP PRA KONSTRUKSI

a. Pengurusan Perijinan b. Sosialisasi/Konsultasi Public c. Pembebasan Lahan

2. TAHAP KONSTRUKSI

a. Mobilisasi Alat Berat, Material dan Tenaga Kerja

b. Pembukaan Lahan

c. Pembangunan Fasilitas Perusahaan dan Umum

d. Pembuatan Drainase e. Konservasi Tanah dan Air

f. Penataan Afdeling dan Blok Kebun g. Pengadaan Bibit dan Penanaman h. Penanaman

i. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

j. Pengadaan Tenaga Kerja

k. Pemberdayaan Masyarakat (CSR) l. Pembangunan Pabrik Minyak Sawit dan

(24)

3. TAHAP OPERASI

a. Pemanenan (TBS) b. Pengangkutan (TBS) c. Pengolahan TBS d. Pengolahan Limbah

e. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan

4. TAHAP PASCA OPERASI

a. Perpanjangan HGU Perkebunan b. Peremajaan Tanaman (Replanting)

2.3.1. Status dan Lingkup Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Akan Ditelaah a. Status Studi AMDAL

Pembangunan perkebunan kelapa sawit PT. PRIMA ALUMGA di Kampung Sungai Cambai Kecamatan Mesuji Timur dan Sungai Sidang Kecamatan Rawa Jitu Utara, Kabupaten Mesuji, didasarkan ataas izin lokasi Nomor : B/11/I.02/HK/MSJ/2010 seluas 10.252,43 ha.

Studi AMDAL ini dilakukan secara terintegrasi dengan kegiatan lainnya seperti studi kelayakan (kelayakan teknis, ekonomis dan sosial) sehingga diharapkan dengan studi yang terintegrasi ini akan memperdalam dan mempertajam kajian dalam studi AMDAL perkebunan dan pabrik minyak sawit PT. PRIMA ALUMGA.

Perlu diketahui bahwa PT. PRIMA ALUMGA adalah badan usaha perseroan yang merupakan perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

b. Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Dengan Rencana Tata Ruang Setempat

Berdasarkan UU 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Mesuji No. 6 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Mesuji Tahun 2011 - 2031, lokasi yang dicadangkan untuk areal perkebunan kelapa sawit PT. PRIMA ALUMGA adalah termasuk ke dalam Kawasan Budidaya Non Kehutanan / KBNK artinya lahan perkebunan tersebut sesuai dengan peruntukannya (Gambar Peta 2.1. Peta RTRWP).

Dengan demikian secara tata ruang lokasi yang dicadangkan untuk areal perkebunan kelapa sawit oleh PT. PRIMA ALUMGA adalah sesuai peruntukannya.

(25)
(26)

c. Keadaan Umum Areal

 Luas, Letak dan Batas Areal

Areal untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit dan pabrik minyak sawit PT. PRIMA ALUMGA secara rinci diuraikan pada Tabel 2. 2 dan pada Peta Lokasi pada Gambar Peta 2.2.

Tabel 2.2. Letak dan Batas Areal Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak Sawit PT. PRIMA ALUMGA

No Keadaan Wilayah Keterangan

1 Luas Areal Dicadangkan 10.252,43 Ha

2 Administrasi

• Kampung Sungai Cambai dan Sungai Sidang • Kecamatan Mesuji Timur dan Rawa Jitu Utara • Kabupaten Mesuji

• Provinsi Lampung

3 DAS/Sub.DAS Sungai Buaya, Sungai Sidang dan Sungai Mesuji

4 Batas-Batas Areal

• Utara Kampung Sungai Cambai, Wonosari dan Dwi Karya Mustika

• Timur Perkebunan

• Selatan Kabupaten Tulang Bawang • Barat Perkebunan

(27)
(28)

d. Rencana Pola Kemitraan

Model pembangunan perkebunan kelapa sawit yang akan dilaksanakan oleh PT. PRIMA ALUMGA adalah dengan pola kemitraan inti plasma yang melibatkan masyarakat setempat, dimana PT. PRIMA ALUMGA akan berperan sebagai inti dan masyarakat sebagai plasma.

