• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKAN DAN HASIL YANG DICAPA

Dalam dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI (Halaman 150-174)

REKAPITULASI PELAPORAN UANG GRATIFIKASI TAHUN 2004—

HASIL YANG DICAPA

2.10 PRIORITAS NASIONAL 10 : DAERAH TERTINGGAL, TERDEPAN, TERLUAR, DAN PASCAKONFLIK

2.10.2 LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKAN DAN HASIL YANG DICAPA

Sejalan dengan kebijakan yang ditetapkan dalam RPJMN 2010-2014, pengembangan daerah terdepan dan terluar khususnya kawasan perbatasan dengan negara tetangga dan pulau kecil terluar diarahkan pada upaya-upaya untuk mempercepat pembangunan kawasan perbatasan di berbagai bidang sebagai beranda depan negara dan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga secara terintegrasi dan berwawasan lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjamin pertahanan keamanan nasional.

Arah kebijakan tersebut dijabarkan melalui 5 strategi, yaitu: (1) penyelesaian penetapan dan penegasan batas wilayah negara; (2) peningkatan upaya pertahanan, keamanan, serta penegakan hukum; (3) peningkatan pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan; (4) peningkatan pelayanan sosial dasar; dan (5) penguatan kapasitas kelembagaan dalam pengembangan kawasan perbatasan secara terintegrasi.

Dalam kaitannya dengan pembangunan daerah tertinggal, arah kebijakan yang ditempuh adalah dengan melakukan percepatan pembangunan daerah tertinggal melalui komitmen dan sinergisme pusat dan daerah dalam meningkatkan pengembangan perekonomian daerah yang didukung dengan peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat sehingga daerah tertinggal dapat tumbuh dan berkembang secara lebih cepat guna dapat mengatasi

2 - 140

ketertinggalan pembangunannya dari daerah lain. Arah kebijakan ini selanjutnya ditempuh melalui strategi pembangunan yang disesuaikan dengan karakteristik ketertinggalan suatu daerah yang terdiri atas (1) Pengembangan ekonomi lokal di daerah tertinggal; (2) Penguatan kelembagaan masyarakat dan pemerintah daerah dalam pengelolaan sumber daya lokal di daerah tertinggal; (3) Peningkatan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau di daerah tertinggal; (4) Peningkatan pelayanan pendidikan yang berkualitas di daerah tertinggal; dan (5) Peningkatan sarana dan prasarana infrastruktur daerah tertinggal serta peningkatan aksesibilitas daerah tertinggal dengan pusat-pusat pertumbuhan.

Implementasi arah kebijakan dan strategi dalam RPJMN 2010—2014 tersebut terkait dengan program aksi untuk daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonflik. Program aksi tersebut ditujukan untuk pengutamaan dan penjaminan pertumbuhan di daerah tertinggal, terdepan, terluar serta keberlangsungan kehidupan damai di wilayah pascakonflik dengan 4 substansi inti sebagai berikut (1) Kebijakan: Pelaksanaan kebijakan khusus dalam bidang infrastruktur dan pendukung kesejahteraan lainnya yang dapat mendorong pertumbuhan di daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonflik selambat-lambatnya dimulai pada tahun 2011; (2) Kerja sama internasional: Kerja sama dengan negara-negara tetangga dalam rangka pengamanan wilayah dan sumber daya kelautan dibentuk; (3) Keutuhan wilayah: Penyelesaian pemetaan wilayah perbatasan RI dengan Malaysia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Filipina dilakukan pada tahun 2010; dan (4) Daerah tertinggal: Pengentasan daerah tertinggal di sedikitnya 50 kabupaten paling lambat dilaksanakan pada tahun 2014.

Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam rangka pelaksanakan kebijakan khusus dalam bidang infrastruktur dan pendukung kesejahteraan lainnya untuk mendorong pertumbuhan di daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonflik antara lain adalah sebagai berikut (1) Pelaksanaan koordinasi dan evaluasi hubungan multilateral, wilayah negara, dan tata ruang pertahanan, serta koordinasi pengelolaan masyarakat kawasan tertinggal; (2) Pengembangan kebijakan, koordinasi, dan fasilitasi pembangunan

