KOMUNIKASI ORGANISASI MELALUI KEGIATAN
TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
(Kasus PT Pertamina Refinery Unit VI Balongan)
ILONA VICENOVIE OISINA SITUMEANG
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SURAT PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Komunikasi Organisasi melalui Kegiatan Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Kasus PT Pertamina
Refinery Unit VI Balongan) adalah benar hasil karya saya sendiri dengan arahan Komisi Pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk manapun. Bahan rujukan atau sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Bogor, Juni 2012
ABSTRACT
ILONA VICENOVIE OISINA SITUMEANG, Organizational Communication Trough Corporate Social Responsibility (Kasus PT Pertamina Refinery Unit VI Balongan). DJUARA P. LUBIS as the Head of Supervisory Commission; AMIRUDDIN SALEH and DARWIS S. GANI as the Members.
Corporate social responsibility (CSR) is one of organizational communication form, CSR usually devoted for the community. Through this organizational communication corporate expects can be able to build a good relationship with community. The objectives of this research were: (1) to describe the form of organizational communication. (2) To describe the level of community participation, level of community perception, and level of community empowerment in the implementation of CSR activities. (3) to analyze correlation between individual characteristics and assessement of organizational communication activities and the level of community participation in the implementation of CSR activities. (4) to analyze correlation between assessment of organizational communication activities and level of community participation in the implementation of CSR activities. (5) to analyze correlation between level of community participation and the effectiveness of CSR activities. (6) to analyze correlation between level of community perception and level of community empowerment in the implementation of CSR activities. This research covered two kinds of data analysis i.e. descriptive statistics and inferential statistics. This research resulted several outputs, namely: (1) Organizational communication implemented by PERTAMINA was in accordance with the PENCILS mix principle; (2) level of community participation in the stage of planning and implementing were categorized good, level of community perception towards economic sector and environmental management were categorized good, level of community empowerment in economic sector and environmental management were categorized good. (3) Overall individual characteristics showed a real-positive correlation with assessment of organizational communication activities, Individual characteristics also showed a real-positive correlation with level of community participation. (4) Overall assessment of organizational communication activities showed a real-positive correlation with level of community participation. (5) Overall Level of community participation showed a real-positive correlation with the effectiveness of CSR program. (6) Overall level of community perception showed a real-positive correlation with level of community empowerment.
Key words : Organizational communication, corporate social responsibility
RINGKASAN
ILONA VICENOVIE OISINA SITUMEANG. Komunikasi Organisasi melalui Kegiatan Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Kasus PT Pertamina Refinery Unit VI Balongan). Komisi Pembimbing: DJUARA P. LUBIS (Ketua), AMIRUDDIN SALEH dan DARWIS S. GANI (Anggota).
Kegiatan tanggungjawab sosial perusahaan (TSP) merupakan salah satu komunikasi organisasi yang dilakukan oleh perusahaan untuk masyarakat. Melalui komunikasi organisasi ini diharapkan dapat menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat sekitar. Kegiatan TSP merupakan konsep yang terus berkembang, memberikan panduan bagaimana sebuah organisasi berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungan sosialnya. Tujuan penelitian adalah: (1) Mendeskripsikan bentuk komunikasi organisasi PT Pertamina Balongan untuk pemberdayakan masyarakat. (2) Mendeskripsikan tingkat partisipasi masyarakat, tingkat persepsi masyarakat, dan tingkat keberdayaan masyarakat dalam implementasi kegiatan TSP PT Pertamina Balongan. (3) Menganalisis hubungan karakteristik individu dengan penilaian aktivitas komunikasi organisasi dan menganalisis hubungan karakteristik individu dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi kegiatan TSP PT Pertamina Balongan. (4) Menganalisis hubungan penilaian aktivitas komunikasi organisasi dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi kegiatan TSP PT Pertamina Balongan. (5) Menganalisis hubungan tingkat partisipasi masyarakat dengan efektifitas TSP PT Pertamina Balongan. (6) Menganalisis hubungan tingkat persepsi masyarakat dengan tingkat keberdayaan masyarakat terhadap inplementasi kegiatan TSP PT Pertamina Balongan.
menggunakan teknik belah dua menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi berada pada kisaran 0,669 sampai 0,834 sehingga dapat dikatakan reliabel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pertamina Refinery Unit VI Balongan menggolongkan komunikasi organisasi dengan bauran PENCILS (Publication, Event, News, Community involvement, Inform or image, Lobbying and negotiations, Social responsibility). (2) Tingkat partisipasi masyarakat tahap melaksanakan dalam kategori baik, artinya masyarakat terlibat antusias dalam melaksanakan kegiatan karena merasakan manfaat dari kegiatan dan mendapatkan sesuatu barang dari kegiatan yang bersifat charity. Tingkat persepsi masyarakat di bidang ekonomi dan sosial dalam kategori baik artinya kegiatan TSP yang dilakukan dalam bidang ekonomi dan bidang sosial bermanfaat bagi masyarakat sehingga masyarakat berpersepsi baik terhadap kegiatan TSP di bidang ekonomi dan bidang sosial. Tingkat keberdayaan masyarakat dalam kategori baik di bidang ekonomi artinya berbagai kegiatan TSP di bidang ekonomi mampu meningkatkan dan menciptakan keberdayaan masyarakat di bidang ekonomi. (3) Terdapat hubungan sangat nyata dan nyata yang positif antara karakteristik individu dengan penilaian aktivitas komunikasi organisasi, kecuali untuk hubungan antara status sosial dengan saluran komunikasi, mutu informasi dan pendamping program kegiatan. Terdapat hubungan sangat nyata dan nyata yang positif antara karakteristik individu dengan tingkat partisipasi masyarakat, kecuali untuk hubungan antara pendidikan formal dan pendidikan non formal dengan mengevaluasi kegiatan TSP. (4) Terdapat hubungan sangat nyata dan nyata yang positif antara penilaian aktifitas komunikasi organisasi dengan tingkat partisipasi masyarakat kecuali untuk hubungan antara saluran komunikasi, mutu informasi dan pendamping program kegiatan dengan mengevaluasi kegiatan TSP. (5) Terdapat hubungan sangat nyata dan nyata yang positif antara tingkat partisipasi masyarakat dengan efektivitas kegiatan TSP, kecuali untuk hubungan antara mengevaluasi kegiatan TSP dengan persepsi di bidang ekonomi, sosial dan pengelolaan lingkungan hidup dan hubungan antara mengevaluasi kegiatan TSP dengan keberdayaan masyarakat di bidang ekonomi, sosial dan pengelolaan lingkungan hidup. (6) Terdapat hubungan sangat nyata dan nyata yang positif antara tingkat persepsi masyarakat dan tingkat keberdayaan masyarakat, kecuali untuk hubungan antara persepsi di bidang ekonomi dengan keberdayaan di bidang sosial dan pengelolaan lingkungan hidup, persepsi di bidang sosial dengan keberdayaan di bidang pengelolaan lingkungan hidup.
© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2012
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
(1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan. Penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan wajar IPB
KOMUNIKASI ORGANISASI MELALUI KEGIATAN
TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
(Kasus PT Pertamina Refinery Unit VI Balongan)
OLEH :
ILONA VICENOVIE OISINA SITUMEANG
DISERTASI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Sekolah Pascasarjana
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Penguji Luar Komisi pada Sidang Tertutup: (1) Dr. Ir. Sumardi Dahlan, MS
(Dosen Sekolah Pascasarjana UPI-YAI, Jakarta) (2) Dr. Ir. Basita Ginting Sugihen, MA
(Dosen pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat FEMA-IPB).
Penguji Luar Komisi pada Sidang Terbuka: (1) Dr. Muharto Toha, Drs, M.Si
(Dekan Executive UPI - YAI, Jakarta) (2) Prof. Dr. Ir. Sumardjo, MS
Judul Disertasi : Komunikasi Organisasi melalui Kegiatan Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Kasus PT Pertamina Refinery Unit VI Balongan).
Nama : Ilona Vicenovie Oisina Situmeang NRP : I 362080111
Program studi : Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Disetujui : Komisi Pembimbing
Ketua
Dr. Ir. Djuara P. Lubis MS
Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh MS Prof. Dr. H. Darwis S. Gani, MA Anggota Anggota
Diketahui:
Ketua Program Studi/Mayor Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Komuniasi Pembangunan
Pertanian dan Perdesaan
Dr. Ir. Djuara P. Lubis MS Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan atas Kasih dan Karunia yang Tuhan berikan kepada penulis sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan disertasi ini dengan judul Komunikasi Organisasi Melalui Kegiatan Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Kasus PT Pertamina Rifenery Unit VI Balongan).
