• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I Pendahuluan

B. Saran

1. Disarankan kepada koordinator program gizi di PKM Kecamatan Pesanggrahan agar memonitor ketepatan pelaksanaan IMD di RB PKM Kecamatan Pesanggrahan.

2. Disarankan kepada Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta untuk melakukan pelatihan konselor ASI bagi semua bidan puskesmas di DKI Jakarta.

3. Disarankan kepada pihak Dinas Kesehatan Jakarta Selatan sebagai pelaksana pelatihan konselor ASI untuk lebih banyak menekankan pada pemberian materi IMD khususnya mengenai lima tahapan perilaku bayi saat menyusu pertama kali.

Afifah, Evi. 2008. Perilaku Petugas Kesehatan Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Pada Pasien Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak (RSIA) Mutiara

Bunda Ciledug Tangerang Tahun 2008. Jakarta: Skripsi FKIK Jakarta

Anggraeni, Annisa. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Yang Melahirkan Di Rumah Bersalin Puskesmas

Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2012. Jakarta: Skripsi

FKIK Jakarta

Azizahwati, dkk . 2010. Keterampilan Psikomotor Fisika Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together. Jurnal Geliga

Sains. Vol. IV (1). Hal 12-17. Diakses dari

http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JGS/article/download/990/983. Pada tanggal 25 Juli 2013

Bungin, M. Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Departemen Kesehatan RI. 2008. Asuhan Persalinan Normal Asuhan Esensial, Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan

Bayi Baru Lahir. Jakarta: JNPKKR

Departemen Kesehatan RI. 2007. Pelatihan APN Bahan Tambahan IMD. Jakarta: JNPKKR

Fikawati, Sandra & Ahmad Syafiq.2003. Hubungan Antara Menyusui Segera (Immediate Breastfeeding) dan Pemberian ASI Eksklusif Sampai dengan

Empat Bulan. Jurnal Kedokteran Trisakti, Vol.22 (2), Hal. 47-55.

Diakses dari

http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Sandra.pdf. Pada tanggal10 Oktober 2012 Green et all. 1990. Perencanaan Pendidikan Kesehatan Sebuah Pendekatan

Diagnostik. Jakarta: Proyek pengembangan FKM UI DEPDIKBUD RI. Green, L.W. and Kreuter, M.W. 2005. Health Program Planning: An Educational

and Ecological Approach. 4th edition. NY: McGraw-Hill Higher

Agustus 2013

Ja’fara, Carlos. 2001. Analisis Kualitatif Kepatuhan Petugas Kesehatan Terhadap Penatalaksanaan Penyakit Ispa Pada Balita Di Puskesmas Condong Dan

Singkawang Kab.Bengkayang Tahun 2004. Depok: Tesis Program Pasca

Sarjana FKM UI

Kementerian Kesehatan RI. 2012. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

450/Menkes/SK/IV/2004 Tentang Pemberian ASI Eksklusif. Diakses dari

www.perpustakaan.depkes.go.id. Pada tanggal3 Maret 2013

Kementerian Kesehatan RI. 2012. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

369/MENKES/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Kebidanan. Diakses

dari www.indonesian-publichealth.comPada tanggal3 Maret 2013 Kementerian Kesehatan RI. 2012. Peraturan Pemerintah RI No.33 Tahun 2012

Tentang Pemberian ASI Eksklusif. Diakses dari www.depkes.go.id Pada

tanggal3 Maret 2013

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/MENKES/149/1/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan

Praktik Bidan. Diakses dari www.indonesian-publichealth.com Pada

tanggal3 Maret 2013

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Laporan Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI. 2010. Pedoman Peningktan Penerapan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui Yang

Responsif Gender Bagi Pusat Dan Daerah. Diakses dari

http://aimi-asi.org/wp-content/uploads/2010/08/17-permenegpp-3-2010.pdf. Pada tanggal 18 Juli 2013