2 - 141 daerah tertinggal termasuk di kawasan perbatasan; (3) Pengembangan dan penataaan wilayah administrasi dan perbatasan; (4) Pelaksanaan pemberdayaan dan pemerataan pembangunan sarana dan prasarana telekomunikasi dan informatika; (5) Peningkatan mutu dan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan di daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonflik; (6) Penyelenggaraan perhubungan di daerah tertinggal; (7) Peningkatan sarana, prasarana, dan pelayanan kesehatan meliputi pembinaan pelayanan kesehatan komunitas dan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat miskin, pembinaan pelayanan medik spesialistik; dan perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan; (8) Peningkatan sarana, prasana, dan pelayanan pendidikan yang meliputi penyediaan guru untuk seluruh jenjang pendidikan serta pendidikan dan pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan; (9) Pendayagunaan pulau-pulau kecil; (10) Dukungan pengembangan dan pendayagunaan teknologi pendukung pemba-ngunan daerah tertinggal, terdepan, dan pascakonflik; (11) Teknologi Efisiensi Pemanfaatan Sumber daya Air; dan (12) Pembangunan kawasan transmigrasi melalui pembangunan perdesaan serta pembangunan ekonomi lokal dan daerah.

Hasil-hasil yang telah dicapai hingga bulan Juni 2010 dalam rangka pelaksanaan kebijakan khusus dalam bidang infrastruktur dan pendukung kesejahteraan lainnya mendorong pertumbuhan di daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonflik antara lain sebagai berikut.

1. Telah disusun rancangan awal dokumen rencana aksi pengembangan 27 daerah tertinggal di kawasan perbatasan. 2. Telah dilaksanakan penyediaan jasa akses telekomunikasi di

25.995 desa yang 101 di antaranya sudah dipasangi fasilitas internet.

3. Telah dibangun desa informatif di kawasan perbatasan melalui pemasangan radio komunitas dan pembuatan kontent edukatif pada 8 lokasi di kawasan perbatasan, serta terlaksananya pemberdayaan KIM dan penyebaran informasi melalui radio komunitas oleh KIM.

2 - 142

4. Telah dibangun pembangkit listrik dengan memanfaatkan Energi Baru Terbarukan (EBT) melalui: (1) PLTMH (mikrihidro) dengan kapasitas terpasang sebesar 217.89 MW; (2) PLTS (surya) dengan kapasitas terpasang sebesar 13.58 MW dan (3) PLTB (angin) dengan kapasitas terpasang sebesar 1.8 MW

5. Telah diproses pemberian tunjangan khusus bagi pendidik dan tenaga pendidikan di daerah tertinggal, terdepan, terluar dan pascakonflik melalui pengusulan calon penerima tunjangan serta pembayaran tunjangan khusus bagi 26.321 guru dengan tingkat capaian sebesar 59%.

6. Telah diproses pemberian tunjangan khusus bagi guru madrasah di daerah tertinggal, terdepan, terluar dan pascakonflik melalui penyusunan pedoman penyaluran tunjangan khusus bagi guru di daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonflik serta penyediaan data guru penerima tunjangan khusus.

7. Telah dilaksanakan koordinasi lintas sektor kabupaten tertinggal melalui pelaksanaan rapat Koordinasi Pusat Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (RAKORPUS PPDT) yang menghasilkan rumusan kesepakatan seluruh K/L dalam fasilitasi pelaksanaan kegiatan percepatan pembangunan daerah tertinggal, pelaksanaan Rapat Koordinasi Nasional Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (RAKORNAS PPDT) yang menghasilkan rumusan kesepakatan K/L, Provinsi, dan Kabupaten dalam upaya mewujudkan sasaran percepatan pembangunan daerah tertinggal, serta pelaksanaan proses koordinasi, fasilitasi, dan pemantauan percepatan pembangunan daerah tertinggal lintas sektor di 10 daerah tertinggal.

8. Telah ditingkatkan aksesibilitas pelayanan angkutan jalan dengan pengadaan 37 unit bus perintis serta subsidi bus dan trayek perintis di 22 provinsi.

9. Telah dibangun Angkutan Sungai dan Penyeberangan (ASDP) dengan pengadaan kapal perintis sebanyak 13 unit (lanjutan) dan 5 unit (baru) serta subsidi perintis angkutan

2 - 143 penyeberangan pada 49 kapal penyeberangan perintis di 111 lintas angkutan penyeberangan perintis.

