• Tidak ada hasil yang ditemukan

Validitas dan Reliabilitas Instrumentas

Halaman 1 Karakteristik saluran komunikasi

DAFTAR LAMPIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

4.6. Validitas dan Reliabilitas Instrumentas

Sebelum digunakan untuk mengumpulkan data, kuesioner diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya agar dalam proses pengumpulan data dapat diperoleh data yang valid atau sah, serta memiliki konsistensi yang tinggi (reliable). Dengan kata lain diperoleh data yang akurat, tepat dan baik.

Nasution (2003) mengatakan bahwa alat ukur atau kuesioner penelitian pada umumnya harus memenuhi dua syarat utama, yaitu alat ukur tersebut harus

valid (sahih) dan harus reliable (dapat dipercaya). Suatu alat pengukur dikatakan

valid jika alat itu mengukur apa yang harus diukur oleh alat itu, sedangkan alat pengukur dikatakan reliable jika alat itu dalam mengukur suatu gejala pada waktu yang berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang sama. Jadi alat yang reliable

4.6.1. Validitas Instrumentasi

Salah satu ukuran validitas untuk sebuah kuesioner adalah apa yang disebut sebagai validitas konstruk (construct validity). Dalam pemahaman ini, sebuah kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan untuk mengukur suatu hal, dikatakan valid jika setiap butir pertanyaan yang menyusun kuesioner tersebut memiliki keterkaitan yang tinggi.

Ukuran keterkaitan antar butir pertanyaan ini umumnya dicerminkan oleh korelasi jawaban antar pertanyaan. Pertanyaan yang memiliki korelasi rendah dengan butir pertanyaan yang lain, dinyatakan sebagai pertanyaan yang tidak

valid. Metode yang sering digunakan untuk memberikan penilaian terhadap validitas kuesioner adalah korelasi produk momen (moment product correlation

Pearson) antara skor setiap butir pertanyaan maupun pernyataan dengan skor total, sehingga sering disebut sebagai inter item-total correlation.

Formula yang digunakan untuk menghitung korelasi produk momen tersebut adalah sebagai berikut:

Pada penelitian ini, uji validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan uji validitas isi (butir) dengan cara menyusun indikator pengukuran operasional berdasarkan kerangka teori dari konsep yang diukur. Validitas isi dari instrumen ditentukan dengan jalan mengkorelasikan antara skor masing-masing item dengan total skor item.

Langkah-langkah cara menguji validitas menurut Ancok (1995), adalah: 1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang diukur.

2. Melakukan uji coba skala pengukuran pada sejumlah responden. 3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.

keterangan:

ri = koefisien korelasi kevalidan antara butir

pertanyaan ke-i dengan total skor

xij = skor responden ke-j pada butir pertanyaan i

xi = rata-rata skor butir pertanyaan i

tj = total skor seluruh pertanyaan untuk

responden ke-j t = rata-rata total skor

4. Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total, menggunakan teknik korelasi product moment.

Jika rhitung lebih besar dari pada rtabel pada taraf kepercayaan (signifikansi)

tertentu, berarti instrumen yang dibuat memenuhi kriteria validitas atau instrumen tersebut valid. Sebaliknya, jika angka korelasi yang diperoleh rhitung lebih kecil

dari r tabel (berkorelasi negatif), berarti pernyataan tersebut bertentangan dengan pernyataan lainnya atau instrumen tersebut tidak valid.

Berdasarkan hasil uji coba kuesioner yang dilakukan kepada 30 KK di luar sampel penelitian yaitu yang merupakan kepala keluarga penerima manfaat dari kegiatan TSP, yaitu masyarakat yang tinggal di daerah ring satu kilang Balongan didapatkan nilai rtabel sebesar 0,361. Hasil validitas menunjukkan ada sebanyak

169 butir pertanyaan, sebanyak 167 butir pernyataan dinyatakan valid dan dua pernyataan yang dinyatakan drop. Pertanyaan yang valid tersebut dapat digunakan pada kuesioner penelitian dengan 195 responden.

Nilai rhitung

Tabel 11. Nilai koefisien korelasi hasil uji validitas

untuk peubah karakteristik individu sebesar 0,641 yang artinya valid, untuk peubah saluran komunikasi sebesar 0,429 yang artinya valid, untuk peubah mutu informasi sebesar 0,440 yang artinya valid, untuk peubah pendamping program kegiatan TSP sebesar 0,477 yang artinya valid, untuk peubah tingkat partisipasi sebesar 0,558 yang artinya valid, untuk peubah persepsi sebesar 0,439 yang artinya valid, dan untuk peubah tingkat keberdayaan sebesar 0,479 yang artinya valid. Kisaran nilai koefisien korelasi hasil uji validitas dapat dilihat pada Tabel 11.

