• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.5 Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2013:2), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Dapat dikatakan metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian kebudayaan merupakan kegiatan membentuk dan mengabstraksikan pemahaman secara rasional, empiris dan fenomena kebudayaan, baik terkait dengan konsepsi, nilai, kebiasaan, pola interaksi, aspek kesejarahan, biografi, teks media massa, film, pertunjukan (berkesenian), maupun berbagai bentuk fenomena budaya. Fenomena budaya dapat berbentuk tulisan, rekaman lisan, perilaku, pembicaraan yang memuat konsepsi, pemahaman, pendapat, ungkapan perasaan, angan-angan, dan gambaran pengalaman kehidupan kemanusiaan. (Maryaeni :2005;23)

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang peneliti dan menggunakan metode etnografi James Spradley mendefinisikan budaya sebagai sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar, yang mereka gunakan untuk menginterpretasi dunia sekeliling mereka dan sekaligus untuk menyusun strategi perilaku dalam menghadapi dunia sekeliling mereka. Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. . Etnografi menurut Spradley adalah suatu kebudayaan yang mempelajari kebudayaan lain. Etnografi merupakan suatu bangunan pengetahuan yang meliputi teknik penelitian, teori etnografi, dan berbagai macam deskripsi kebudayaan. Etnografi berulangkali bermakna untuk membangun suatu pengertian yang sistematik mengenai kebudayaan manusia dari perspektif orang yang telah mempelajari kebudayaan itu. Dalam penelitian ini, peneliti langsung berinteraksi dengan masyarakat setempat sehingga segala permasalahan yang terkait dengan budaya dapat diketahui, dipahami oleh peneliti secara jelas.

Sumber Data

Menurut Sutopo (2006:56-57), Sumber data adalah tempat data diperoleh dengan menggunakan metode tertentu baik berupa manusia, artefak, ataupun dokumen-dokumen. Pencatatan sumber data melalui wawancara atau pengamatan merupakan hasil gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya.

• Melihat ; Penulis mengetahui sesuatu melalui indera mata. Pada penelitian ini penulis melihat secara langsung bagaimna kondisi dan situasi rumah tangga dari pasangan keluarga yang berbeda suku atau keluarga yang pernah diberi marga.

• Mendengar; Penulis mengetahui sesuatu melalui indera pendengar. Pada penelitian ini penulis mendengar secara langsung informasi yang akan disampaikan oleh informan. Baik dari ketua adat, tokoh adat ataupun dari keluarga yang pernanh mangain marga.

• Bertanya ; Penulis mecari informasi sedetail mungkin dengan bertanya langsung kepada informan. Pertanyaan yang ditujukan seputar proses pemberian marga, makna yang terkandung, serta kehidupan keluarga yang melakukan perkawinan beda etnis.

Pada penelitian kualitatif, kegiatan-kegiatan ini dilakukan secara sadar, terarah dan senantiasa bertujuan memperoleh suatu informasi yang diperlukan.. Dalam penulisan ilmiah ini, penulis membaginya kedalam dua sumber data, yakni data primer dan data sekunder.

1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui penelitian di lapangan yaitu dengan cara wawancara kepada tokoh adat, sesepuh adat, keluarga yang pernah melakukan magain marga (diberi marga) sebagai informan dan yang menjadi objek penelitian di wilayah penelitian yaitu Kota Dumai.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka, buku-buku adat. Data sekunder pada penelitian ini adalah tentang Pemberian Marga kepada orang non Batak pada masyarakat adat Batak Toba, literatur dan sumber lainnya yang berhubungan dengan perkawinan

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah teknik pengumpulan data kualitatif . Sejumlah teknik yang digunakan dalam penelitian ini anatara lain :

Observasi

Untuk memperoleh data yang tidak tertulis maka penulis melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian menggunakan teknik observasi. Observasi adalah suatu penelitian secara sistematis dengan menggunakan indera manusia.

Penelitian ini dilakukan pada masa pandemic Covid 19 dimana Kota Dumai sendiri juga mengalami Pembatasan Sosial Secara Berkala, sehingga segala adat istiadat dan pertemuan dihentikan sementara. Oleh karena itu, penulis hanya mendapatkan informasi dari berbagai tokoh adat. Tidak ada observasi langsung pada adat mangain marga.