Krathwohl, David R, dkk. 1974. Taxonomy Of Educational Objectives The

Classification of Educational Goals Handbook II: Affective Domain. New

York: David McKay Company

Legawati, dkk. 2011. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Praktik Menyusui 1

Mashudi, Sugeng. 2011. Inisiasi Menyusui Dini Langkah Awal Keberhasilan

Program ASI Ekslusif. Skripsi. Ponorogo: Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Diakses dari http://lib.umpo.ac.id/index.php/baca/koleksi/33/-inisiasi-menyusui-dini-langkah-awal-keberhasilan-program-asi-ekslusif. Pada tanggal 20 April 2013

Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cetakan kedua puluh dua

Niswah & Noveri Aisyaroh. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Bidan tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan Praktik Inisiasi Menyusu

Dini di Puskesmas Kota Semarang. Diakses dari

http://journal.unissula.ac.id/majalahilmiahsultanagung/article/view/147/1 08.Pada tanggal22 November 2012

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Profil Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2011

Puspita, Indah. 2010. Analisis Sikap Petugas Kesehatan Sebagai Pennolong Persalinan Terhadap Praktek Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Di Wilayah

Kerja Puskesmas Kampung Sawah Tahun 2010 (Studi Kualitatif). Jakarta:

Skripsi FKIK Jakarta

Rahardjo, Setiyowati. 2006. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian

ASI Satu Jam Pertama Setelah Melahirkan. Junal Kesehatan

Masyarakat Nasional, Vol.I (1), Hal. 11-17. Diakses dari

http://www.jurnalkesmas.org/berita-131-faktorfaktor-yang-berhubungan-dengan-pemberian-asi-satu-jam-pertama-setelah-melahirkan.html. Pada tanggal 22 November 2012

Raya, Reynie Purnama. 2008. Pengetahuan Bidan Mengenai IMD. Jurnal

Keperawatan Indonesia. Vol. X (18). Hal. 52. Diakses dari

http://journals.unpad.ac.id/mku/article/view/123/105. Pada tanggal 22 November 2012

Siswanto, dkk. 2008. Hubungan Inisiasi Menyusu Dini Dengan Pemberian ASI

Eksklusif Pada Bayi Usia 6 – 12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas

Kedungkandang Kota Malang. Diakses dari

http://fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/gizi/RATIH%20ADELITA%20 SARI.pdf. Pada tanggal 8 Juli 2013

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sukmawati. 2012. Hubungan Kehadiran Pendamping Ibu Bersalin Terhadap

Persalinan Kala II. Jurnal Medika Respati. Vol. VII (3). Diakses dari

http://e-journal.respati.ac.id/node/37. Pada tanggal 30 Juli 2013

Suryani, Devi Nanda. 2011. Hubungan Dukungan Suami Dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Pad Ibu Post Partum Di BPS Kota Semarang.

Jurnal Dinamika Kebidanan. Vol.I (1). Diakses Dari

http://jurnal.abdihusada.com. Pada tanggal 30 Juli 2013

Utami, Aris Puji. 2012. Hubungan Inisiasi Menyusu Dini Dengan Kecepatan

Keluarnya ASI Pada Ibu Post Partum Di BPS Firda Tuban. Vol. II (1).

Diakses dari

http://journal.stikesnu.com/index.php/jurnaldosen/article/view/46. Pada tanggal 22 November 2012

World Health Organization. 1998. Complementary feeding of young children in

developing countries: a review of current scientific knowledge. Geneva:

WHO

Wulandari, Atik S. 2009. Inisiasi Menyusu Dini Untuk Awali ASI Eksklusif. Diakses dari www.fk.uwks.ac.id. Pada tanggal 22 November 2012

Wijayanti, Desi. 2011. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Bersalin Terhadap Rawat Gabung Di Polindes Mekar Sari Desa Bebengan Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol. 1 (2).

