• Tidak ada hasil yang ditemukan

Halaman 1 Karakteristik saluran komunikasi

DAFTAR LAMPIRAN

1.1. Latar Belakang

Kehadiran perusahaan dalam suatu wilayah merupakan salah satu bukti bahwa wilayah tersebut memiliki potensi yang baik secara ekonomi, sosial budaya, sumberdaya alam dan sumberdaya lainnya, sehingga diharapkan menimbulkan efek pengganda yang positif bagi masyarakat sekitar. Disayangkan, jika kehadiran sebuah perusahaan justru menghilangkan potensi sesungguhnya dan membangun jurang pemisah antara masyarakat dengan perusahaan. Untuk menghilangkan jurang pemisah antara perusahaan dengan masyarakat perlu dilakukan komunikasi yang efektif, sehingga terjalin komunikasi dan interaksi langsung antara perusahaan dengan masyarakat, sehingga dapat hidup secara berdampingan dan saling menguntungkan.

Berangkat dari pemikiran tersebut, perusahaan berlomba-lomba untuk hadir di tengah-tengah masyarakat melalui berbagai kegiatan sosial: mulai dari pemberian beasiswa pendidikan, ketertiban umum, peningkatan ekonomi, pelayanan kesehatan kepada ibu dan anak, pendampingan untuk menyelesaikan masalah lingkungan hidup serta pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Untuk menghindari kesenjangan sosial antara perusahaan dan masyarakat dapat dilakukan dengan suatu kepedulian perusahaan dalam bentuk kegiatan tanggungjawab sosial perusahaan (TSP). Melalui kegiatan TSP ini diharapkan dapat mempererat hubungan antara perusahaan dengan masyarakat.

Kegiatan TSP merupakan suatu komunikasi organisasi yang dilakukan oleh perusahaan untuk masyarakat. Melalui komunikasi organisasi ini diharapkan dapat menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat. Komunikasi yang digunakan dalam kegiatan TSP diharapkan bersifat dua arah, yang artinya perusahaan bukan lagi berperan sebagai komunikator semata, tetapi harus mampu menjadi komunikan yaitu menjadi pendengar aspirasi dari masyarakat. Sebaliknya masyarakat tidak hanya sebagai komunikan yang hanya menerima informasi, pesan dan masukan dari perusahaan tetapi harus mampu menjadi komunikator dalam menyampaikan aspirasi dan keinginannya, sehingga terjalin komunikasi yang efektif di antara pihak-pihak yang berkomunikasi, dan dapat merasakan manfaat dari kegiatan TSP. Komunikasi organisasi yang dilakukan oleh

perusahaan kepada masyarakat bertujuan untuk menggali kebutuhan dan persoalan yang kerap terjadi di masyarakat. Tujuannya agar kegiatan TSP dirancang agar tepat sasaran dan tidak tumpang tindih dengan program yang telah ada.

Tanggungjawab sosial perusahaan merupakan konsep yang terus berkembang, memberikan panduan bagaimana sebuah organisasi berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungan sosialnya. Secara umum, menurut Carr et al.,

(2004) tanggungjawab sosial dipahami sebagai cara organisasi dalam mengintegrasikan kepentingan sosial, lingkungan hidup dan ekonomi dalam nilai- nilai budaya, pengambilan keputusan, strategi dan operasi organisasi dengan cara yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Implementasi berbagai aspek tersebut akan dapat meningkatkan kehidupan sosial masyarakat. Contoh dari kegiatan TSP yang dapat dilakukan organisasi di antaranya derma (charity), filantropi (philanthropy), kerja sukarela (volunteer work), dan pengurangan dampak lingkungan (the reduction of environmental impact).