10. Telah dikembangkan angkutan laut perintis yaitu

pembangunan 5 unit kapal perintis dan 9 unit kapal marine surveyor

11. Telah dikembangkan kapal penumpang dan perintis sebanyak 5 unit beserta subsidi angkutan laut perintis untuk 58 trayek dan dana PSO melalui PT PELNI.

12. Telah diberikan subsidi operasi angkutan udara perintis pada 118 rute di 14 provinsi.

13. Telah diproses penyediaan 91 lintas SDP dengan realisasi frekuensi pelayanan mencapai 40%

14. Telah dilaksanakan Pembinaan Penyiapan Permukiman dan Penempatan Transmigrasi melalui Program Pengembangan Wilayah Perbatasan dan Wlayah Tertinggal, dengan hasil yaitu: (1) terbangunnya rumah transmigran dan jamban keluarga sebanyak 1.082 unit, sarana air bersih sebanyak 47 unit, jalan penghubung/poros sepanjang 26,39 km, pembangunan jembatan semipermanen sepanjang 27 meter, dan fasilitas umum sebanyak 8 unit dan (2) terfasilitasnya perpindahan dan penempatan sebanyak 151 keluarga transmigran/512 jiwa, dengan rincian Transmigrasi Umum sebanyak 25 keluarga, Transmigrasi Swakarsa Berbantuan (TSB) sebanyak 72 keluarga, dan Transmigrasi Swakarsa Mandiri (TSM) sebanyak 54 keluarga.

15. Telah dilaksanakan program pemberdayaan masyarakat dan kawasan transmigrasi transmigran baru (PTB) dan transmigrasi yang sudah ada (PTA) dengan (1) melakukan pengelolaan lahan pertanian di kawasan transmigrasi seluas 7.411 ha dan intensifikasi lahan usaha I seluas 2.784 ha, serta pengembangan tanaman bibitan di lahan usaha II seluas 3.538,8 ha dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasional; (2) membentuk kelompok tani pada 22 UPT sebanyak 80 kelompok serta gabungan kelompok tani 8 Gapoktan; (3) melakukan pendampingan pemberdayaan

2 - 144

masyarakat transmigrasi dan bimbingan teknis pengelolaan bantuan pangan serta peningkatan kapasitas produksi melalui pemanfaatan teknologi dengan aplikasi bio enzim dan bantuan sarana produksi pertanian untuk lahan seluas 7.741 ha, serta bantuan alat-alat pengolah hasil pertanian/non pertanian sebanyak 47 paket untuk 47 permukiman transmigrasi di 29 kabupaten.

16. Telah dilaksanakan dukungan ketahanan pangan dalam bidang sosial ekonomi berupa (1) pemberian bantuan pangan berupa beras sebanyak 5.157.345,58 kg dan 71.097 paket nonberas, pemberian insentif bagi guru dan tenaga kesehatan di 229 permukiman transmigrasi (kimtrans), pembinaan administrasi desa di 194 kimtrans, pembentukan organisasi kimtrans dan PKK/Karang Taruna di 22 kimtrans, serta penguatan kelembagaan kimtrans di 107 kimtrans; (2) dalam bidang usaha tani berupa pembentukan koperasi; LKMBMT Trans dan pengelolaan jasa alat produksi pertanian (alsintan) sebanyak 36 lembaga (3) dalam bidang infrastruktur berupa pengembangan sarana dan prasarana permukiman melalui rehabilitasi fasilitas umum social sebanyak 352 unit, rehabilitasi/peningkatan jalan poros/penghubung sepanjang 261,25 km, rehabilitasi/pembangunan jembatan kayu dan semi permanen sepanjang 2.090 meter, pembangunan gorong- gorong sepanjang 135 meter, rehabilitasi/ pembangunan sarana air bersih nonstandar 17 unit dan SAB sebanyak 10 buah. 17. Telah dilaksanakan dukungan kebijakan energi alternatif

berupa: (1) pengembangan biogas dari kotoran sapi di Kota Terpadu Mandiri Mesuji dan KTM Parit-Rambutan dan (2) Penandatanganan MoU dengan Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, yang ditindaklanjuti dengan pemberian bantuan mesin mikrohidro untuk lokasi Buso dan Batimurung, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan, dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sebanyak 186 unit di 3 KTM dan 29 permukiman transmigrasi binaan.

