• Tidak ada hasil yang ditemukan

dilihat pada Tabel 1 dan pada Grafik 1 di bawah ini.

KABUPATEN BLITAR

4. Kunjungan Lapang

Kunjungan lapang dari tim pengabdi pada kelompok mitra dilakukan secara periodik sesuai jadwal yang telah disepakati bersama. Kunjungan lapang dimaksudkan sebagai pelaksanaan program seperti pelatihan dan pendampingan, monitoring dan diskusi terhadap segala kesulitan yang dihadapi mitra binaan serta proses evaluasi bersama terhadap seluruh rangkaian program pengabdian.

HASILYANGDICAPAI

Program Iptek bagi Masyarakat (IbM) untuk kelompok usaha kue Desa Slorok Kecamatan Garum Kabupaten Blitar dilaksanakan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi di bidang Pengabdian Masyarakat (abdimas). IbM untuk kelompok usaha kue Desa Slorok ini ini dilaksanakan dengan menerapkan paradigma yang bersifat problem solving, komprehensif, bermakna, tuntas dan berkelanjutan dengan sasaran adalah masyarakat yang produktif secara ekonomis tetapi terdapat berbagai kendala untuk mengembangkan usahanya. Dikatakan demikian karena sebelum pelaksanaan program IbM kelompok mitra sudah menjalankan usahanya sekian lama, tetapi belum bisa dikatakan berkembang seperti yang diharapkan.

Sebelum memaparkan hasil pelaksanaan program, pengabdi perlu menyampaikan terkait perubahan bidang usaha yang dilaksanakan oleh mitra 2. Pada saat pengajuan proposal pengabdian, mitra 2 bergerak di bidang usaha kue, tetapi ketika proposal pengabdian telah diumumkan DIKTI

149 ternyata mitra 2 telah beralih bidang usaha dari usaha kue menjadi usaha penjualan ayam pedaging. Alasannya sederhana, pada saat beralih usaha bertepatan dengan suasana bulan Ramadhan. Pada bulan Ramadhan dan lebaran kebutuhan dan permintaan pasar akan daging ayam meningkat tajam. Ditambah lagi lingkungan mitra 2 adalah peternak ayam pedaging sehingga mitra dua ingin menangkap peluang tersebut. Tetapi meskipun mitra dua telah beralih bidang usaha, secara umum permasalahan yang dihadapi baik mitra 1 dan mitra 2 hampir sama, sehingga program pengabdian tetap dilaksanakan sesuai kesepakatan meskipun mengalami sedikit perubahan dari rencana awal proposal IbM.

Seperti yang telah disampaikan di atas, kelompok mitra banyak menghadapi kendala dan masalah dalam mengembangkan usahanya. Guna membantu kelompok mitra mengatasi masalahnya, dilakukan beberapa program yang dirasakan sangat pokok, sehingga pada saat pelaksanaan program pengabdian dilakukan kesepakatan ulang bersama mitra. Permasalahan- permasalahan pokok yang telah disepakati bersama antara lain: 1) Mitra sangat memerlukan outlet usaha sebagai showroom produk-produknya, sehingga produk usaha bisa ditampilkan lebih menarik sekaligus secara tidak langsung sebagai sarana promosi produk, 2) Terbatasnya alat-alat produksi kue sehingga mempengaruhi kuantitas produksi, 3) Mitra belum memiliki surat ijin yang dikeluarkan oleh dinas kesehatan, 4) Pengemasan produk yang sederhana dan belum memiliki label produksi yang menarik, dan 5) Kurangnya pemahaman dan keterampilan mitra dalam membuat media promosi dan strategi pemasaran. Dari kesepakatan ulang yang dilakukan bersama mitra, berikut adalah gambaran hasil pelaksanaan program IbM Desa Slorok.

Program Pendirian Outlet untuk Mitra

Bangunan outlet penting sekali untuk mengembangkan suatu usaha. Keberadaan outlet bermanfaat sebagai bentuk komunikasi terhadap konsumen. Konsumen dapat mengetahui bahwa dilokasi berdirinya outlet tersebut konsumen dapat memperoleh produk yang suatu saat dibutuhkan. Sehingga adanya outlet juga berperan sebagai sarana promosi produk. Dengan lokasi rumah mitra yang berada di tepi jalan raya yang merupakan jalan poros desa, posisi outlet ini sangat strategis sebagai sarana promosi dan pemasaran.

a. b.

c.

