• Tidak ada hasil yang ditemukan

Landasan Teori

Dalam dokumen TRIO PADA MUSIK POPULER BATAK TOBA: (Halaman 57-62)

ANALIS IS S EJARAH, FUNGS I DAN S TRUKTUR MUS IK.”

1.5 Konsep Dan Landasan Teori

1.5.5 Landasan Teori

Teori dalam disiplin sejarah biasanya dinamakan “kerangka referensi” atau “skema pemikiran”. Dalam pengertian lebih luas teori adalah suatu perangkat kaidah yang memandu sejarawan dalam penelitiannya, dalam menyusun bahan-bahan (data) yang diperolehnya dari analisis sumber, dan juga dalam mengevaluasi hasil penemuannya (Alfian, dalam Basis, Oktober 1992:362). Untuk memandu dalam pendekatan sejarah penulis mengacu pada Panggabean (1994:30-39) musik Batak Toba dapat dibuat penggolongannya kepada empat masa, yaitu: (a) tradisi, (b) transisi, (c) modernisasi, dan (d) konstilasi. Untuk melihat perkembangan trio pada musik populer Batak Toba pada masa modernisasi menurut penulis perlu membagi ke dalam tiga sub judul (1) keberadaan vokal grup dan grup band pada musik populer Batak Toba (2) sejarah perkembangan trio pada musik populer Batak Toba dan (3) M unculnya trio perempuan pada musik populer Batak Toba, menurut penulis ini penting karena merupakan masa munculnya trio. Dan mengkombinasikannya dengan wawancara dengan informan yang sudah ditentukan telebih dahulu.

86

Marga atau nama k eluarg a ad alah bagi an nama y ang merup akan pertanda d ari kelu arga mana ia berasal. Orang Batak Toba s elalu m emiliki nama marga/keluarga. Nama/marg a ini diperoleh d ari garis keturun an ayah (patrilinear) yang s elanjutnya akan diteruskan kepad a keturunannya secara terus menerus.

Dalam membahas fungsi, penulis berpedoman pada teori yang dikemukakan oleh M erriam87 yang membagi fungsi musik kedalam sepuluh

fungsi, yaitu: (1) Fungsi pengungkapan emosional; (2) Fungsi penghayatan estetis; (3) Fungsi hiburan; (4) Fungsi komunikasi; (5) Fungsi perlambangan; (6) Fungsi reaksi jasmani; (7) Fungsi yang berkaitan dengan norma-norma sosial; (8) Fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara agama; (9) Fungsi kesinambungan kebudayaan; dan (10) Fungsi pengintegrasian masyarakat.

Teori fungsi didasarkan kepada teori belajar (learning theory) dalam antropologi. Proses belajar adalah ulangan-ulangan dari reaksi-reaksi organisme terhadap gejala-gejala dari luar dirinya sedemikian rupa, sehingga salah satu kebutuhan nalurinya dapat dipuaskan. Teori ini sering juga disebut teori S-D-R (stimulus-drive-reaction). Teori ini pada prinsipnya menyatakan bahwa segala aktivitas kebudayaan sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dan kebutuhan-kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan kehidupannya misalnya: musik timbul karena pada mulanya manusia hendak memuaskan kebutuhan nalurinya akan keindahan. Dalam konteks seni trio pada musik populer Batak Toba, seni ini muncul karena berbagai kebutuhan dalam budaya Batak Toba.

Di dalam teori antropologi, ada dua aliran fungsionalisme, yaitu aliran Radcliffe-Brown88 yang mengemukakan bahwa fungsi berkaitan dengan struktur sosial masyarakat. Bahwa struktur sosial itu hidup terus sedangkan individu-individu dapat berganti setiap waktu. Radcliffe-Brown yang melihat fungsi ini

87

Ibid., hal., 219-226

88

Radcliffe-Brown, A.R., 1952. Structure and Function in Primitive Society. Glenco e: Free Press, h. 181.

dari sudut sumbangannya dalam suatu masyarakat, mengemukakan bahwa fungsi adalah sumbangan dari suatu bagian aktivitas terhadap aktivitas secara keseluruhan di dalam sistem sosial masyarakatnya, untuk mencapai tingkat harmoni atau konsistensi internal. Dan aliran M alinowski,89 yang mengemukakan fungsi timbul karena kebutuhan biologis manusia.

Soedarsono90 yang melihat fungsi seni terutama dari hubungan praktis dan integratifnya, mereduksinya menjadi tiga fungsi utama, yaitu: (1) untuk kepentingan sosial atau sarana upacara; (2) sebagai ungkapan perasaan pribadi yang dapat menghibur diri; dan (3) sebagai penyajian estetis. Untuk menganalisis fungsi trio pada musik populer Batak Toba, penulis menyesuaikan/mengkombinasikan dengan berpedoman pada beberapa pendapat ahli di atas.

M embahas struktur musik dilihat dari kualitas dari karakter bunyi musikal sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh cara penggunaan, pemanfaatan serta pengolahan elemen-elemen musik. Dalam hal ini, penulis juga akan memperhatikan struktur musik yang ditawarkan oleh Wiliam P. M alm,91 yang diterjemahkan oleh Rizaldi Siagian yang mengatakan bahwa beberapa bagian penting yang harus diperhatikan dalam menganalisa melodi adalah: (1) Scale (Tangga nada); (2) Pitch center (Nada pusat), reciting tone (nada singgahan yang dianggap penting); (3) Range (Wilayah nada); (4) Jumlah nada-nada (Frekuensi

89

Malinowski, 1987. Teori Fungsional dan Struktural. dalam Teori Antroplologi.