Pola kemitraan kerja ini disesuaikan dengan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat. Secara detail akan disusun bersama dalam tim yang terdiri dari Dinas Perkebunan Kabupaten Mesuji, pihak Kecamatan dan pihak perusahaan dan nantinya akan dituangkan dalam Dokumen Kesepakatan yang disahkan oleh Notaris.

2.3.2. Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Penyebab Dampak

Rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan dan oprasional perkebunan kelapa sawit dan pabrik minyak sawit yang diprakirakan menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan hidup, baik dampak negatif maupun dampak positif, dikelompokkan dalam empat tahap kegiatan yaitu Tahap Pra Konstruksi, Tahap Konstruksi, Tahap Operasi dan Tahap Pasca Operasi.

1. TAHAP PRA KONSTRUKSI a. Perijinan

Untuk pembangunan dan operasional usaha perkebunan kelapa sawit dan pabrik minyak sawit PT. PRIMA ALUMGA, aspek perizinan (legalitas) sangat penting dalam rangka kelangsungan dan kelancaran usaha, oleh karena itu menjadi kewajiban PT. PRIMA ALUMGA untuk melengkapinya dan akan dilakukan secara bertahap sesuai perkembangan dari tahapan kegiatan perkebunan kelapa sawit ini.

Dalam proses penyusunan dokumen AMDAL, izin yang dijadikan dasar adalah Izin Lokasi Perkebunan Kelapa Sawit dari Bupati Mesuji Nomor : B/11/I.02/HK/MSJ/2010 seluas 10.252,43 ha.

b. Sosialisasi/Konsultasi Publik

Konsultasi Publik kepada masyarakat kampung sekitar telah dilakukan pada hari Sabtu tanggal 15 Desember 2012 bertempat di Hotel Grande Bandar Lampung Provinsi Lampung, yang dihadiri oleh perwakilan dari masyarakat sekitar, dalam rangka untuk memberikan penjelasan secara langsung dan transparan tentang latar belakang dilakukan dari rencana usaha dan/atau kegiatan, jenis-jenis dan tahap kegiatan, rencana teknis kegiatan, tujuan dan manfaat kegiatan, potensi-potensi dampak lingkungan hidup (positif dan negatif), serta bagaimana pengelolaan dan pemantauan dampaknya dalam rangka untuk meminimalkan dampak negatif dan mengoptimalkan dampak positif.

c. Pembebasan Lahan

Luas areal yang dicadangkan untuk perkebunan kelapa sawit PT. PRIMA ALUMGA adalah 10.252,43 ha. Bilamana dalam areal tersebut terdapat areal perladangan yang biasa dikelola dan/atau milik secara legal maupun adat oleh masyarakat sekitar, maka PT. PRIMA ALUMGA secara aktif akan melakukan pendekatan dan berkomunikasi (musayawarah untuk mufakat) dengan

(29)

permasalahan lahan. Model penyelesaian yang lazim ditempuh antara lain adalah dengan pembebasan lahan dan tanam tumbuh atau dengan melibatkan sebagai kebun plasma. Ini penting dilakukan untuk menghindari terjadinya keresahan sosial dan menghindari potensi konflik di tengah masyarakat.

Dalam pelaksanaanya nanti, atas permasalahan pembebasan lahan dan tanam tumbuh, pihak PT. PRIMA ALUMGA akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan tokoh masyarakat (adat) mulai dari tingkat kabupaten, kecamatan sampai kampung memperhatikan kearifan lokal masyarakat setempat.

2. TAHAP KONSTRUKSI

a.