Diakses dari

http://jurnal.akbiduniska.ac.id/index.php/AKU/article/view/5/4. Pada tanggal 30 Juli 2013

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013

Kegiatan Observasi Informan Pelaksanaan

Ya Tidak A. Penilaian awal, pengeringan tubuh bayi

1 bidan mencatat waktu kelahiran saat bayi lahir

2 bidan menilai apakah diperlukan resusitasi atau tidak dalam waktu 2 detik

3 bila tidak diperlukan resusitasi, bidan mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali telapak tangan menggunakan kain bersih

4 bidan menyelimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat diklem 5 bidan memeriksa uterus ibu bersalin untuk

memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus 6 bidan memberikan suntikan Intramuskular 10 UI

oksitosin pada ibu bersalin

Kegiatan Observasi Informan Pelaksanaan

Ya Tidak B. Pemberian kesempatan pada bayi melakukan

kontak kulit dengan ibunya minimal 1 jam

1 bidan meletakkan bayi dalam posisi tengkurap di dada ibu setelah memotong dan mengklem tali pusat

kulit dengan ibunya minimal selama 1 jam

(sebagian besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 30-60 menit)

4 bidan meminta ibu bersalin untuk memeluk dan membelai bayinya

5 bidan memberikan bantal di bawah kepala ibu bersalin untuk mempermudah kontak visual antara ibu dan bayinya (bila perlu)

6 bidan tidak membasuh atau menyeka payudara ibu bersalin sebelum bayi menyusu

7 Bidan melanjutkan langkah manajemen aktif kala tiga persalinan selama kontak kulit ke kulit tersebut

Kegiatan Observasi Informan Pelaksanaan

Ya Tidak C. Pemberian kesemptan pada bayi untuk mencari, menemukan puting ibunya dan mulai menyusu

1 bidan membiarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan mulai menyusu

2 bidan menganjurkan ibu bersalin dan keluarga yang mendampingi persalinan untuk tidak menginterupsi upaya bayi untuk mulai menyusu, misalnya

memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lainnya

3 bidan menunda semua asuhan BBL normal lainnya hingga bayi selesai menyusu

5 bidan membiarkan ibu dan bayinya tetap berada di ruang bersalin hingga bayi selesai menyusu

6 bidan menyelimuti bayi dengan kain bersih lalu menimbang dan mengukur bayi, mengoleskan salep antibiotik pada mata bayi dan memberikan suntikan vitamin K1 dan suntikan Hepatitis B pertama setelah bayi selesai menghisap puting ibu

7 apabila bayi belum melakukan IMD dalam waktu 1 jam, bidan memposisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan membiarkan kontak kulit bayi dan ibu berlangsung selama 30-60 menit berikutnya 8 apabila bayi belum melakukan IMD dalam waktu 2

jam, bidan memindahkan ibu ke ruang

pemulihan/perawatan dengan posisi bayi tetap berada di dada ibu

9 bidan memakaikan pakaian pada bayi dan menutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari pertama

10 bidan memberikan suntikan Hepatitis B pertama pada bayi setelah satu jam kemudian

11 bidan meletakkan bayi dekat dengan ibu sehingga mudah terjangkau dan bayi bisa menyusu sesuai keinginannya

DENGAN BIDAN PENOLONG PERSALINAN

“PERILAKU BIDAN DALAM PELAKSANAAN

INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI PUSKESMAS KECAMATAN

PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2013”

A. Tujuan wawancara dengan bidan penolong persalinan

1. Mendapatkan gambaran langkah pertama, kedua, dan ketiga yang dilakukan bidan dalam pelaksanaan IMD di PKM Kec. Pesanggrahan. B. Petunjuk Wawancara