Gambar 1. Proses Pembangunan Outlet untuk Mitra 1

150

Mitra 1 dan mitra 2, keduanya diberikan fasilitas bangunan outlet. Bangunan outlet didesain sesuai dengan kebutuhan bidang usaha masing-masing. Outlet dibangun di atas tanah pekarangan masing-masing mitra sekaligus merupakan partisipasi mitra dalam pelaksanaan program IbM ini. Outlet mitra 1 dibangun dengan luas bangunan 3 x 5 meter persegi dengan rancangan ruang yang diperuntukkan memajang produk, tempat stok barang dan stok produk, serta meja administrasi/kasir. Berikut adalah gambar proses pembangunan outlet mitra 1 hingga outlet yang siap pakai saat ini.

Sesuai dengan usahanya, mitra 2 juga diberikan hibah bangunan outlet. Desain ruangan lebih kecil dibandingkan mitra 1. Luas bangunan adalah 4 x 2 meter persegi yang direncanakan untuk meja berfungsi sebagai tempat meletakkan dan memotong daging ayam yang siap jual, kran untuk mencuci daging ayam setelah dipotong, dan space untuk meletakkan mesin pencabut bulu ayam. Lokasi outlet untuk mitra 2 didirikan di pekarangan samping rumah mitra. Lokasinya meskipun tidak tepat di tepi jalan raya tetapi tidak jauh dari akses jalan raya. Lokasi usaha hanya berjarak 50 meter dari jalan raya sehingga mudah dijangkau oleh konsumen. Untuk menunjukkan jalan menuju outlet mitra dua, di tepi jalan menuju lokasi telah dipasang papan nama. Berikut adalah gambar proses pembangunan hingga outlet mitra 2 siap digunakan.

a. b.

Gambar 2. Bangunan Outlet Mitra 2

(Keterangan: a. Proses pembangunan outlet, b. Bangunan outlet telah digunakan menjalankan usaha)

Saat ini bangunan outlet baik mitra 1 dan mitra 2 sudah digunakan untuk proses usaha. Mitra sangat berterimakasih kepada tim abdimas Universitas Kanjuruhan Malang karena harapannya untuk memiliki bangunan tempat usaha telah terwujud. Selama ini tempat usaha adalah dapur masing-masing mitra. Dengan adanya outlet, pelanggan lebih mudah mencari lokasi sehingga lebih banyak lagi pelanggan yang datang. Keberadaan outlet juga membuat pelanggan lebih nyaman sehingga pelanggan mendapatkan kepuasan tersendiri. Pelanggan yang puas seringkali akan merekomendasikan pada calon pelanggan yang lain. Dengan demikian pasar semakin luas sehingga dapat meningkatkan omset dan keuntungan bagi mitra. Hal ini sesuai dengan prinsip menjalankan usaha, bahwa seorang pengusaha tidak boleh menyia-nyiakan jerih payah pelanggannya untuk bisa sampai di tempat usaha. Pengorbanan pelanggan harus diimbangi dengan pelayanan prima dan kepuasan pelanggan.

Pemberian Hibah Bantuan Alat Produksi

Kegiatan produksi dapat berlangsung dengan efisien apabila didukung oleh faktor-faktor produksi diantarannya bahan baku, tenaga kerja, tempat usaha dan peralatan usaha. Tempat usaha telah dibahas pada subbab sebelumnya. Faktor produksi lain adalah alat usaha. Hibah bantuan alat yang berikan antara lain berupa kompor gas untuk kedua mitra. Tambahan kompor gas penting

151 untuk mitra karena dengan dengan bertambahnya pelanggan maka kapasitas produksi juga semakin meningkat. Mitra 1 memerlukan tambahan kompor untuk proses mengukus kue, sedangkan mitra 2 dipergunakan untuk merebus air panas yang akan dipergunakan saat membersihkan bulu ayam.