Mobilisasi Alat Berat, Material dan Tenaga Kerja

Didalam menunjang kegiatan perkebunan kelapa sawit dan pabrik minyak sawit PT. PRIMA ALUMGA diperlukan alat-alat berat, material dan tenaga kerja. Rencana penggunaan alat berat dan kendaraan operasional disajikan pada

Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Rencana Alat Berat dan Kendaraan Operasional Yang Akan

Digunakan

No. Jenis Alat Type Jumlah (Unit)

1. Dozer 200 HP 3 2. Grader 130 HP 2 3. Excavator 118 HP 1 4. Loader 170 HP 1 5. Compactor 223 HP 1 6. Chainsaw - 14 7. Trailer - 2 8. Wheel Tractor - 4 9. Mitsubitshi Estrada 4

10. Sepeda Motor Honda 10

11. Dump Track - 10 12. Truck Stone - 6 13. Mini Bus - 2 14. Kendaraan PMK - 1 15. Truck - 8 Jumlah 69

Sumber : PT. Prima Alumga, 2011

Kegiatan pengangkutan alat berat direncanakan akan menggunakan jalan lintas kabupaten atau transportasi akan melalui jalan kabupaten (kecamatan/desa). Agar menjadi telaahan serta dikaji lebih konfrensif, mengingat dampak kerusakan jalan akibat mobilisasi peralatan dan material menjadi tanggung jawab pemrakarsa.

b. Pembukaan Lahan

Penyiapan lahan tanam dilakukan secara bertahap menyesuaikan jadwal penanaman kelapa sawit. Penyiapan areal penanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan pembersihan lahan (land clearing) dari vegetasi penutup, pembuatan terasiring dan penanaman tanaman penutup tanah (Land Cover Crop).

(30)

Kegiatan-kegiatan tersebut direncanakan akan dilaksanakan selama 3 tahun dengan luas areal efektif 7.537 ha (inti) dan 1.884 ha (plasma). Rencana luas areal tanam yang akan dipersiapkan untuk penanaman kelapa sawit per tahunnya disajikan pada Tabel 2.4. berikut.

Tabel 2.4. Rencana Luas Areal Tanam per Tahun

No. Tahun Tanam Luas (Ha)

A. Inti 2013-2014 2512.4 1. 2014-2015 2512.4 2. 2015-2016 2512.4 Total Inti 7.537 B. Plasma 2013-2014 628.1 1. 2014-2015 628.1 2. 2015-2016 628.1 Total Plasma 1.884

Total luas efektif 9.422

Sumber : PT. Prima Alumga, 2012

Pelaksanan pembersihan lahan (Land Clearing) mengacu Keputusan Direktorat Jenderal Perkebunan Nomor : 38/KB.110/SKI/DJ.BUN/05.95 tentang Petunjuk Teknis Pembukaan Lahan Tanpa Pembakaran.

Tahapan dalam kegiatan pembersihan lahan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

 Pekerjaan Mengimas

Kegiatan menebas dan menebang pohon yang berdiameter < 10 cm. Pekerjaan ini dilaksanakan secara manual dan dibuat sedemikian rupa sehingga imasan tandas ke permukaan tanah.

 Pekerjaan Menebang dan Menumbang

Kegiatan menebang dan menumbangkan pohon yang memiliki diameter > 10 cm yang dilaksanakan secara manual dengan menggunakan kapak dan atau gergaji rantai (chainsaw) yang akan dibantu tractor dan bulldozer untuk menumbangkan pohon. Penumbangan dimulai dari pinggir ke tengah berbentuk spiral dan pohon ditumbang ke arah luar agar tidak menghalangi jalannya tractor dan bulldozer, sedangkan memotong batang meliputi pekerjaan memotong batang-batang yang sudah tumbang, memotong tunggul dan membongkarnya.

 Pekerjaan Merumpuk

Kegiatan memotong batang pohon yang telah ditumbang menjadi 2 – 4 m panjangnya. Setelah pekerjaan cincang batang selesai maka batang dan ranting bekas tumpukan dikumpulkan (dirumpuk) dalam bentuk barisan arah utara – selatan dengan menggunakan alat berat berupa excavator atau bulldozer. Barisan rumpukan diatur sedemikian rupa, sehingga barisan rumpukan batang berada dalam barisan/gawangan mati pada saat dilakukan penanaman kelapa sawit. Diantara barisan rumpukan tersebut terdapat dua baris tanaman, sehingga tidak mengganggu aktivitas

(31)

Setelah kegiatan penyiapan areal tanaman selesai, selanjutnya dilakukan penanaman Land Cover Crop (LCC) dan penentuan titik tanam. Kegiatan penanaman LCC dilaksanakan pada 3 – 4 bulan sebelum penanaman kelapa sawit. Penanaman LCC tersebut bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma, mengurangi erosi tanah, menjaga kelembaban dan penambahan bahan organik.