Walaupun demikian, dalam pelaksanaannya banyak kegiatan TSP yang bias. Kegiatan yang dilakukan seringkali hanya bagian dari kegiatan promosi produk atau perusahaan yang sifatnya jangka pendek. Seringkali dalam praktiknya

kegiatan TSP hampir disamakan dengan derma (charity), sehingga ketika

perusahaan membagi-bagikan hadiah kepada masyarakat di sekitar, perusahaan sudah dianggap melaksanakan kegiatan TSP kepada masyarakat. Kegiatan derma (charity) ini dapat menyebabkan masyarakat menjadi bergantung pada bantuan dari perusahaan. Hal tersebut menyebabkan tidak ada manfaat yang berkelanjutan yang dirasakan masyarakat. Sesungguhnya, konsep kegiatan TSP tidak sama

dengan derma (charity) atau kedermaan (philanthropy) yang lebih spontan

pemberian dan kegiatan tidak memiliki efek jangka panjang bagi masyarakat. Dalam arti tidak terjadi pemberdayaan masyarakat secara maksimal untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Thamrin et al., (2010)

mengatakan bahwa praktik TSP yang selama ini dilakukan oleh beberapa perusahaan di Indonesia belum menunjukkan hasil yang signifikan khususnya bila

dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Pola Community Development (CD) merupakan bentuk TSP yang saat ini banyak dipraktikkan oleh perusahaan besar. Masalahnya, apakah makna yang terkandung dalam CD sudah diimplementasikan secara benar. Dalam Implementasi CD benar-benar dapat terlaksana diasumsikan apabila TSP diimplementasikan melalui model alternatif implementasi TSP yang berbasis pada pemanfaatan modal sosial, maka TSP akan lebih bermakna bagi pemberdayaan masyarakat baik di bidang ekonomi, sosial dan budaya secara berkelanjutan.

Hakikat dalam modal sosial adalah hubungan sosial yang terjalin dalam kehidupan sehari-hari warga masyarakat dalam hal ini hubungan sosial mencerminkan hasil interaksi sosial dalam waktu yang relatif lama sehingga menghasilkan jaringan, pola kerjasama, pertukaran sosial, saling percaya termasuk norma dan nilai yang mendasari hubungan sosial tersebut. Pola hubungan sosial inilah yang mendasari kegiatan bersama atau kegiatan kolektif antara warga masyarakat. Dengan demikian masyarakat tersebut mampu mengatasi masalah mereka secara bersama-sama (Ibrahim, 2006).

Kegiatan tanggungjawab sosial yang dijalankan oleh perusahaan hendaknya dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek kehidupan masyarakat sehingga memiliki manfaat jangka panjang bagi penerimanya. Komunikasi yang konvergen menjadi kunci kesuksesan bagi kegiatan TSP dan melalui komunikasi yang efektif dapat menciptakan kesadaran masyarakat akan keberadaan perusahaan. Upaya mengkomunikasikan kegiatan TSP secara tepat sasaran membantu masyarakat untuk mengetahui berbagai keuntungan yang dapat

dirasakan serta membangun brand power perusahaan, sehingga tingkat resiko

perusahaan dalam menghadapi gejolak sosial dan konflik masyarakat akan menurun.

Konflik dalam aktivitas komunikasi adalah bukti adanya kemacetan komunikasi (Hamijoyo, 2001). Suatu proses komunikasi untuk memberikan informasi yang benar akan menimbulkan suatu ketenangan dalam kehidupan masyarakat. Apabila isu atau informasi yang dikembangkan orang dalam berinteraksi tidak seirama dengan apa yang terjadi, maka timbullah konflik dalam

setiap pertukaran pesan, baik yang bersifat individu, kelompok maupun masyarakat. Akibatnya benturan sosial tidak dapat dihindari, baik dalam bentuk fisik maupun penekanan setiap ide yang berkembang dalam setiap komponen kehidupan masyarakat (Usman, 2001).

Menurut Widiyanarti (2005), pendekatan TSP hendaknya dilakukan secara

holistic. Artinya, pendekatan yang dilakukan oleh perusahaan tidak dalam kegiatan bisnis semata, melainkan juga bergerak dari yang sifatnya derma (charity) menuju ke arah TSP yang lebih menekankan pada keberlanjutan pengembangan masyarakat (community development). Intinya, bagaimana melalui kegiatan TSP, masyarakat menjadi berdaya, baik secara ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup secara berkelanjutan (sustainability) sehingga perusahaan juga dapat terus berkembang dengan dukungan masyarakat sekitar. Dalam konteks ini, TSP lebih dimaknai sebagai investasi jangka panjang bagi perusahaan yang melakukannya.