18. Telah dilaksanakan dukungan pemerataan pertumbuhan ekonomi dan strategi pemerataan investasi daerah dengan: (1)

2 - 145 kerjasama dengan pihak sejumlah 14 swasta untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit seluas 43.184 ha beserta pabrik kelapa sawitnya dengan investasi skitar 1,7 triliun; (2) mengembangkan komoditas tanaman pangan padi seluas 60.000 ha dan jagung seluas 18.000 ha dalam upaya peningkatan pendapatan masyarakat transmigrasi dan (3) upaya mengurangi pengangguran dan kemiskinan dalam Sistem Rencana Tenaga Kerja Nasional yang melalui program Pemberdayaan Masyarakat dan Kawasan Transmigrasi yang telah dapat menciptakan kesempatan kerja bagi 53.864 orang. Untuk mendukung kerjasama internasional melalui pembentukan kerja sama dengan negara-negara tetangga dalam rangka pengamanan wilayah dan sumber daya kelautan, beberapa kegiatan yang dilaksanakan antara lain adalah (1) peningkatan operasional dan pemeliharaan kapal pengawas; (2) pengembangan sarana dan prasarana pengawasan dan pemantuan kapal perikanan; (3) pembangunan sarana dan prasarana pertahanan di wilayah perbatasan; dan (4) operasi pemberdayaan wilayah pertahanan.

Adapun hasil-hasil yang telah dicapai hingga bulan Juni 2010 dalam rangka pelaksanaan kerjasama internasional melalui pembentukan kerja sama dengan negara-negara tetangga dalam rangka pengamanan wilayah dan sumber daya kelautan, antara lain sebagai berikut.

1. Untuk menanggulangi kegiatan pencurian dan kegiatan yang merusak sumber daya kelautan telah dilakukan operasi kapal pengawas dan kerjasama operasi antara TNI-AL, Bakorkamla, POLRI, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan serta kerjasama pengawasan dengan Australia dan Malaysia dalam rangka protection border command. Hingga tahun 2010, pelaksanaan program/kegiatan pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan telah berhasil memeriksa 3856 unit kapal perikanan dengan rincian sebanyak 203 kapal telah ditangkap dan diberlakukan tindakan hukum, yaitu 154 kapal perikanan di dok ke pelabuhan terdekat, 32 kapal ditenggelamkan dan 17 kapal dipulangkan ke negara asal.

2 - 146

2. Telah dilaksanakan pemantauan ketaatan kapal di pelabuhan, pengawasan usaha budidaya, verifikasi kapal perikanan, dan pengawasan sumberdaya kelautan pada ekosistem terumbu karang.

3. Telah dilaksanakan pemantauan penggunaan Vessel Monitoring System (VMS).

4. Tealah dilaksanakan pengmbangan kerjasama internasional melalui implementasi Regional Plan of Action (RPOA) to Promote Responsible Fisheries (Including Combating IUU Fishing).

5. Telah dibangun pos-pos pengamanan perbatasan dan digelar pasukan TNI secara terbatas baik di pos-pos perbatasan maupun di pulau-pulau kecil terluar dalam rangka menjamin kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa. Pos-pos perbatasan yang telah dibangun pada tahun 2010 adalah Pos Batas L. Metun/Mln. dan Sajingan di Kalimantan serta Pos Batas Skopro Keerom, Somografi Keerom, MM 12,5 Merauke, MM 12,6 Merauke, dan KM 33 B. Digul di Papua.

6. Telah dimekarkan Kodam VI/Tanjungpura di Kalimantan menjadi Kodam VI/Mulawarman yang meliputi wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan, serta Kodam XII/Tanjungpura yang meliputi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Pemekaran tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan luasnya wilayah Kalimantan dan panjangnya perbatasan darat antara Indonesia dengan Malaysia di Kalimantan sehingga diharapkan tugas pengamanan wilayah dapat dilaksanakan dengan lebih baik.

7. Telah dilaksanakan pengamanan terhadap 12 pulau kecil terluar dengan dibangunnya pos di P. Berhala, P. Nipah, P. Laut, P. Enggano, P. Karimata, P. Serutu, P. Maratua, P. Derawan, P. Sebatik, P. Miangas, P. Marore, P. Marampit, P. Batek, P. Mangudu, P. Dana (Kep Rote), P. Dana (Kep. Sabu), P. Lirang, P. Wetar, P. Kisar, P. Marotai, P. Fani, P. Bras, P. Rondo, P. Nasi, P. Bengkaru dan P. Haloban.

