• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAK LANJUT YANG DIPERLUKAN

Dalam dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI (Halaman 41-51)

REKAPITULASI PELAPORAN UANG GRATIFIKASI TAHUN 2004—

2.1.3 TINDAK LANJUT YANG DIPERLUKAN

Berdasarkan atas kebijakan dan hasil-hasil yang dicapai saat ini, tindak lanjut yang diperlukan ke depan sebagaimana diuraikan di bawah ini.

2 - 31 a. Penataan Kelembagaan

1) Pemerintah terus memperluas pelaksanaan reformasi birokrasi secara nasional pada seluruh instansi pusat dan daerah. Reformasi birokrasi merupakan sebuah perubahan besar dalam paradigma dan tata kelola pemerintahan. Oleh karena itu, pelaksanaan reformasi birokrasi memerlukan terobosan baru dengan langkah-langkah secara bertahap, konkriet, sungguh-sungguh, bersifat out of the box thinking, dan merupakan upaya luar biasa (business not as usual). Perbaikan kinerja birokrasi juga diarahkan pada peningkatan budaya dan etos kerja seperti budaya melayani, bersih, dan kompeten. Pembenahan dari sisi kelembagaan

, ketatalaksanaan, dan akuntabilitas

kinerja, telah memperlihatkan kemajuan yang cukup

berarti. Untuk selanjutnya, Pemerintah terus mendorong reformasi birokrasi menjadi gerakan bersama secara nasional menuju terwujudnya good public governance. Reformasi birokrasi juga diarahkan untuk menyongsong tantangan abad 21 khususnya dalam meningkatkan daya saing nasional di dunia internasional. Praktik penyalahgunaan kewenangan harus diakhiri; budaya yang menghambat kinerja birokrasi kita singkirkan; mutu pelayanan kepada mayarakat terus ditingkatkan; efisiensi dan efektivitas manajemen birokrasi diarahkan pada peningkatan kinerja dengan didukung sumber daya manusia yang kompeten dan berintegritas. Apabila hal ini dapat diwujudkan, Indonesia akan menjadi negara yang memiliki most-improved bureaucracy dan siap menghadap persaingan global.

2) Dalam rangka pemantapan pelaksanaan reformasi birokrasi instansi (RBI), Pemerintah akan terus meningkatkan koordinasi penyusunan kebijakan dan pelaksanaan reformasi birokrasi sejalan dengan telah terbitnya Keppres No 14 Tahun 2010 tentang Pembentukan Komite Pengaarah Reformasi Birokrasi Nasional dan Tim Reformasi Birokrasi Nasional, dan diselaraskan dengan

2 - 32

Grand Design dan Road Map Reformasi Birokrasi.

Langkah-langkah yang akan dilanjutkan antara lain adalah peningkatan kualitas pelaksanaan RB yang terukur sesuai dengan kebijakan RB Nasional; peningkatan sosialisasi RBI pada instasi pusat dan daerah; peningkatan pelaksanaan konsultasi, asistensi dan bimbingan pelaksanaan reformasi birokrasi pada instansi pemeritah pusat dan daerah; peningkatan kualitas monitoring dan evaluasi; dan peningkatan kementerian/lembaga yang telah melaksanakan reformasi birokrasi sesuai kebijakan nasional.

3) Dalam melanjutkan penataan kelembagaan secara bertahap pada seluruh instansi khususnya kementerian dan lembaga di pusat pemerintah harus mewujudkan sosok organisasi birokrasi yang mencerminkan structure follow function, proporsional, efektif, dan efisien. Penataan kelembagaan di antaranya akan difokuskan pada kementerian dan lembaga yang menangani berbagai bidang pembangunan lainnya, seperti keberdayaan UMKM, pengelolaan energi, pemanfaatan sumber daya kelautan, restrukturisasi BUMN, hingga pemanfaatan tanah dan penataan ruang bagi kepentingan rakyat. Untuk itu, Pemerintah akan menyelesaikan penerbitan peraturan/kebijakan mengenai pedoman umum Grand Design Kelembagaan Instansi Pemerintah pada tahun 2011, yang selanjutnya akan dipergunakan sebagai landasan penataan kelembagaan instansi pemerintah secara menyeluruh.

