• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ‘ĀSYŪR DAN PEMIKIRANNYA

B. Tafsir Al-Taḥrīr wa Al-Tanwīr dan Relevansinya dalam

6. Langkah-langkah yang digunakan dalam Menafsirkan

Adapun langkah yang ditempuh Ibn „Āsyūr dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an diantaranya:

a) Menafsirkan Qur‟an sesuai urutan surah pada mushaf Al-Qur‟an sesuai dengan tertib Mushaf Usmani

b) Sebelum memulai penafsiran, Ibn „Āsyūr memberikan pendahuluan di setiap awal surah dengan menjelaskan tentang nama surah dan argument atas penamaan tersebut. Seperti dalam menjelaskan surah al-Nisā‟, Ibn „Āsyūr menjelaskan: “Dalam khazanah ulama salaf, surah ini dinamakan surah al-Nisā‟sebab dalam Ṣaḥīh al-Bukhari diriwayatkan dari Aisyah R.a, ia berkata:

“Tidaklah diturunkan surah al-Baqarah dan surah al-Nisā‟ kecuali aku bersamanya (Nabi Muhammad Saw)” demikian penamaan surah al-Nisā‟ dalam mushaf-mushaf, kitab hadis juga kitab tafsir dan tidak ditemukan nama lain selainnya. Sedangkan dari sisi penyandaran nama dengan masalah kaum wanita, maka ayat ini dimulai dengan menjelaskan hukum-hukum silaturahmi, lalu dilanjutkan tentang hukum khusus masalah wanita. Di dalam ayat ini banyak menyinggung hukum yang berkaitan dengan masalah wanita, rumah tangga, dan keturunan. Dan akhir surah ditutup dengan ayat-ayat tentang hukum khusus tentang wanita. 28

28 Muhammad al-Tāhir ibn Āsyūr, al-Tahrīr wa al-Tanwīr juz 4, h. 211

c) Menjelaskan tartib al-Nuzul, yakni menjelaskan urutan turunnya surah maupun ayat dan terkadang disertai riwayat.

Contohnya dalam menjelaskan surah al-Nāzi„āt. Ibn „Āsyūr menjelaskan bahwa surah al-Nāzi„āt menduduki posisi ke 81 dalam tartib Nuzul, surah ini turun sesudah surah al-Nabā‟, dan sebelumnya surah al-Infiṭār.

d) Menguraikan tujuan-tujuan Al-Qur‟an yang terdapat dalam sebauah surah. Ibn „Āsyūr dalam setiap awal penjelasan surah dalam tafsirnya akan terlebih dahulu menguraikan tujuan-tujuan yang terkandung dalam surah tersebut.29

e) Menjelaskan Asbab al-Nuzul

Ibn „Āsyūr dalam menafsirkan setiap ayat yang mempunyai asbab al-Nuzul akan terlebih dulu menjelaskan asbab al-nuzul-nya.

Seperti dalam menafsirkan surah al-„Imrān, setelah ia menjelaskan informasi terkait nama-nama surah dan argumentasi pemberian nama surah, baik yang berasal dari riwayat sahabat, maupun penukilan pendapat ulama tafsir sebelumnya, Ibn „Āsyūr kemudian menjelaskan data-data mengenai tempat turun dan sebab-sebabnya.

Ibn „Āsyūr menjelaskan bahwa surah al-„Imrān turun di Madinah, hal ini di dasarkan pada ijma‟ ulama. Sedangkan untuk urutan turunnya, surah al-„Imrān turun setelah surah al-Baqarah, surah al-Imran merupakan surah ketiga yang turun di Madinah setelah al-Muṭaffifīn dan al-Baqarah.