1. Wawancara dilakukan oleh seorang pewawancara.

2. Berikan penjelasan kepada informan tentang maksud dan tujuan wawancara.

3. Informan bebas menyampaikan jawaban.

4. Semua jawaban informan akan dijamin kerahasiannya. 5. Wawancara akan direkam untuk membantu penulisan hasil.

6. Sampaikan ucapan terimakasih kepada informan atas kesediannya meluangkan waktu untuk diwawancara.

C. Identitas Informan 1. Nama

2. Usia

3. Pendidikan terakhir 4. Jabatan

D. Pedoman Wawancara 1. Definisi IMD 2. Manfaat IMD

3. Langkah-langkah pelaksanaan IMD 4. Peran suami/keluarga saat persalinan 5. Penggunaan obat kimiawi saat persalinan 6. Rawat gabung

DENGAN IBU BERSALIN

“PERILAKU BIDAN DALAM PELAKSANAAN

INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI PUSKESMAS KECAMATAN

PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2013”

A. Tujuan wawancara dengan bidan penolong persalinan

1. Mendapatkan gambaran perilaku bidan dalam pelaksanaan IMD di PKM Kec. Pesanggrahan.

B. Petunjuk Wawancara

1. Wawancara dilakukan oleh seorang pewawancara.

2. Berikan penjelasan kepada informan tentang maksud dan tujuan wawancara.

3. Informan bebas menyampaikan jawaban.

4. Semua jawaban informan akan dijamin kerahasiannya. 5. Wawancara akan direkam untuk membantu penulisan hasil.

6. Sampaikan ucapan terimakasih kepada informan atas kesediannya meluangkan waktu untuk diwawancara.

C. Identitas Informan 1. Nama

2. Usia

3. Pendamping persalinan 4. Jumlah kelahiran

1. Anjuran pendamping persalinan

2. Penggunaan obat kimiawi saat persalinan 3. Posisi melahirkan

4. Pelaksanaan IMD 5. Rawat gabung

LAMPIRAN 6a

Hasil Observasi Perilaku Bidan Dalam Langkah Pertama Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Di Puskesmas Ke. Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013

Kegiatan Observasi Bidan

A. Penilaian awal, pengeringan tubuh bayi

N SA SH E R A P Y

1 2 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 1

1 bidan mencatat waktu

kelahiran saat bayi lahir V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V 2 bidan menilai apakah

diperlukan resusitasi atau tidak dalam waktu 2 detik

V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V

3 bila tidak diperlukan resusitasi, bidan

mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali telapak tangan menggunakan kain bersih

V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V

4 bidan menyelimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat diklem

X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

5 bidan memeriksa uterus ibu bersalin untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus

V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V

6 bidan memberikan suntikan Intramuskular 10 UI oksitosin pada ibu bersalin

LAMPIRAN 6b

Hasil Observasi Perilaku Bidan Dalam Langkah Kedua Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Di Puskesmas Ke. Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013

Kegiatan Observasi Bidan

B. Pemberian kesempatan pada bayi melakukan kontak kulit dengan ibunya minimal 1 jam

N SA SH E R A P Y

1 2 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 1

1 bidan meletakkan bayi dalam posisi tengkurap di dada ibu setelah

memotong dan mengklem tali pusat

V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V X V

2 bidan menyelimuti ibu dan bayi menggunakan kain hangat dan memasangkan topi di kepala bayi

V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V X V

3 bidan membiarkan bayi untuk melakukan kontak kulit dengan ibunya minimal selama 1 jam (sebagian besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 30-60 menit)

X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

4 bidan meminta ibu bersalin untuk

memeluk dan membelai bayinya V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V X V 5 bidan memberikan bantal di bawah

kepala ibu bersalin untuk

mempermudah kontak visual antara ibu dan bayinya (bila perlu)

V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V X V

6 bidan tidak membasuh atau menyeka payudara ibu bersalin sebelum bayi menyusu

V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V X V

7 Bidan melanjutkan langkah

manajemen aktif kala tiga persalinan selama kontak kulit ke kulit tersebut

Hasil Observasi Perilaku Bidan Dalam Langkah Ketiga Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Di Puskesmas Ke. Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013