Konsep dan pemahaman kegiatan TSP yang baik yang diterapkan perusahaan haruslah sustainable, tidak hanya mengenai masalah lingkungan tetapi masalah sosial yang berkelanjutan. Dari sisi kepentingannya TSP memiliki tiga dasar utama, yaitu: ekonomi, sosial dan lingkungan. Sebetulnya, konsep sosial itu memberikan dimensi-dimensi yang membuat perusahaan tidak hanya baik di mata masyarakat, tetapi juga baik bagi perusahaan sebagai kompensasi atau imbalan terhadap perusahaan yang memperhatikan masyarakat. Minimal dari aspek resiko, perusahaan bisa melakukan operasional perusahaan dengan baik di tengah masyarakat dengan melakukan komunikasi yang efektif dengan masyarakat.

Dalam perusahaan atau organisasi, komunikasi yang terjadi tidak hanya komunikasi yang melibatkan publik internal perusahaan namun juga melibatkan publik eksternal, agar terjadi kesinergian. Komunikasi dengan publik eksternal ini dilakukan agar publik internal organisasi dapat berinteraksi dengan publik di luar organisasi. Salah satu cara yang bisa digunakan perusahaan untuk berinteraksi secara langsung dengan publik di luar organisasi adalah dengan melakukan kegiatan TSP yang berkesinambungan yang memiliki manfaat jangka panjang bagi kehidupan masyarakat sekitar perusahaan.

Kegiatan TSP merupakan bentuk komunikasi organisasi yang dilakukan oleh perusahaan dan diperuntukkan bagi masyarakat. Kegiatan ini bermanfaat untuk mengurangi dampak negatif yang terwujud dalam bentuk kesenjangan antara kemajuan gerak perusahaan, keadaan serta harapan masyarakat sekitarnya. Sebagian masyarakat sekitar wilayah operasi perusahaan sering beranggapan pelaksanaan kegiatan TSP di wilayahnya masih belum seimbang dengan sumberdaya yang diambil maupun yang dimanfaatkan oleh perusahaan. Oleh karena itu komunikasi yang efektif kepada masyarakat dan informasi berupa persepsi dari masyarakat akan bermanfaat bagi perusahaan dalam merancang kegiatan yang orientasinya untuk memenuhi harapan dan keinginan masyarakat serta untuk kemajuan perusahaan. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa perusahaan akan berhasil dalam menjalankan kegiatan TSP yang berpihak kepada kebutuhan masyarakat.

Penerapan kegiatan TSP di Indonesia pada umumnya berbeda-beda, tergantung kepada kebijakan, visi dan misi serta budaya di masing-masing perusahaan bersangkutan. Guna berhasilnya pelaksanaan kegiatan tersebut perlu suatu kesinergian antara perusahaan, pemerintah dan masyarakat, sehingga kehadiran sebuah perusahaan menjadi perekat dan memiliki nilai positif untuk menciptakan keberdayaan masyarakat. Tanggungjawab sosial perusahaan merupakan salah satu kegiatan komunikasi organisasi yang wajib dilakukan perusahaan secara rutin dan berkesinambungan untuk kepentingan publik eksternal perusahaan, Selain itu kegiatan TSP mampu untuk mendukung perusahaan meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan akibat kegiatan operasinya serta memaksimalkan dampak positifnya kepada masyarakat.

PT Pertamina Refinery Unit VI Balongan merupakan salah satu dari tujuh

Refinery Unit PT Pertamina yang beroperasi di Indonesia. Uniknya fenomena kegiatan TSP yang dilakukan oleh PT Pertamina sebagai salah satu perusahaan minyak dan gas bumi yang ada di Balongan tidak sebanding dengan kondisi ekonomi masyarakat yang hidup di sekitar perusahaan. Di mana satu sisi Balongan merupakan daerah yang memiliki sumberdaya alam yang diekploitasi dan juga terdapat kilang minyak yang mengelolah minyak mentah dari luar untuk

distribusi minyak Jakarta dan Jawa Barat, sementara kondisi ekonomi masyarakat di kabupaten Indramayu, khususnya di Kecamatan Balongan seperti pada angka Badan Pusat Statistik (2011) menunjukkan bahwa kabupaten Indramayu terdapat 102 desa dengan kategori desa miskin dan penduduk miskin berjumlah 169.720 rumah tangga miskin (RTM).