29 Abd Halim, “Kitab Tafsir al-Taḥrīr wa al-Tanwīr karya Ibn „Āsyūr dan kontribusinya terhadap keilmuan Tafsir kontemporer”, 24

61

Mengenai asbab al-Nuzul, Ibn „Āsyūr menukil keterangan dari imām al-Wahidy, dari awal surah hingga sampai firman Allah wa naḥnu lahu muslimūn30 turun berkaitan dengan delegasi ahli Najran yaitu pada tahun ke-2 H. sebagian ulama berpendapat bahwa surah

al-„Imrān turun setelah surah al-Anfāl, dan turun ketika perang Uhud, di bulan Syawal tahun ke-3 H. Hal ini didasarkan pada kesepakan ulama yang menyatakan firman Allah waiż gadaut min ahlik tubawwiu al-mu‟minīn maqa „id lilqitāl wa allāh sam„i „alīm.31 Menjelaskan tentang perang Uhud.

f) Menerangkan jumlah ayat dalam surah

Ketika Ibn „Āsyūr menafsirkan surah al-Tūr, ia memulai menjelaskan jumlah ayat dengan merujuk pada ahli Madinah dan Makkah yang menghitungnya 47 ayat, sedangkan ahli Syam dan Kufah mengitungnya 49 ayat, dan ahli Basrah menghitungnya 48 ayat. Demikian juga pada surah al-Ḥadīd. Ibn „Āsyūr menjelaskan bahwa menurut hitungan ahli Madinah dan Makkah sebanyak 28 ayat, sedangkan menurut hitungan ahli Basrah dan Kufah hanya 27 ayat.

g) Menjelaskan Makki dan Madani

Contoh penafsirannya pada surah al-Syūrā, Ibn „Āsyūr menjelaskan menurut mayoritas ulana surah al-Syūrā secara keseluruhan ayat termasuk dalam kategori Makkiyah. Dalam al-Itqan juga disebutkan demikian. Namun menurut Ibn Abbas dan Qatadah memberi pengecualian pada empat ayat di awal.

30 Q.s. Al-„Imrān/3: 84

31 Q.s Al-„Imrān/3: 121

h) Menjelaskan objek kajian surah

Setelah menyebutkan enam poin penting dalam pendahuluan, Ibn „Āsyūr melanjutkan dengan menjelaskan objek kajian surah yang akan ditafsirkan. Pada bagian ini memuat informasi terkait isi surah secara umum, dengan menjelaskan kandungannya, yang meliputi, janji-janji Allah, ancaman, penetapan hukum dan lainnya.

Contoh: dalam penafsirannya dalam surah al-Isrā, Ibn „Āsyūr menjelaskan. “Surah ini turun sebagai penguat atas kenabian Muhammad Saw dan pengukuhan Al-Qur‟an sebagai wahyu Allah yang diturunkan kepadanya. Di dalamnya selain memuat informasi mengenai keutamaan Al-Qur‟an dan Nabi Muhammad Saw. Juga bantahan terhadap keingkaran kaum musyrik atas kebenaran Isra‟

mi‟raj yang dialami Nabi Saw.

i) Menganalisa makna serta kedudukan kata dalam bahasa Arab Analisa kata perkata dan menjelaskan ketinggian nilai bahasa Al-Qur‟an adalah metode yang sering digunakan oleh Ibn „Āsyūr dalam tafsirnya, bahkan hampir setiap menjelaskan suatu ayat Ibn

„Āsyūr tidak lepas dari analisis kata yang menjadi ciri khas dari tafsirnya.

j) Menjelaskan tafsir suatu ayat dengan ayat Al-Qur‟an yang lain atau dengan hadis (bi al-ma‟ṡur)

k) Mengungkapkan perbedaan qira‟at dan menjelaskan penafsiran dari masing-masing qira‟at, serta mentarjih salah satu yang paling kuat.

l) Menjelaskan keterkaitan ayat dalam Al-Qur‟an. Dalam menjelasakan ke terhubungan antar ayat, Ibn „Āsyūr mengikuti

63

metode yang digunakan oleh al-Biqa‟I dalam kitab Nazm al-Durar fi tanasub al-ayat wa al-suwar.32