Kegiatan Observasi Bidan

C. Pemberian kesemptan pada bayi untuk mencari, menemukan puting ibunya dan mulai menyusu

N SA SH E R A P Y

1 2 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 1

1 bidan membiarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan mulai menyusu

V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V X V

2 bidan menganjurkan ibu bersalin dan keluarga yang mendampingi persalinan untuk tidak menginterupsi upaya bayi untuk mulai menyusu, misalnya memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lainnya

V V X X V V V V V X X V V X X X V X V V V V X X X X

3 bidan menunda semua asuhan BBL normal lainnya hingga bayi selesai menyusu

X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

4 Bidan menunda memandikan bayi 6-24 jam setelah bayi lahir untuk mencegah terjadinya hipotermia

V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V

5 bidan membiarkan ibu dan bayinya tetap berada di ruang bersalin hingga bayi selesai menyusu

V V X V V V V V V V V V V X X V V V V V V V V V V X

6 bidan menyelimuti bayi dengan kain bersih lalu menimbang dan mengukur bayi, mengoleskan salep antibiotik pada mata bayi dan memberikan suntikan vitamin K1 dan suntikan Hepatitis B pertama setelah bayi selesai menghisap puting ibu

LAMPIRAN 6d

Hasil Observasi Perilaku Bidan Dalam Langkah Ketiga Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Di Puskesmas Ke. Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013

Kegiatan Observasi Bidan

C. Pemberian kesemptan pada bayi untuk mencari, menemukan puting ibunya dan mulai menyusu

N SA SH E R A P Y

1 2 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 1 7 apabila bayi belum melakukan IMD

dalam waktu 1 jam, bidan

memposisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan membiarkan kontak kulit bayi dan ibu berlangsung selama 30-60 menit berikutnya

X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

8 apabila bayi belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, bidan

memindahkan ibu ke ruang

pemulihan/perawatan dengan posisi bayi tetap berada di dada ibu

X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

9 bidan memakaikan pakaian pada bayi dan menutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari pertama

V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V

10 bidan memberikan suntikan Hepatitis B pertama pada bayi setelah satu jam kemudian

V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V

11 bidan meletakkan bayi dekat dengan ibu sehingga mudah terjangkau dan bayi bisa menyusu sesuai keinginannya

Item Pertanyaan

Domain Kognitif Informan Jawaban

Pengetahuan Mengenai Definisi

IMD

N

-SA IMD yaitu skin to skin selama 1 jam.

E IMD yaitu skin to skin dan merupakan reflek awal bayi untuk menyusu.

A IMD yaitu perkenalan bayi untuk menyusu, dimulai saat lahir dengan cara skin to skin selama 1 jam.

Kesimpulan

Definisi IMD adalah refleks awal bayi untuk menyusu yang dilakukan dengan cara skin to skin contact antara ibu dan bayi selama 1 jam.

Pengetahuan Mengenai Manfaat

IMD

N Mendukung keberhasilan ASI eksklusif. SA Mencegah hipotermi.

E

Merangsang refleks awal bayi untuk menyusu, mencegah hipotermi, menjalin kedekatan antara ibu dan bayi, menjadikan ibu lebih senang.

A

Perkenalan bayi untuk menyusu, menjalin kedekatan antara ibu dan bayi, menjaga kehangatan bayi, merangsang kontraksi rahim.

Kesimpulan

Manfaat dilaksanakan IMD adalah untuk merangsang refleks awal bayi untuk menyusu yang akan mempengaruhi keberlangsungan praktik menyusui sehingga diharapkan dapat mencapai keberhasilan ASI eksklusif. Selain itu, dengan adanya skin to skin contact antara ibu dan bayi, maka dapat mencegah hipotermi pada bayi dan menjalin ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi. Manfaat IMD juga dapat merangsang kontraksi uterus ibu sehingga plasenta dapat segera lahir.