4) Sebagai salah satu bidang yang mendapatkan prioritas nasional, maka untuk mencapai tata kelola pemanfaatan sumber daya kelautan, tindak lanjut yang masih diperlukan dalam mencapai mencapai tata kelola pemanfaatan sumber daya kelautan diantaranya adalah: (1) penyelesaian peraturan turunan dari UU No. 27 tahun 2007 dan penyelesaian Undang-Undang tentang Kelautan, (2) penerapan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu

2 - 33 antardaerah; serta (3) reformasi birokrasi di beberapa instansi terkait, termasuk di Kementerian Kelautan dan Perikanan.

b. Penataan Otonomi Daerah

1) Tindak lanjut yang perlu dilakukan pada semester II Tahun 2010 adalah pelaksanaan sosialisasi Desain Besar Penataan Daerah kepada seluruh pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota. Selanjutnya, perlu terus dilakukan pengkajian usulan pembentukan Daerah Otonom Baru (DOB) yang didasarkan kepada PP No. 78 Tahun 2007, Desain Besar Penataan Daerah, dan hasil EPPD.

2) Tindak lanjut yang diperlukan yang terkait dengan upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan dana perimbangan daerah adalah dengan melakukan pembinaan administrasi anggaran daerah melalui penyusunan Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2012 dan Peraturan perundang-undangan lainnya bidang pengelolaan keuangan daerah. Di samping itu, perlu dilakukan koordinasi pelaksanaan evaluasi perubahan APBD kabupaten/kota TA 2010 dan evaluasi APBD kabupaten/kota TA 2011, serta melakukan bimbingan teknis pengelolaan keuangan daerah bagi DPRD.

3) Upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan dana perimbangan daerah juga dilakukan dengan cara pembinaan dan fasilitasi dana perimbangan melalui fasilitasi pembinaan DBH Sumber Daya Alam serta fasilitasi penyelesaian permasalahan DBH. Untuk perhitungan DAU Tahun 2012 perlu dilakukan rekonsiliasi data kapasitas fiskal dan kebutuhan fiskal tiap daerah, serta rekonsiliasi data jumlah PNSD dan realisasi belanja gaji PNSD untuk perhitungan alokasi dasar DAU TA 2012. Dibidang prasarana pemerintahan perlu dilakukan penyusunan petunjuk teknis DAK Prasarana Pemerintahan

2 - 34

Tahun 2011 serta momantau dan mengevaluasi pengelolaan keuangan DAK Prasarana Pemerintahan.

4) Upaya lain adalah pembinaan dan fasilitasi pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah melalui penyusunan Pedoman Akuntansi Berbasis Akrual dan Pedoman Evaluasi Manajemen Keuangan Publik

(Public Financial Management) dan penyusunan

Pengetahuan Dasar Portal (Knowledge Based Portal). Di samping itu, perlu dilakukan beberapa hal lainnya, yaitu 1) penerapan Manajemen Insiden Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah; 2) inventarisasi data laporan keuangan pemerintah daerah Tahun 2009-2010; 3) pemantauan dan evaluasi implementasi penatausahaan, akuntansi, pelaporan dan pertanggungjawaban; dan 4) peningkatan kapasitas SDM aparatur pemda di bidang teknik dasar akuntansi pemda.