Rencana jenis LCC yang akan ditanam yaitu Calopogonium caeruleum (CC),

Peuraria phaseolodies (PP), Peuraria javanica (PJ), Calopogonium muconoides (CM), Centrocema pubescens (CP) dan Mucuna cochinchinnensis (MC).

Penentuan titik tanam dilakukan dengan cara pemancangan. Jarak antar pancang merupakan jarak tanam yang menentukan jumlah populasi tanaman per hektar. Dalam hal ini rencana jarak tanam 9 m x 9 m x 9 m (segitiga sama sisi/pancang mata lima), sehingga jumlah populasi tanaman 138 pohon/ha. Kemudian dilanjutkan pembuatan lubang tanam pada titik pancang tersebut. Lubang tanam yang dibuat berukuran 60 cm x 60 cm dengan kedalaman 60 cm dan pada lubang tanam tersebut diberikan pupuk TSP sebanyak 0,5 kg/lubang. Dalam kegiatan ini diperlukan tenaga kerja manual yang cukup banyak, seperti disajikan pada Tabel 2.5. berikut.

Tabel 2.5. Komposisi Tenaga Kerja yang Akan Digunakan Dalam Pembukaan Lahan/Penyiapan Areal Tanam

No. Jenis Tenaga Kerja Jumlah (HOK/Ha)

1. Mandor 4

2. Survey 6

3. Babat – imas (manusia) 20

4. Tebang pohon (chainsaw) 16

5. Mencincang / merumpuk 18

6. Pembersihan tempat tanam 8

7. Membuat terasiring 24

8. Menanam kacangan (tugal) 10

9. Pemeliharaan LCC 20 10. Memupuk LCC 8 11. Mengukur 6 12. Membuat pancang 8 13. Memancang 4 14. Melubang 8

15. Memupuk lubang tanam Lain-lain 4

J u m l a h 164

Sumber : PT. Prima Alumga, 2011

c. Pembangunan Fasilitas Perusahaan dan Umum

Sarana prasarana penunjang yang akan dibangun seperti jalan, parit/drainase, emplasemen, sarana air bersih, serta sarana dan prasarana pendukung lainnya.

Pembuatan Jaringan Jalan Kebun

Jaringan jalan kebun ada 3 macam yakni jalan utama (main road), jalan pengumpul/koleksi (collection road) dan jalan panen (harvesting road).

(32)

⇒ Jalan Utama (Main Road)

Jalan utama ini dirancang untuk dapat dilalui kendaraan baik pada musim kering maupun musim hujan. Kebutuhan jalan utama adalah 10 meter / ha dengan lebar badan jalan 7 m dengan shoulder selebar 1 m di kiri dan kanan badan jalan. Badan jalan diperkeras dengan laterit dan bekas galian di kiri dan kanan jalan selebar 1 m selanjutnya akan berfungsi sebagai saluran drainase.

⇒ Jalan koleksi (collection road)

Jalan ini direncanakan sepanjang 25 meter / ha dengan lebar badan jalan 5 m dengan shoulder selebar 1 m di kiri dan kanan badan jalan. Badan jalan diperkeras dengan laterit dan bekas galian di kiri dan kanan jalan selebar 1 m selanjutnya akan berfungsi sebagai saluran drainase.

⇒ Jalan panen (harvesting road)

Merupakan jalan bagi tenaga kerja dalam mengangkut buah dari pohon ke TPH dan juga sebagai jalan bagi tenaga kerja dalam pelaksanaan pekerjaan penanaman dan perawatan tanaman. Panjang jalan panen adalah 55 meter/ha dengan lebar 1 – 2 meter searah baris tanaman (utara – selatan) dengan satu pada setiap gawangan.