Wawancara

Menurut Maryaeni (2005:70) teknik wawancara merupakan salah satu pengambilan data yang dilakukan melalui kegiatan komunikasi lisan dalam bentuk terstruktur, semi terstruktur, dan tak terstruktur. Teknik wawancara dimaksudkan untuk mendapatkan data penelitian yang berupa jawaban pertanyaan lisan yang diajukan oleh peneliti.

Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (depth interview) kepada beberapa informan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Informan disini adalah tokoh-tokoh adat, ketua-ketua punguan marga, serta pasangan keluarga yang pernah melakukan mangain marga. Para tokoh atau tetua adat adalah mereka yang secara luas paham seluk beluk mengani pemberian marga ini. Dari mulai proses hingga makna yang terkandung di dalamnya.

• Tokoh tokoh adat ;Penulis akan melakukan wawancara langsung kepada tokoh-tokoh adat yang ada di Kota Dumai. Untuk mendapatkan infromasi yang rinci mengenai pemberian marga. Penulis akan menanyakan seputar apa makna yang terkandung dalam pemberian marga itu, dan bagaimana proses pemberian marga tersebut. Serta mengapa seseorang yang bukan non batak harus diberi marga terlebih dahulu meskipun ia sudah ada marga sebelumnya.

• Ketua-ketua punguan marga ;Penulis nantinya akan bertanya kepada ketua-ketua punguan marga, sebagai informasi, keluarga mana saja yang pernah melakukan pemberian marga tersebut, ataupun sebagai orang tua angkatnya. Melalui informasi ini, peneliti akan lebih mudah mendapatkan informan.

• Keluarga yang pernah mangain marga; Penulis akan melakukan wawancara kepada keluarga yang pernah mangain marga untuk menanyakan apa alasan mereka melakukan perkawinan campuran, serta mengapa bersedia di beri marga.

Lalu, bagaiman dengan kondisi kehidupan keluarga mereka dengan perbedaan latar belakang budaya. Penulis juga nantinya akan bertanya kepada keluarga angkat dari orang yang diberi marga, yakni untuk menanyakan mengapa mereka mau menjadi keluarga angkat, dan apakah menjadi orang tua angkat hanya sebatas pada saat pesta perkawinan itu saja.

Teknik wawancara juga dilakukan dengan cara komunikasi verbal atau langsung dengan informan utama maupun informan biasa dengan berpedoman pada interview

guide yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk mendapatkan data konkrit yang lebih rinci dan mendalam.

Menurut Koentjaraningrat informan terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Informan pangkal, yaitu informan yang memiliki pengetahuan luas di berbagai bidang atau pengetahuan yang bersifat umum (general). Selain itu, informan pangkal juga harus memiliki kemampuan untuk memberikan rekomendasi dan informasi bagi peneliti kepada orangorang yang mengetahui lebih rinci dan mendalam serta sesuai keahliannya. Dalam penelitian ini,informan pangkal adalah ketua-ketua marga yang ada di Dumai. Dimana mereka memiliki kemampuan dan memberikan informasi mengenai anggota kelompok (punguan) yang pernah melaksanakan mangai marga.

b. Informan kunci,yaitu informan yang memiliki keahlian atau penegetahuan terinci dan mendalam di bidangnya, mampu menuturkan pengetahuan/keahlian/pengalaman hidupnya sesuai kebutuhan data peneliti.

Di dalam penelitian ini, informan kuncinya adalah tokoh-tokoh adat, sesepuh orang tua terdahulu yang paling mengerti tentang adat.

Dalam penelitian ini, penulis memiliki informan sebanyak 10 orang diantaranya : 1. Mangambit Gultom, lahir di Pematang Siantar 14 April 1969. Informan ini

merupakan tokoh adat,Raja Parhata dan juga ketua dari Serikat Tolong Menolong. Informan juga pernah menjadi orang tua angkat dari sesorang yang mangain marga.