Disertasi ini merupakan hasil karya penulis yang didukung oleh berbagai pihak yang dengan segala ketulusan yang telah membantu mulai dari awal penulis menjadi mahasiswa S3 di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor sampai dengan menyelesaikan disertasi ini. Pada kesempatan ini izinkan penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB, Ketua Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, dan Ketua Program Studi/Mayor Ilmu Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (KMP) beserta staf yang dengan keramahan dan ketulusannya telah memberikan layanan administrasi. 2. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan sebagai
Ketua Program Studi yang dengan sabar dan perhatian yang luar biasa yang selalu diberikan untuk memotivasi dan mengarahkan penulis dalam proses bimbingan berlangsung.
3. Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh, MS sebagai Anggota Komisi Pembimbing atas kesabaran yang tiada henti, yang selalu menyediakan waktu, keikhlasan serta berbagai solusi yang selalu diberikan kepada penulis dalam proses bimbingan berlangsung.
4. Prof. Dr. H. Darwis S. Gani, MA sebagai Anggota Komisi Pembimbing atas saran-saran yang membangun, perhatian dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis dalam proses bimbingan berlangsung. Ibu Darwis yang senantiasa menemani penulis selama proses bimbingan berlangsung.
6. Dr. Ir. Basita Ginting Sugihen, MA sebagai penguji luar komisi pada ujian kualifikasi, moderator seminar hasil, ujian tertutup dan penguji dari program studi pada ujian terbuka program doktor yang memberikan saran dan masukan kepada penulis untuk penyempurnaan disertasi ini.
7. Prof. Ir. Sumardjo, MS sebagai penguji luar komisi pada ujian terbuka program doktor yang bersedia meluangkan waktu untuk memberikan saran dan masukan yang membangun bagi penulis.
8. Dr. Muharto Toha, Drs, M.Si sebagai penguji luar komisi pada ujian terbuka program doktor yang bersedia meluangkan waktu untuk memberikan saran dan masukan yang berarti bagi penulis.
9. Ibu Retno, Bapak Wasidi, Bapak Halomoan dan Bapak Tri terima kasih atas segala perhatian, masukan, kritikan dan saran yang diberikan dari sejak
perkuliahan berlangsung sampai dengan pembuatan proposal dan disertasi ini. Semoga hubungan baik ini akan tetap
terjaga sampai kapanpun.
10. Ibu Desti yang mengajak dan memotivasi penulis agar tertarik untuk melanjutkan kuliah program Doktor di IPB. Terima kasih buat kebersamaan kita selama ini, suka dan duka kita lalui bersama semoga hubungan baik ini akan tetap terpelihara sampai kapanpun. Semoga disertasi ibu segera selesai agar kita sama-sama dapat berjuang untuk menunjukkan bahwa kita pasti bisa seperti yang telah kita rencanakan selama ini.
11. Bapak Erwin terima kasih untuk kerangka pemikirannya, Bapak Adi terima kasih untuk statistik, Ibu Yunita, Ibu Yumi, Bapak Zul, Yulia terima kasih untuk tempat berbagi, Iksan, Ali, Yoga, yang senantisa berbagi dan memberikan masukan selama penulis kuliah dan penelitian berlangsung. 12. Ibu Wirdaningsih terima kasih karena selalu perhatian kepada penulis dan
Rensi yang selalu ada untuk menyemangati penulis pada saat penulisan disertasi ini. Vini, Rheva, Achy, Subky dan Wisnu yang senantiasa membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.
memberikan motivasi yang luar biasa kepada penulis agar disertasi ini selesai dengan hasil yang baik. Untuk mami terima kasih karena sudah dengan senang hati menggantikan peran penulis sebagai ibu selama penulisan disertasi ini.
14. Kakak penulis Inge Viola Oitsuky Situmeang, SE., M.Si dan AKP Maradop Oktavianus Sitinjak, SE. Adek penulis dr. Ivonne Ruth Vitamaya Oishi Situmeang dan dr. Jerry Lumban Tobing, dan ponakanku Ivory Abigael Lumban Tobing yang senantiasa memberikan motivasi, doa dan kecerian kepada penulis walaupun kita berjauhan tetapi saling mendukung dan berdoa dalam segala hal terutama untuk penyelesaian disertasi ini.
15. Keluarga besar mertua penulis Bapak Samidi di Karanganyar - Solo dan Jakarta yang senantiasa memberikan semangat, motivasi, dukungan dan doa kepada penulis untuk dapat menyelesaikan disertasi ini.
16. Terutama untuk suami tercinta Ir. Priyono, MM. yang telah memberikan beasiswa bagi penulis, serta selalu memberikan dukungan, semangat serta doa yang tiada henti bagi penulis selama kuliah, penulisan proposal, penelitian di Balongan dan penyelesaian disertasi ini agar dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih buat motivator terbesar penulis Pricillo Bhamakerty Abimanyu atas keiklasan dan kerelaan untuk hidup jauh dari kasih sayang dan kehangatan penulis sebagai orangtua selama pengerjaan disertasi ini. Suatu saat nanti kamu akan mengerti bahwa yang mami lakukan sekarang ini adalah untuk kebanggaan dan kehormatan keluarga kita.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang memberikan masukan berharga sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Disertasi ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis berharap segala masukan dan kritikan yang membangun sehingga disertasi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Jakarta, Juni 2012
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Banda Aceh, 4 November 1980 sebagai putri kedua dari tiga orang putri bersaudara dari pasangan Drs. Salmon Alfred Situmeang, M.Hum dan Elfrida Moliana Simanjuntak. Kakak Penulis Inge Viola Oitsuky Situmeang, SE, M.Si dan Adek Penulis dr. Ivonne Ruth Vitamaya Oishi Situmeang. Penulis menikah pada tanggal 18 Februari 2010 di Medan dengan Ir. Priyono MM, dan dikaruniai seorang putra yang bernama Pricillo Bhamakerty Abimanyu yang lahir di Medan pada tanggal 3 Desember 2010.
Pada Tahun 1998 penulis lulus dari SMU St. Thomas 2 Medan dan melanjutkan pendidikan di Universitas Sahid Jakarta dengan memilih Fakultas Ilmu Komunikasi Jurusan Hubungan Masyarakat. Pada tahun 2002 penulis menyelesaikan strata satu dan pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan ke strata dua di Universitas Indonesia dengan memilih Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Manajemen Komunikasi. Penulis tamat strata dua pada tahun 2005. Pada Tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan program Doktor di Institut Pertanian Bogor, dengan memilih Fakultas Ekologi Manusia dengan program mayor Komunikasi Pembangun Pertanian dan Pedesaan. Puji Tuhan pada tanggal 14 juni 2012 penulis dapat menyelesaikan program Doktor ini.
