• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I Pendahuluan

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan oleh Mahasiswa Peminatan Gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan April sampai Agustus 2013 tentang gambaran perilaku bidan dalam pelaksanaan inisasi menyusu dini di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan perpanjangan pengamatan serta triangulasi sumber dan teknik untuk menjaga validitas data penelitian.

Perpanjangan pengamatan yaitu melakukan observasi terus-menerus terhadap pelaksanaan IMD dalam jangka waktu dua bulan. Selanjutnya, triangulasi sumber yang digunakan adalah wawancara mendalam terhadap bidan penolong persalinan dan ibu bersalin di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. Kemudian, triangulasi teknik yang digunakan adalah observasi dan wawancara mendalam tentang pelaksanaan IMD kepada bidan penolong persalinan serta studi dokumen data persalinan.

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 1. Pengertian IMD

Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan IMD ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara (Roesli, 2012).

Ada beberapa intervensi yang dapat mengganggu kemampuan alami bayi untuk mencari dan menemukan sendiri payudara ibunya. Di antaranya obat kimiawi yang diberikan saat ibu melahirkan bisa sampai ke janin melalui ari-ari dan mungkin menyebabkan bayi sulit menyusu pada payudara ibu. Selanjutnya, kelahiran dengan obat-obatan atau tindakan, seperti operasi caesar, vakum atau forcep, bahkan perasaan sakit di daerah kulit yang digunting saat episiotomi dapat pula mengganggu kemampuan alamiah ini (Roesli, 2012).

2. Manfaat IMD

Menurut Departemen Kesehatan RI (2008), pelaksanaan IMD dapat memberikan manfaat bagi ibu dan bayi.

a. Manfaat IMD bagi ibu

IMD akan merangsang produksi hormon prolaktin dan oksitosin pada ibu. Fungsi hormon prolaktin adalah:

1) Meningkatkan produksi ASI. Setelah melahirkan, kadar hormon progesteron menyusut drastis, memberi kesempatan prolaktin untuk bereaksi selama masa laktogenesis.

2) Membantu ibu mengatasi stres terhadap berbagai rasa kurang nyaman.

3) Memberi efek relaksasi pada ibu setelah bayi selesai menyusu. 4) Menunda ovulasi.

Selanjutnya fungsi hormon oksitosin adalah:

1) Stimulasi kontraksi uterus dan menurunkan risiko perdarahan pascapersalinan.

2) Merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan produksi ASI. Saat bayi mengisap puting susu ibu, serangkaian impuls akan menuju medulla spinalis, lalu ke otak, dan menyusup ke dalam kelenjar hipofisis, memicu sekresi oksitosin pada bagian posterior

hipofisis. Keberadaan oksitosin menyebabkan kontraksi sel-sel epitel otot polos yang membungkus alveolus sehingga air susu yang terkandung di dalamnya tersembur ke setiap duktus dan sinus.

3) Ibu menjadi lebih tenang, fasilitasi kelahiran plasenta dan pengalihan rasa nyeri dari berbagai prosedur pascapersalinan lainnya.

b. Manfaat IMD bagi bayi

1) Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal. Mendapat kolostrum segera, disesuaikan dengan kebutuhan bayi.

2) Segera memberikan kekebalan pasif pada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi.

3) Meningkatkan kecerdasan.

4) Membantu bayi mengkoordinasikan kemampuan hisap, telan dan napas.

5) Meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi. 6) Mencegah terjadinya gangguan napas pada bayi.

3. Langkah-Langkah IMD

Menurut Departemen Kesehatan RI (2008), terdapat tiga langkah IMD dalam asuhan bayi baru lahir, yaitu:

a. Langkah 1

2) Kemudian letakkan bayi di perut bawah ibu.

3) Nilai bayi apakah diperlukan resusitasi atau tidak (2 detik).

4) Bila tidak perlu resusitasi, keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan halus tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Setelah kering, selimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat di klem.

5) Hindari mengeringkan tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi juga membantunya mencari putting ibunya yang berbau sama.

6) Lendir cukup dilap dengan kain bersih. Pengisapan lendir di dalam mulut atau hidung bayi dapat merusak selaput lendir dan meningkatkan resiko infeksi pernapasan.

7) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal) kemudian suntikkan Intramuskular 10 UI oksitosin pada ibu. Jaga bayi tetap hangat.

b. Langkah 2

1) Setelah tali pusat dipotong dan diikat, letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu. Kepala bayi harus berada di antara payudara ibu, tetapi lebih rendah dari puting.

2) Kemudian selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.

3) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit satu jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. Bila perlu letakkan bantal di bawah kepala ibu untuk mempermudah kontak visual antara ibu dan bayi. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 30-60 menit.

4) Hindari menyeka atau membasuh payudara ibu sebelum bayi menyusu.