2. L.Manurung (Op.Josua) lahir di Porsea 17 Februari 1950. Informan ini merupakan sesepuh adat,Raja Parhata orang tua yang memahami tentang peradatan. Informan juga pernah menjadi orang tua angkat dari seseorang yang mangain marga.

3. Maradu Lumban Batu lahir di Pansur Batu 2Juli 1961. Informan merupakan tokoh adat, dan Raja Parhata.

4. Manumpak Edi Silaban (Op.Arsen) Tarutung, 25 April 1957. Informan merupakan tokoh adat, Raja Parhata.

Berikut informan yang melaksanakan perkawinan beda Etnis.

1. Keluarga Bapak Nelson Simanjuntak/ Ibu Hermin Girik Allo boru Tambunan (Batak-Toraja)

2. Keluarga Bapak Sujiyono Sitorus/Lingse br.Simanjuntak (Opung ni si Evelyn) (Jawa-Batak)

3. Keluarga Bapak M.Silaban/Ibu Dormawati Boru Simamora (Oppung ni si Sasta) (Batak- Minang)

4. Keluarga Sianipar/Boru Turnip (Opung William) (Batak Tionghoa) 5. Keluarga Alasan Sihombing/ Ibu Allan br.Pakpahan (Batak-Akid) 6. Keluarga Ade Putra Sinaga/ Oktriana boru Sitompul (Batak-Jawa)

Dokumentasi

Dokumentasi menurut Sugiyono (2015: 329) adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data kemudian ditelaah. Perlengkapan yang digunakan pada saat wawancara adalah catatan tertulis untuk mencatat bagian-bagian yang penting dari hasil wawancara dan recoder untuk merekam proses wawancara dalam rangka antisipasi terhadap keabsahan data yang diperoleh ketika melakukan wawancara.

BAB II

TINJAUAN UMUM KOTA DUMAI 1.6 Sejarah singkat

Nama Dumai menurut cerita rakyat tentang Putri Tujuh, berasa dari kata di lubuk dan umai (sejenis binatang landak) yang mendiami lubuk tersebut. Status Dumai sebelum ahkirnya menjadi Kota Madya sebagai berikut:

a. Pada tahun 1945-1959, status Dumai tercatat sebagai desa.

b. Tahun 1959-1963, Dumai masuk dalam wilayah Kecamatan Rupat.

c. Tahun 1963-1964, Dumai berpisah dari kecamatan Rupat dan berubah status menjadi Kawedanan.

d. Berdasarkan PP No. 8 tahun 1979 pada tanggal 11 April, Dumai berubah menajadi Kota Administratif (merupakan kota adminnistratif pertama di suatera dan ke-11 di Indonesia) dibawah Kabupaten Daerah Tingkat II dari Bengkalis.

e. Berdasarkan UU No. 16 pada tahun 1999 tanggal 20 April (Lembaga Negara tahun 1999 Nomor 3829) Dumai berubah atatus menjadi Kota Madya sehingga menjadi Kota Madya dati II Dumai. Berdasarkan UU No. 22 tahun 1999, maka Kota Madya Dumai berubah menjadi Kota Dumai. Masa jabatan Walikota Dumai pertama dari tanggal 27 April 1999 sehingga tanggal 27 April dijadikan hari ulang tahun Kota Dumai.

.

Kota Dumai merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Dumai dikukuhkan menjadi Kota Dumai dengan UU No. 16 tahun 1999 tanggal 20 April 1999 dimana setatus dumai sebelumnya adalah kota Administratif. Pada awal pembentuknya, Kota Dumai hanya terdiri dari atas 3 kecamatan, 13 kelurahan dan 9 desa dengan jumla penduduk hanya 15.699 jiwa dengan tingkat kepadatan 83,85

1.7 Letak dan Keadaan Geografis

Kota Dumai memiliki luas wilayah 2.040 Km2 terdiri dari 7 kecamatan dan 33 kelurahan. wilayah Kota Dumai memiliki ilklim tropis dengan sushu udara brkisar anatara 210 C – 360 C dan terdapat dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.

Batas–batas wilayah Kota Dumai sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Rupat.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis.

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Mandau dan Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis.

d. Sebelahh Barat berbatasan dengan Kecamatan Tanah Putih dan Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir.