Pengetahuan Mengenai Langkah-Langkah Pelaksanaan

IMD

N

Memeriksa pernapasan bayi, kemudian memfasilitasi IMD sampai satu jam, selanjutnya memberikan vitamin K, dua jam kemudian memberikan imunisasi hepatitis B pertama dan melaksanakan rawat gabung.

SA

Memeriksa pernapasan bayi, jika tidak diperlukan resusitasi maka seluruh tubuh bayi dibersihkan kecuali kedua tangan, letakkan bayi di antara payudara ibu dan dibiarkan selama 1 jam.

E Meletakkan bayi di dada ibu sampai 1 jam, posisi tangan di dada ibu dan diarahkan ke puting ibu.

A

sampai bayi menemukan puting ibunya. Jika bayi memerlukan resusitasi maka harus ada penanganan resusitasi terlebih dahulu.

Kesimpulan

Langkah-langkah IMD dimulai dengan cara melakukan penilaian awal pada bayi baru lahir. Penilaian awal tersebut dilakukan dengan cara mengenali gejala asfiksia pada bayi baru lahir. Jika dinyatakan positif asfiksia, maka bidan akan melakukan tindakan resusitasi terlebih dahulu , sehingga pelaksanaan IMD ditunda sampai keadaan bayi kembali normal. Namun, jika bayi baru lahir tidak menunjukkan gejala asfiksia maka bidan akan membersihkan seluruh tubuh bayi kecuali kedua lemak yang ada di tangan bayi menggunakan kain bersih. Selanjutnya meletakkan bayi di antara kedua payudara

ibu (skin to skin contact), lalu memberi kesempatan

kepada bayi untuk berusaha sendiri menemukan puting susu ibunya dan mulai menyusu. Keadaan tersebut dipertahankan sampai 1 jam.

Pengetahuan Mengenai Kondisi Ibu Yang Beresiko Untuk Melaksanakan

IMD

N Ibu stres setelah melahirkan.

SA Ibu merasa tidak nyaman karena kesakitan saat dijahit. E Ibu merasa tidak nyaman karena kesakitan saat dijahit. A Ibu merasa kesakitan saat dijahit, namun tetap harus

diberi pengertian. Kesimpulan

Kondisi ibu yang beresiko dalam pelaksanaan IMD adalah ibu stres setelah melahirkan dan ibu merasa tidak nyaman karena kesakitan saat dijahit.

Pengetahuan Mengenai Kondisi Bayi Yang Beresiko Untuk Melaksanakan

IMD

N Tidak menangis saat lahir.

SA Napas cepat, badan membiru dan tidak menangis. E Napas cepat dan tidak menangis.

A Asfiksia.

Kesimpulan

Kondisi bayi yang beresiko dalam pelaksanaan IMD adalah baayi yang menunjukkan gejala asfiksia yaitu bayi tidak menangis saat lahir, napas bayi cepat dan tubuh bayi biru.

Pengetahuan Mengenai Jenis Obat

Kimiawi Yang Digunakan Saat

Persalinan

N Syntosinon, methergin, dan vitamin A.

SA Syntosinon, methergin, antibiotik dan vitamin A. E Syntosinon, methergin, antibiotik dan vitamin A. A Syntosinon, cairan infus dan methergin.

Pengetahuan Mengenai Manfaat Penggunaan Obat Kimiawi Saat Persalinan SA

Syntosinon merangsang kontraksi uterus, methergin menghentikan pendarahan, antibiotik mengurangi rasa nyeri dan vitamin A sebagai penambah darah.

E Syntosinon merangsang kontraksi uterus dan methergin menghentikan perdarahan.

A Syntosinon merangsang kontraksi uterus dan methergin menghentikan perdarahan.