Rencana kebutuhan tenaga kerja pada tahap pembersihan lahan rencana badan jalan kebun diuraikan secara rinci pada Tabel 2.6. berikut.

Tabel 2.6. Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk Kegiatan Fasilitas Penunjang

No. Jenis Tenaga Kerja Jumlah (HOK/ha)

1. Mandor 4

2. Survei 6

3. Babat – imas (manusia) 18

4. Tebang pohon (chain saw) 18

5. Mencincang / merumpuk 18

6. Pembersihan bakal jalan 12

7. Lain-lain 3

J u m l a h 79

Sumber : PT. Prima Alumga, 2011 Pembangunan Emplacement Kebun

 Bangunan perkantoran, perumahan dan sarana penunjang

Pembangunan sarana perkantoran, perumahan dan saran penunjang lainnya, direncanakan seperti pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7. Rencana Bangunan Emplacement Kebun PT. PRIMA ALUMGA

Tahun No. Jenis Bangunan Luas (Ha)

2013

1. Kantor estate I (utama) 0.06

2. Gudang material 0.004

3. Gudang pupuk 0.002

4. Poliklinik 0.007

(33)

Tahun No. Jenis Bangunan Luas (Ha)

7. Guest house 0.02

8. Mess Administratur 0.004

9. Mess Manager Kantor 0.003

10. Mess Asisten Kepala 0.005

11. Mess Ka. Tata Usaha 0.005

12. Mess Ka. Keuangan 0.003

13. Mess Ka. Fasilitas & Penyimpanan 0.005 14. Mess Ka. Sipil & Perawatan 0.005

15. Mess Assisten Afdeling 0.08

16. Mess Mandor 0.030

17. Mess Karyawan Tetap 0.020

18. Barak Sementara 0.14 19. Ruang Genset 0.005 2014 1. Kantor Estate 0.04 2. Garasi 0.006 3. Balai Karyawan 0.0012 4. Sarana Olahraga 0.0060

5. Mess Asisten Kepala 0.005

6. Mess Assisten Afdeling 0.010

7. Mess Mandor 0.030

8. Mess Karyawan Tetap 0.030

9. Barak Sementara 0.25 2015 1. Kantor Estate 0.03 2. Garasi 0.008 3. Balai Karyawan 0.010 4. Sarana Olahraga 0.0055

5. Mess Asisten Kepala 0.005

6. Mess Assisten Afdeling 0.010

7. Mess Mandor 0.030

8. Mess Karyawan Tetap 0.030

9. Barak Sementara 0.18

Jumlah 0,0927

Sumber : PT. Prima Alumga, 2011

 Sarana Listrik

Untuk menunjang operasional perkebunan kelapa sawit dan pabrik minyak sawit PT. PRIMA ALUMGA, suplai listrik akan digunakan mesin genset. Mesin genset akan ditempatkan pada bangunan berukuran 6 m x 12 m. Rencana kapasitas genset 250 kVA sebanyak 3 unit, masing-masing 1 unit untuk melayani 1 afdeling.

(34)

Gambar 2.1. Desain Cerobong dan Ruang Genset

 Sarana Air Bersih

Kebutuhan air bersih utuk domestik (perumahan karyawan dan lain-lain) diperkirakan sebanyak 40 m3/hari. Sedangkan kebutuhan air untuk keperluan pabrik diperkirakan sebanyak 1,5 m3 per ton TBS yang diolah, sehingga dengan kapasitas 45 ton TBS/jam, maka kebutuhan air untuk pabrik mencapai 67,5 m3/jam.

Kebutuhan air tersebut, rencana akan disuplai dari sungai Sidang. Apabila terjadi musim kemarau yang menyebabkan air sungai tidak mampu memenuhi kebutuhan air untuk domestik maka akan dibuat sumur bor pada emplacement yang selanjutnya akan dipompa ke instalasi pengolahan air (water treatment) dan akan didistribusikan untuk keperluan domestik dan perkekbunan.