Kota dumai terdapat kecamatan dan kelurahan, berikut adalah beberapa kecamatan dan kelurahan yang berada di Kota Dumai :

Tabel 2.1

Jumlah Kecamatan dan Kelurahan Di Kota Dumai

No Kecamatan Kelurahan

1 Dumai Barat Bagan Keladi, Pangkalan Sesai, Purnama, Simpang Tetap Darul Ichsan.

2 Dumai Timur Bukit Batrem, Buluh Kasap, Jaya Mukti, Tanjung Palas, Teluk Binjai

3 Bukit Kapur Bagan Besar, Bukit Kayu Kapur, Bukit Nenas, Gurun Panjang, Kampung Barat.

4 Medang Kampai Guntung, Mundam, Teluk Makmur Pelintung 5 Sungai Sembilan Bangsal Aceh, Basilam Baru, Batu tertip, lubuk

gaung, Tanjung penyembal.

6 Dumai Kota Laksamana, Rimba Sekampung, Bintan, Dumai Kota, Sukajadi

7 Dumai Selatan Bukit Timah, Mekar Sari, Bumi Ayu, Ratu Sima, Bukit Datuk.

Sumber dari : Badan Statistik Kota Dumai 1.8 Keadaan Penduduk

Kota dumai menurut statistik pada tahun 2019 tercatat memiliki jumlah penduduk sebanyak 308.812 jiwa, meningkat 1,82% dari Tahun 2018 yaitu jumlah penduduk laki – laki sebanyak 158.287 jiwa sedangkan penduduk perempuan sebanyak 150.525 jiwa. Dengan kepadatan penduduk 178.00 jiwa/km2 dengan laju pertumbuhan penduduk berkisar 3,51 persen/tahun.

Tabel 2.2

Jumlah Penduduk Kota Dumai

No Tahun Populasi

1 2010 253.803 jiwa

2 2012 277.995 jiwa

3 2018 288.741 jiwa

4 2019 300.638 jiwa

Sumbe dari : Badan Statistik Kota Dumai

Menurut data tahun 2019, jumlah penduduk Kota Dumai yang terdiri dari berbagai suku bangsa seperti Melayu, Batak, Minang sebagai warga mayoritas, Jawa, Bugis, dan Tionghoa adalah sebanayak 300.638 jiwa dengan kepadatan rata – rata 179 jiwa/km2 dan laju pertumbuhan sebesar 3,7% per tahun. Islam adalah agama mayoritas yang dipeluk penduduknya. Kecamatan dengan penduduk terbanyak pada saat tahun 2019 adalah Dumai Timur dengan Jumlah penduduk 66.435 jiwa (21,51%), sedangka kecamatan degan penduduk terendah adalah Medang Kampai

dengan jumlah penduduk 12.351 jiwa (4,00%). Setiap tahunnya jumlah penduduk yang ada di kota dumai megalami penambahan dari tahun ketahun.

Berdasarkan kelompok umur penduduk kota Dumai paling banyak berada pada kelompok umur 0 – 4 tahun yang paling sediki pada kelompok umur 60 – 64 tahun, dengan jumlah masing – masing sebesar 34.085 jiwa dan 8.315 jiwa, dapat dilihat pada tabel 2.3

Tabel 2. 3

Jumlah Penduduk Di kota Dumai Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin KELOMPOK

UMUR LAKI – LAKI PEREMPUAN

JUMLAH PENDUDUK

0 – 4 Tahun 17.326 16.759 34.085

5 -9 Tahun 15.830 15.207 31.037

10 – 14 Tahun 14.121 13.373 27.494

15 – 19 Tahun 13.673 12.558 26.231

20 – 24 Tahun 12.516 12.038 24.554

25 – 29 Tahun 14.404 13.570 27.614

30 – 34 Tahun 13.182 12.975 26.157

35 – 39 Tahun 12.130 11.887 24.017

40 – 44 Tahun 11.327 10.856 22.183

45 – 49 Tahun 10.176 9.610 19.786

50 – 54 Tahun 8.086 7.693 15.779

55 – 59 Tahun 6.273 5.835 12.108

60 – 64 Tahun 4.634 3.681 8.315

65+ 4.969 4.969 7.841

Jumlah 158.287 150.525 308.812

Sumber Data : Badan Statistik Kota Dumai 2019

Pada tabel diatas ini menerangkan tentang jumlah penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah penduduk laki–laki terbanyak adalah berumur 0–4 tahun dan jumlah penduduk perempuan terbanyak juga pada umur 0–4 tahun.