Hal ini erat kaitannya dengan kegiatan tanggungjawab sosial perusahaan yang rutin dilaksanakan oleh PT Pertamina Balongan sebagai komunikasi organisasi perusahaan untuk masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat di Balongan. Secara ekonomi kemiskinan adalah kekurangan sumberdaya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan (Angeningsih, 2008)

Program penanggulangan kemiskinan sebenarnya sudah menjadi perhatian pemerintah sejak rezim orde baru berkuasa. Pada tahun 1993 pemerintah telah melaksanakan berbagai program yang menunjukkan komitmen pemerintah terhadap pemenuhan hak-hak ekonomi dan sosial masyarakat. Namun, komitmen ini tidak menjawab persoalan utama bagi pemenuhan hak-hak ekonomi dan sosial masyarakat. Ada program-program yang hanya bersifat insidental sehingga kurang mampu memberdayakan masyarakat, serta dalam kenyataannya banyak program yang salah sasaran sehingga tidak mampu memberdayakan masyarakat (Suparjan, 2008).

Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pertamina untuk mengurangi

angka kemiskinan dengan cara melaksanakan kegiatan TSP, yang merupakan suatu komunikasi organisasi perusahaan kepada masyarakat sekitar, ini merupakan suatu bentuk kepedulian perusahaan untuk mengurangi angka kemiskinan masyarakat dan memberdayakan masyarakat yang tinggal di sekitar kilang Balongan. Namun sangat disayangkan di daerah kilang Balongan masih banyak terdapat masyarakat miskin, selain itu seringkali terjadi aksi demonstrasi yang dilakukan masyarakat kepada perusahaan. Masyarakat merasa kecewa dengan perusahaan yang kurang peduli dengan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah operasi Pertamina Balongan. Aksi demonstrasi

masyarakat Balongan sering terjadi, ini menunjukkan bahwa komunikasi yang terjalin antara perusahaan dengan masyarakat kurang efektif.

Menurut Sarinastiti (2009), mengatakan bahwa dalam menjalankan dan mengkomunikasikan mengenai upaya perusahaan dalam menjalankan kegiatan TSP sangatlah beragam. Namun seringkali komunikasi lebih mengutamakan pada

pandangan perusahaan bukan mengutamakan pada pandangan stakeholder, atau

partisipasi mereka dalam kegiatan TSP tersebut.

Namun pada praktiknya keberadaan sebuah perusahaan tidak selalu memberikan dampak positif bagi publik sekitarnya. Di sini keberadaan Public Relations (PR) perusahaan diperlukan, selain menjalankan kegiatan yang berhubungan dengan publik internal, PR juga menjalankan kegiatan yang berhubungan dengan publik ekternal salah satu caranya melalui kegiatan tanggungjawab sosial. Kegiatan TSP diharapkan memberikan manfaat positif bagi masyarakat di sekitarnya. PR dituntut menjadi agen komunikasi yang mampu menghubungkan setiap publik yang berkepentingan dengan organisasi perusahaan sehingga mencapai tujuan yang berlandaskan pada saling pengertian dan pemahaman.

Menurut Jefkins (2003), PR merupakan suatu bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang

berlandaskan pada saling pengertian. Public Relations menggunakan metode

manajemen berdasarkan tujuan (management by objectives).