Gambar 2.2a. Diagram Proses Pengolahan Air Bersih

Untuk mengatur tingkat keasaman air dilakukan dengan cara pemberian kapur dan/atau tawas, selanjutnya untuk membantu percepatan proses reaksi dilakukan pengadukan kemudian pada bak pengendap air didiamkan

10, 00 PIPA DIAMETER 8m 2,50 PENYANGGA 0,00 GENSET Kapur/tawas

Air Baku Pengadukan Bak Pengendap

Filtrasi

(35)

digunakan media pasir, kerikil, arang dan ijuk. Proses filtrasi ini bertujuan mendapatkan kualitas air yang lebih jernih selanjutnya ditampung pada bak penampung air bersih yang akan didistribusikan melalui pipa-pipa penyalur. Untuk memenuhi kebutuhan air minum, akan bekerjasama dengan depot pengisian air minum yang akan menyuplai untuk kegiatan operasional karyawan.

 Sarana Bahan bakar Minyak dan Pelumas

Jenis bahan bakar yang banyak digunakan adalah solar. Rencana kebutuhan bahan bakar minyak dan pelumas untuk PT. PRIMA ALUMGA disajikan pada Tabel 2.8. berikut.

Tabel 2.8. Rencana Alat, Jumlah Kebutuhan Bahan Bakar dan Jumlah Kebutuhan Minyak Pelumas

No Jenis Alat Tipe Jumlah

(Unit) Kebutuhan Bahan Bakar Minyak Kebutuhan Minyak Pelumas Liter/ jam Liter/ hari* Liter/ Bulan** Liter/ jam Liter/ hari* Liter/ Bulan** A. Alat-alat berat 1. Dozer 200 HP 3 26,70 560,7 43734,6 0,55 11,55 900,9 2. Grader 130 HP 2 15,80 221,2 11502,4 0,37 5,18 269,36 3. Excavator 118 HP 1 26,70 186,9 4859,4 0,55 3,85 100,1 4. Loader 170 HP 1 21,10 147,7 3840,2 0,32 2,24 58,24 5. Compactor 223 HP 1 9,18 64,26 1670,76 0,29 2,03 52,78 6. Chainsaw - 14 2 140 36400 26,9 6994 7. Trailer - 2 10,00 140 7280 0,3 4,2 218,4 8. Wheel Tractor - 4 6,00 168 17472 0,24 6,72 698,88 B. Kendaraan Kebun 1. Mitsubitshi Estrada - 4 6,00 126 9828 0,1 2,1 163,8 2. Sepeda Motor - 10 3,00 168 34944 0,05 2,8 582,4 3. Dump Truck 284 HP 10 14,50 1015 263900 0,24 16,8 4368 4. Truck Stone - 6 6,00 252 39312 0,24 10,08 1572,48 5. Minibus - 2 6,00 84 4368 0,22 3,08 160,16 C. Alat / Kendaraan PMK 1. Kendaraan PMK - 1 6 42 1092 0,23 1,61 41,86 2. Truck - 8 6 252 39312 0,24 10,08 1572,48 T O T A L 164,9 8 3567,7 6 519515, 4 3,94 109,22 17753,84

Sumber : PT.Prima Alumga, 2011

Keterangan : *= 7 jam per hari * * = 26 hari kerja per bulan

Dalam operasional perkebunan kelapa sawit ini pelumas digunakan untuk pemeliharaan peralatan mesin operasional. Untuk penanganan tumpahan atau ceceran oli, maka PT. PRIMA ALUMGA akan mengikuti Standar

Operational Procedur (SOP) sesuai dengan Keputusan Kepala Bapedal

nomor 255/Bapedal/09/1996. Mengingat oli bekas masih memiliki nilai jual, maka setelah oli bekas tersebut dikumpulkan, kemudian diangkut ke perusahaan pengumpul oli bekas yang izinnya dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup atas rekomendasi Pemerintah Kabupaten Mesuji. Jika dilakukan penyimpanan sementara limbah B3, maka harus

(36)

Keterangan :