1.9 Gambaran Masyarakat Batak di Kota Dumai 1.9.1 Punguan Marga (Perkumpulan Marga)

Masyarakat Batak Toba yang tinggal di perantauan masih memegang teguh nilai-nilai dan adat kebudayaan, khususnya masyarakatat Batak Toba yang tinggal di Kota Dumai. Etnis Batak berusaha mempertahankan identitasnya dengan mendirikan berbagai organisasi yang berdasarkan kekerabatan, seperti halnya dalam membentuk sebuah kekerabatan diantara satu kelompok marga. Mereka yakin dengan adanya punguan marga (perkumpulan marga) ini akan membawa mereka pada sebuah wujud kepedulian mereka pada nilai-nilai budaya yang selama ini mereka pertahankan, dengan perkumpulan marga tesebut mereka juga akan membentuk sebuah tali persaudaraan antara yang satu dengan yang lainnya, tanpa saling mengenal dan tahu diantara mereka para anggota dari perkumpulan tersebut.

Keberadaan organisasi Masyarakat Batak Toba di Kota Dumai yaitu Puguan- Pungan Marga yang d idalamnya mencakup Boru dohot Bere se Kota Dumai memberikan manfaat bagi para anggotanya. Adanya organisasi ini membuat masyarakat Batak Toba lebih mengenal adat budaya mereka, terutama bagi anak-anak yang lahir di Kota Dumai. Organisasi ini mewadahi setiap anggota untuk bisa saling mengenal dengan sesama marga mereka. Organisasi ini merupakan sebuah organisasi yang berdiri atasa dasar kesamaan marga. Di Kota Dumai sediri, lebih dari 100 punguan marga. Masing-masing perkumpulan tersebut memiliki visi misi, struktur kepengurusan, Anggaran Dasar dan lain sebagainya. Hal ini tentu sangat memberikan

dampak positif yaitu menjadi pengikat antar marga dan mempererat hubungan kekerabatan.

1.9.2 Parsahutaon (Serikat Tolong Menolong)

Masyarakat Batak menyadari bahwa etnis batak telah tersebar di wilayah Indonesia, untuk menjaga kelestarian budaya batak mereka membentuk sebuah pekumpulan atau paguyuban di daerah perantau. Perkumpulan masyarakat Batak ini disebut dengan Punguan parsahutaon. Punguan parsahutaon ini terbentuk agar setiap masyarakat tetap melangsungkan Upacara adat seperti upacara dat pernikahan, upacara adat masa kehamilan sampai masa bayi dan upacara adat kematian. Setiap anggota ikut saling membantu ketika keberadaan mereka memang dibutuhkan, sehingga kebersamaan dapat lebih terasa dan dapat saling meningkatkan solidaritas sosial antar masyarakat batak perantauan.

Dengan melestarikan adat istiadat maka sistem kekerabatan akan juga lestari karena setiap adat akan terlaksana apabila dihadiri oleh Dalihan Na Tolu, yang merupakan nilai kekerabatan pada masyarakat Batak. Berhubungan dengan itu, fungsi Punguan parsahutaon ini adalah untuk memelihara identitas dan akar budaya. Tidak bisa dipungkiri di kota perantau yang sangat besar dan majemuk serta modern orang bisa merasa kehilangan identitas adat istiadat mereka dan meningkatkan hubungan kekerabatan masyarakata batak yang ada di perantauan.

Di kota Dumai sendiri ada banyak Parsahutaon, dan biasanya perkumpulan itu didasari dengan lingkungan tempat tinggal. Perkumpulan Pasrsahutaon ini sering juga disebut Serikat Tolong Menolong (STM). Tolong menolong bukan “barang baru”

bagi masyarakat Indonesia. Setiap suku bangsa mengenalnya dengan istilah yang berbeda. Orang Batak menyebutnya “Dalihan Na Tolu”. Dalihan Na tolu ini berawal dari nilai kekerabatannya, dengan kekerabatan inilah mereka saling tolong menolong.

