• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRIORITAS NASIONAL 8: KETAHANAN DAN KEMANDIRIAN ENERG

Dalam dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI (Halaman 126-129)

REKAPITULASI PELAPORAN UANG GRATIFIKASI TAHUN 2004—

SISTEM NATIONAL SINGLE WINDOW (NSW)

2.8 PRIORITAS NASIONAL 8: KETAHANAN DAN KEMANDIRIAN ENERG

Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010—2014, sasaran ketahanan energi nasional, yang menjamin kelangsungan pertumbuhan ekonomi, dapat dicapai melalui restrukturisasi kelembagaan dan optimalisasi pemanfaatan energi alternatif seluas-luasnya. Dalam sasaran utama pembangunan nasional tersebut, yang menjadi salah satu prioritas pembangunan adalah 1) peningkatan kapasitas pembangkit listrik sebesar rata-rata 3.000 MW per tahun mulai tahun 2010; 2) pencapaian rasio elektrifikasi sebesar 67,2% pada tahun 2010 dan 80% pada tahun 2014; 3) pencapaian produksi minyak bumi sebesar lebih dari 1,01 juta barel per hari mulai tahun 2014; 4) peningkatan pemanfaatan energi terbarukan termasuk energi alternatif geothermal hingga mencapai 2.000 MW pada tahun 2012 dan 5.000 MW pada tahun 2014; dan 5) dimulainya produksi coal bed methane untuk membangkitkan tenaga listrik pada tahun 2011, disertai pemanfaatan potensi tenaga surya, mikrohidro, serta nuklir secara bertahap. 2.8.1 PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

Penyediaan energi diselenggarakan guna mendukung percepatan, pemulihan, dan menjamin kelangsungan pertumbuhan ekonomi nasional, baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Beberapa hal yang menjadi perhatian utama dalam

2 - 116

pembangunan di bidang energi adalah peningkatan produksi minyak dan gas bumi serta batu bara, pemenuhan kebutuhan listrik, pemanfaatan energi baru dan terbarukan, termasuk pengembangan panas bumi serta peningkatan pemanfaatan gas bumi untuk domestik sebagai bahan bakar dan bahan baku.

Produksi minyak dalam beberapa tahun terakhir ini berada di bawah satu juta barel per hari. Saat ini, upaya peningkatan produksi minyak masih terkendala oleh penurunan produksi minyak bumi secara alamiah dari sumur-sumur yang sudah tua (mature) dan belum ditemukannya lapangan-lapangan baru minyak bumi dengan nilai cadangan yang tinggi.

Laju pertumbuhan pasokan listrik belum dapat mengimbangi laju pertumbuhan permintaan listrik nasional yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu, tantangan sebagai negara kepulauan dengan kondisi geografis Indonesia yang menyulitkan masih memerlukan penyediaan tenaga listrik secara efisien yang dapat menjangkau ke semua wilayah kepulauan hingga pulau-pulau kecil dan terdepan. Hal ini masih memerlukan upaya-upaya dan strategi untuk peningkatan pelayanan, keandalan sistem dalam penyediaan, dan penyaluran tenaga listrik di seluruh Indonesia.

PP No. 68 Tahun 1998 menyebutkan bahwa potensi kekayaan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya di daratan dan laut dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat melalui upaya konservasi dengan penetapan sebagai Kawasan Pelestarian Alam dan Kawasan Suaka Alam (KPA/KSA) sehingga tercapai keseimbangan dan keselarasan antara aspek perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari. Namun kekayaan sumber daya alam yang kita miliki tersebut belakangan ini mengalami tekanan akibat pembangunan sektor non kehutanan seperti perkebunan, pertanian, pertambangan, jalan, pelabuhan, pemekaran wilayah dan lain sebagainya. Upaya diversifikasi energi melalui pemantaafan enegi baru dan terbarukan, seperti tenaga panas bumi, matahari, angin, air, laut, dan bahan bakar nabati terus dikembangkan, di samping tenaga nuklir yang masih terus dipersiapkan. Permasalahan yang dihadapi dalam pemanfaatan energi baru dan terbarukan adalah kebijakan harga, kelembagaan dan

2 - 117 peraturan, serta konflik pemanfaatan lahan. Pengembangan energi baru dan terbarukan oleh badan usaha masih terkendala oleh adanya distorsi harga energi yang saat ini masih dipertahankan. Dengan instrumen subsidi BBM, saat ini energi yang dihasilkan oleh sumber energi baru dan terbarukan baik untuk bahan bakar maupun bahan baku masih belum dapat berkompetisi dengan BBM. Adanya tumpang tindih kewenangan antara berbagai kementerian, dan antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah, serta tumpang tindih peraturan antara perundangan di sektor energi dan sektor-sektor lainnya, sering menghambat proses pembuatan putusan, baik dalam perencanaan maupunff penyelenggaraan pengembangan energi baru dan terbarukan. Proses izin pakai kawasan hutan untuk pengembangan panas bumi, misalnya, telah menjadi kendala di hampir semua lapangan panas bumi yang akan dikembangkan. Pemanfataan energi baru dan terbarukan yang berbasis nabati memerlukan lahan yang yang cukup luas. Saat ini kebutuhan akan lahan belum dapat dipenuhi mengingat lahan-lahan yang saat ini tersedia sudah ada peruntukannya, terutama untuk produksi pertanian.

Walaupun berbagai penelitian di bidang nuklir dan pemanfaatannya untuk pembangkit listrik sedang dikembangkan, pada saat ini pemanfaatan energi nuklir masih belum dimungkinkan. Kendala utama yang dihadapi adalah adanya kekhawatiran yang mungkin ditimbulkan dari pemanfaatan nuklir dan pasca pengoperasiannya. Di samping itu, pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) masih membutuhkan persiapan yang sangat panjang.

Guna mengurangi ketergantungan yang masih tinggi terhadap minyak bumi, upaya substitusi produk olahan minyak bumi sebagai bahan bakar terus dilakukan. Gas bumi dengan volume cadangannya secara nasional yang masih cukup besar dimanfaatkan untuk mengganti BBM sebagai bahan bakar angkutan umum perkotaan dan rumah tangga serta bahan baku industri pupuk. Namun, upaya ini masih terkendala oleh terbatasnya volume gas yang dapat disediakan untuk pasar dalam negeri mengingat sebagian gas yang saat ini diproduksi sudah dikontrak sebelumnya dengan pembeli luar negeri (committed gas). Selain itu, terbatasnya kapasitas infrastruktur gas,

2 - 118

seperti terminal penyimpan gas, jaringan transmisi dan distribusi gas, menyebabkan gas tidak dapat diangkut dari sumbernya ke tempat- tempat yang membutuhkan. Pemanfaatan gas untuk rumah tangga terutama Liquified Petroleum Gas (LPG) terkendala oleh belum tingginya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap keamanan penggunaan LPG.

Pemanfaatan energi batubara masih menghadapi tantangan antara lain besarnya tuntutan ekspor jika dibandingkan dengan pemenuhan kebutuhan dalam negeri, serta sinkronisasi dan keterpaduannya dengan rencana dan kebijakan pembangunan infrastruktur serta upaya pengelolaan pertambangan yang berwawasan lingkungan, dan sesuai dengan praktik-praktik pertambangan yang baik dan berkelanjutan (good mining practices). 2.8.2 LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKAN DAN HASIL-

Dalam dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI (Halaman 126-129)