5) Pada semester II, sebagai upaya penyempurnaan pelaksanaan pemilihan kepala daerah perlu dilakukan penyiapan pembahasan revisi UU No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu antara Pemerintah dan DPR RI. Selain itu, sebagai upaya penyusunan UU tentang Pemilihan Kepala daerah dan Wakil Kepala daerah, sebagai tindak lanjut revisi UU No. 32 Tahun 2004 perlu disiapkan penjelasan Pemerintah atas Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) RUU tentang Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Sebagai tindak lanjut dari pembahasan tersebut perlu dilakukan penetapan revisi UU No. 22 Tahun 2007 serta sosialisasinya.

c. Sumber Daya Manusia Aparatur

1) Upaya penyempurnaan manajemen kepegawaian berbasis merit untuk meningkatkan profesionalisme, netralitas dan kesejahteraan SDM aparatur, akan terus dilanjutkan. Upaya ini akan didukung oleh langkah penyusunan kebijakan/peraturan perundang-undangan dalam bentuk

2 - 35 UU, yakni RUU SDM Aparatur, yang tahun 2011 ini draft RUU tersebut akan terus disempurnakan dan diharapkan dapat terbit pada tahun 2012. Pada tingkat PP, akan ditempuh langkah-langkah penyusunan dan penerbitan PP antara lain PP tentang Diklat PNS, PP tentang Pengangkatan PNS dalam Jabatan Struktural, dan PP tentang Sistem Pensiun PNS. Pemerintah juga akan mengembangkan dan mengatur pengadaan pegawai tidak tetap (PTT) sebagai salah satu kebijakan pengadaan pegawai di lingkungan intansi pemerintah.

2) Peningkatan netralitas SDM aparatur merupakan wujud sistem integritas aparatur. Pengembangan sistem intergitas SDM aparatur terus disempurnakan sistemnya dan ditingkatkan implementasinya, sebagai salah satu upaya mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN. d. Regulasi

1) Tindak lanjut yang diperlukan dalam percepatan harmonisasi dan sinkronisasi ini adalah pengkajian lanjutan terhadap 1.200 Perda hingga akhir tahun 2010, serta melakukan kerja sama dengan instansi terkait guna memantau perda bermasalah yang telah direkomendasikan untuk dibatalkan.

2) Selain itu, perlu terus dilakukan inventarisasi peraturan perundang-undangan sektoral yang belum sejalan dengan peraturan perundang-undangan otonomi daerah, yang kemudian ditindaklanjuti dengan upaya harmonisasi peraturan perundang-undangan sektoral yang belum sejalan tersebut.

e. Sinergi Pusat dan Daerah

1) Dalam kaitan dengan sinergi pusat dan daerah, diperlukan upaya-upaya untuk menciptakan landasan hukum secara komprehensif untuk memberikan kepastian dalam

2 - 36

penyelenggaraan pelayanan publik; meningkatkan kualitas manajemen pelayanan; melakukan penataan kelembagaan pelayanan yang efektif, profesional dan bersih; dan mendorong pengembangan pelayanan publik yang berkualitas pada lingkungan pemerintahan daerah, serta mengembangkan sistem pengaduan masyarakat dalam pelayanan publik yang efektif. Terdapat beberapa peraturan perundangan-undangan dalam bentuk peraturan pemerintah (PP) yang harus diterbitkan sebagai implementasi UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

2) Di samping itu, sejalan dengan implementasi UU No 25 Tahun 2009 tersebut, akan dilakukan sosialisasi pada seluruh instansi pemerintah pusat dan daerah. Selain itu, beberapa tindak lanjut lainnya meliputi a) pelaksanaan penilaian, pemantauan, dan evaluasi pelayanan publik, b) pelaksanaan asistensi untuk mendorong penerapan OSS/PTSP pada instansi pemerintah daerah; dan c) pelaksanaan kompetisi antar unit pelayanan publik/ antarinstansi dan pemerintah daerah. Hal ini untuk mendorong perbaikan kualitas penyelenggaraan pelayanan publik dan menyebarluaskan best practices.