Tolong menolong merupakan ciri cerminan salah satu perilaku sosial seperti tolong

kerjasama, menyumbang, menolong, kejujuran, kedermawanan, serta mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain.

Adapun Parsahutaon yang ada di Dumai antara lain Parsahutaon Jalan Merdeka, Parsahutaon Jalan Air Bersih, Parsahutaon Rim Ni Tahi, Parsahutaon Pardomuan, Parsahutaon Kesuma Ujung Jaya Mukti Parsahutaon Rimba Sekampung, Parsahutaon Bukit Batrem I, Parsahutaon Bukit Batrem II, PArsahutaon Bukit Timah , Parsahutaon Masiurupan, Parsahutaon Bumi Ayu, dan Parsahutaon Tegalega.

1.9.3 Ikatan Keluarga Masyarakat Batak Dumai (IKMBD)

Pada tanggal 13 September 1992 berjumlah 12 (dua belas) Parsahutaon (Perkumpulan) warga Batak di wilayah hukum Kota Administratif (Kotif) Dumai, mufakat mengadakan musyawarah untuk mendirikan Ikatan Keluarga Masyarakat Batak atau dengan nama singkat IKMBD. Hasil musyawarah saat itu terpilih Tuan B.Doloksaribu sebagai Ketua Umum IKMBD masa bakti 1992-1995, wakil Ketua I, St.R.Marpaung (Almarhum), Ketua II, P.Hutabarat (Almarhum), Ketua III, St.S.T.Pardede, Sekretaris Umum, M.Lumbantobing, Sekretaris I, St.M.Nadapdap , Sekretaris II, V.Silingo, Bendahara Umum, E.Simanjuntak (Almarhum), BendaharaII,B.Siahaan (Almarhum) dan Koordinator saksi, Drs.B.Tambunan dan K.Hutagalung Ketua Parsahutaon MARSIURUPAN saat itu. Sebagai Pembina/penasehat H.Hasibuan (Alm) dan pendeta-pendeta/Pastor yang berdomisili saat itu di di Kota Dumai.

Berjumlah 12 perkumpulan warga batak di Kota Administratif (Kotif) Dumai saat itu mufakat yakin memberi kepercayaan kepada Tuan B.Doloksaribu untuk memimpin IKMBD masa bakti 1992-1995.Penasehat, Ketua dan anggota 12 Parsahutaon bermufakat mempercayakan kepada Tuan B.Doloksaribu untuk membeli 1 (satu) unit mobil Ambulance. Kemudian saat itu, setiap Kepala Keluarga (KK)

selama 3 (tiga) bulan. Bahwa kepercayaan yang diberikan 12 anggota perkumpulan warga Batak Dumai kepada Tuan B.Doloksaribu untuk memimpin IKMBD masa bakti 1992-1995 sangat membuahkan hasil yang baik. Buktinya saat itu terkumpul uang dari Parsahutaon masing-masing daerah sehingga terkumpul uang sebesar Rp.1.327.000,-.

Pada tanggal 28 September 1992, team perumus mengadakan rapat untuk membahas anggaran dasar/anggaran rumah tangga (AD/ART), bertempat di Jl.Sultan Syarif Kasim No: 285, yang dihadiri ketua umum IKMBD, Tuan B.Doloksaribu dan 10 orang pengurus IKMBD.Kemudian pada tanggal 1 Oktober 1992 diadakan lagi rapat kedua untuk melakukan pembahasan khusus AD/ART, bertempat di Jl.Merdeka No.40 Dumai. Setelah AD/ARD disahkan, selanjutnya dibagikan kepada ketua dan pengurus berjumlah 12 perkumpulan warga batak di Dumai.