5) Selama kontak kulit ke kulit tersebut, lanjutkan dengan langkah manajeman aktif kala 3 persalinan.

c. Langkah 3

1) Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai menyusu. 2) Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi upaya

bayi untuk menyusu misalnya, memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lainnya. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.

3) Menunda semua asuhan BBL lahir normal lainnya hingga bayi selesai menyusu. Tunda memandikan bayi 6-24 jam setelah bayi lahir untuk mencegah terjadinya hipotermia.

4) Usahakan tetap menempatkan ibu dan bayi di ruang bersalin hingga bayi selesai menyusu.

5) Segera setelah BBL selesai menghisap, bayi akan berhenti menelan dan melepaskan puting. Bayi dan ibu akan merasa mengantuk. Bayi kemudian diselimuti dengan kain bersih, lalu lakukan penimbangan dan pengukuran bayi, mengoleskan salep antibiotika pada mata bayi dan memberikan suntikan vitamin K1. Jika bayi belum melakukan IMD dalam waktu 1 jam, posisikan bayi lebih dekat dengan putting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya. Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, pindahkan ibu ke ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan asuhan BBL dan kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu. 6) Kenakan pakaian pada bayi atau tetap selimuti untuk menjaga

kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka pakaiannya kemudian telungkupkan kembali di dada ibu sampai bayi hangat kembali.

7) Satu jam kemudian berikan bayi suntikan Hepatitis B pertama. 8) Lalu tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Letakkan

kembali bayi dekat ibu sehingga mudah terjangkau dan bayi bisa menyusu sesering keinginannya.

4. Tata laksana IMD pada kelahiran normal

Menurut Roesli (2012), terdapat 10 poin tatalaksana IMD pada kelahiran normal.

a. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan. b. Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi

saat persalinan. Dapat diganti dengan cara non-kimiawi, misalnya dengan cara pijat, aromaterapi, atau geraka-gerakan ringan.

c. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan misalnya melahirkan normal; di dalam air, atau dengan cara jongkok.

d. Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangannya. Lemak putih (vernix caseosa) yang akan membuat kulit bayi terasa nyaman.

e. Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimal satu jam atau setelah menyusu awal selesai.

f. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke putting susu.

g. Ayah memberikan dukungan kepada ibu untuk rasa percaya diri ibu. h. Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit

i. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur dan dicap setelah satu jam atau penyusunan awal selesai. Sesuai dengan prosedur misalnya suntik Vitamin K1 untuk bayi (Neo K) dengan dosis 0,5 cc IM 1/3 paha bagian atas dan salf mata bayi cholamphenicol 1% dapat ditunda.

j. Rawat gabung yaitu ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar selama 24 jam ibu bayi tidak dipisahkan. Pemberian minuman pre-laktal (cairan sebelum ASI keluar) dihindarkan.

5. Perilaku Bayi Saat IMD

Menurut Roesli (2012), jika bayi baru lahir segera dikeringkan dan diletakkan di perut ibu dengan kontak kulit ke kulit dan tidak dipisahkan dari ibunya setidaknya selama satu jam, semua bayi dengan sendirinya akan berhasil menemukan puting susu ibunya melalui lima tahapan perilaku saat menyusu pertama kali.

Tahap pertama dimulai dalam 30 menit Awal. Pada tahap ini bayi akan beristirahat dan tidak bergerak. Sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke keadaan diluar kandungan. Keadaan ini merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman yang dapat meningkatkan kepercayaan diri ibu terhadap kemampuan praktik menyusui selanjutnya dan mendidik bayi (Roesli, 2012).

Tahap kedua dimulai dalam 30-40 menit selanjutnya. Pada tahap ini bayi mulai mengeluarkan suara, menggerakkan mulut seperti ingin minum, mencium dan menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada di tangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan payudara ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan puting susu ibu (Roesli, 2012).

Tahap ketiga yaitu bayi mulai mengeluarkan air liur. Bayi mulai mengeluarkan air liurnya saat menyadari bahwa ada makanan di sekitarnya. Kemudian, bayi berusaha untuk mencapai areola (Roesli, 2012).

Tahap keempat yaitu bayi mulai bergerak ke arah payudara. Kaki bayi akan menekan perut ibu untuk mencapai areola. Bayi akan menjilat-jilat kulit ibu, menghentak-hentakkan kepalanya ke dada ibu, menoleh ke kanan dan ke kiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya dengan tangannya yang mungil (Roesli, 2013).

Tahap kelima yaitu bayi mulai menemukan puting susu ibu. Kemudian, bayi akan menjilat dan mengulum puting susu ibu. Mulut bayi akan terbuka lebar untuk menghisap puting sus ibu. Kemudian, bayi akan melekat di dada ibunya dengan baik (Roesli, 2012).