3) Berdasarkan sasaran dan hasil yang telah dicapai perlu dilakukan percepatan penerbitan SPM oleh kementerian dan lembaga dengan melakukan fasilitasi penyusunan oleh Kemendagri. Untuk penerapan SPM di daerah perlu dilakukan pemantapan kelembagaan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pelayanan publik berdasarkan SPM serta pembinaan bagi aparatur pemerintah daerah baik melalui pendidikan maupun mealui pelatihan dalam menerapkan SPM.

f. Penegakan Hukum

1) Peningkatan penuntasan kejahatan membutuhkan peningkatan integritas SDM dan akuntabilitas Kepolisian

2 - 37 RI sehingga dalam proses penegakan penindakan dapat diselesaikan dengan baik tanpa ada unsur diskriminasi. 2) Penyelenggaraan pengelolaan benda sitaan negara dan

barang rampasan negera secara tepat waktu dan akuntabel dilanjutkan.

3) Penyelenggaraan keamanan ketertiban di lingkungan pemasyarakatan dan pembinaan warga binaan pemasyarakatan dilanjutkan.

4) Pembinaan profesionalisme termasuk peningkatan upaya integritas sumber daya manusia di bidang hukum den ditunjang oleh sistem pengawasan yang lebih baik dan didukung oleh sumber daya di bidang pengawasan yang profesional dan berintegritas.

5) Peningkatan kualitas profesionalisme aparat penegak hukum antara lain melalui penerapan dan penegakan hukum yang berintegritas, kompeten, profesional, serta berkinerja tinggi dilanjutkan.

6) Perlindungan hukum bagi Pimpinan KPK dan pegawai KPK dilakukan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Untuk mengatasi kebutuhan aparat penegak hukum di KPK, berdasarkan Pasal 45 Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2002 yang mengatur penyidikan, KPK dapat mengangkat penyidik sendiri yang bersumber dari pegawai KPK dan penyidik POLRI. Untuk mengatasi ketergantungan kebutuhan penyidik, di masa datang pengangkatan penyidik akan dilakukan dari pegawai KPK yang telah diberikan kompetensi yang memadai sebagai penyidik di samping perbantuan penyidik yang bersumber dari POLRI.

7) Dalam kaitan dengan LHKPN, akan ditingkatkan upaya- upaya berlanjut untuk mendorong para pejabat pembuat kebijakan pada pemerintah daerah, kementerian/lembaga

2 - 38

dan BUMN/D agar pemda/kementerian/lembaga memberi keteladanan dan komitmen untuk melaporkan LHKPN dengan kualitas yang sebenarnya. Selain itu, dilakukan juga upaya-upaya berlanjut untuk mendorong para pejabat pembuat kebijakan pada pemerintah daerah, kementerian/lembaga dan BUMN/D agar memberikan keteladanan dan komitmen untuk melaporkan gratifikasi yang diterimanya. Sejalan dengan hal tersebut, akan dilakukan perbaikan dalam pendaftaran dan pemeriksaan LHKPN, yaitu penyempurnaan formulir LHKPN; perbaikan dan penyesuaian sistem pengelolaan LHKPN; dan Penyempurnaan regulasi/peraturan pendaftaran dan pemeriksaan LHKPN terutama yang terkait dengan sanksi dan pembalikan beban pembuktian atas harta yang tidak wajar.

8) Pemerintah mendorong pelaksanaan skala prioritas kementerian/lembaga dalam penerapan muatan-muatan modul pendidikan antikorupsi atau memberi porsi yang adil sehingga dapat mengakomodasikan muatan antikorupsi tersebut ke dalam kurikulum, yang tidak perlu diujikan, tetapi dipantau melalui praktik kegiatan. Secara berkelanjutan, diharapkan media menjadi alat pembangunan karakter bangsa antikorupsi dengan menyediakan rubrik khusus yang memuat pendidikan antikorupsi, pencegahan, penindakan, dan dampak atau akibat dari perbuatan tindak pidana korupsi.