DAFTAR ISI
2.3. Tanggungjawab Sosial Perusahaan sebagai Bentuk KomunikasiOrganisasi ... 29 2.3.1. Konsep Tanggungjawab Sosial Perusahaan ... 29 2.3.2. Perkembangan Tanggungjawab Sosial Perusahaan
di Indonesia ... 32 2.3.8. Pedoman Umum Community Development Sektor Energi
Sumber Daya Mineral (ESDM) ... 43 2.8. Pemberdayaan Masyarakat melalui Kegiatan tanggungjawab
IV. METODE PENELITIAN ………... 73 5.2. Gambaran Umum Komunikasi Organisasi PT Pertamina Refinery
Unit VI Balongan …...………... 96 5.3. Kegiatan Tanggungjawab Sosial Perusahaan Sebagai
Komunikasi Organisasi Pertamina ... 104 5.5. Penilaian Responden terhadap Aktivitas Komunikasi Organisasi
PT Pertamina Balongan ... ... 126 5.6. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Implementasi Kegiatan
5.7. Efektivitas Kegiatan Tanggungjawab Sosial Perusahaan PT
Pertamina Balongan... 153 5.7.1. Tingkat Persepsi Masyarakat dalam Implementasi Kegiatan
Tanggungjawab Sosial Perusahaan PT Pertamina Balongan 154
5.7.1.1. Persepsi Di Bidang Ekonomi………... 156 5.7.1.2. Persepsi Di Bidang Sosial …………... 157
5.7.1.3. Persepsi Di Bidang Pengelolahan Lingkungan
Hidup ... 159 5.7.2. Tingkat Keberdayaan Masyarakat Terhadap Implementasi
Kegiatan Tanggungjawab Sosial Perusahaan ... 163 5.7.2.1. Keberdayaan Di Bidang Ekonomi ………….…. 165
5.7.2.2. Keberdayaan Di Bidang Sosial ………... 168 5.7.2.3. Keberdayaan Di Bidang Pengelolaan Lingkungan
Hidup ...…… 169 5.8. Pengujian terhadap Hipotesis Penelitian ………... 172 5.8.1. Hubungan Antara Karakteristik Individu dengan
Penilaian Terhadap Aktivitas Komunikasi Organisasi … 172 5.8.2. Hubungan Antara Karakteristik Individu dengan Tingkat
Partisipasi Masyarakat Dalam Implementasi Kegiatan
Tanggungjawab Sosial Perusahaan ... 180 5.8.3. Hubungan Antara Penilaian Aktifitas Komunikasi
Organisasi dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat
Terhadap Kegiatan Tanggungjawab Sosial Perusahaan .... 190 5.8.4. Hubungan Antara Tingkat Partisipasi Masyarakat
Terhadap Kegiatan Tanggungjawab Sosial Perusahaan
dengan Tingkat Persepsi Masyarakat ... 196 5.8.5. Hubungan antara Tingkat Persepsi Masyarakat Tentang
Perusahaan Dengan Tiingkat Keberdayaan Masyarakat… 206 5.9. Strategi Komunikasi Organisasi melalui Kegiatan Tanggungjawab
Sosial Perusahaan PT Pertamina Balongan ...… 211 5.10.Implikasi Teoritis: Komunikasi Organisasi Sebagai Komunikasi
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Karakteristik saluran komunikasi ....…...………... 19 2. Kecamatan, desa, luas desa, kepala desa, jumlah kepalakeluarga (KK) ………...……...…………. 75 3. Desa, populasi, total sampel, sampel tiap desa ... 76 4. Indikator, definisi operasional, parameter pengukuran
karakteristik individu (X1
5. Indikator, definisi operasional, parameter pengukuran saluran
) …...…..………. 79 komunikasi (X2
6. Indikator, definisi operasional, parameter pengukuran mutu
) ……...……….... 80 informasi (X3
7. Indikator, definisi operasional, parameter pengukuran intensitas
) …………...………. 81 pendamping program (X4
8. Indikator, definisi operasional, parameter pengukuran tingkat
) ……...………….………….. 82 partisipasi masyarakat dalam implementasi kegiatan TSP (Y1
9. Indikator, definisi operasional, parameter pengukuran persepsi
) . 83 masyarakat terhadap kegiatan tanggungjawab sosial perusahaan
(Y2
10.Indikator, definisi operasional, parameter pengukuran tingkat
) ……...…….. 13.Rincian mata pencaharian masyarakat di Desa Balongan, Sukaurip
dan Majakerta …….………..……… 95 14.Rincian tingkat pendidikan di Desa Balongan, Sukaurip dan
Majakerta ... 96 15.Sebaran masyarakat berdasarkan karakteristik individu …... 120 16.Rataan skor penilaian aktivitas komunikasi organisasi
kegiatan tanggungjawab sosial perusahaan di tiga desa
penelitian ... 126 17.Rataan skor tingkat partisipasi masyarakat dalam setiap
tahapan kegiatan tanggungjawab sosial perusahaan di
tiga desa penelitian ...…………... 145 18.Rataan skor berdasarkan tingkat efektivitas kegiatan
tanggungjawab sosial perusahaan kegiatan TSP di tiga desa
penelitian ... 155 19.Hubungan antara karakteristik individu dengan penilaian
aktivitas komunikasi organisasi ………..…... 173 20.Hubungan antara karakteristik individu dengan tingkat
partisipasi masyarakat dalam implementasi kegiatan
tanggungjawab sosial perusahaan …………...………... 180 21.Hubungan antara aktifitas komunikasi organisasi dengan
partisipasi masyarakat terhadap kegiatan tanggungjawab
sosial perusahaan ……….... 191 22.Hubungan antara tingkat partisipasi masyarakat dengan
23.Hubungan antara tingkat partisipasi masyarakat dengan
tingkat keberdayaan masyarakat ... 202 24.Hubungan antara persepsi masyarakat dengan keberdayaan
masyarakat ...……… 206 25.Strategi komunikasi organisasi melalui kegiatan
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Triple Bottom Lines dalam kegiatan tanggungjawab
sosial perusahaan ...……….. 32 2. Perilaku pengusaha dalam melakukan kegiatan tanggungjawab
sosial perusahaan ………... 34 3. Konsep piramida tanggungjawab sosial perusahaan ... 40 4. Pembentukkan persepsi ……….………... 55 5. Kerangka berfikir penelitian komunikasi organisasi melalui
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Peta cirebon ... 234 2. Kuesioner penelitian ……….. 235 3. Output SPSS pretest ... 248 4. Output SPSS total untuk karakteristik individu ... 260 5. Output SPSS rataan skor untuk peubah saluran komunikasi
ILONA VICENOVIE OISINA SITUMEANG, Organizational Communication Trough Corporate Social Responsibility (Kasus PT Pertamina Refinery Unit VI Balongan).DJUARA P. LUBIS as the Head of Supervisory Commission; AMIRUDDIN SALEH and DARWIS S. GANI as the Members.
Corporate social responsibility (CSR) is one of organizational communication form, CSR usually devoted for the community. Through this organizational communication corporate expects can be able to build a good relationship with community. The objectives of this research were: (1) to describe the form of organizational communication. (2) To describe the level of community participation, level of community perception, and level of community empowerment in the implementation of CSR activities. (3) to analyze correlation between individual characteristics and assessement of organizational communication activities and the level of community participation in the implementation of CSR activities. (4) to analyze correlation between assessment of organizational communication activities and level of community participation in the implementation of CSR activities. (5) to analyze correlation between level of community participation and the effectiveness of CSR activities. (6) to analyze correlation between level of community perception and level of community empowerment in the implementation of CSR activities. This research covered two kinds of data analysis i.e. descriptive statistics and inferential statistics. This research resulted several outputs, namely: (1) Organizational communication implemented by PERTAMINA was in accordance with the PENCILS mix principle; (2) level of community participation in the stage of planning and implementing were categorized good, level of community perception towards economic sector and environmental management were categorized good, level of community empowerment in economic sector and environmental management were categorized good. (3) Overall individual characteristics showed a real-positive correlation with assessment of organizational communication activities, Individual characteristics also showed a real-positive correlation with level of community participation. (4) Overall assessment of organizational communication activities showed a real-positive correlation with level of community participation. (5) Overall Level of community participation showed a real-positive correlation with the effectiveness of CSR program. (6) Overall level of community perception showed a real-positive correlation with level of community empowerment.
Key words : Organizational communication, corporate social responsibility
1.1.Latar Belakang
Kehadiran perusahaan dalam suatu wilayah merupakan salah satu bukti
bahwa wilayah tersebut memiliki potensi yang baik secara ekonomi, sosial
budaya, sumberdaya alam dan sumberdaya lainnya, sehingga diharapkan
menimbulkan efek pengganda yang positif bagi masyarakat sekitar. Disayangkan,
jika kehadiran sebuah perusahaan justru menghilangkan potensi sesungguhnya
dan membangun jurang pemisah antara masyarakat dengan perusahaan. Untuk
menghilangkan jurang pemisah antara perusahaan dengan masyarakat perlu
dilakukan komunikasi yang efektif, sehingga terjalin komunikasi dan interaksi
langsung antara perusahaan dengan masyarakat, sehingga dapat hidup secara
berdampingan dan saling menguntungkan.
Berangkat dari pemikiran tersebut, perusahaan berlomba-lomba untuk
hadir di tengah-tengah masyarakat melalui berbagai kegiatan sosial: mulai dari
pemberian beasiswa pendidikan, ketertiban umum, peningkatan ekonomi,
pelayanan kesehatan kepada ibu dan anak, pendampingan untuk menyelesaikan
masalah lingkungan hidup serta pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.
Untuk menghindari kesenjangan sosial antara perusahaan dan masyarakat dapat
dilakukan dengan suatu kepedulian perusahaan dalam bentuk kegiatan
tanggungjawab sosial perusahaan (TSP). Melalui kegiatan TSP ini diharapkan
dapat mempererat hubungan antara perusahaan dengan masyarakat.