6. Anggapan Yang Salah Tentang IMD

Menurut Roesli (2012), terdapat beberapa pendapat yang tidak benar yang dianggap dapat menghambat terjadinya IMD, yaitu:

a. Bayi Kedinginan

Bayi akan berada pada suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan sang ibu. Suhu payudara ibu akan meningkat 0,5 derajat dalam waktu 2 menit jika bayi diletakkan di dada ibu. Berasarkan hasil penelitian Dr. Niels Bergman (2005) dalam Roesli (2012), ditemukan bahwa suhu dada ibu yang melahirkan menjadi 10C lebih panas daripada suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun 10C. Jika bayi kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat 20C untuk menghangatkan bayi. Jadi, dada ibu yang melahirkan merupakan tempat terbaik bagi bayi baru lahir.

b. Ibu Terlalu Lelah

Saat terjadi kontak kulit ibu dan bayi maka hormon oksitosin akan membantu menenangkan ibu sehingga ibu tidak merasa lelah untuk memeluk bayinya.

c. Tenaga Kesehatan Kurang Tersedia

Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya. Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah atau keluarga terdekat untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu.

d. Kamar Bersalin Atau Kamar Operasi Sibuk

Tetap berikan kesempatan pada bayi untuk mencapai payudara dan menyusu dini saat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan. e. Ibu Harus Dijahit

Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara. Sedangkan yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu. Sehingga tidak ada masalah bagi bayi untuk tetap melakukan IMD.

f. Segara Memberikan Vitamin K Dan Tetes Mata Untuk Mencegah Penyakit Gonorrhea

Menurut American Collage of Obstetrics and Gynecology dan

Academy Breastfeeding Medicine (2007) dalam Roesli (2012),

tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.

g. Bayi Harus Segera Dibersihkan, Dimandikan, Ditimbang, Dan Diukur

Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix meresap, melunakkan dan melindungi kulit bayi lebih besar. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai.

h. Bayi Kurang Siaga

Pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga. Setelah itu, bayi akan tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang dikonsumsi ibu, justru kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk ikatan kasih sayang (bonding).

i. Kolostrum Tidak Keluar Atau Jumlah Kolostrum Tidak Mencukupi

Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu.

j. Kolostrum Berbahaya Bagi Bayi

Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum juga melindungi dan mematangkan dinding usus bayi. 7. Definisi Rawat Gabung

Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI (2010), menyatakan bahwa rawat gabung adalah upaya menempatkan ibu dan bayi di tempat yang sama selama 24 jam. Pelaksanaan rawat gabung merupakan poin nomer tujuh dalam pedoman peningkatan penerapan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui.

Untuk mewujudkannya, setiap fasilitas kesehatan harus melakukan lima langkah pelaksanaan rawat gabung. Pertama, mengupayakan penyediaan rawat gabung dengan sarana dan prasana yang memadai. Kedua, mempraktekkan rawat gabung selama 24 jam kecuali bayi mengalami indikasi medis harus dirawat secara terpisah. Ketiga, menjamin kebersihan dan kenyamanan ruangan rawat gabung. Keempat, menjamin ketertiban waktu kunjungan. Kelima, mengupayakan agar ibu tetap dapat

menyusui walaupun bayi harus dirawat terpisah atas indikasi medis (KP3A RI, 2010).

8. Manfaat Rawat Gabung

Menurut Wijayanti (2011), manfaat rawat gabung dapat ditinjau dari berbagai aspek, yaitu aspek fisik, fisiologis, psikologi, edukatif, ekonomi, dan medis. Manfaat rawat gabung ditinjau dari aspek fisik yaitu, ibu dapat dengan mudah menjangkau bayinya untuk melakukan perawatan sendiri dan mnyusui sesuai keinginan bayi. Selanjutnya, dari aspek fisiologi, maka dengan adanya rawat gabung bayi akan segera dan lebih sering disusui. Sehingga, akan timbul refleks oksitosin dan prolaktin.

Kemudian, dari aspek psikologi, maka dengan adanya rawat gabung akan terjalin proses lekat antara ibu dan bayi. Hal ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan psikologi bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi. Selanjutnya, dari aspek edukatif, maka dengan adanya rawat gabung ibu akan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan tentang cara menyusui yag benar, merawat tali pusat, merawat payudara, dan memandikan bayi (Wijayanti, 2011).

Selanjutnya, dari aspek ekonomi, maka dengan adanya rawat gabung pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin. Sehingga, dapat menghemat anggaran pengeluaran untuk pembelian susu formula, botol susu, dot, serta peralatan lain yang dibutuhkan. Terakhir, dari aspek

medis, maka dengan adanya rawat gabung akan menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi (Wijayanti, 2011).