• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I Pendahuluan

C. Gambaran Perilaku Bidan Dalam Pelaksanaan IMD

2. Langkah Kedua

Setelah melakukan observasi terhadap langkah pertama pelaksanaan IMD dalam proses persalinan sebanyak 15 kali di PKM Kecamatan pesanggrahan, diketahui bahwa langkah kedua yang dilakukan bidan dalam pelaksanaan IMD adalah memberikan kesempatan pada bayi untuk melakukan kontak kulit dengan ibunya.

Berdasarkan hasil observasi terlihat bahwa setelah tali pusat bayi dipotong, bidan segera menengkurapkan bayi di dada ibunya dengan cara mendekatkan mulut bayi ke puting susu ibu sebelah kanan. Kemudian, bidan menyelimuti bayi menggunakan kain bersih. Namun, dari 15 proses persalinan yang observasi, terlihat bahwa bidan P pernah dalam satu kali menolong persalinan tidak memberikan kesempatan pada bayi untuk melakukan kontak kulit dengan ibunya. Saat peneliti melakukan observasi, terlihat bahwa bidan P bertugas sendirian menolong proses persalinan. Bidan P terlihat tergesa-gesa selama menolong proses

persalinan, karen ibu bersalin yang ditolong oleh bidan P sudah mengalami bukaan lengkap saat masuk ke RB. Bidan P belum sempat menyiapkan peralatan persalinan. Hasil observasi diapat dilihat pada lampiran 6b.

Hasil observasi tersebut diperkuat dengan hasil wawancara terhadap informan utama yang menyatakan bahwa bidan mengarahkan mulut bayi dekat dengan puting ibunya saat bayi ditengkurapkan di dada ibu. Berikut pemaparan informan utama:

“...langsung taro di dada ibunya deket payudara...”(bidan SA)

“...yang penting lahir taro langsung di dadanya kan, biasanya yang berhasil pun harus pake bantuan deketin ke puting ibunya...”(bidan E) Hasil observasi dan wawancara terhadap informan utama juga diperkuat dengan hasil wawancara terhadap informan pendukung. Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan pendukung diketahui bahwa bidan menengkurapkan bayi di dada ibunya dengan cara mengarahkan mulut bayi dekat dengan puting susu ibu. Berikut pemaparan informan pendukung:

“...pokoknya di sekitar dada deket susu...”(Ny.U)

“...ditaro di dada, ia mulut bayinya diarahin ke payudara karna bayinya gak nyari...”(NyM)

Saat peneliti melakukan konfirmasi terhadap bidan P yang tidak memberikan kesempatan pada bayi untuk melakukan kontak kulit dengan ibunya, maka bidan P menolak untuk memberikan jawaban. Saat

penelitian berlangsung, peneliti berusaha kembali untuk melakukan konfirmasi ulang terhadap bidan P. Namun, tetap saja bidan P tidak mau memberikan jawaban.

Selanjutnya, berdasarkan hasil observasi pada tabel 5.6 diketahui bahwa saat bayi berada di dada ibunya, bidan meminta bantuan pendamping persalinan untuk memberikan bantal di bawah kepala ibu bersalin agar mempermudah kontak visual antara ibu dan bayinya.

Hasil observasi tersebut diperkuat dengan hasil wawancara terhadap informan utama. Informan utama menyatakan bahwa peran pendamping persalinan adalah untuk memberikan semangat kepda ibu bersalin dan membantu bidan melengkapi kebutuhan ibu bersalin. Berikut pemaparan informan utama:

Biasanya ibunya lebih nyaman kalo ditemenin, kalo misalnya kita

perlu apa-apa pun cepet gitu ngasih tau keluarganya...”(bidan SA)

“Buat motivasi ibunya...”(bidan E)

“...supaya ibunya merasa aman nyaman, terus bisa juga bantuin

ibunya kalo misalkan lagi butuh apa atau apa gitu kan...”(bidan A)

Selanjutnya, berdasarkan hasil observasi pada tabel 5.6 diketahui bahwa bidan memerintahkan ibu bersalin untuk memeluk bayinya saat bayi ditengkurapkan di dada ibu bersalin. Hasil observasi tersebut diperkuat dengan hasil wawancara terhadap informan utama yang menyatakan bahwa memeluk bayi saat berada di dada ibunya dilakukan agar ibu dan bayi sama-sama merasa nyaman. Meskipun, sebenarnya

tindakan memeluk bayi dilakukan berdasarkan keinginan langsung dari ibu bersalin. Berikut pemaparan informan utama:

perlu karena kan bayinya gerak-gerak kan, kan aman kalo langsung

dipegangin sama dia, dan biasanya ibunya juga kan langsung meluk sendiri ya dia megang sendiri dan ibunya lebih nyaman kalo dipegang langsung...”(bidan SA)

“...“biasanya inisiatif ibunyasendiri...”(bidan E)

