• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I Pendahuluan

C. Gambaran Perilaku Bidan Dalam Pelaksanaan IMD

2. Perilaku Bidan Dalam Langkah Pertama Pelaksanaan IMD

Berasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa langkah pertama yang dilakukan bidan dalam pelaksanaan IMD adalah melakukan penialaian awal pada bayi baru lahir dan mengeringkan tubuh bayi. Penilaian awal pada bayi baru lahir diawali dengan mencatat waktu bayi lahir. Selanjutnya, menilai kondisi pernapasan dan fisik bayi. Melalui penilaian awal pada bayi baru lahir, bidan dapat mengenali gejala asfiksia pada bayi baru lahir.

Menurut bidan, jika bayi mengalami gejala asfiksia, maka bidan akan melakukan tindakan resusitasi. Sehingga, langkah selanjutnya dalam

pelaksanaan IMD dapat ditunda sampai tindakan resusitasi berhasil. Namun, jika bayi tidak mengalami gejala asfiksia, maka bidan akan membersihkan seluruh tubuh bayi kecuali kedua tangan bayi menggunakan kain bersih. Sehingga, bidan dapat melanjutkan langkah pelaksanaan IMD.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2008), tindakan awal dalam langkah pertama pelaksanaan IMD adalah mencatat waktu bayi lahir dan menilai kondisi bayi. Catatan waktu kelahiran bayi merupakan salah satu isi dalam catatan lembar persalinan. Sedangkan, tindakan menilai kondisi bayi merupakan cara untuk mengenali gejala asfiksia pada bayi baru lahir.

Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Kondisi tersebut, berkaitan dengan kondisi kesehatan ibu saat hamil, kondisi bayi saat berada dalam kandungan, dan masalah yang terjadi selama proses persalinan. Dalam menolong persalinan, bidan harus siap melakukan tindakan resusitasi pada bayi baru lahir yang mengalami asfiksia (Depkes RI, 2008).

Berdasarkan Profil PKM Kecamatan Pesanggrahan (2011), dinyatakan bahwa Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan hanya menerima pasien yang melahirkan secara normal. Sehingga, harus sudah dipastikan ibu hamil dan bayi dalam kandungan berada dalam kondisi yang sehat. Hal tersebut terbukti bahwa dari seluruh persalinan yang diobservasi, tidak ada bayi yang mengalami asfiksia. Sehingga, bidan tidak perlu melakukan tindakan resusitasi.

Tindakan selanjutnya yang dilakukan bidan dalam langkah pertama pelaksanaan IMD adalah mengeringkan seluruh tubuh bayi kecuali kedua tangan bayi. Menurut bidan, kedua tangan bayi baru lahir tidak boleh dibersihkan karena tindakan tersebut tidak ada dalam pedoman APN. Selain itu, menurut bidan bau air ketuban yang melekat di tangan bayi memiliki bau yang sama dengan payudara ibu, sehingga dapat membantu bayi untuk menemukan puting susu ibunya.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2008), tindakan membersihkan kedua tangan bayi baru lahir tidak diperbolehkan dalam asuhan bayi baru lahir. Menurut Roesli (2012), bayi akan mencium dan menjilat tangannya dalam waktu 30-40 menit pertama kontak kulit antara ibu dan bayi. Saat bayi mencium dan menjilat tangannya, ia merasakan cairan ketuban yang masih melakat di tangannya. Bau tersebut memiiki bau yang sama dengan cairan yang dikeluarkan oleh payudara ibu. Sehingga, bau tersebut dapat membimbing bayi untuk menemukan puting susu ibunya.

Setelah tubuh bayi dibersihkan, bidan memberikan suntikan oksitosin 10UI pada bagian paha ibu bersalin. Selanjutnya, bidan memotong dan mengikat tali pusat bayi. Menurut bidan, pemberian suntikan oksitosin 10UI dilakukan untuk merangsang kontraksi uterus agar plasenta segera lahir.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2008), penyuntikkan oksitosin merupakan pertolongan persalinan kala III. Persalinan kala III merupakan tahap pengeluaran plasenta. Penyuntikan oksitosin berfungsi untuk

mempercepat lahirnya plasenta. Proses lahirnya plasenta berlangsung selama 5-30 menit setelah bayi lahir. Penyuntikan oksiotin dilakukan sebelum tali pusat dipotong.

Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa bidan sudah mengetahui setiap tindakan yang harus dilakukan dalam langkah pertama pelaksanaan IMD. Menurut peneliti, bidan juga sudah memberikan alasan yang tepat dalam melakukan setiap tindakan di langkah pertama pelaksanaan IMD.

Menurut Krathwohl dkk (1974), perilaku yang menekankan pada aspek intelektual (otak) termasuk dalam domain kognitif. Peneliti menduga bahwa salah satu faktor perilaku bidan dalam langkah pertama pelaksanaan IMD adalah pengetahuan yang dimiliki bidan. Pengetahuan yang dimiliki bidan menjadi alasan bidan dalam melakukan setiap tindakan di langkah pertama pelaksanaan IMD. Pengetahuan merupakan salah satu bentuk dalam domain kognitif. Sehingga, dapat dikatakan bahwa pengetahuan yang dimiliki bidan dalam langkah pertama pelaksanaan IMD merupakan perilaku dalam domain kognitif.

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa bidan menyatakan setuju terhadap program IMD untuk mencapai keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Bidan juga menyetujui semua tindakan yang harus dilakukan dalam langkah pertama pelaksanaan IMD. Sehingga, dapat dikatakan bahwa bidan memiliki sikap yang positif dalam langkah pertama pelaksanaan IMD.

Menurut Krathwohl dkk (1974), perilaku yang menekankan pada aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, dan kepatuhan termasuk dalam domain afektif. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa sikap bidan terhadap langkah pertama dalam pelaksanaan IMD merupakan perilaku dalam domain afektif. Selain itu, peneliti juga menduga bahwa selain pengetahuan, sikap positif yang dimiliki bidan juga menjadi salah satu faktor ketepatan perilaku bidan dalam pelaksanaan IMD.

Selanjutnya, berdasarkan hasil observasi, terlihat bahwa bidan sudah melakukan semua tindakan dalam langkah pertama pelaksanaan IMD. Semua tindakan tersebut dilakukan secara berurutan dan tepat tanpa melihat pedoman pelaksanaan IMD.

Menurut Azizahwati (2010), keterampilan merupakan tingkat kemahiran dalam penguasaan suatu gerak. Selanjutnya, menurut Dave (1967) dalam Huitt (2003), keterampilan dapat dikelompokkan dalam lima tingkatan, yaitu meniru, manipulasi, ketepatan gerakan, artikulasi, dan naturalisasi.

Oleh sebab itu, peneliti menduga bahwa bidan sudah terampil dalam melakukan setiap tindakan dalam langkah pertama pelaksanaan IMD. Selanjutnya, peneliti juga menduga bahwa keterampilan bidan dalam langkah pertama pelaksanaan IMD sudah sampai pada tingkat naturalisasi, karena berdasarkan hasil observasi, terlihat bahwa bidan selalu melakukan tindakan yang sama dalam langkah pertama pelaksanaan IMD. Semua

tindakan tersebut dilakukan secara beururtan sesuai pedoman pelaksanaan IMD. Selain itu, setiap tindakan juga dilakukan dengan tepat tanpa melihat pedoman pelaksanaan IMD.