2 - 147

8. Terbangunnya pos perbatasan di Kalimantan (Indonesia- Malaysia), perbatasan di Papua (Indonesia-Papua Nugini/PNG), perbatasan Nusa Tenggara Timur (Indonesia- Timor Leste) dengan menggunakan standar internasional custom, imigration, quarantine and security system (CIQS). Beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pemantapan keutuhan wilayah NKRI melalui penyelesaian pemetaan wilayah perbatasan RI dengan Malaysia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Filipina pada 2010 meliputi (1) pelaksanaan perundingan perbatasan RI-Malaysia, Singapura, Timor Leste, Filipina, Vietnam, dan Palau; (2) pemetaan batas wilayah; (3) pembentukan badan nasional pengelola perbatasan; (4) pengelolaan pertanahan propinsi dan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah tertentu (WP3WT); serta (5) inventarisasi data dan penamaan pulau- pulau kecil terluar.

Adapun hasil-hasil yang telah dicapai hingga bulan Juni 2010 dalam rangka pemantapan keutuhan wilayah NKRI, antara lain sebagai berikut.

1. Telah dilaksanakan penandatanganan perjanjian antara Republik Indonesia dan Republik Singapura pada tanggal 10 Maret 2009 tentang Penetapan Garis Batas Laut wilayah kedua negara di bagian barat Selat Singapura. Garis batas ini telah diratifikasi oleh DPR RI pada tanggal 1 Juni 2010.

2. Telah dilaksanakan proses pelaksanaan perundingan perbatasan darat dan maritim melalui penyelenggaraan perundingan perbatasan putaran pertama dan kedua. Perundingan putaran pertama meliputi pelaksanaan IRM RI- Malaysia pada bulan Januari 2010 dan pertemuan penjajakan penetapan batas maritim RI-Vietnam pada bulan Februari 2010. Perundingan perbatasan putaran kedua meliputi pelaksanaan empat kali perundingan perbatasan, yaitu perundingan batas maritim RI-Palau pada 22—23 April 2010 untuk menetapkan batas ZEE dan landas kontinen, pertemuan penjajakan lanjutan batas maritim RI-Filipina mengenai penetapan batas ZEE dan landas kontinen di Laut Sulawesi

2 - 148

pada akhir bulan April 2010, Perundingan batas maritim RI- Vietnam pada bulan Mei 2010 mengenai penetapan ZEE, serta perundingan batas darat RI-Malaysia pada awal bulan Juni 2010.

3. Telah dilaksanakan proses pembentukan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) melalui penerbitan Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2010 tentang Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP), penerbitan Kepmendagri no. 31 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Tetap BNPP serta penyediaan alokasi anggaran untuk mendukung operasionalisasi kelembagaan BNPP TA 2010.

4. Telah dilaksanakan proses penyelesaian peta kecamatan kawasan perbatasan darat RI-PNG, Malaysia, dan RDTL skala 1:50.000 serta skala 1:25.000 pada Desember 2010 dengan tingkat capaian pelaksanaan plotting sebesar 85%.

5. Telah dilaksanakan proses penyelesaian peta pulau-pulau terluar RI melalui pelaksanaan aerial triangulation dengan tingkat pencapaian sebesar 20 persen dan plotting fotogrametri dengan tingkat pencapaian sebesar 100%.

6. Telah dilaksanakan penyiapan penetapan 22 pilar batas RI- Malaysia melalui pelaksanaan rapat persiapan dan perencanaan serta koordinasi lintas kementerian/lembaga.

7. Telah dilaksanakan penyiapan penetapan 60 pilar batas antara RI-RDTL melalui koordinasi dengan pihak RDTL untuk pemasangan pilar secara bilateral.

8. Telah dilaksanakan penyiapan perundingan teknis batas darat dan maritim melalui koordinasi dengan pihak Malaysia, RDTL, dan PNG serta pelaksanaan pembahasan kajian batas darat secara interdep.

9. Telah dilaksanakan proses identifikasi dan pemetaan potensi 20 pulau kecil terluar melalui upaya koordinasi dengan pemerintah daerah dan instansi terkait serta pelaksanaan survey dan identifikasi 8 pulau.

2 - 149

10. Telah dilaksanakan proses penyediaan infrastruktur di 20 pulau kecil secara tertintegrasi melalui upaya koordinasi dengan pemerintah daerah dan instansi terkait.