Kegiatan TSP merupakan suatu komunikasi organisasi yang dilakukan
oleh perusahaan untuk masyarakat. Melalui komunikasi organisasi ini diharapkan
dapat menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat. Komunikasi
yang digunakan dalam kegiatan TSP diharapkan bersifat dua arah, yang artinya
perusahaan bukan lagi berperan sebagai komunikator semata, tetapi harus mampu
menjadi komunikan yaitu menjadi pendengar aspirasi dari masyarakat. Sebaliknya
masyarakat tidak hanya sebagai komunikan yang hanya menerima informasi,
pesan dan masukan dari perusahaan tetapi harus mampu menjadi komunikator
dalam menyampaikan aspirasi dan keinginannya, sehingga terjalin komunikasi
yang efektif di antara pihak-pihak yang berkomunikasi, dan dapat merasakan
perusahaan kepada masyarakat bertujuan untuk menggali kebutuhan dan
persoalan yang kerap terjadi di masyarakat. Tujuannya agar kegiatan TSP
dirancang agar tepat sasaran dan tidak tumpang tindih dengan program yang telah
ada.
Tanggungjawab sosial perusahaan merupakan konsep yang terus
berkembang, memberikan panduan bagaimana sebuah organisasi berinteraksi
dengan masyarakat dan lingkungan sosialnya. Secara umum, menurut Carr et al.,
(2004) tanggungjawab sosial dipahami sebagai cara organisasi dalam
mengintegrasikan kepentingan sosial, lingkungan hidup dan ekonomi dalam
nilai-nilai budaya, pengambilan keputusan, strategi dan operasi organisasi dengan cara
yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Implementasi berbagai aspek
tersebut akan dapat meningkatkan kehidupan sosial masyarakat. Contoh dari
kegiatan TSP yang dapat dilakukan organisasi di antaranya derma (charity), filantropi (philanthropy), kerja sukarela (volunteer work), dan pengurangan dampak lingkungan (the reduction of environmental impact).
Walaupun demikian, dalam pelaksanaannya banyak kegiatan TSP yang
bias. Kegiatan yang dilakukan seringkali hanya bagian dari kegiatan promosi
produk atau perusahaan yang sifatnya jangka pendek. Seringkali dalam praktiknya
kegiatan TSP hampir disamakan dengan derma (charity), sehingga ketika perusahaan membagi-bagikan hadiah kepada masyarakat di sekitar, perusahaan
sudah dianggap melaksanakan kegiatan TSP kepada masyarakat. Kegiatan derma
(charity) ini dapat menyebabkan masyarakat menjadi bergantung pada bantuan dari perusahaan. Hal tersebut menyebabkan tidak ada manfaat yang berkelanjutan
yang dirasakan masyarakat. Sesungguhnya, konsep kegiatan TSP tidak sama
dengan derma (charity) atau kedermaan (philanthropy) yang lebih spontan pemberian dan kegiatan tidak memiliki efek jangka panjang bagi masyarakat.
Dalam arti tidak terjadi pemberdayaan masyarakat secara maksimal untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Thamrin et al., (2010) mengatakan bahwa praktik TSP yang selama ini dilakukan oleh beberapa
dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Pola Community Development (CD) merupakan bentuk TSP yang saat ini banyak dipraktikkan oleh perusahaan besar. Masalahnya, apakah makna yang terkandung dalam CD sudah
diimplementasikan secara benar. Dalam Implementasi CD benar-benar dapat
terlaksana diasumsikan apabila TSP diimplementasikan melalui model alternatif
implementasi TSP yang berbasis pada pemanfaatan modal sosial, maka TSP akan
lebih bermakna bagi pemberdayaan masyarakat baik di bidang ekonomi, sosial
dan budaya secara berkelanjutan.
Hakikat dalam modal sosial adalah hubungan sosial yang terjalin dalam
kehidupan sehari-hari warga masyarakat dalam hal ini hubungan sosial
mencerminkan hasil interaksi sosial dalam waktu yang relatif lama sehingga
menghasilkan jaringan, pola kerjasama, pertukaran sosial, saling percaya
termasuk norma dan nilai yang mendasari hubungan sosial tersebut. Pola
hubungan sosial inilah yang mendasari kegiatan bersama atau kegiatan kolektif
antara warga masyarakat. Dengan demikian masyarakat tersebut mampu
mengatasi masalah mereka secara bersama-sama (Ibrahim, 2006).
Kegiatan tanggungjawab sosial yang dijalankan oleh perusahaan
hendaknya dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek kehidupan
masyarakat sehingga memiliki manfaat jangka panjang bagi penerimanya.
Komunikasi yang konvergen menjadi kunci kesuksesan bagi kegiatan TSP dan
melalui komunikasi yang efektif dapat menciptakan kesadaran masyarakat akan
keberadaan perusahaan. Upaya mengkomunikasikan kegiatan TSP secara tepat
sasaran membantu masyarakat untuk mengetahui berbagai keuntungan yang dapat
dirasakan serta membangun brand power perusahaan, sehingga tingkat resiko perusahaan dalam menghadapi gejolak sosial dan konflik masyarakat akan
menurun.
Konflik dalam aktivitas komunikasi adalah bukti adanya kemacetan
komunikasi (Hamijoyo, 2001). Suatu proses komunikasi untuk memberikan
informasi yang benar akan menimbulkan suatu ketenangan dalam kehidupan
masyarakat. Apabila isu atau informasi yang dikembangkan orang dalam
setiap pertukaran pesan, baik yang bersifat individu, kelompok maupun
masyarakat. Akibatnya benturan sosial tidak dapat dihindari, baik dalam bentuk
fisik maupun penekanan setiap ide yang berkembang dalam setiap komponen
kehidupan masyarakat (Usman, 2001).
Menurut Widiyanarti (2005), pendekatan TSP hendaknya dilakukan secara
holistic. Artinya, pendekatan yang dilakukan oleh perusahaan tidak dalam kegiatan bisnis semata, melainkan juga bergerak dari yang sifatnya derma
(charity) menuju ke arah TSP yang lebih menekankan pada keberlanjutan pengembangan masyarakat (community development). Intinya, bagaimana melalui kegiatan TSP, masyarakat menjadi berdaya, baik secara ekonomi, sosial budaya,
lingkungan hidup secara berkelanjutan (sustainability) sehingga perusahaan juga dapat terus berkembang dengan dukungan masyarakat sekitar. Dalam konteks ini,
TSP lebih dimaknai sebagai investasi jangka panjang bagi perusahaan yang
melakukannya.
Konsep dan pemahaman kegiatan TSP yang baik yang diterapkan
perusahaan haruslah sustainable, tidak hanya mengenai masalah lingkungan tetapi masalah sosial yang berkelanjutan. Dari sisi kepentingannya TSP memiliki tiga
dasar utama, yaitu: ekonomi, sosial dan lingkungan. Sebetulnya, konsep sosial itu
memberikan dimensi-dimensi yang membuat perusahaan tidak hanya baik di mata
masyarakat, tetapi juga baik bagi perusahaan sebagai kompensasi atau imbalan
terhadap perusahaan yang memperhatikan masyarakat. Minimal dari aspek resiko,
perusahaan bisa melakukan operasional perusahaan dengan baik di tengah
masyarakat dengan melakukan komunikasi yang efektif dengan masyarakat.
Dalam perusahaan atau organisasi, komunikasi yang terjadi tidak hanya
komunikasi yang melibatkan publik internal perusahaan namun juga melibatkan
publik eksternal, agar terjadi kesinergian. Komunikasi dengan publik eksternal ini
dilakukan agar publik internal organisasi dapat berinteraksi dengan publik di luar
organisasi. Salah satu cara yang bisa digunakan perusahaan untuk berinteraksi
secara langsung dengan publik di luar organisasi adalah dengan melakukan
kegiatan TSP yang berkesinambungan yang memiliki manfaat jangka panjang
Kegiatan TSP merupakan bentuk komunikasi organisasi yang dilakukan
oleh perusahaan dan diperuntukkan bagi masyarakat. Kegiatan ini bermanfaat
untuk mengurangi dampak negatif yang terwujud dalam bentuk kesenjangan
antara kemajuan gerak perusahaan, keadaan serta harapan masyarakat sekitarnya.