Hibah alat berikutnya adalah pembelian mixer untuk mitra 1. Mixer yang ada tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan produksi. Mixer yang digunakan secara extra pada akhirnya sering mengalami gangguan. Mitra mengeluh dengan hambatan yang dialami, sehingga pengabdi berinisiatif memberikan bantuan mixer untuk proses produksi. Meskipun kapasitas mixer yang diberikan masih belum optimal dalam pelaksanaan produksi, tetapi mitra sangat berterimakasih, setidaknya dengan alat yang ada proses usaha dapat berlanjut. Selanjutnya mitra akam berusaha mandiri untuk memperoleh alat produksi dengan kapasitas yang lebih besar.

a. b.

c. d.

Gambar 5.3 Bantuan Alat Usaha

(Keterangan: a. Oven; b. Etalase; c. Gilingan Kacang; d. Mixer)

Mitra 2 menerima hibah alat produksi berupa mesin pencabut bulu ayam beserta dinamo penggeraknya. Cara manual yang dilakukan mitra 2 selama ini tidak lagi dapat memberikan pelayanan maksimal bagi pelanggan terutama kecepatan pelayanan. Guna memberikan pelayanan yang cepat, pengabdi memberikan hibah alat pencabut bulu ayam. Sekali proses mesin dapat mencabut bulu 2-3 ekor ayam sekaligus dalam waktu beberapa menit saja. Dengan menggunakan alat pencabut bulu ayam maka mitra 2 dapat menghemat waktu dan tenaga. Keuntungan lain dari alat pencabut bulu ayam adalah dapat mencabut bulu lebih bersih dari cara manual.

Hibah berikutnya adalah pemberian etalase kue untuk menyimpan stok kue hasil produksi mitra 2. Etalase kue penting untuk pemasaran produk kue yang siap jual. Dalam etalase dapat dipajang kue-kue hasil produksi sehingga tampak lebih menarik. Melalui etalase konsumen dapat melihat produk-produk yang dihasilkan sehingga dapat berperan sebagai sarana promosi. Ukuran etalase kurang lebih panjang 180 cm, lebar 40 dan tinggi 120 cm.

Mitra juga mendapatkan hibah alat berupa oven. Oven merupakan alat penting untuk produksi kue bagi mitra 1. Dengan kapasitas oven yang besar maka proses produksi lebih cepat

152

sehingga layanan pada pelangan lebih maksimal. Mitra juga menerima penggiling kacang. Penggiling kacang ini diperlukan karena ada produk mitra yang menggunakan bahan baku kacang.

Pembuatan Spanduk Sebagai Sarana Promosi

Spanduk dibuat sebagai sarana promosi. Promosi suatu produk harus tetap dilakukan baik sebelum ataupun sesudah suatu usaha itu mapan. Tidak ada promosi artinya membiarkan pasar melupakan bisnis yang sudah ada. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, promosi suatu produk telah banyak dilakukan secara online. Cara promosi ini dirasakan lebih efektif dan efisien, karena dapat menjangkau banyak kalangan dan tidak memerlukan biaya besar seperti promosi yang dilakukan di media massa ataupun elektronik. Tetapi mekanisme promosi ini belum dimanfaatkan oleh kelompok usaha mitra karena terbatasnya pengetahuan yang dimiliki. Sesunguhnya langkah solusi ini telah ditawarkan adalah dengan melakukan pelatihan dan pendampingan terhadap kelompok usaha mitra tentang pembuatan media promosi dan pemasaran online. Tetapi kemudian mitra mengeluh tidak ada tenaga yang akan melakukan maintenant selanjutnya, sehingga pada akhirnya solusi yang terlaksana adalah pemasangan spanduk di depan outlet.

Gambar 4. Spanduk yang Terpasang Di Depan Outlet Mitra

KESIMPULAN

Dari hasil pengabdian yang telah tercapai, mitra sangat berterimakasih atas pembinaan dan pendampingan yang telah diberikan. Dengan adanya outlet mitra merasa lebih bersemangat untuk mengembangkan usaha. Adanya outlet ternyata juga berperan sebagai salah satu sarana promosi bagi mitra sehingga lebih banyak pelanggan yang datang membeli.