11. Telah dilaksanakan proses penyusunan rumusan kebijakan teknis pertanahan, penyediaan data dan informasi pertanahan di wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah tertentu.

12. Telah disediakan data penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T) disebagian perbatasan dengan Malaysia dan Timor Leste.

13. Telah dilaksanakan inventarisasi untuk sebagian pulau kecil terluar di Provinsi Kepulauan Riau dan Sulawesi Utara.

14. Telah dilaksanakan bimbingan teknis untuk pemahaman pedoman pengelolaan pesisir terpadu (integrated coastal management) bagi seluruh provinsi.

15. Telah dilaksanakan survei, demarkasi dan pemetaan darat dengan PNG, RDTL, dan Malaysia serta pemeliharaan tanda batas negara dan pemetaan etnik perbatasan.

16. Telah dilaksanakan pengelolaan basis data dan sistem informasi batas wilayah Negara.

17. Telah dilaksanakan pertemuan dan konsinyasi oleh Tim Landas Kontinen Indonesia (LKI).

18. Telah dilaksanakan survei lanjutan di sebelah barat Pulau Sumatera, survei di sebelah utara Papua dan finalisasi submisi untuk wilayah selatan Nusa tenggara untuk melengkapi dokumen teknis tentang klaim LKI;

19. Dalam rangka kajian delimitasi batas maritim Indonesia telah dilaksanakan rapat Technical Working Group (TWG) sebanyak 2 kali antara RI-Singapura yang diselenggarakan di Singapura dan Jakarta.

2 - 150

20. Telah dilaksanakan pertemuan Advisory Board on the Law of the Sea (ABLOS) di Denpasar.

21. Telah dilaksanakan pembuatan buku kajian dan hasil perundingan garis batas laut territorial antara Indonesia dan Singapura pada segmen sebelah barat Selat Singapura dalam bentuk dokumen tambahan perbatasan yaitu Chart Annexures Treaty RI-Singapura bagian barat Selat Singapura, Treaty Between the Republic of Indonesia and the Republic of Singapore relating to the Delimitation on the territorial seas of the two Countries in the western part of the strait of Singapore.

Sementara itu, beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pembangunan daerah tertinggal dengan target mengentaskan daerah tertinggal paling sedikit di 50 kabupaten paling lambat 2014, antara lain (1) pemberdayaan komunitas adat terpencil (KAT); (2) pengembangan kebijakan, koordinasi dan fasilitasi daerah tertinggal dalam bidang: (a) pengembangan pusat produksi; (b) pengembangan pusat pertumbuhan; (c) usaha mikro kecil menengah dan koperasi; (d) pendanaan dan kemitraan usaha daerah tertinggal; (e) investasi; (f) penguatan kelembagaan pemerintah daerah; (g) penguatan kelembagaan sosial masyarakat; (h) penguatan lembaga kerja sama antardaerah; (i) penguatan lembaga perekonomian; (j) kemitraan antarlembaga; (k) pembangunan infrastruktur kesehatan serta pelayanan kesehatan dasar dan lanjutan; (l) pembangunan infrastruktur pendidikan daerah tertinggal serta pelayanan pendidikan dasar, menengah, kejuruan, dan pendidikan luar sekolah; (m) pembangunan infrastruktur ekonomi; (n) pembangunan infrastruktur energi; (o) pembangunan infrastruktur telekomunikasi; dan (p) pembangunan infrastruktur transportasi; (3) pengelolaan dan penyelenggaraan kegiatan di bidang lalu lintas dan angkutan laut; (4) pembangunan dan pengelolaan prasarana dan fasilitas lalu lintas angkutan jalan; (5) pembangunan sarana dan prasarana transportasi SDP dan pengelolaan prasarana lalu lintas SDP; dan (6) pengelolaan dan penyelenggaraan kegiatan di bidang lalu lintas dan angkutan udara.

2 - 151 Adapun hasil-hasil yang dicapai hingga bulan Juni 2010 dalam rangka pelaksanaan pembangunan daerah tertinggal adalah sebagai berikut.