9) Dalam kaitan dengan gratifikasi, akan dilakukan sosialisasi gratifikasi dan pengenalan program pengendalian gratifikasi, terutama kepada pejabat Eselon 1 dan 2 di lingkungan kementerian/lembaga; kepala SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah), bendaharawan, PPTK (pejabat pelaksana teknis kegiatan) dan seluruh pegawai inspektorat di lingkungan pemerintah daerah; dan Direksi, pejabat struktural dan pegawai pada Satuan Pengawasan Internal BUMN; identifikasi potensi gratifikasi dan suap pada SKPD; pelaksanaan identifikasi kerawanan gratifikasi

2 - 39 dilakukan secara self assessment melalui FGD (Focus Group Discussion) oleh pejabat-pejabat pada beberapa SKPD yang dipilih berdasarkan pertimbangan jumlah dan nilai pengadaan barang/jasa, jumlah pelayanan publik, dan jumlah anggaran instansi; dan Hasil pembahasan atas data dan informasi potensi terjadinya Gratifikasi di instansi yang dilakukan oleh KPK bersama-sama dengan unti pengawasan internal; dan membangun jaringan kemitraan dengan instansi khususnya unit pengawasan internal di setiap instansi.

10)Pelaksanaan studi/kajian dalam rangka pencegahan TPK akan terus dilanjutkan berupa Survei Integritas Sektor Publik 2010; Penilaian Inisiatif antikorupsi 2010 (PIAK 2010); Survei Persepsi Masyarakat 2010 (SPM 2010); Kajian Sistem Perizinan Kehutanan; Kajian Kebijakan

Corruption Impact Analysis (CIA) atas peraturan

perundang-perundangan tentang kehutanan observasi sistem cukai; observasi sistem layanan paspor; pembuatan paket multimedia inovasi pendidikan; dan melakukan penelitian, kajian dan pengembangan terhadap hasil penelitian dan kajian sesuai dengan rencana strategis KPK. 11)Pendidikan dan pelayanan masyarakat untuk

meningkatkan pencegahan korupsi dilakukan melalui

Community Development; membangun modul pendidikan

untuk TK; program Co-Branding bersama BUMN dan swasta; E-Learning pendidikan antikorupsi; dan program WBK Go National.

f. Data Kependudukan

Tindak lanjut dalam peningkatan penyediaan dan kualitas data dan informasi kependudukan adalah: 1) melaksanakan pengembangan SAK secara sistem online untuk memenuhi amanat Pasal 101 huruf a dan b UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, dalam pemberian NIK kepada setiap penduduk yang tersebar di 6.476 kecamatan di 497 kabupaten/kota di 33 provinsi

2 - 40

dan menjadikan NIK sebagai dasar penerbitan dokumen kependuduk lainnya paling lambat akhir 2011; 2) menerapkan kartu tanda penduduk (KTP) elektronik yang dilengkapi biometrik dan chip berbentuk smart card bagi seluruh penduduk wajib KTP sampai dengan akhir tahun 2012 yang tersebar di 6.476 kecamatan di 497 kabupaten/kota di 33 provinsi untuk mengeliminasi KTP ganda dan KTP palsu. Kegiatan ini dilaksanakan pada tahun 2011 dan 2012), dengan didahului langkah-langkah:

1) penerapan aplikasi SAK untuk pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil secara lengkap;

2) penerapan awal (uji petik) KTP berbasis NIK nasional (e- KTP) di 6 kabupaten/kota sebagai acuan penerapan secara keseluruhan;

3) kabupaten/kota secara tersistem dan utuh menerapkan SAK; 4) pembersihan database kependudukan kabupaten/kota melalui

pemutakhiran data kependudukan;

5) SAK tersambung (online) minimal kabupaten/kota, Provinsi dan Pusat;

6) konsolodasi Data kependudukan secara nasional, untuk mewujudkan NIK tunggal; dan

7) penyiapan SDM pengelola SAK dan registrasi

Dalam dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI (Halaman 41-51)