Sebagian masyarakat sekitar wilayah operasi perusahaan sering beranggapan
pelaksanaan kegiatan TSP di wilayahnya masih belum seimbang dengan
sumberdaya yang diambil maupun yang dimanfaatkan oleh perusahaan. Oleh
karena itu komunikasi yang efektif kepada masyarakat dan informasi berupa
persepsi dari masyarakat akan bermanfaat bagi perusahaan dalam merancang
kegiatan yang orientasinya untuk memenuhi harapan dan keinginan masyarakat
serta untuk kemajuan perusahaan. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa
perusahaan akan berhasil dalam menjalankan kegiatan TSP yang berpihak kepada
kebutuhan masyarakat.
Penerapan kegiatan TSP di Indonesia pada umumnya berbeda-beda,
tergantung kepada kebijakan, visi dan misi serta budaya di masing-masing
perusahaan bersangkutan. Guna berhasilnya pelaksanaan kegiatan tersebut perlu
suatu kesinergian antara perusahaan, pemerintah dan masyarakat, sehingga
kehadiran sebuah perusahaan menjadi perekat dan memiliki nilai positif untuk
menciptakan keberdayaan masyarakat. Tanggungjawab sosial perusahaan
merupakan salah satu kegiatan komunikasi organisasi yang wajib dilakukan
perusahaan secara rutin dan berkesinambungan untuk kepentingan publik
eksternal perusahaan, Selain itu kegiatan TSP mampu untuk mendukung
perusahaan meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan akibat kegiatan
operasinya serta memaksimalkan dampak positifnya kepada masyarakat.
PT Pertamina Refinery Unit VI Balongan merupakan salah satu dari tujuh
Refinery Unit PT Pertamina yang beroperasi di Indonesia. Uniknya fenomena kegiatan TSP yang dilakukan oleh PT Pertamina sebagai salah satu perusahaan
minyak dan gas bumi yang ada di Balongan tidak sebanding dengan kondisi
ekonomi masyarakat yang hidup di sekitar perusahaan. Di mana satu sisi
Balongan merupakan daerah yang memiliki sumberdaya alam yang diekploitasi
distribusi minyak Jakarta dan Jawa Barat, sementara kondisi ekonomi masyarakat
di kabupaten Indramayu, khususnya di Kecamatan Balongan seperti pada angka
Badan Pusat Statistik (2011) menunjukkan bahwa kabupaten Indramayu terdapat
102 desa dengan kategori desa miskin dan penduduk miskin berjumlah 169.720
rumah tangga miskin (RTM).
Hal ini erat kaitannya dengan kegiatan tanggungjawab sosial perusahaan
yang rutin dilaksanakan oleh PT Pertamina Balongan sebagai komunikasi
organisasi perusahaan untuk masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan
keberdayaan masyarakat di Balongan. Secara ekonomi kemiskinan adalah
kekurangan sumberdaya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
dan meningkatkan kesejahteraan (Angeningsih, 2008)
Program penanggulangan kemiskinan sebenarnya sudah menjadi perhatian
pemerintah sejak rezim orde baru berkuasa. Pada tahun 1993 pemerintah telah
melaksanakan berbagai program yang menunjukkan komitmen pemerintah
terhadap pemenuhan hak-hak ekonomi dan sosial masyarakat. Namun, komitmen
ini tidak menjawab persoalan utama bagi pemenuhan hak-hak ekonomi dan sosial
masyarakat. Ada program-program yang hanya bersifat insidental sehingga
kurang mampu memberdayakan masyarakat, serta dalam kenyataannya banyak
program yang salah sasaran sehingga tidak mampu memberdayakan masyarakat
(Suparjan, 2008).
Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pertamina untuk mengurangi
angka kemiskinan dengan cara melaksanakan kegiatan TSP, yang merupakan
suatu komunikasi organisasi perusahaan kepada masyarakat sekitar, ini
merupakan suatu bentuk kepedulian perusahaan untuk mengurangi angka
kemiskinan masyarakat dan memberdayakan masyarakat yang tinggal di sekitar
kilang Balongan. Namun sangat disayangkan di daerah kilang Balongan masih
banyak terdapat masyarakat miskin, selain itu seringkali terjadi aksi demonstrasi
yang dilakukan masyarakat kepada perusahaan. Masyarakat merasa kecewa
dengan perusahaan yang kurang peduli dengan kesejahteraan masyarakat yang
masyarakat Balongan sering terjadi, ini menunjukkan bahwa komunikasi yang
terjalin antara perusahaan dengan masyarakat kurang efektif.
Menurut Sarinastiti (2009), mengatakan bahwa dalam menjalankan dan
mengkomunikasikan mengenai upaya perusahaan dalam menjalankan kegiatan
TSP sangatlah beragam. Namun seringkali komunikasi lebih mengutamakan pada
pandangan perusahaan bukan mengutamakan pada pandangan stakeholder, atau partisipasi mereka dalam kegiatan TSP tersebut.
Namun pada praktiknya keberadaan sebuah perusahaan tidak selalu
memberikan dampak positif bagi publik sekitarnya. Di sini keberadaan Public Relations (PR) perusahaan diperlukan, selain menjalankan kegiatan yang berhubungan dengan publik internal, PR juga menjalankan kegiatan yang
berhubungan dengan publik ekternal salah satu caranya melalui kegiatan
tanggungjawab sosial. Kegiatan TSP diharapkan memberikan manfaat positif
bagi masyarakat di sekitarnya. PR dituntut menjadi agen komunikasi yang mampu
menghubungkan setiap publik yang berkepentingan dengan organisasi perusahaan
sehingga mencapai tujuan yang berlandaskan pada saling pengertian dan
pemahaman.
Menurut Jefkins (2003), PR merupakan suatu bentuk komunikasi yang
terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan
semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang
berlandaskan pada saling pengertian. Public Relations menggunakan metode manajemen berdasarkan tujuan (management by objectives).
Divisi hubungan pemerintah dan masyarakat (Hupmas) PT Pertamina
merupakan divisi yang melaksanakan komunikasi organisasi baik untuk publik
internal maupun publik eksternal. Salah satu komunikasi organisasi yang
ditujukan untuk publik eksternal adalah kegiatan TSP, sebagaimana yang
diwajibkan, bahwa perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang minyak dan
gas bumi wajib melakukan community development seperti yang tertuang dalam: 1. Undang Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi pasal
memuat paling sedikit ketentuan-ketentuan pokok tentang pengembangan
masyarakat sekitarnya dan jaminan hak-hak masyarakat adat.”
2. Peraturan Pemerintah nomor 35 tahun 2004 tentang Usaha Hulu Minyak dan
Gas Bumi.
Pasal 72: “Kontraktor yang melaksanakan kegiatan usaha hulu wajib
menjamin dan menaati ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja dan
pengelolaan lingkungan hidup serta pengembangan masyarakat setempat.”
Pasal 73: ”Ketentuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja dan
pengelolaan lingkungan hidup serta pengembangan masyarakat setempat
sebagaimana dimaksud dalam pasal 72 sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.”
Pasal 74 ayat (1): ”Kontraktor dalam melaksanakan kegiatannya ikut
bertanggungjawab mengembangkan lingkungan dan masyarakat setempat.”
Ayat (2): ”Tanggungjawab kontraktor dalam mengembangkan lingkungan dan
masyarakat setempat sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) adalah
keikutsertaan dalam mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang
dibutuhkan, serta meningkatkan lingkungan hunian masyarakat agar tercipta
keharmonisan antara kontraktor dengan masyarakat sekitar.”
3. Peraturan Pemerintah nomor 36 tahun 2004 tentang Usaha Hilir Minyak dan
Gas Bumi.
Pasal 77: “Badan usaha yang melaksanakan kegiatan usaha pengelolaan,
pengangkutan, penyimpanan dan niaga wajib menjamin dan menaati
ketentuan dan keselamatan kerja dan pengelolaan lingkungan hidup serta
pengembangan masyarakat setempat.”
Pasal 78: “Ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja, pengelolaan
lingkungan hidup dan pengembangan masyarakat setempat sebagaimana
dimaksud dalam pasal 77 dalam kegiatan usaha pengelolaan, pengangkutan,
penyimpanan dan niaga diatur sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.”