Menurut pengakuan pelanggan, saat ini pelanggan merasa lebih nyaman dengan adanya outlet baru, sehingga meskipun jarak pelanggan dari lokasi mitra relatif jauh tetapi pelanggan tetap datang karena merasa mendapatkan layanan yang menyenangkan.

DAFTAR PUSTAKA

Asmawardani. 2011. Membuat Mie Pelangi [Internet]. [cited 5 April 2014]. Available from: www.eresep.com.

Badan Pusat Statistik. 2010. Kecamatan Garun dalam Angka Tahun 2010. BPS Kabupaten Blitar. Badan Pemberdayaan Masyarakat. 2007. Daftar Isian Data Dasar Profil Desa/Kelurahan.

Kabupaten Blitar.

Marwati. 2013. Pembuatan Pewarna Alami Makanan dan Aplikasinya. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

153 Moutinho., I.L.D., Bertges., L.C., Asses, R.V.C., 2007, Prolonged use of Food Dye Tartazin

(FD & C Yellow No. 5) and its Effect on the Gastric Mucosa of Wistar Rats, Braz. Journal Biology 67(1): 141-145.

Pitojo, S., Zumiati, 2009, Pewarna Nabati Makanan, Cetakan Ke 5, Kanisius, Yogyakarta. Riandini, N., 2008, Bahan Kimia dalan Makanan dan Minuman, Sakti Adiluhung, Bandung.

154

IbM PETERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN DAU KABUPATEN MALANG

Mila Kusumawardani, Moechammad Sarosa, Hudriyah Mundzir Politeknik Negeri Malang

[email protected], [email protected], [email protected]

ABSTRAK. Mitra merupakan peternak sapi yang belum memiliki pengetahuan mengenai pengolahan limbah kotoran sapi. Mitra juga belum memiliki pengetahuan mengenai teknologi energi alternatif tentang biogas dengan bahan bakar limbah kotoran sapi. Masalah yang lain adalah mitra belum mengetahui tentang pembuatan pupuk organik yang sebenarnya merupakan hasil sampingan dari biogas. Pengolahan kotoran sapi menjadi energi alternatif biogas yang ramah lingkungan merupakan cara yang sangat menguntungkan, karena mampu memanfaatkan alam tanpa merusaknya sehingga siklus ekologi tetap terjaga. Keuntungan yang dapat diperoleh dari implementasi biogas adalah meningkatnya pendapatan biaya kebutuhan pupuk dan pestisida, menghemat energi untuk memasak dan pengurangan konsumsi energi tak terbarukan. Solusi pertama yang ditawarkan adalah sosialisasi pengolahan limbah kotoran sapi karena mitra memerlukan tambahan informasi dan pengetahuan mengenai pengolahan limbah. Solusi kedua adalah pengadaan reaktor biogas untuk dapat menghasilkan pupuk organik dan energi alternatif pengganti minyak tanah dan LPG dengan mengintegrasikan sistem peternakan dan pertanian. Reaktor biogas yang dibuat menggukan tipe fixed dome dengan ukuran 2m x 6m. Lahan yang digunakan untuk sistem biogas ini disediakan oleh mitra. Satu sistem biogas dapat disalurkan pada 3 hingga 4 rumah penduduk yang digunakan untuk memasak. Pada tiap rumah saluran gas langsung terhubung dengan kompor yang telah didesain untuk penggunaan dengan sistem biogas ini.

Kata Kunci: kotoran sapi; reaktor biogas; pupuk organik

PENDAHULUAN

Mitra merupakan kelompok masyarakat peternak sapi potong, warga Desa Petungsewu, Kecamatan Dau Kabupaten Malang yang berjarak sekitar 20 km dari kampus Politeknik Negeri Malang (Polinema). Selama ini mitra belum melakukan pengolahan atas limbah kotoran ternaknya secara optimal. Upaya yang dilakukan baru sebatas mengumpulkan limbah di sekitar kandang dan pengolahan sederhana sebagai pupuk kandang. Pengumpulan kotoran sapi di sekitar kandang ditunjukkan dalam Gambar 1. Pada dasarnya mitra telah memiliki informasi mengenai pemanfaatan kotoran sapi yaitu sebagai pupuk dan juga dapat energi alternatif sebagai pengganti minyak tanah dan elpiji tetapi mereka tidak memiliki pengetahuan tentang cara mengolah kotoran sapi untuk menghasilkan energi biogas. Kondisi ini ditunjang dengan adanya anggapan bahwa gas yang dihasilkan dari kotoran sapi tidak dapat digunakan untuk memasak karena menimbulkan bau.