Tanggal 27 November 1992, pengurus/penasehat IKMBD mengadakan musyawarah bertempat di Gedung Estomihi Jl.Sultan Syarif Kasim Dumai, untuk membicarakan mengenai mencari tanah untuk organisasi IKMBD. Dari hasil musyawarah saat itu, pengurus dan penasehat IKMBD mengambil suatu keputusan untuk membeli tanah seluas lebih kurang 8 (delapan) hektar, terletak di Kampung Baru, RT IV. RW.I,Kecamatan Bukit Kapur, dengan harga sebesar Rp. 14.600.000,-, alas hak Surat Keterangan yang diterbitkan oleh Camat.

Setelah kepemimpinan Tuan B.Doloksaribu berakhir, selanjutnya kepengurusan IKMBD dipimpin oleh SW.Simanungkalit (mantan anggota DPRD Dumai), kemudian dipimpin oleh (Alm)Japatar Silaban sejak tahun 2009 sampai tahun 2016. Pada tanggal 28 November 2016, IKMBD melaksanakan musyawarah besar (mubes) bertempat di gedung serbaguna Sintani Kota Dumai. Pimpinan sidang dipimpin oleh Drs Paruntungan Pane,MM (mantan anggota DPRD Kota Dumai).

Susunan Pengurus Harian IKMBD Periode 2017-2021: Ketua Umum, Ir.

Parluhutan Harianja, Wakil Ketua, Bisker P. Siregar, Wakil Ketua, Ir Sukardi Gultom, Sekretaris Umum, Maruli Sianturi, Wakil Sekretaris, Linton Hutauruk, Bendahara Umum, Harrison Sihotang.

Departemen Organisasi Dan Humas: Herbet Hasibuan,SH (Koordinator), Jonly Siahaan, TP.Sitompul, Richad Sirait, Ir. Toga Tampubolon dan Haranata Simanjuntak.

Departemen Hukum Dan HAM: Berlin Nadeak, SH (Koordinator), Cassarolly Sinaga Sinaga, SH, Mangaratua Tampubolon, SH dan NH.Gultom,SH.

Departemen Seni Dan Budaya: St. A.Simatupang (Koordinator), RC.Bintang, Merry Br Pasaribu, Parman Situmorang, J.Gultom dan B.Simatupang.

1.9.4 Pemuda Batak Bersatu Kota Dumai

Pemuda Batak Bersatu Kota Dumai secara sah menggelar sidang awal pembentukan untuk memilih Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) di tanggal 12 Juli 2020. Sahat Hutagalung terpilih dari hasil musyawarah pemilihan pengurus Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Pemuda Batak Bersatu Kota Dumai, yang dilaksanakan di jalan sei pakning, kelurahan Tanjung Palas kecamatan Kota Dumai Timur. Pimpinan sidang di pimpin oleh Berton Hutahuruk didampingi oleh Poltak Maruli Panahatan sebagai ketua panitia acara Hermanto Sitorus sebagai sekretaris, beserta lima tokoh dari suku batak. Batak Karo, batak Simalungun, batak pakpak/deri, batak mandailing/angkola, batak Toba.

Visi misi dari Pemuda Batak Bersatu Kota Dumai ‘Satu Rasa Satu Jiwa Solidaritas, Toleransi, Kerukunan Dan Gotong Royong’, organisasi berlambangkan gambar sesosok wajah yang dihiasi sentuhan kearifan lokal, mengartikan bahwasanya

merupakan benteng yang diharapkan mampu melindungi semua anggota pemuda Batak, dari segala ancaman dan permasalahan.“Solidaritas menjadi kekuatan untuk meningkatkan toleransi antara sesama anggota, sesama suku Batak, dengan suku lain, maupun golongan yang lain, sehingga pemuda Batak bersatu dimanapun berada selalu bijaksana dan dapat beradaptasi untuk menuju kejayaan dan kemakmuran,

1.9.5 Generasi Muda Batak Dumai (GMBD

Tanggal 17 Maret 2020 secara resmi dikukuhkan organisasi Generasi Muda Batak Dumai .Pengukuhan Generasi Muda Batak Dumai yg diadakan di Gedung Pinang Kampai Jalan Merdeka Baru Dumai

TAMPAKNA DO TAJOM NA,RIM NI TAHI DO GOGONA.DGN SEMBOYAN

TAMPAKNA DO TAJOM NA,RIM NI TAHI DO GOGONA.DGN SEMBOYAN