1. Telah dilaksanakan Rapat Koordinasi Pusat PPDT dengan kementerian/lembaga terkait dengan kesepakatan untuk meningkatan keberpihakan pada daerah tertinggal sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing yang menghasilkan kesepakatan untuk meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan dalam mendukung pembangunan daerah tertinggal, melakukan pemantauan bersama terhadap perkembangan pembangunan daerah tertinggal, dan saling membagi informasi terhadap program untuk pembangunan daerah tertinggal.

2. Telah dilakukan Rapat Koordinasi Nasional PPDT yang melibatkan kementerian/lembaga terkait dengan pemerintah daerah, dengan kesepakatan, antara lain mendukung kesuksesan prioritas 10 dalam RPJMN 2010—2014, yaitu pembangunan daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonflik; perlunya peningkatan dukungan kementerian/lembaga dan pemerintah daerah terhadap percepatan pembangunan daerah tertinggal dan optimalisasi peran KPDT; perlunya pemutakhiran data 183 daerah tertinggal dan ancar-ancar 50 daerah tertinggal yang menjadi sasaran untuk dientaskan dari ketertinggalan; optimalisasi lahan telantar di daerah tertinggal dengan tetap memperhatikan RTRW; KPDT bersama Kementerian Pertanian diharapkan memfasilitasi daerah-daerah melalui peningkatan komoditas unggulan dan infrastruktur pertanian pada kluster-kluster pengembangan; keterkaitan kawasan terpadu mandiri dengan program-program K/L perlu dioptimalkan terkait, Kementerian Perindustrian akan memprioritaskan pengembangan industri di daerah tertinggal; pemerintah provinsi akan memfasilitas daerah tertinggal untuk menyusun peta panduan potensi industri yang perlu dikembangkan; dan program K/L yang belum optimal perlu didukung alokasi anggaran kembali.

2 - 152

3. Telah dirumuskan dana alokasi khusus sarana dan prasarana perdesaan (DAK SPP) sejak tahun 2009 untuk mendorong peningkatan fiskal daerah. Alokasi DAK SPP tahun 2010 sebesar Rp300 miliar dan diberikan kepada 243 kabupaten. Pelaksanaannya di tahun 2010 sudah pada tahap pelelangan di daerah, sedangkan untuk tahun 2011 diharapkan kegiatan DAK untuk daerah tertinggal bisa diperluas bidang kegiatan utamanya untuk mendukung percepatan pembangunan daerah tertinggal.

4. Telah dilaksanakan rapat koordinasi di beberapa daerah, antara lain, di Ambon untuk wilayah Maluku dan Maluku Utara dalam rangka mendorong upaya kerja sama antardaerah. Di samping itu, dibangun kesepahaman (MoU) dengan beberapa lembaga, antara lain, dengan NU (Nahdatul Ulama) serta beberapa universitas dan lembaga kajian dalam rangka meningkatkan kualitas rumusan kebijakan.

5. Telah dilaksanakan koordinasi secara bertahap melalui rapat koordinasi di daerah serta dilakukan kerja sama dengan lembaga-lembaga keswadayaan masyarakat dan dengan lembaga-lembaga keagamaan.

6. Dalam rangka memenuhi kebutuhan daerah tertinggal yang belum mampu terfasilitasi oleh kementerian/lembaga lain, KPDT melaksanakan beberapa instrumen berikut.

a. P2IPDT (Percepatan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Daerah Tertinggal)

Pada tahun 2010 dialokasikan kepada 96 kabupaten dengan nilai total sebesar Rp80,369 miliar. Dana tersebut untuk memfasilitasi bantuan infrastruktur energi, infrastruktur informasi dan telekomunikasi, infrastruktur ekonomi produksi, infrastruktur sosial dan infrastruktur transportasi kepada kabupaten daerah tertinggal. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka mencapai target pelaksanaan substansi inti di bidang infrastruktur. Sampai semester I tahun 2010 telah

2 - 153 dilakukan proses lelang dan sedang dalam tahap pelaksanaan.

b. P4DT (Percepatan Pembangunan Pusat Pertumbuhan Daerah Tertinggal)

Pada tahun 2010 dilaksanakan di 5 wilayah dengan alokasi anggaran sebesar Rp25 miliar. Kegiatan ini dilaksanakan untuk memenuhi target terkait pengembangan kebijakan, koordinasi, dan fasilitasi pusat pertumbuhan daerah tertinggal.

c. P2KPDT (Percepatan Pembangunan Kawasan Produksi

Dalam dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI (Halaman 150-174)