155

Gambar 1. Pengumpulan Kotoran Sapi di Dekat Kandang

Berdasarkan analisis situasi maka permasalahan yang dihadapi mitra dapat dirumusakan sebagai berikut:

a. Belum memiliki pengetahuan mengenai pengolahan limbah kotoran sapi.

b. Belum memiliki pengetahuan mengenai teknologi energi alternatif, dalam hal ini adalah sistem biogas dengan bahan bakar limbah kotoran sapi.

c. Belum memiliki pengetahuan mengenai pembuatan pupuk organik yang merupakan hasil sampingan dari biogas.

Solusi yang ditawarkan atas permasalahan yang ada yaitu : a. Sosialisasi pengolahan limbah kotoran sapi

Mitra memerlukan tambahan informasi dan pengetahuan mengenai pengolahan limbah, untuk itu dilaksanakan sosialisasi kepada mitra dan rekan-rekannya.

b. Pembangunan reaktor biogas

Mitra memerlukan 1 unit reaktor biogas untuk dapat menghasilkan pupuk organik dan energi alternatif pengganti minyak tanah dan LPG dengan mengintegrasikan sistem peternakan dan pertanian. Skema pemanfaatan limbah kotoran sapi menjadi biogas ditunjukkan pada gambar 2.

c. Pelatihan penggunaan sistem biogas d. Pelatihan pembuatan pupuk organik

Kandang Sapi

Bak Penampung Kotoran Sapi

Kolam Penampung Air (pupuk cair/ kompos)

Pemanfaatan pupuk cair/ kompos Gas Slurry Digester Kompor gas Lampu penerangan Motor penggerak (daya listrik/mekanis)

156

Target luaran dari kegiatan ini adalah: a. Produk, berupa reaktor biogas b. Jasa pelatihan

c. Artikel dalam jurnal nasional

METODEPELAKSANAAN

Metode pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai berikut:

a.

Tahapan survey

Survey dilakukan dengan melakukan kunjungan pada mitra untuk meninjau lokasi/lahan yang akan dibangun biogas, serta memastikan ketersediaan limbah kotoran sapi sebagai bahan bakunya.

b.

Tahapan pelaksanaan

Pembuatan produk, reaktor biogas

Reaktor biogas yang akan dibuat menggunakan tipe fixed dome dengan ukuran 2m x 6m. Konstruksi reaktor gas menggunakan tipe fixed dome yang terdiri dari tiga bagian :

 Unit pencampur berfungsi untuk menampung kotoran sapi yang terkumpul dari kandang dan mencampur dengan air dengan perbandingan padatan/air 1:1.

 Bagian utama reaktor merupakan tempat dimana kotoran mengalami proses fermentasi secara anaerob sehingga dapat menghasilkan biogas.

Bagian pengeluaran lumpur berfungsi untuk menampung sementara lumpur yang keluar dari reaktor utama setelah megalami proses fermentasi secara anaerob. Bahan yang digunakan pada reaktor biogas ini terdiri dari semen, batu sungai, bata merah, pasir dan bahan pelapis kedap air

325 cm 2 7 5 cm 175 cm 100 cm 325 cm 175 cm 100 cm 2 5 0 cm 5 0 Masukan Masukan Keluaran gas Keluaran padat Keluaran cair Limbah Padat Limbah Cair 2 0 0 cm

157

Penyerahan produk

Pelatihan

c.

Tahapan monitoring dan evaluasi

Berupa pendampingan dan evaluasi pasca tahapan pelaksanaan

HASILYANGDICAPAI

Sejauh ini prosentase kegiatan yang telah dilakukan adalah 60% yang diuraikan dalam sejumlah kegiatan berikut:

1.