90

Soedarsono, 1995. Pendidikan Seni dalam Kaitannya dengan Kepariwisataan.

91

William P. Malm, 1977. Music Cultural of the Pacific, Near East and Asia. New Jersey: Prentice Hall Englewood Cliffs, h. 15.

pemakaian nada); (5) Penggunaan interval; (6) Pola kadensa; (7) Formula melodi; (8) Melodic contour (Grafik kantur melodi)

Untuk membicarakan pendeskripsian dari ritem, analisis bentuk, frase dan motif-motif, Netll92 menyarankan bahwa pendeskripsian ritem sebaiknya dimulai dengan membuat daftar harga-harga not yang dipakai dalam sebuah komposisi dan menerangkan fungsi dan konteks dari masing-masing nada. Selanjutnya pola ritem yang sering di ulang sebaiknya dicatat.

Untuk mendiskripsikan bentuk, harus berhadapan dengan dua masalah pokok, yakni: (1) M engidentifikasi unsur-unsur musik yang dijadikan dasar yang merupakan tema dari sebuah komposisi; (2) M engidentifikasikan sambungan-sambungan yang menunjukkan bagian-bagian, frase-frase dan motif-motif di dalam sebuah komposisi.93

Untuk mendukung pembahasan dari aspek musik diatas diperlukan suatu transkripsi. Pengertian dari transkripsi oleh Bruno Netll94 adalah proses menotasikan bunyi, membuat bunyi menjadi symbol visual. Dalam hal notasi musik penulis mengacu pada tulisan Charles Seeger dalam Netll,95 yang mengemukakan bahwa ada dua jenis notasi yang dibedakan menurut tujuan notasi tersebut: pertama adalah notasi Preskriptif, yaitu notasi yang bertujuan untuk seorang penyaji (Bagaimana ia harus menyajikan sebuah komposisi musik), selanjutnya dikatakan bahwa notasi ini merupakan suatu alat untuk membantu mengingat. Kedua adalah notasi Deskriptif, yaitu notasi yang bertujuan untuk

92

Bruno Netll. Theory and Method in Ethnomusicology. New York: The Free Press, h. 148-150. 93 Ibid., hal. 148-150. 94 Ibid., hal. 99. 95 Ibid., hal. 24-34.

menyampaikan kepada pembaca ciri-ciri dan detail-detail komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca.

Dalam kerja analisis, langkah pertama yang dikerjakan ialah mengubah bunyi musik ke dalam lambang visual melalui sebuah proses kerja yang disebut transkripsi. Transkripsi merupakan proses menotasikan bunyi dari yang kedengaran secara aural menjadi visual dalam bentuk simbol-simbol bunyi. Simbol bunyi yang terlihat tersebut dinamakan notasi musik, yang pada sistem notasi Barat, secara garis besar dibagi dalam dua jenis, yaitu notasi balok dan notasi angka.

Dalam penelitian ini, notasi lagu-lagu trio pada musik populer Batak Toba menggunakan notasi balok, dengan menggunakan garis paranada dalam kunci trebel atau kunci G. Penggunaan notasi balok ini dikarenakan: (a) lebih dikenal secara umum dalam penulisan musik baik secara nasional maupun internasional, (b) lagu-lagu trio pada musik populer Batak Toba umumnya diciptakan dengan menggunakan notasi balok atau angka seperti yang ada dalam kebudayaan Barat, (c) notasi balok Barat ini sesuai digunakan untuk musik-musik diatonik maupun mikrotonal.

Untuk mentranskripsikan lagu trio pada musik populer Batak Toba maka, berbagai langkah peneliti lakukan sebagai berikut. (a) mengupayakan pendekatan tonalitas yang paling sesuai dengan lagu asli menggunakan alat tape, VCD, alat musik gitar dan muse score yang dipandu tutorial muse score (b) mendengarkan nada secara seksama, agar dapat membedakan antara bunyi suara, alat musik dan lainnya, (c) nada yang didengar di pindahkan ke dalam bentuk tulisan, dengan

menggunakan garis paranada untuk notasi balok, (d) memperlambat kecepatan tape dua kali dari kecepatan normal, kemudian menggunakan kecepatan normal, (e) hasil transkripsi di dengar ulang lalu memeriksa kembali, lalu diteruskan pada nada lainnya.

Sebelum menganalisis beberapa lagu trio pada musik populer Batak Toba, penulis menganalisis perkembangan struktur lagu mulai dari masa tradisi, transisi. Kemudian modern yang merupakan masa munculnya lagu-lagu trio pada musik populer Batak Toba. Adapun lagu-lagu trio pada musik populer Batak Toba yang ditranskripsi adalah lagu-lagu yang menurut hemat penulis dapat mewakili pekembangan gaya-gaya tertentu dalam perkembangan lagu trio pada musik populer Batak Toba secara umum. Teori musik ini diharapkan dapat menuntun dalam menganalisis data-data dalam tesis ini.

Dalam dokumen TRIO PADA MUSIK POPULER BATAK TOBA: (Halaman 57-62)