“perlu, karna kan secara tidak langsung ada kontak antara ibu sama bayinya, kedua juga menjaga keamanan si bayi, terus menjaga kehangatan si bayi juga, selama ini si gak pernah ada ibu yang gak mau...”(bidan A)

Hasil observasi dan wawancara terhadap informan utama diperkuat dengan hasil wawancara terhadap informan pendukung yang menyatakan bahwa saat bayi berada di dada ibu, bidan meminta ibu bersalin untuk memeluk bayinya. Berikut pemaparan informan pendukung:

“...ya iya disuruh dipeluk.”(Ny.U)

“...iya disuruh bidannya meluk bayi.”(Ny.M)

Selanjutnya, berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa saat bayi berada di dada ibunya, bidan melanjutkan langkah manajemen aktif kala tiga persalinan (menolong lahirnya plasenta). Hasil observasi dapat dilihat pada lampiran 6b.

Selanjutnya, berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa bidan memberikan kesempatan pada bayi untuk melakukan kontak kulit dengan ibunya sampai plasenta lahir sempurna. Saat plasenta telah lahir sempurna, bidan mengangkat bayi dari dada ibunya.

Berdasarkan semua proses persalinan yang diobservasi diketahui bahwa proses lahirnya plasenta tidak ada yang melebihi waktu 30 menit, yaitu berkisar antara 10 sampai 30 menit. Sehingga, bidan hanya memberikan kesempatan pada bayi untuk melakukan kontak kulit dengan ibunya selama 10 sampai 30 menit. Setelah plasenta lahir sempurna dan bayi diangkat dari dada ibunya, bidan melanjutkan tugasnya menjahit perineum. Hasil observasi diapat dilihat pada lampiran 9.

Hasil observasi tersebut diperkuat dengan hasil wawancara terhadap informan utama yang menyatakan bahwa IMD dapat dihentikan atau tidak dilaksanakan apabila ibu mengalami stres dan merasa tidak nyaman setelah melahirkan. Berikut pemaparan informan utama:

“...kondisi ibunya, ntar kalo di taro di sini bergerak-gerak dia jatoh

itu gak bisa IMD karna ntar bayinya dilempar kan repot...”(bidan N)

“...kita si ngeliat kondisi ibunya kalo dia bener-bener gak nyaman dan

kesakitan yaudah kita angkat... dia pengennya kan buru-buru kalo udah satu jam kan selesai semuanya udah bersalin udah dibersihin udah dijait gitu...”(bidan SA)

“...terserah ibunya kalo kesakitan ya kita angkat aja... gak nyampe sejam udah dulu kita bersihin bayinya...”(bidan E)

Selain itu, informan utama juga menyatakan bahwa waktu yang diberikan untuk pelaksanaan IMD minimal selama satu jam dianggap terlalu lama. Berikut pemaparan informan utama:

“Kelamaan, kelamaan kan kita tunggu satu jam pun gak ada yang

berhasil si sebenernya...”(bidan SA)

Hasil observasi dan wawancara terhadap informan utama diperkuat dengan hasil wawancara terhadap informan pendukung yang meyatakan bahwa kondisi skin to skin contact antara ibu dan bayinya hanya dipertahankan selama tidak lebih dari setengah jam. Berikut pemaparan informan pendukung:

“...yaaa sekitar kira-kira setengah jam lah, kurang lebih sekitar segitu...”(Ny.U)

“...kayaknya nyampe-nyampe tiga puluh menit. kayaknya enggak nyampe satu jam deh.”(Ny.M)

Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa belum semua bidan melakukan semua tindakan dalam langkah kedua pelaksanaan IMD. Contohnya dalam satu proses persalinan yang diobservasi, bidan P tidak memberikan kesempatan pada bayi untuk melakukan kontak kulit dengan ibunya. Selain itu, masih terdapat beberapa tindakan dalam langkah kedua pelaksanaan IMD yang dilakukan kurang tepat, yaitu mengarahkan mulut bayi ke bagian puting sebelah kanan ibu dan mengangkat bayi dari dada ibunya sebelum kontak kulit antara ibu dan bayi berlangsung selama satu jam.

Selain itu, berdasarkan hasil wawancara terhadap informan utama juga diketahui bahwa bidan masih memiliki alasan yang belum tepat dalam melakukan beberapa tindakan dalam langkah kedua pelaksanaan IMD. Alasan bidan yang belum tepat, yaitu mengarahkan mulut bayi dekat

dengan puting ibunya saat bayi berada di dada ibunya agar bayi berhasil IMD dan mengangkat bayi dari dada ibunya karena bidan akan melakukan penjahitan perineum Selain itu, berdasarkan hasil wawancara terhadap informan pendukung juga diketahui bahwa tindakan yang dilakukan bidan dalam langkah kedua pelaksanaan IMD sama dengan tindakan yang dilakukan bidan saat diobservasi.