Pertemuan dengan mitra

Mitra diwakili oleh Bapak Wadiono. Bersama beliau didiskusikan lokasi lahan yang direncanakan akan digunakan. Terdapat kemungkinan 2 lokasi yang akan disurvei yaitu lahan yang terletak di belakang rumah Bapak Wadiono atau belakang rumah Bapak Raditomo. Sebagai catatan kedua lahan terletak bersebelahan.

Gambar 4. Pertemuan dengan Mitra

2.

Pertemuan dengan kelompok tukang yang akan mengerjakan biogas

Kelompok tukang diwakili oleh Bapak Muchsinin. Diperoleh kesepakatan bahwa pertemuan ini akan ditindaklanjuti dengan survei di lapangan sekaligus pengukuran lahan. Selanjutnya tukang gali akan dipekerjakan untuk mempersiapkan lahan. Proses pembangunan reaktor biogas diperkirakan memerlukan waktu 2-3 minggu

3.

Studi lapang lahan dan pengukuran

Sebagaimana telah disepakati pada pertemuan sebelumnya dengan mitra, peninjauan di lapangan dilakukan pada lahan Bapak Raditomo dan Bapak Wadiono. Selanjutnya ditentukan perkiraan titik lokasi reaktor biogas dan dilakukan pengukuran. Dimensi minimal lahan yang diperlukan adalah sekitar 6m x 4m untuk digester, penampung limbah padat, dan penampung limbah cair. Proses pengukuran lahan ditunjukkan dalam gambar 5

4.

Penggalian lahan untuk reaktor biogas

Sebelum dilakukan penggalian, lahan dibersihkan, terutama dari tumpukan limbah kotoran sapi yang selama ini ada. Kemudian penggalian untuk digester dengan diameter 325cm dan kedalaman 275cm. Penggalian untuk keluaran padat berdiameter 175cm dan kedalaman 250cm. Untuk keluaran cair, diameter 100cm dengan kedalaman 50cm.Proses penggalian ditunjukkan pada gambar 6

158

Gambar 5. Pengukuran Lahan

Gambar 6. Penggalian Lahan

5.

Pembelian material pembangunan biogas

Material dasar yang diperlukan adalah semen, batu sungai, bata merah, pasir dan bahan pelapis kedap air. Beberapa material yang sudah dibeli ditunjukkan dalam gambar 7.

6.

Pembuatan digester

Lahan yang telah digali siap untuk dibangun menjadi digester (bak penampung dan pengolah bahan buangan). Bentuk yang digunakan adalah kubah tetap (fixed-dome). Proses pembangunan ditunjukkan dalam gambar 8

159

Gambar 7. Pembelian Material

Gambar 8. Pembuatan Digester

.KESIMPULAN

Simpulan yang dapat diberikan adalah :

1.Pembangunan reaktor biogas pada mitra telah mulai dilaksanakan

2.Kendala yang dihadapi dalam pembangunan reaktor biogas adalah sumber daya manusia dalam hal ini adalah tukang gali dan tukang batu yang sulit diperoleh karena bersamaan dengan bulan Ramadhan (Juni-Juli 2016)

Saran yang dapat diberikan untuk pelaksanaan pengabdian ini adalah sebaiknya dilakukan peningkatan efisiensi waktu pelaksanaan sehingga tidak terkendala dengan kondisi yang ada, misalnya bulan Ramadhan

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Peternak Tradisional Sulit Dukung Swasembada Daging. Haluan Media Grup. Desember 2011.

160

Badan Litbang Pertanian. Rencana Aksi Ketahnan Pangan. 2005.

Badan Litbang Pertanian. Berprotein Tinggi, Singkong Cocok Dibuat Ransum Sapi Potong. Buletin AgroInovasi. Edisi 30 Maret-5 April 2011No.3399 Tahun XLI.

Boediyana, Teguh. Sekilas Tentang Peternakan Sapi Potong di Indonesia. Dewan Pimpinan Pusat Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia. 2014.

Mariyono dan Romjali. Petunjuk Teknis Inovasi Pakan Murah untuk Usaha pembibitan Sapi Potong. 2007.

161

MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF MENGGUNAKAN ADOBE FLASH BAGI

Dokumen terkait