Pasal 79 ayat (1): ”Badan usaha dalam melaksanakan kegiatan usaha
dalam pengembangan lingkungan dan masyarakat setempat dalam rangka
menjamin hubungan dengan masyarakat sekitar.” Ayat (2): “Tanggungjawab
badan usaha dalam mengembangkan lingkungan dan masyarakat setempat
sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) adalah keikutsertaan dalam
mengembangkan dan memanfaatkan potensi kemampuan masyarakat setempat
antara lain dengan cara mempekerjakan tenaga kerja dalam jumlah dan
kualitas tertentu sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan serta
meningkatkan lingkungan hunian masyarakat agar tercipta keharmonisan
antara badan usaha dengan masyarakat sekitarnya.”
Pasal 80 Ayat (1): “Kegiatan pengembangan lingkungan dan masyarakat
setempat oleh badan usaha dilakukan dengan berkoordinasi dengan
pemerintah daerah.” Ayat (2): “Kegiatan pengembangan lingkungan dan
masyarakat setempat sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) diutamakan
untuk masyarakat sekitar dimana kegiatan usahanya dilaksanakan.”
4. Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003 tentang
Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dan Usaha Kecil dan Program
Bina Lingkungan sebagai berikut:
a. Sumber dana ditetapkan dari penyisihan laba setelah pajak maksimal 1%
(ps.8).
b. Besar dana ditetapkan melalui Rapat Umum Pemegang saham (RUPS)
untuk persero dan oleh Mentri BUMN untuk Perum (ps. 8(3)).
c. Dana yang telah ditetapkan oleh RUPS atau Menteri disektor pada Unit
PKBL, selambat-lambatnya sebulan setelah penetapan (ps.8(5)).
d. Penggunaan dana Bina Lingkungan untuk tujuan yang memberikan
manfaat kepada masyarakat diwilayah usaha dalam bentuk bantuan,
bencana alam, pendidikan/pelatihan, peningkatan kesehatan,
pengembangan prasarana umum, dan sarana ibadah (ps.10(3)).
e. Pelaksanaan program dilakukan secara langsung oleh BUMN yang
bersangkutan (Bab IV ps. 12 Poin (b)).
f. Beban operasional program dibiayai dari dana Program Bina Lingkungan,
bersangkutan (Bab V ps. 4). Baban operasional yang dituangkan dalam
Rencana Kerja Anggaran (RKA) PKBL (ps. 15). RKA tersebut terpisah
dari RKA perusahaan (RKAP) (ps. 17 (2)).
g. Pengelolaan program melaporkan pelaksanakaan program setiap triwulan
dan laporan tahunan (Bab VII ps. 19 (2)). Laporan tersebut terpisah dari
laporan berkala dan laporan tahunan BUMN yang bersangkutan (ayat 3).
Dengan adanya undang-undang dan peraturan yang ditetapkan, industri
ataupun korporasi wajib untuk melaksanakannya tetapi kewajiban ini bukan
merupakan suatu beban yang memberatkan, perlu diingat pembangunan suatu
negara bukan hanya tanggungjwab pemerintah dan industri saja, tetapi setiap
insan manusia berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan pengelolahan
kualitas hidup masyarakat. Industri dan korporasi berperan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangkan faktor lingkungan
hidup. Kini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan keuangan semata (single bottom line), melainkan sudah meliputi keuangan, sosial dan aspek pengelolaan lingkungan biasa disebut tripple bottom line sinergi tiga elemen ini merupakan kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Siregar, 2007).
Penerapan kegiatan TSP PT Pertamina merupakan refleksi nilai dan
budaya perusahaan yang terintegrasi dengan strategi bisnis perusahaan masa kini
dan mendatang, yang memberikan manfaat bagi PT Pertamina, shareholder dan
stakeholder. Mengingat kondisi nyata masyarakat, maka PT Pertamina dalam penerapan kegiatan TSP saat ini lebih diprioritaskan untuk membantu pemerintah
dan masyarakat dalam memecahkan permasalahan sosial di sekitar wilayah
kegiatan operasional perusahaan. Namun pelaksanaan kegiatan TSP dikendalikan
sepenuhnya oleh perusahaan melalui divisi Hupmas. Pelaksanaan kegiatan dibagi
menjadi lima wilayah yaitu: wilayah kilang Balongan, wilayah kilang LPG
Mundu, wilayah WITP Salamdarma, wilayah Perumahan Bumi Patra dan wilayah
Single Boi Mourine (SBM) dan Single Point Mourine (SPM). Namun pada penelitian ini hanya difokuskan pada wilayah kilang Balongan.
Indikator keberhasilan dari kegiatan TSP yang dilakukan dapat dilihat dari
harus semakin baik di mata masyarakat. Sementara itu, dari sisi masyarakat, harus
ada peningkatan kualitas hidup dan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu
penting bagi perusahaan melakukan evaluasi untuk mengukur keberhasilan
kegiatan TSP yang dilakukan oleh Hupmas. Salah satu ukuran penting
keberhasilan kegiatan TSP adalah jika masyarakat yang diberdayakan menjadi
individu yang mandiri dan tidak selalu bergantung pada pertolongan pihak lain
maupun pada perusahaan.
Fenomena di atas yang mendorong penelitian ini dilaksanakan di PT
Pertamina Refinery Unit VI Balongan, untuk melihat bagaimana efektivitas komunikasi organisasi melalui kegiatan TSP yang dilakukan PT Pertamina untuk
masyarakat Balongan. Di mana melalui penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi pemikiran untuk melaksanakan komunikasi organisasi
perusahaan yang efektif untuk mendukung keberdayaan masyarakat yang
merupakan tujuan akhir dari kegiatan TSP yang dilakukan oleh PT Pertamina
Refinery Unit VI Balongan. Selain itu juga perusahaan harus mengutamakan kepentingan dari stakeholder dalam melaksanakan komunikasi organisasi perusahaan kepada masyarakat, agar kegiatan yang dilaksanakan benar-benar
bermanfaat bagi masyarakat sebagai penerima manfaat dari kegiatan TSP.
1.2.Perumusan Masalah
Balongan merupakan salah satu daerah penghasil minyak dan gas bumi,
yang terdapat eksploitasi dan industri ekstraktif migas. Daerah ini menerima
dampak buruk lingkungan sebagai akibat dari pengelolaan migas di sektor hulu
dan hilir seperti: getaran, kebisingan, polusi udara, polusi air, limbah cair, limbah
padat, limbah gas yang diakibatkan dari kegiatan produksi yang dilakukan oleh
perusahaan minyak dan gas bumi. Sebagai bentuk kepedulian PT Pertamina
Balongan, merancang kegiatan TSP yang merupakan salah satu kegiatan eksternal
Public Relation (PR). Perusahaan biasanya memiliki kewajiban kepada publik eksternal perusahaan dengan melakukan kegiatan TSP terhadap masyarakat.
Kesadaran tentang pentingnya mempraktikkan kegiatan TSP ini menjadi tren
Selain itu perlu diperhatikan juga norma dan kebiasaan dari masyarakat lokal
serta
1. Apa saja bentuk komunikasi organisasi perusahaan yang dilakukan PT
Pertamina Balongan untuk pemberdayakan masyarakat Balongan?
nilai kearifan lokal yang dapat digali dan dimanfaatkan untuk mewujudkan
suatu tatanan kehidupan masyarakat yang harmonis dan berimbang.
PT Pertamina Balongan yang berlokasi di jalan raya Balongan kilometer
sembilan, Kabupaten Indramayu–Jawa Barat memiliki divisi Hupmas yang
melaksanakan kegiatan TSP secara rutin dan berkesinambungan sebagai salah
satu kegiatan eksternal dari komunikasi organisasi perusahaan terhadap
masyarakat. Agar kegiatan TSP yang dirancang oleh PT Pertamina dan memiliki
manfaat yang positif bagi masyarakat, Hupmas harus mengetahui strategi apa
yang sesuai dan cocok diterapkan untuk masyarakat Balongan. Oleh karena itu
secara rinci yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini, antara lain:
2. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat, tingkat persepsi masyarakat tentang
kegiatan TSP dan tingkat keberdayaan masyarakat dalam implementasi
kegiatan TSP yang dilakukan PT Pertamina Balongan?
3. Sejauhmana hubungan karakteristik individu dengan penilaian aktivitas
komunikasi organisasi dan hubungan antara karakteristik individu dengan
tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi kegiatan TSP yang
dilakukan oleh PT Pertamina Balongan?
4. Sejauhmana hubungan penilaian aktivitas komunikasi organisasi dengan
tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi kegiatan TSP yang
dilakukan oleh PT Pertamina Balongan?
5. Sejauhmana hubungan partisipasi masyarakat dengan efektivitas TSP yang
dilakukan PT Pertamina Balongan?