A Drum bekas oli tidak layak pakai (kosong) B Drum bekas oli layak pakai (kosong) C Kemasan kaleng ex. Bahan Kimia D Kemasan plastik ex. Bahan Kimia E Batteray bekas

F Cardtridge, Majun bekas,Hyd hose , sarung tangan bekas dll. G Drum penampung oli bekas

H APAR ( Powder 2 kg )

TAMPAK DEPAN TAMPAK SAMPING

DENAH C D E F A B G 8 m 8,3 m 1,2 m 2,5 m 1,5 m 3,5 m 7 m 8,3 m H pintu 1,2 m x 2 m pintu 1,2 m x 2 m 6 m 6 m 4 m 1,5 m tanggul penahan ceceran oli 0,2 m x 0, 2 m 0,5 m 0,5 m bak penampung ceceran oli Ventilasi kawat harmonika 1" x 1" Atap seng Atap seng Dinding pasangan batu bata Dinding pasangan

batu bata lantai cor

pallet kayu 0,25 m x 0,025m x 4 m

tentang tata cara dan persyaratan teknis penyimpanan dan pengumpulan limbah bahan berbahaya dan beracun, dan Permen LH No. 30 tahun 2009 tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun serta pengawasan pemulihan akibat pencemaran limbah B3 oleh Pemerintah Daerah.

Limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan ini antara lain Oli Bekas, accu bekas, kemasan bekas dari oli dan pestisida. Penyimpanan limbah B3 dilakukan sebelum limbah B3 tersebut diolah/diserahkan pada pihak ketiga dengan segera. Kegiatan penyimpanan limbah B3 dimaksudkan untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindarkan. Untuk meningkatkan pengamanannya, maka sebelum dilakukan penyimpanan limbah B3 harus terlebih dahulu dikemas. Mengingat keragaman karakteristik limbah B3, maka dalam pengemasannya perlu pula diatur tata cara yang tepat sehingga dapat disimpan dengan aman. Design Tempat Penampungan Sementara Limbah B3/Oli Bekas Gambar 2.2b. berikut.

Gambar 2.2b. Design Tempat Penampungan Sementara Limbah B3

Mengingat oli bekas masih memiliki nilai jual, maka setelah oli bekas tersebut dikumpulkan, kemudian diangkut ke perusahaan pengumpul oli bekas yang telah memeliki izin dari Kementerian Lingkungan Hidup.

(37)

Gambar 2.3. Lay Out Area Penyimpanan BBM

d. Pembuatan Drainase

Saluran air (drainase) dimaksudkan untuk mengendalikan tata air dalam areal perkebunan. Metode pengendalian tata air yang umum digunakan yaitu irigasi dan drainase. Irigasi merupakan usaha untuk menambah air ke dalam areal perkebunan, sedangkan drainase kebalikannya.

Untuk mencegah timbulnnya kerancuan dalam tatanama sistem drainase, berikut dijelaskan tipe dan ukuran saluran.

a) Drainase lapangan (field drains; secara salah kaprah disebut parit tersier)  Berfungsi menyekap air yang ada dan/atau mengalirkannya di

permukaan tanah

 Dalam keadaan tertentu berfungsi menurunkan permukaan air tanah  Merupakan parit buatan

b) Drainase pengumpul (collection drains; secara salah kaprah disebut parit sekunder)

 Berfungsi mengumpulkan air dari suatu areal tertentu dan mengalirkannya ke pembuangan

 Merupakan buatan manusia dan dapat berbentuk saluran (parit), kolam, waduk dan lainnya

 Dapat juga berupa teras bersambung dan benteng, dimana bentuk pengumpulannya berdiri sendiri dan pembuangannya melalui peresapan tanah

c) Drainase pembuangan (outlet drains; secara salah kaprah disebut parit primer)

 Berfungsi mengeluarkan air dari suatu areal tertentu

 Umumnya memanfaatkan kondisi alam yang ada, seperti sungai, jurang, dan lainnya

 Jika tidak dapat memanfaatkan kondisi alam, juga dapat berupa saluran buatan (kanal), sistem pompa, dan lain-lain

(38)

Tabel 2.9. Tipe dan Ukuran saluran air Tipe drainase Lebar Atas

(m) Lebar Bawah (m) Kedalaman (m) Lapangan 1,0 0,3 0 – 1,10 Pengumpul 2,0 – 2,5 0,5 1,25 – 1,75 Pembuangan 3,0 – 3,5 1,0 2,0 – 2,5 Sumber : Pahan, 2006

e.