Kesimpulan

Manfaat pemberian syntosinon setelah melahirkan yaitu agar uterus berkontraksi sehingga mempercepat lahirnya plasenta. Selanjutnya pemberian methergin hanya pada kasus-kasus tertentu saja karena pemberian methergin pada ibu bersalin dapat menghambat produksi ASI sehingga ASI yang dihasilkan menjadi lebih sedikit. Manfaat pemberian methergin setelah melahirkan adalah untuk menghentikan pendarahan pada ibu bersalin yang mengalami retensio plasenta. Sedangkan manfaat pemberian antibiotik yaitu untuk mengurangi rasa sakit setelah penjahitan dan manfaat vitamin A sebagai penambah darah.

Pengetahuan Mengenai Definisi

Rawat Gabung

N Ibu dan bayi berada pada tempat yang sama.

SA -

E Ibu dan bayi berada pada tempat yang sama. A Bayi selalu ada di dekat ibunya.

Kesimpulan

Rawat gabung adalah menempatkan ibu dan bayi di tempat yang sama dengan ibunya. Sehingga, bayi selalu berada dekat dengan ibunya.

Pengetahuan Mengenai Manfaat

Rawat Gabung

N -

SA

Bayi akan lebih sering menyusu. Sehingga, memperoleh ASI eksklusif. Ibu pun akan terlatih untuk menyusui dan merawat bayinya saat di rumah.

E Agar ibu lebih teratur menyusui bayinya.

A

Ibu akan lebih sering memperhatikan dan bertanggung jawab terhadap bayinya. Selain itu, rawat gabung menjadikan ibu lebih sering menyusui sehingga merangsang pengeluaran ASI.

Kesimpulan

Manfaat rawat gabung yaitu agar ibu terlatih untuk merawat dan menyusui bayinya. Selain itu, bayi akan lebih sering menyusu sehingga memperoleh ASI eksklusif.

Sikap Terhadap Program IMD

N

mencapai keberhasilan ASI eksklusif. SA Menerima adanya program IMD.

E Mau memfasilitasi IMD dalam setiap persalinan normal A

Mau memfasilitasi IMD dalam setiap persalinan normal dan pada kasus asfiksia. Namun, terlebih dahulu melakukan tindakan resusitasi.

Kesimpulan

Bidan menyetujui dan mendukung program IMD. Selain itu, bidan mau memfasilitasi pelaksanaan IMD dalam setiap persalinan.

Sikap Terhadap Keberadaan Pendamping Persalinan

N Setuju dan mewajibkan suami/keluarga untuk mendampingi persalinan.

SA Setuju dan mewajibkan suami/keluarga untuk mendampingi persalinan.

E Setuju namun tidak mewajibkan suami/keluarga untuk mendampingi persalinan.

A Setuju namun tidak mewajibkan suami/keluarga untuk mendampingi persalinan.

Kesimpulan

- Setuju dan mewajibkan suami/keluarga untuk mendampingi persalinan.

- Setuju namun tidak mewajibkan suami/keluarga untuk mendampingi persalinan.

Sikap Terhadap Penggunaan Obat

Kimiawi Saat Persalinan

N Mewajibkan pemberian syntosinon. SA Mewajibkan pemberian syntosinon.

E Mewajibkan pemberian syntosinon. A Mewajibkan pemberian syntosinon. Kesimpulan Harus memberikan syntosinon.

Sikap Terhadap Larangan Membersihkan Kedua

Tangan Bayi

N Tidak boleh membersihkan tangan bayi. SA Boleh saja membersihkan tangan bayi.

E Boleh saja membersihkan tangan bayi. A Tidak boleh membersihkan tangan bayi.

Kesimpulan - Tidak boleh membersihkan tangan bayi. - Boleh saja membersihkan tangan bayi. Sikap Terhadap

Waktu Yang Diberikan Untuk Melakukan IMD

N Setuju dilakukan sampai 1 jam SA Tidak setuju dilakukan sampai 1 jam

E Tidak setuju dilakukan sampai 1 jam A Setuju dilakukan sampai 1 jam

Kesimpulan - Setuju dilakukan sampai 1 jam. - Tidak setuju dilakukan sampai 1 jam.