6. Sejauhmana hubungan tingkat persepsi masyarakat tentang perusahaan dengan
tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi kegiatan TSP yang
1.3.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang menjadi permasalahan di atas, yaitu:
1. Untuk mendeskripsikan bentuk komunikasi organisasi perusahaan yang
dilakukan PT Pertamina Balongan untuk pemberdayakan masyarakat
Balongan.
2. Untuk mendeskripsikan tingkat partisipasi masyarakat terhadap kegiatan TSP,
tingkat persepsi masyarakat tentang kegiatan TSP, dan tingkat keberdayaan
masyarakat dalam implementasi kegiatan TSP yang dilakukan PT Pertamina
Balongan.
3. Untuk menganalisis hubungan karakteristik individu dengan penilaian
aktivitas komunikasi organisasi dan menganalisis hubungan karakteristik
individu dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi kegiatan
TSP.
4. Untuk menganalisis hubungan penilaian aktivitas komunikasi organisasi
dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi kegiatan TSP yang
dilakukan oleh PT Pertamina Balongan.
5. Untuk menganalisis hubungan tingkat partisipasi masyarakat dengan
efektifitas kegiatan TSP yang dilakukan oleh PT Pertamina Balongan.
6. Untuk menganalisis hubungan tingkat persepsi masyarakat tentang perusahaan
dengan tingkat partisipasi masyarakat terhadap implementasi kegiatan TSP
yang dilakukan PT Pertamina Balongan.
1.4.Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjawab mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi implementasi TSP dalam pemberdayaan masyarakat. Adapun
secara spesifik penelitian ini berguna untuk:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan
ilmu komunikasi khususnya komunikasi organisasi mengenai program
Mengembangkan dan menyempurnakan secara empiris teori komunikasi
pembangunan yang dikaitkan dengan konsep pemberdayaan masyarakat,
mengkaji tentang program kegiatan TSP dalam mendukung program
pemberdayaan masyarakat.
2. Secara Praktis
Bagi Perusahaan: Diharapkan melalui penelitian ini dapat memberikan
kontribusi kepada PT Pertamina Balongan untuk meningkatkan kemampuan
perusahaan dalam memahami pentingnya program kegiatan TSP yang
dilakukan perusahaan secara berkesinambungan dan tepat sasaran dalam
memberdayakan masyarakat lokal.
Bagi Pemerintah Daerah: Diharapkan melalui penelitian ini dapat memberikan
kontribusi kepada pemerintah daerah dalam pengambilan kebijakan yang
terkait dengan pembangunan, pelayanan, dan pemberdayaan masyarakat
dalam kerangka otonomi daerah.
1.5.Kebaruan
Kebaruan pada penelitian ini berbeda dari beberapa penelitian
sebelumnya, kebaruan pada penelitian mengenai strategi komunikasi organisasi
melalui kegiatan TSP di PT Pertamina Balongan antara lain:
1. Menganalisis aktivitas komunikasi organisasi melalui kegiatan TSP dengan
memberikan penekan pada aspek-aspek teori dan praktek komunikasi
organisasi.
2. Merancang strategi komunikasi organisasi yang tepat melalui kegiatan TSP
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi Organisasi
Kegiatan komunikasi dalam sebuah organisasi merupakan jaringan kerja
komunikasi dengan usaha memperoleh kegiatan masing-masing unit individu
yang sesuai dengan kebutuhan totalitas organisasi. Komunikasi bukan hanya
menjadi masalah “stimuli-respons,” tetapi sekaligus menjadi mekanisme koordinasi, kontrol dan hubungan satu sama lain. Komunikasi internal merujuk
pada pesan-pesan yang dikirim dan diterima di dalam organisasi.
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan
organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang
disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan
organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan
berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo,
kebijakan pernyataan, jumpa pers dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi
informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan
kepada organisasinya, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.
Komunikasi organisasi memberi dan menerima informasi dalam suatu
organisasi yang kompleks, yang mencakup bidang komunikasi internal, hubungan
manusia, hubungan kelompok manajemen baik komunikasi ke bawah, komunikasi
ke atas dan komunikasi ke samping, serta kepandaian berbicara, mendengarkan,
menulis dan mengevaluasi program komunikasi (Goldhaber, 1993)
Komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling bertukar
pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain
untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah-berubah
(Goldhaber, 1993).
Pace dan Faules (2000) menyebutkan bahwa komunikasi organisasi
sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang
merupakan bagian-bagian dari suatu organisasi tertentu. Di lain pihak, komunikasi
organisasi merupakan bagian yang penting dalam proses organisasi yang selalu
berkaitan dengan jaringan sebagai cara untuk mengorganisir. Jaringan adalah
lain, membuat kontak hubungan dan saluran dimana pengaruh dan kekuasaan
disalurkan melalui manajemen baik yang bersifat formal maupun yang bersifat
informal dalam organisasi.
Menurut Zelko dan Dance dalam Muhammad (2008), menjelaskan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup
komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal maksudnya
adalah komunikasi dalam organisasi itu sendiri seperti komunikasi dari bawahan
kepada atasan, komunikasi dari atasan kepada bawahan dan komunikasi sesama
karyawan sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan
organisasi terhadap lingkungan luar berupa hubungan dengan masyarakat umum,
komunikasi hasil produksi.
Muhammad (2008), menjelaskan bahwa (1) Komunikasi organisasi terjadi
dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkunganya
sendiri baik internal maupun eksternal, (2) Komunikasi organisasi meliputi pesan
dan arusnya, tujuannya, arah dan media, (3) Komunikasi organisasi meliputi
orang dan sikapnya, perasaannya, hubungannya dan ketrampilannya.
Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu jaringan yang lebih besar dari
jaringan diadik, komunikasi interpersonal dan dapat juga terkait komunikasi publik. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni
komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas dan komunikasi horizontal. Adler dan
Rodman (1998) mengatakan bahwa arus komunikasi ke bawah (downward communication) adalah komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya, arus
komunikasi ke atas (upward communication) adalah komunikasi yang berlangsung ketika bawahan mengirim pesan kepada atasannya dan komunikasi
horizontal (horizontal communication) adalah tindak komunikasi ini berlangsung diantara para karyawan atau bagian yang memiliki kedudukan yang setara.
Pola komunikasi yang terjadi dalam organisasi itu sendiri banyak
relations, consumer relations, investor relations, media relations dan employee relations. Semua bentuk hubungan-hubungan tersebut diatur oleh public relations,
dengan tujuan untuk mencapai pengertian publik (public understanding),
kepercayaan publik (public confidence), dukungan publik (public support), dan kerjasama publik (public cooperation)(Bonar, 1993).
Tujuan komunikasi organisasi antara lain untuk memberikan informasi
baik kepada pihak luar maupun dalam dalam memanfaatkan umpan balik dalam
rangka proses pengendalian manajemen, mendapatkan pengaruh, alat untuk
memecahkan persoalan dalam rangka pengambilan keputusan, mempermudah
perubahan-perubahan yang akan dilakukan, mempermudah pembentukan
kelompok-kelompok kerja, serta dapat dijadikan untuk menjaga pintu ke luar
masuk dengan pihak-pihak di luar organisasi (Umar, 2002).
Kebanyakan organisasi atau perusahaan saat ini lebih memfokuskan
kepada kepentingan masyarakat dan peran serta masyarakat dibandingkan pada
konsep ekonomi organisasi. Organisasi atau perusahaan modern telah
mengembangkan proses bahwa perusahaan bukan hanya tempat bekerja untuk
menghasilkan barang dan jasa semata tetapi juga meghasilkan suatu hubungan
dengan stakeholder. Perusahaan atau organisasi komersial dikebanyakan masyarakat barat telah memberikan hak – hak yang legal kepada warga negara
dan lingkungan. Hak dari seseorang dan warga negara adalah memikul tanggung
jawab yang besar untuk kemajuan organisasi atau perusahaan.
Kelangsungan hidup perusahaan bergantung pada dukungan stakeholder
dan dukungan yang harus dicari, sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk
mencari dukungan tersebut. Semakin powerful stakeholder semakin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi. Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari
dialog antara perusahaan dengan stakeholdernya.
Di dalam organisasi biasanya terdapat bermacam-macam kelompok sosial.