Konservasi Tanah dan Air

Model kegiatan konservasi tanah dan air yang akan dilakukan adalah :  Konservasi Tanah Secara Biologi

Pengawetan tanah secara biologi yang umum dilakukan adalah dengan menanam tanaman penutup tanah (TPT : legume cover crop = LCC), segera setelah pembukaan lahan dan sebelum penanaman kelapa sawit. Tujuan dari penanaman LCC ini untuk menekan pertumbuhan gulma, mengurangi erosi tanah, menjaga kelembaban, dan penambah bahan organik. Tanaman penutup tanah di tanam pada areal yang sudah di land clearing diantara jalur penimbunan (perumpukan) kayu.

Jenis tanaman penutup tanah yang ditanam adalah Pueraria javanica (PJ),

Centrocema pubescens (CP) dan Calopogonium muconoides (CM).

Perbandingan jumlah benih antara ketiga jenis kacangan tersebut di atas adalah 1 : 4 : 5, dan jumlah totalnya berkisar antara 12 – 16 Kg.

f.

Penataan Blok Kebun

Kegiatan penataan blok kebun dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan perkebunan serta untuk megefektifkan pengelolaannya. Penataan blok kebun ini disesuaikan dengan kondisi topografi dan efisiensi pengelolaan areal. Luas afdeling yang yang direncanakan untuk lahan datar hingga landai adalah berkisar 500 ha, dalam afdeling ini ditata blok-blok dengan luas 25 ha (500 x 500 m). Sedangkan luas blok untuk lahan dengan topografi bergelombang atau berbukit adalah 16 ha (400 x 400 m). Pembagian blok kebun ini penting dilakukan sebagai satuan luas administrasi dan semua pekerjaan akan diperhitungkan dalam satuan blok demi blok.

(39)

Gambar

Tabel 2.2.   Letak dan Batas Areal Perkebunan  Kelapa Sawit dan Pabrik  Minyak Sawit PT
Tabel 2.6.   Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk Kegiatan Fasilitas Penunjang
Gambar 2.1. Desain Cerobong dan Ruang Genset
Gambar 2.2b. Design Tempat Penampungan Sementara Limbah B3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Masalah pembuangan sampah di perkotaan seringkali menjadi beban karena menyangkut pembiayaan untuk angkutan sampah, lokasi pembuangan, kesehatan dan kebersihan lingkungan.

Menjadi angin segar bagi segenap masyarakat penerima dampak langsung, dengan semakin tidak kondusifnya lingkungan hidup, pemerintah menjadikan isu perbaikan dan pelestarian lingkungan

Dampak negatif terhadap lingkungan menjadi bertambah serius karena dalam prakteknya pembangunan perkebunan kelapa sawit tidak hanya terjadi pada

produk dan pengembangan produk, 6) Mengubah image masyarakat, dengan meminum teh dapat membuat tubuh menjadi lebih segar, 7) Melakukan perbaikan manajemen, pengawasan

Tujuan dari Pelaksanaan PLPBK adalah mewujudkan perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin melalui penataan lingkungan pemukiman yang teratur, aman, dan

seperti melakukan suatu kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan menjaga lingkungan, memberikan beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut,

Penyebaran varietas unggul sangat beragam dan tidak terkontrol, diduga hal ini menjadi salah satu faktor yang menghambat peningkatan produktivitas dan perbaikan kualitas

Lokasi dengan masalah lingkungan yang rendah (misalnya kebisingan lalu lintas, kualitas udara yang buruk) dapat mengurangi kebutuhan untuk langkah-langkah perbaikan (misalnya