Divisi hubungan pemerintah dan masyarakat (Hupmas) PT Pertamina

merupakan divisi yang melaksanakan komunikasi organisasi baik untuk publik internal maupun publik eksternal. Salah satu komunikasi organisasi yang ditujukan untuk publik eksternal adalah kegiatan TSP, sebagaimana yang diwajibkan, bahwa perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang minyak dan gas bumi wajib melakukan community development seperti yang tertuang dalam:

1. Undang Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi pasal

memuat paling sedikit ketentuan-ketentuan pokok tentang pengembangan masyarakat sekitarnya dan jaminan hak-hak masyarakat adat.”

2. Peraturan Pemerintah nomor 35 tahun 2004 tentang Usaha Hulu Minyak dan

Gas Bumi.

Pasal 72: “Kontraktor yang melaksanakan kegiatan usaha hulu wajib menjamin dan menaati ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja dan pengelolaan lingkungan hidup serta pengembangan masyarakat setempat.” Pasal 73: ”Ketentuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja dan pengelolaan lingkungan hidup serta pengembangan masyarakat setempat sebagaimana dimaksud dalam pasal 72 sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.”

Pasal 74 ayat (1): ”Kontraktor dalam melaksanakan kegiatannya ikut bertanggungjawab mengembangkan lingkungan dan masyarakat setempat.” Ayat (2): ”Tanggungjawab kontraktor dalam mengembangkan lingkungan dan masyarakat setempat sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) adalah keikutsertaan dalam mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang dibutuhkan, serta meningkatkan lingkungan hunian masyarakat agar tercipta keharmonisan antara kontraktor dengan masyarakat sekitar.”

3. Peraturan Pemerintah nomor 36 tahun 2004 tentang Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi.

Pasal 77: “Badan usaha yang melaksanakan kegiatan usaha pengelolaan, pengangkutan, penyimpanan dan niaga wajib menjamin dan menaati ketentuan dan keselamatan kerja dan pengelolaan lingkungan hidup serta pengembangan masyarakat setempat.”

Pasal 78: “Ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja, pengelolaan lingkungan hidup dan pengembangan masyarakat setempat sebagaimana dimaksud dalam pasal 77 dalam kegiatan usaha pengelolaan, pengangkutan, penyimpanan dan niaga diatur sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.”

Pasal 79 ayat (1): ”Badan usaha dalam melaksanakan kegiatan usaha pengelolaan, pengangkutan, penyimpanan dan niaga ikut bertanggungjawab

dalam pengembangan lingkungan dan masyarakat setempat dalam rangka menjamin hubungan dengan masyarakat sekitar.” Ayat (2): “Tanggungjawab badan usaha dalam mengembangkan lingkungan dan masyarakat setempat sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) adalah keikutsertaan dalam mengembangkan dan memanfaatkan potensi kemampuan masyarakat setempat antara lain dengan cara mempekerjakan tenaga kerja dalam jumlah dan kualitas tertentu sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan serta meningkatkan lingkungan hunian masyarakat agar tercipta keharmonisan antara badan usaha dengan masyarakat sekitarnya.”

Pasal 80 Ayat (1): “Kegiatan pengembangan lingkungan dan masyarakat setempat oleh badan usaha dilakukan dengan berkoordinasi dengan pemerintah daerah.” Ayat (2): “Kegiatan pengembangan lingkungan dan masyarakat setempat sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) diutamakan untuk masyarakat sekitar dimana kegiatan usahanya dilaksanakan.”

4. Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003 tentang

Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan sebagai berikut:

a. Sumber dana ditetapkan dari penyisihan laba setelah pajak maksimal 1%

(ps.8).

b. Besar dana ditetapkan melalui Rapat Umum Pemegang saham (RUPS)

untuk persero dan oleh Mentri BUMN untuk Perum (ps. 8(3)).

c. Dana yang telah ditetapkan oleh RUPS atau Menteri disektor pada Unit

PKBL, selambat-lambatnya sebulan setelah penetapan (ps.8(5)).

d. Penggunaan dana Bina Lingkungan untuk tujuan yang memberikan

manfaat kepada masyarakat diwilayah usaha dalam bentuk bantuan, bencana alam, pendidikan/pelatihan, peningkatan kesehatan, pengembangan prasarana umum, dan sarana ibadah (ps.10(3)).