Masing-masing kelompok sosial ini mempunyai tujuannya masing-masing. Agar
masing-masing kelompok ini dapat menyokong pencapaian tujuan organisasi,
kelompok sehingga masing-masing kelompok merasakan bahwa tujuan organisasi
adalah tujuan bersama (Muhamad, 2008).
Berdasarkan batasan-batasan yang dikemukakan di atas, maka secara
konseptual komunikasi organisasi memiliki elemen-elemen: (1) Pertukaran pesan
yang terjadi dengan sistem terbuka dan kompleks, (2) Komunikasi organisasi
meliputi pesan yang dipertukarkan, arus pesan, membuat kontak hubungan, media
dan saluran, (3) Komunikasi organisasi merupakan komunikasi formal dan
komunikasi informal, dan (4) Komunikasi organisasi merupakan komunikasi
yang terjadi dengan publik internal dan publik eksternal organisasi.
Kegiatan komunikasi organisasi dengan publik eksternal sangat penting
untuk dilakukan suatu perusahaan, karena melalui kegiatan komunikasi organisasi
tersebut tercipta suatu interaksi yang harmonis antara perusahaan dengan publik
eksternal dalam hal ini masyarakat. Guna untuk mendukung keberlangsungan
perusahaan. Aktivitas komunikasi organisasi yang dapat dilakukan oleh
perusahaan antara lain adalah kegiatan tanggungjawab sosial perusahaan.
2.2. Aktivitas Tanggungjawab Sosial Perusahaan
2.2.1. Saluran Komunikasi
Saluran komunikasi merupakan alat yang digunakan sumber pesan dalam
menyampaikan pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Saluran ini
dianggap sebagai sarana penyampai informasi yang berasal dari sumber kepada
penerima informasi dengan berbagai jenis saluran komunikasi yang dapat
digunakan sesuai dengan informasi yang disampaikan. Menurut Rogers (2003)
mengatakan bahwa ada dua macam saluran komunikasi yang dapat
menyampaikan pesan-pesan pembangunan pertanian atau informasi pertanian
yaitu saluran media massa dan saluran interpersonal.
Rogers (2003) menguraikan tentang kategorisasi saluran komunikasi
bahwa seringkali sulit bagi bagi penerima pesan untuk membedakan sumber pesan
dan saluran yang membawa pesan. Sumber adalah individu atau institusi yang
menghasilkan pesan. Saluran adalah pesan yang didapatkan dari sumber untuk
Menurut Rogers (2003) beberapa tipologi saluran komunikasi, di
antaranya:
1. Saluran interpersonal, yaitu komunikasi tatap muka dengan keluarga, tetangga/teman, pedagang alat usaha tani, penyuluh. Saluran interpersonal
antar individu sangat efektif, ada dialog, interaktif, ada umpan balik langsung.
Saluran interpersonal antar individu dapat merubah sikap khalayak, berlangsung tatap muka atara satu penerima atau lebih dengan pemberi
informasi. Tempat pertemuan di kantor penyuluh, rumah, lahan atau pasar.
2. Saluran media massa, yaitu dalam bentuk tercetak dan elektronik. Tercetak
adalah: koran pedesaan, majalah, brosur, buku, poster. Elektronik adalah
radio, televisi, internet. Saluran media massa mempunyai potensi
menyebarkan informasi dengan cepat.
Tabel 1. Karakteristik saluran komunikasi media massa dan interpersonal
Karakteristik
Saluran
Media Massa Interpersonal
1. Arus pesan
2. Konteks komunikasi
3. Kemungkinan umpan balik 4. Kemampuan mengatasi proses
selektif (selectiveexposure)
5. Kecepatan menjangkau
khalayak dalam jumlah besar
6. Kemungkinan untuk
menyesuaikan pesan dengan penerima
7. Biaya yang diperlukan untuk menjangkau per orang
8. Kemungkinan pesan
diabaikan oleh penerima 9. Pesan yang sama bagi semua
penerima pesan
10.Pihak pemberi informasi
11.Efek yang mungkin
Dari uraian di atas, menjelaskan bahwa saluran komunikasi yang
dipergunakan dalam penelitian ini dikategorikan dalam dua indikator, yaitu: (1)
saluran komunikasi interpersonal dan saluran komunikasi media massa. 2.2.2. Mutu Informasi
Informasi yang disampaikan oleh komunikator hendaknya merupakan
informasi yang mudah untuk dimengerti oleh komunikan, sehingga akan
menciptakan persamaan makna dan pengertian diantara pihak-pihak yang
melakukan pertukaran informasi. Biasanya pihak-pihak yang melakukan
pertukaran informasi akan mempertimbangkan informasi yang diterimanya
tersebut berguna bagi dirinya atau tidak. Informasi yang berguna akan dijadikan
referensi dalam kehidupannya sedangkan yang tidak akan dibiarkan hilang.
Menurut Rice dan Atkin (2001) memberikan definisi mutu informasi
adalah suatu pesan yang mempunyai kualitas dan dapat memenuhi kebutuhan
penggunanya. Sperber dan Wilson (1986) menyatakan bahwa mutu informasi
adalah materi informasi yang sesuai dengan kebutuhan, jelas dan dapat dimengerti
oleh penerimanya, dapat dipercaya dan mempunyai daya tarik.
Sperber dan Wilson (1986) mengatakan bahwa ada lima hal yang terkait
dengan mutu informasi yang dapat dipertimbangkan oleh penerima yaitu: (1)
Informasi sesuai atau relevan dengan kebutuhan penerima, relevan dengan
konteks dan budaya yang berlaku bagi pengguna, (2) Ada kebaruan/ novelty
dalam materi informasi tersebut, (3) Dapat dipercaya, (4) Mudah dimengerti, dan
(5) Dapat memecahkan permasalahan pengguna.
Mengikuti pendapat dari Sperber dan Wilson di atas bahwa mutu
informasi dalam penelitian ini dikategorikan dalam lima indikator, di antaranya:
(1) Informasi yang relevan, (2) Adanya unsur kebaruan, (3) Dapat dipercaya, (4)
Mudah untuk dimengerti, dan (5) Membantu menyelesaikan masalah.
2.2.3. Pendamping Program Kegiatan
Ada kecenderungan masyarakat tidak mempunyai pengetahuan serta
wawasan yang memadai untuk dapat memahami permasalahan mereka,
memikirkan permasalahannya, atau memilih pemecahan masalah yang paling
miliki berdasarkan kepada informasi yang keliru karena kurangnya pengalaman,
pendidikan, atau faktor budaya lainnya.
Peran pendamping sebagai fasilitator, motivator dan sebagai pendukung
gerak usaha masyarakat. Kesalahan dalam memberikan informasi kepada
masyarakat akan menimbulkan dampak negatif dan merusak lingkungan. Proses
penyelenggaraan peran pendamping dapat berjalan dengan baik dan benar apabila
didukung dengan tenaga pendamping yang profesional, kelembagaan pendamping
yang handal, materi yang terus-menerus mengalir, sistem penyelenggaraan yang
benar serta metode program yang tepat. Dengan demikian peran pendamping
sangat penting artinya dalam memberikan informasi kepada individu, sehingga
individu memiliki kemampuan untuk menolong dirinya sendiri dalam
memperbaiki kesejahteraan hidup masyarakat dan keluarganya.
Penyuluh pertanian dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari berperan
sebagai fasilitator, komunikator, motivator, konsultan, pemandu, dan penggerak
petani dalam pembangunan pertanian. Dengan perannya tersebut, para penyuluh
diharapkan mampu memberdayakan petani agar mereka mampu, mau, serta
berdaya memperbaiki tingkat kesejahteraan sendiri maupun masyarakat pedesaan
lainnya. Selain itu juga diharapkan para penyuluh mampu mengantisipasi
kebutuhan pembangunan pertanian dan melaksanakannya dengan penuh disiplin
dan tanggung jawab (Sumintareja, 2000).
1. Kemampuan untuk berkomunikasi
Seorang pendamping program kegiatan harus memiliki kemampuan
sebagai berikut:
Dalam kaitannya dengan materi komunikasi, Sumardjo, (1999)
mengemukakan bahwa selain pemahaman materi dan informasi yang sesuai
dengan kebutuhan petani (masyarakat), penyuluh (peran pendamping) perlu
memiliki kemampuan berkomunikasi secara interaktif/dialogis dengan petani
(masyarakat). Sehubungan dengan itu penyuluh (peran pendamping perlu
menguasai cara-cara berkomunikasi yang efektif dan metode penyampaian pesan