Peubah Nilai Validitas Keterangan

Karakteristik Individu 0,641 Valid

Saluran Komunikasi 0,429 Valid

Mutu Informasi 0,440 Valid

Pendamping Program Kegiatan 0,477 Valid

Partisipasi Masyarakat 0,558 Valid

Persepsi Masyarakat 0,439 Valid

4.6.2. Reliabilitas Instrumentasi

Jogiyanto (2008) mengatakan bahwa reliabilitas suatu alat ukur (kuesioner) menunjukkan akurasi dan ketepatan dari pengukurnya. Reliabilitas

berhubungan dengan akurasi (accurately) dari pengukurnya. Suatu pengukur

dikatakan reliabel jika dapat dipercaya. Supaya dapat dipercaya, maka hasil dari pengukuran harus akurat dan konsisten atau presisi. Dikatakan konsisten jika beberapa pengukuran terhadap subyek yang sama diperoleh hasil yang tidak berbeda. Besarnya tingkat reliabilitas dalam hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisiennya, yaitu koefisien reliabilitas.

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengukur koefisien reliabilitas dari suatu alat ukur adalah melalui pendekatan koefisien konsistensi internal (coeficient of internal consistency) dari alat ukur. Koefisien korelasi yang tinggi menunjukkan konsistensi internal item-item di alat ukur. Ukuran koefisien konsistensi internal diukur dengan menggunakan koefisien alpha Cronbach.

Formula untuk menghitung koefisien reliabilitas alpha Cronbach adalah sebagai berikut:

Reliabilitas instrumentasi adalah hasil pengukuran yang dapat dipercaya. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dalam penelitian ini dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus alpha Cronbach diukur berdasarkan skala alpha Cronbach0 sampai 1.

Apabila nilai hasil perhitungan (α) dikelompokkan ke dalam lima kelas dengan skala yang sama (0 sampai 1) maka ukuran kemantapan alpha dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

(1) Nilai koefisien alpha berkisar 0,00 – 0,20 berarti kurang reliabel. (2) Nilai koefisien alpha berkisar 0,21 – 0,40 berarti agak reliabel.

keterangan:

α = koefisien reliabilitas alpha Cronbach k = banyaknya butir pertanyaan

Si2 = ragam skor butir pertanyaan ke-i

(3) Nilai koefisien alpha berkisar 0,41 – 0,60 berarti cukup reliabel. (4) Nilai koefisien alpha berkisar 0,61 – 0,80 berarti reliabel. (5) Nilai koefisien alpha berkisar 0,81 – 1,00 berarti sangat reliabel.

Menurut Babbie (1992) suatu instrumentasi (keseluruhan indikator dianggap reliabel (reliabilitas internal) jika α ≥ 0,6. Berdasarkan uji reliabilitas Cronbach’s Alpha (Cr-Alpha), diperoleh nilai koefisien reliabilitas Alpha Cronbach untuk peubah karakteristik individu sebesar 0,834 yang artinya sangat reliabel, untuk peubah saluran komunikasi sebesar 0,693 yang artinya reliabel, untuk peubah mutu informasi sebesar 0,724 yang artinya reliabel, untuk peubah pendamping program sebesar 0,761 yang artinya reliabel, untuk peubah tingkat partisipasi sebesar 0,781 yang artinya reliabel, untuk peubah tingkat persepsi masyarakat sebesar 0,669 yang artinya reliabel dan untuk peubah tingkat keberdayaan sebesar 0,737 yang artinya reliabel. Kisaran nilai koefisien Cronbach Alpha dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Nilai koefisien Cronbach Alpha hasil uji reliabilitas

Peubah Nilai Koefisien

Cronbach Alpha (rα

Keterangan )

Karakteristik Individu 0,834 Sangat Reliabel

Saluran Informasi 0,693 Reliabel

Mutu Informasi 0,724 Reliabel

Pendamping Program Kegiatan 0,761 Reliabel

Partisipasi Masyarakat 0,781 Reliabel

Persepsi Masyarakat 0,669 Reliabel

Keberdayaan Masyarakat 0,737 Reliabel