e. Pelaksanaan program dilakukan secara langsung oleh BUMN yang

bersangkutan (Bab IV ps. 12 Poin (b)).

f. Beban operasional program dibiayai dari dana Program Bina Lingkungan,

bersangkutan (Bab V ps. 4). Baban operasional yang dituangkan dalam Rencana Kerja Anggaran (RKA) PKBL (ps. 15). RKA tersebut terpisah dari RKA perusahaan (RKAP) (ps. 17 (2)).

g. Pengelolaan program melaporkan pelaksanakaan program setiap triwulan

dan laporan tahunan (Bab VII ps. 19 (2)). Laporan tersebut terpisah dari laporan berkala dan laporan tahunan BUMN yang bersangkutan (ayat 3). Dengan adanya undang-undang dan peraturan yang ditetapkan, industri ataupun korporasi wajib untuk melaksanakannya tetapi kewajiban ini bukan merupakan suatu beban yang memberatkan, perlu diingat pembangunan suatu negara bukan hanya tanggungjwab pemerintah dan industri saja, tetapi setiap insan manusia berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan pengelolahan kualitas hidup masyarakat. Industri dan korporasi berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangkan faktor lingkungan hidup. Kini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan keuangan semata (single bottom line), melainkan sudah meliputi keuangan, sosial dan aspek pengelolaan lingkungan biasa disebut tripple bottom line sinergi tiga elemen ini merupakan kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Siregar, 2007).

Penerapan kegiatan TSP PT Pertamina merupakan refleksi nilai dan budaya perusahaan yang terintegrasi dengan strategi bisnis perusahaan masa kini dan mendatang, yang memberikan manfaat bagi PT Pertamina, shareholder dan

stakeholder. Mengingat kondisi nyata masyarakat, maka PT Pertamina dalam penerapan kegiatan TSP saat ini lebih diprioritaskan untuk membantu pemerintah dan masyarakat dalam memecahkan permasalahan sosial di sekitar wilayah kegiatan operasional perusahaan. Namun pelaksanaan kegiatan TSP dikendalikan sepenuhnya oleh perusahaan melalui divisi Hupmas. Pelaksanaan kegiatan dibagi menjadi lima wilayah yaitu: wilayah kilang Balongan, wilayah kilang LPG Mundu, wilayah WITP Salamdarma, wilayah Perumahan Bumi Patra dan wilayah

Single Boi Mourine (SBM) dan Single Point Mourine (SPM). Namun pada penelitian ini hanya difokuskan pada wilayah kilang Balongan.

Indikator keberhasilan dari kegiatan TSP yang dilakukan dapat dilihat dari dua sisi yaitu perusahaan dan masyarakat. Dari sisi perusahaan, citra perusahaan

harus semakin baik di mata masyarakat. Sementara itu, dari sisi masyarakat, harus ada peningkatan kualitas hidup dan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu penting bagi perusahaan melakukan evaluasi untuk mengukur keberhasilan kegiatan TSP yang dilakukan oleh Hupmas. Salah satu ukuran penting keberhasilan kegiatan TSP adalah jika masyarakat yang diberdayakan menjadi individu yang mandiri dan tidak selalu bergantung pada pertolongan pihak lain maupun pada perusahaan.

Fenomena di atas yang mendorong penelitian ini dilaksanakan di PT

Pertamina Refinery Unit VI Balongan, untuk melihat bagaimana efektivitas

komunikasi organisasi melalui kegiatan TSP yang dilakukan PT Pertamina untuk masyarakat Balongan. Di mana melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran untuk melaksanakan komunikasi organisasi perusahaan yang efektif untuk mendukung keberdayaan masyarakat yang merupakan tujuan akhir dari kegiatan TSP yang dilakukan oleh PT Pertamina

Refinery Unit VI Balongan. Selain itu juga perusahaan harus mengutamakan

kepentingan dari stakeholder dalam melaksanakan komunikasi organisasi

perusahaan kepada masyarakat, agar kegiatan yang dilaksanakan benar-benar bermanfaat bagi masyarakat sebagai penerima manfaat dari kegiatan TSP.